Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa, atas berkat dan bimbingnnya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penyusunan makalah ini berdasarkan dari beberapa
buku sumber.
Saya mennyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan ini. Oleh karena itu, saya
minta saran dan kritik yang bersifat membangun dengan harapan dengan kesempurnaannya.
Semoga ini memberikan manfaat bagi kita semua untuk lebih memahami dan menerapkan
dalam kehidupan kita baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan kehidupan kita sehari-
hari.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
BAB I ISI
CACING TAMBANG
A. etiologi
B. menufestasi klinis
C. penota pelaksanaan
D. komposisi
E. obat untuk infestasi cacing
F. prognosis
A. indikasi
B. dosis
Daftar pustaka
PENDAHULUAN
A. etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh cacing tambang yaitu necator americanus dan ancyvostama
deledenale. Telur cacing ditemukan pada tinja dan akan menetas menjadi larva dalam 1-2 hari
atau setelah 3 minggu. Kemudian berubah menjadi larva filariform yang dapat menembus
kulit manusia, lalu masuk ke kapiler darah menuju jantung kanan kemudian ke paru-paru lalu
ke bronkus masuk ke trakea, laring dan usus halus.
B. MANIFESTASI KLINIS
- Bila larva folariform menembus kulit maka terjadi groum itch pada kulit.
- Stadium dewasa
Gejalah tergantung pada spesies dan jumlah cacing serta keadaan gisi pasien. Kedua jenis
cacing tambang dapat menyebabkan anemia hipokrom mikrositik. Tiap cacing menyebabkan
kehilangan darah 0,0005-0,100ml sehari (N. americanus ). 0.08-0,34ml sehari ( A duodenale
). Keadaan tidak menyebabkan kematian tetapi dapat menurunkan daya tahan tubuh dan
prestasi kerja.
C. PENATA LAKSANAAN
- umum
Pemberian nutrisi yang baik dan suplementasi prepart di perlukan bagi pasien dengan gejalah
klinis berat.
- Athelmintik
D. KOMPOSISI
- Dermafitis pada kulit
- anemia berat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan, perkembangan dan payah jantung.
Lavamizol
Mebudazol
Piranta pamoat
Dietilkarbamazin Dosis tunggal 10 mg/kg BB basa dua kali sehari 100 mg selama 3 hari.
Dewasa 3,5 g sebagai dosis tunggal selama dua hari.
I. PROGNOSIS
Selama tidak terjadi obstruksi oleh cacing dewasa yang bermigrasi, prognosis baik
pengobatan dapat memberikan kesembuhan 88-99%.
B. DOSIS
Oral :
Untuk mencegah enterobiasis dewasa 100mg dosis tunggal bila belum sembuh dalam 3
minggu pengobatan di ulangi. Tablet boleh di kunyah, di telan dan di campur dengan
makanan.
- Anak ( < 2 tahun ) sama seperti dewasa
- Untuk cacing gelang 2 tablet 100mg dosis tunggal
- Untuk friehetriasis dan cacing tambang dewasa 100mg 2 kali sehari( pagi dan malam )
selama 3 hari berturut-turut, bila belum sembuh dalam 2 minggu pengobatan diulangi. Anak
sama seperti dewasa cara pemberian dan penyesuaian dosis tidak diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Obat-Obat Antelmintik
adalah obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan.
