Sefalometri
Sefalometri rontgenografi atau yang lebih dikenal dengan sefalometri dibidang
ortodonti dimulai sekitar awal tahun 1930 oleh Hofrath di Jerman dan Broadbent di
Amerika Serikat untuk penelitian dan mempelajari maloklusi beserta disproporsi
rahang.11 Pada tahun 1931, H. Broadbent, menerbitkan teknik baru rontgenogram dan
aplikasi untuk ortodontis dan melahirkan era baru dalam diagnosis pada sefalometri.
Cephalostat tersebut menciptakan berbagai analisis, diagnostis dan rencana perawatan
seperti analisis Downs (1948), Steiner (1960), Tweed (1953), Coben, Jenkins (Wits)
(1955), Ricketts (1960), Johnston (Wits) (1968), Sassouni
(1973), Enlow (1969), Jarabak (1970), Bimler (1973), Kim (1974), Jacobson (Wits)
(1975), Legan-Burstone (1980), Mc Namara (1984), dan Fastlicht (2000).11
Sefalometri telah menjadi salah satu alat penting dalam menentukan diagnosis
ortodonti, juga merupakan alat penting untuk menentukan rencana perawatan,
mempelajari bentuk wajah, menganalisis kelainan kraniofasial dan mengevaluasi
perkembangan perawatan ortodonti yang sedang dilakukan. 11,14.16
1. Lateral Sefalogram
Menurut Steiner garis S merupakan garis yang ditarik dari titik Pog’ ke
pertengahan kurva S yang terletak diantara Pronasal (Pr) ke titik Subnasale (Sn)
Pada penelitian Hashim dkk (2003) yang menggunakan analisis Subtelny yaitu
konveksitas jaringan lunak ditentukan oleh sudut N’-Sn-Pg’ yang terbentuk antara
perpanjangan garis yang ditarik dari titik nasion jaringan lunak (N’) ke subnasal
jaringan lunak (Sn) dan garis yang ditarik dari pogonion jaringan lunak (Pg’) ke
subnasal jaringan lunak (Sn). Penelitian yang dilakukan terhadap 56 orang usia 22-23
tahun pada populasi Saudi Arabia diperoleh sudut N’-Sn-Pg’ sebesar
18,65° dengan standar deviasi 6,5° pada laki-laki dan 20,1° dengan standar deviasi
4,3° pada perempuan.10 Penelitian Prabuwijaya (2007) terhadap 42 orang dengan usia
20-25 tahun pada mahasiswa FKG USU ras Deutro Melayu memperoleh rerata
konveksitas jaringan lunak pada laki-laki sebesar 17° dan perempuan 16,53°.6
Penelitian Al-Zubaidi (2009) terhadap 30 orang remaja usia 11-14 tahun pada beberapa
siswa dasar dan menengah di kota Mosul diperoleh rerata konveksitas jaringan lunak
pada laki-laki sebesar 161,9° dengan standar deviasi 2,68° dan 162,46° dengan standar
deviasi 6,37° pada perempuan.Al-Zubaidi juga meneliti pada 30 orang dewasa umur
18-25 tahun yang merupakan mahasiswa kedokteran gigi diperoleh rerata konveksitas
jaringan lunak pada laki-laki sebesar 166,26° dengan standar deviasi 5,40° dan 162,60°
dengan standar deviasi 5,20° pada perempuan.25 Sedangkan pada penelitian yang
Pada penelitian ini, metode pengukuran akan didasarkan pada penelitian yg telah
dilakukan sebelumnya diatas yaitu mengukur sudut perpanjangan garis yang ditarik
dari titik nasion jaringan lunak (N’) ke subnasal jaringan lunak (Sn) dan garis yang
ditarik dari pogonion jaringan lunak (Pg’) ke subnasal jaringan lunak (Sn).
.
2.3.3 Analisa Konveksitas Jaringan Lunak Penuh
Analisa konveksitas jaringan lunak penuh ditentukan oleh sudut N’-Pr-Pog’
yang terbentuk antara nasion kulit (N’), ujung hidung (Pr) dan pogonion kulit (Pog’)
dengan nilai rata-rata 137° untuk laki-laki dan 133° untuk perempuan.29 (Gambar 4C)