Dalam istilah ini termasuk semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari
saluran cerna maupun obat-obat sistemik yang membasmi cacing serta larvanya,
antelmintik diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa
senyawa antelmintik yang lama, sudah tergeser oleh obat baru seperti
menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia diseluruh dunia. Walaupun tersedia obat-obat
baru yang lebih spesifik dangan kerja lebih efektif, pembasmian penyakit ini masih
tetap merupakan salah satu masalah antara lain disebabkan oleh kondisi sosial
pada target metabolic yang terdapat dalam parasite tetapi tidak mempengaruhi atau
1. Mebendazol
Mebendazol merupakan obat cacing yang paling luas spektrumnya. Obat ini tidak
larut dalam air, tidak bersifat higroskopis sehingga stabil dalam keadaan terbuka
(Ganirwarna, 1995). Mebendazol adalah obat cacing yang efektif terhadap cacing
- farmakokinetika
Mebendazol tidak larut dalam iar dan rasanya enak. Pada pemberian oral
absorbsinya buruk. Obat ini memiliki bioavailabilitas sistemik yang rendah yang
disebabkan oleh absorbsinya yang rendah dan mengalami first pass hepatic
metabolisme yang cepat. Diekskresikan lewat urin dalam bentuk yang utuh dan
absorbsinya yang buruk sehingga aman diberikan pada penderita dengan anemia
maupun malnutrisi. Efek samping yang kadang-kadang timbul berupa diare dan sakit
perut ringan yang bersifat sementara. Dari studi toksikologi obat ini memiliki batas
keamanan yang lebar. Tetapi pemberian dosis tunggal sebesar 10 mg/kg BB pada
2. Pirantel Pamoat
Cara kerja pirantel pamoat adalah dengan melumpuhkan cacing. Cacing yang
lumpuh akan mudah terbawa keluar bersama tinja. Setelah keluar dari tubuh, cacing
akan segera mati.Pirantel pamoat dapat diminum dengan keadaan perut kosong,
biasanya dihitung per berat badan (BB), yaitu 10 mg / kgBB. Walaupun demikian,
dosis tidak boleh melebihi 1 gr. Sediaan biasanya berupa sirup (250 mg/ml) atau
tablet (125 mg /tablet). Bagi orang yang mempunyai berat badan 50 kg misalnya,
membutuhkan 500 mg pirantel. Jadi jangan heran jika orang tersebut diresepkan 4
tablet pirantel (125 mg) sekali minum.Nama dagang pirantel pamoat yang beredar di
(MIMS,1998) .
3. Tiabendazol
migrans pada kuliat (atau erupsi menjalar) dan tahap awal trikinosis (disebabkan
tidak larut dalam air, obat mudah diabsorbsi pada pemberian per oral. Obar
dihidroksilasi dalam hati dan dikeluarkan dalam urine. Efek samping yang dijum[pai
ialah pusing, tidak mau makan, mual dan muntah. Terrdapat beberapa laporan
tentang gejala SSP. Diantara kasus eritema multiforme dan sindrom Stevens
2001)
4. Invermektin
disebabkan Onchocerca volvulus dan terbukti pula efektif untuk scabies. Ivermektin
bekerja pada reseptor GABA (asam ɣ-amionobutirat) parasite. Aliran klorida dipacu
oral. Tidak menembus sawar darah otak dan tidak memberikan efek farmakologik.
Namun, tidak boleh diberikan pada pasien meningitis karena sawar tak darah lebih
permiabel dan terjadi pengaruh SSP. Ivermektin juga tidak boleh untuk orang hamil.
diinfeksi. Misalnya sebagai cacing isap hati, paru, usus atau darah.
1. Prazikuantel
Infeksi trematoda umumnya diobati dengan prazikuantel. Obat ini merupakan obat
pilihan untuk pengobatan semua bentuk skistosomiasis dan infeksi cestoda seperti
diabsorbsi pada pemberian oral dan tersebar sampai ke cairan serebrospinal. Kadar
yang tinggi dapat dijumpai dalam empedu. Obat dimetabolisme secara oksidatif
dengan sempurna, meyebabkan waktu paruh menjadi pendek. Metabolit tidak aktif
makan dan gangguan pencernaan. Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil
Cestoda atau cacing pita, bertubuh pipih, bersegmen dan melekat pada usus
pejamu. Sama dengan trematoda, cacing pita tidak mempunyai mulut dan usus
selama siklusnya.
1. Niklosamid
Niklosamid adalah obat pilihan untuk infeksi cestoda (cacing pita) pada umumnya.
niklosamid oral. Ini berguna untuk membersihkan usus dari segmen-segmen cacing
yang mati agar tidak terjadi digesti dan pelepasan telur yang dapat menjadi
sistiserkosisi. Alcohol harus dilarang selama satu hari ketika niklosamid diberikan
(Mycek, 2001)
DAFTAR PUSTAKA
Hoan Tan Tjay,drs & Kirana Rahardja. 2003. Obat-obat penting, Khasiat,
penggunaan dan efek sampingnya : Elexmedia Computindo
http://biologi-news.blogspot.com/2011/02/mebendazole-hexamine-adidryl.html
ANTELMINTIK
1. Dietilkarbamazin
- Pemberian :
Merupakan obat pilihan pertama untuk filariasis
Dlm bentuk garam sitrat, kristal tak berwarna, mudah larut air, rasa tidak enak.
- Aktivitas Antelmintik :
Menyebabkan hilangnya mikrofilaria dalam peredaran darah
Cacing betina dan mikrofilaria dalam nodulus tidak dipengaruhi
Mekanisme kerja :
Menurunkan aktivitas otot paralisis
Menyebabkan perubahan pada permukaan membran mikrofilaria lebih
mudah dihancurkan oleh daya tahan tubuh hospes
- Farmakokinetik :
Abs : cepat usus
Distribusi :merata ke seluruh jar, kecuali jar lemak
Ekskresi : urin , 70% dl bentuk metabolit
Pemakaian berulang akumulasi
- Efek samping :
Pada dosis terapi :aman
Malaise, nyeri sendi, anoreksia, muntah hilang bila terapi dihentikan
Sakit kepala, muntah,gelisah rangsangan pd SSP
Alergi timbul karena matinya parasit atau substansi yg dilepaskan oleh
mikrofilaria yg hancur , berupa : sakit kepala, malaise, edem, gatal,
hiperpireksia, artralgia, takikardia, berlangsung 3-7 hari.
Dapat terjadi ensefalitis karena alergi jarang
- Posologi :
Sediaan :
Tablet : 50mg, 200mg dan 400mg
Dosis :
Tergantung pada jenis cacing
- Indikasi :
Pengobatan masal infestasi W brancofti 5-6mg/kgBB ,per oral, 1 hari / mgg
atau per bulan, sebanyak 6-12 dosis
2. Mebendazol
- Efek Antelmintik :
Efektif untuk mengobati infestasi : cacing gelang, cacing kremi, cacing
tambang, T trichiura, cacing pita
- Mekanisme kerja :
Menyebabkan kerusakan struktur subseluler
Menghambat sekresi enzim asetilkolinesterase
Menghambat intake glukosa
Akibatnya cacing mati pelan-2 hasil terapi baru kelihatan sesudah 3 hari
pemberian obat
Menimbulkan sterilitas pada telur cacing T trichiura, cacing tambang dan
ascaris gagal berkembang menjadi larva
Larva yg sudah matang tidak dapat dipengaruhi oleh mebendazol
- Farmakokinetik :
Absorpsi oral tidak baik
BA rendah , karena metabolisme lintas pertama hepatik cepat.
Ekskresi : urin
Absorpsi meningkat bila diberikan bersama makanan yg berlemak
- Efek non-terapi dan kontra indikasi :
Batas keamanan lebar
Diare dan sakit perut ringan, sementara
Tidak dianjurkan pada wanita hamil trimester I, karena efek embryotoxic dan
teratogenik pd hewan uji
Penggunaan pada anak < 2 tahun dipertimbangkan , karena uji coba klinik
masih sedikit.
- Indikasi :
Obat terpilih untuk enterobiasis dan tricuriasis, terutama pada anak-2
Untuk infestasi A duodenale
Alternatif pilihan untuk N americanus dan askaris sesudah pirantel pamoat
perlu dosis ganda.
- Posologi :
Sediaan :
Tablet 100mg dan sirup 10mg/ml
Dosis :
Untuk askariasis, trichuris dan cacing tambang : pada dws dan anak sama :
2x100mg/hari , selama 3 hari. Bila perlu pengobatan ulang 3 mgg kmd
T. Solium : 2x 300mg/hari, selama 3-4 hari
- Interaksi :
Karbamazepin menurunkan konsentrasi mebendazol dalam darah
Simetidin meningkatkan konsentrasi dalam darah
3. Niklosamid
- Efek antelmintik :
Terutama efektif thd cacing pita
Mekanisme kerja :
Menghambat respirasi dan ambilan glukosa
Menghambat fosforilasi ADP
- Efek non-terapi :
Abs sangat sedikit hampir bebas dari efek samping
Cukup aman untuk kehamilan, penderita dengan keadaan umum buruk
Tidak mengganggu fungsi hati, ginjal dan darah, tidak iritasi lambung
- Indikasi :
Obat terpilih untuk T saginata, D latum
Untuk T. Solium tidak merusak telur dl segmen cacing dapat
menyebabkan sistiserkosis perlu pencahar
- Posologi:
Tablet kunyah 500mg, dimakan waktu perut kosong
Dosis :
Dws : 2 gram, dosis tunggal
Anak BB > 34kg : 1,5 gram
Anak BB 11 – 34 kg : 1 gram
4. Piperazin
- Efek antelmintik :
Efektif thd A lumbricoides dan E vermicularis
Cara kerja : paralisis otot cacing mudah dikeluarkan
Cacing keluar 1-3 hari sesudah pengobatan, tidak perlu pencahar
- Farmakokinetika :
Abs melalui sal cerna :baik biotransformasi
Ekskresi : urin , selama 24 jam
- Efek non-terapi :
Batas keamanan lebar
Pada dosis terapi kadang-2 terjadi : nausea, vomitus, diare,alergi
Takar lajak atau terjadi akumulasi karena ggn fungsi ginjal : inkoordinasi atau
kelemahan otot, vertigo, kesulitan bicara, bingung gejala hilang bila terapi
dihentikan
- Kontra indikasi :
Epilepsi memperkuat efek kejang
Gangguan fungsi hati dan ginjal
Penderita malnutrisi dan anemi berat pengawasan
Karena menghasilkan nitrosamin penggunaan pada wanita hamil hanya bila
tidak ada obat alternatif lain.
- Posologi :
Dalam bentuk garam sitrat :
Tablet 250mg dan sirup 500mg/5ml
Dalam bentuk garam tartrat :
Tablet 250mg dan 500mg
Dosis :
Askariasis :
Dewasa : 3,5 g sekali sehari, diberikan 2 hari berturut-turut
Anak : 75mg /kg BB, maks 3,5g,sekali sehari
Enterobiasis : dws dan anak : 65mg/kg BB , maksimal 2,5 g, sekali sehari
selama 7 hari, terapi diulang sesudah 1-2 mgg
5. Pirantel Pamoat
- Efek antelmintik:
Terutama untuk cacing gelang, kremi, cacing tambang
Cara kerja : spasme otot cacing mati
- Farmakokinetika :
Abs sal cerna : baik
Ekskresi : feses, << urin
- Efek non-terapi:
Efek samping jarang, ringan dan sementara : keluhan pada sal cerna, sakit
kepala, demam
- Kontra indikasi :
Wanita hamil dan anak < 2 th
Tidak boleh digunakan bersama piperazin
Hati-2 pada penderita ggn fungsi hati SGOT >>
- Indikasi :
Obat terpilih untuk : askariasis, ankilostomiasis, enterobiosis dan
strongiloidiasis
Dengan dosis tunggal angka penyembuhan cukup tinggi
- Posologi :
Sediaan :
Tablet : 125 mg dan 250mg
Sirup :50mg/ml
Dosis :
Dosis tunggal : 10mg/kg BB, setiap saat, tidak dipengaruhi makanan /minuman.
Untuk enterobiasis dianjurkan mengulang dosis setelah 2 mgg
Untuk N americanus sedang dan berat pemberian 3 hari berturut-turut
6. Prazikuantel
- Efek antelmintik :
Efektif thd cestoda dan trematoda pada hewan dan manusia
Cara kerja :
Paralisis spastik reversibel cacing terlepas dari tempatnya yg normal
Pada dosis terapi yg lebih tinggi isi cacing keluar memacu mekanisme
pertahanan tubuh hospes cacing hancur
- Farmakokinetik :
Abs p.o.: baik
Eks : urin dalam waktu 24 jam (metabolit >>>, utuh <<)
- Efek samping :
Sakit perut, anoreksia, sakit kepala dan pusing : ringan , sementara,
berhubungan dg dosis.
Kontra indikasi :
Jangan diberikan pada wanita hamil trimester I dan menyusui
Umur kurang dari 4 th
Ocular cysticercosis : karena kehancuran parasit di mata cacat menetap
- Posologi :
Harus diminum dengan air, sesudah makan, tidak boleh dikunyah karena pahit.
Obat terpilih untuk skistosoma , dosis 20mg/kgBB, 3xsehari,selama 1 hari
Untuk S haematobium, S mansoni : dosis tunggal , 40mg/kgBB
S japonicum : 2x30mg/kgBB, selama 1 hari
7. Tiabendazol
- Efek antelmintik :
Efektif thd strongiloides, askariasis, oksiuriasis, larva migran kulit, trikuriasis
dan trikinosis akut.
Cara kerja :menghambat enzim pada cacing
Dapat membentuk kompleks yg berwarna dg logam
- Farmakokinetik :
Abs melalui usus : baik, dapat diserap melalui kulit
Ekskresi: urin dalam waktu 1 hari ekskresi mencapai 90%
- Efek non-terapi :
Efek samping yg sering : anoreksia,mual,muntah, pusing
Jarang : diare, sakit kepala,pusing, lelah,mengantuk
Perubahan fungsi hati selintas
Kristaluria yg hilang waktu pengobatan dihentikan
Terjadi : hiperglikemia, jaundice dan kelainan fungsi hati
- Indikasi :
Obat terpilih untuk S stercoralis dan cutaneous larva migrans dari A braziliensis
dan A caninum
Sebaiknya tidak untuk askaris, trikuris, cacing kremi dan cacing tambang
sediaan lain yg aman masih ada
- Kontra indikasi :
Anak-2 dengan BB < 15kg
Aktivitas yang perlu kewaspadaan
Penderita gangguan fungsi hati dan ginjal pakai alternatif
Hipersensitif
- Posologi :
Sediaan :
Tablet 500mg dan sirup 100mg/ml
Dosis standar : 2x25mg/kgBB (maks 1,5 gram )
Pemberian obat sehabis makan, preparat tablet harus dikunyah dengan baik
8. Albendazol
- Efektifitas antelmintik
Efektif untuk kremi, gelang, trikuris, S stercoralis, N americanus
Cysticercosis dan hidatid
- Farmakokinetika
Abs per oral : baik oleh usus
Ekskresi : urin, feses <<
- Mekanisme kerja :
Menghambat ambilan glukosa oleh larva dan cacing dewasa parasit mati
Membunuh larva N americanus
Merusak telur cacing gelang, tambang dan trikuris
- Indikasi
Untuk infeksi cacing kremi, tambang, askaris atau trikuris
Untuk kremi pengobatan diulang sesudah 2 minggu
Untuk cacing tambang dan trikuris : lama pengobatan yg dianjurkan 2-3 hari
Untuk cacing S. stercoralis
Hydatid
Neuro-cysticercosis
T. Saginata, cutaneous larva-migrans
- Kontra indikasi:
Anak < 2th
Wanita hamil
Sirosis hati
- Efek samping
Untuk penggunaan 1-3 hari aman
Efek samping : nyeri ulu hati, diare, sakit kepala, mual, lemah, insomnia
Pada pengobatan penyakit hidatid :alopecia, leukemia reversibel, peningkatan
transaminase reversibel, anafilaksis
Penggunaan kronis pada hewan uji : diare, anemia, hipotensi, kelainan fungsi
hati, toksisitas thd fetus
PEMILIHAN PREPARAT
Jenis infeksi Obat pilihan I Obat pilihan II
Askaris Pirantel Pamoat Piperazin Sitrat
Mebendazol
Levamisol
Cacing kremi Mebendazol
Pirantel Pamoat
Cacing tambang Mebendazol
Pirantel Pamoat
T trichiura Mebendazol
Tiabendazol
Strongiloides Tiabendazol Mebendazol
stercoralis
Prazikuantel Niklosamid
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan.
Dalam penulisan laporan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, dalam
rangka penyelesaian makalah yang berjudul Aktivitas Antelmintik.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN ................................................................................................... 1
B. LATAR BELAKANG.............................................................................. 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN ......................................................................................... 2
B. OBAT ANTELMINTIK YG DIGUNAKAN .......................................... 2
C. MACAM = MACAM CACING ............................................................. 5
BAB III
METODE PELAKSANAAN
ALAT DAN BAHAN ............................................................................... 9
PROSEDURE KERJA .............................................................................. 9
BAB IV
HASIL
TABEL HASIL PENGAMATAN ............................................................ 10
BAB V
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN ....................................................................................... 11
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN ......................................................................................... 14
SARAN ..................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan
1. Dapat merancang dan melakukan eksperimen sederhana untuk menguji aktivitas antelmintik
(anti cacing) suatu bahan uji secara in vitro.
2. Dapat menjelaskan perbedaan paralisis spastic dan flasid yang terjadi pada cacing setelah
kontak dengan antelmintik (anti cacing)
B. Latar Belakang
Antelmintik atau obat cacing adalah obat-obat yang dapat memusnahkan cacing dalam
tubuh manusia dan hewan. Yang tercakup dalam istilah ini adalah semua zat yang bekerja
lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun obat-obat sistemis yang membasmi cacing
maupun larvanya yang menghinggapi organ dan jaringan tubuh.
Banyak antelmintik dalam dosis terapi hanya bersifat melumpuhkan cacing, jadi tidak
mematikannya. Guna mencegah jangan sampai parasit menjadi aktif lagi atau sisa–sisa cacing
mati dapat menimbulkan reaksi alergi, maka harus dikeluarkan secepat mungkin (Tjay dan
Rahardja, 2002:185)
Maka dari itu, kami melakukan eksperimen sederhana untuk menguji aktivitas
antelmintik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Antelmintika atau obat cacing (Yunani anti = lawan, helmintes = cacing) adalah obat
yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Dalam istilah ini
termasuk semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun obat-
obat sistemik yang membasmi cacing serta larvanya, yang menghinggapi organ dan jaringan
tubuh (Tjay, 2007)
Kebanyakan antelmintik efektif terhadap satu macam cacing, sehingga diperlukan
diagnosis tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Kebanyakan antelmintik diberikan
secara oral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa senyawa antelmintik yang lama,
sudah tergeser oleh obat baru seperti Mebendazole, Piperazin, Levamisol, Albendazole,
Tiabendazole, dan sebagainya. Karena obat tersebut kurang dimanfaatkan. (Gunawan, 2009)
Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan menjangkiti
lebih dari 2 miliar manusia diseluruh dunia. Walaupun tersedia obat-obat baru yang lebih
spesifik dangan kerja lebih efektif, pembasmian penyakit ini masih tetap merupakan salah
satu masalah antara lain disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi di beberapa bagian dunia.
Jumlah manusia yang dihinggapinya juga semakin bertambah akibat migrasi, lalu-lintas dan
kepariwisataan udara dapat menyebabkan perluasan kemungkinan infeksi. (Tjay, 2007)
Terdapat tiga golongan cacing yang menyerang manusia yaitu matoda, trematoda, dan
cestoda. Sebagaimana penggunaan antibiotika, antelmintik ditujukan pada target metabolic
yang terdapat dalam parasite tetapi tidak mempengaruhi atau berfungsi lain untuk pejamu.
(Mycek,2001)
b. Farmakokinetik
Penyerapan piperazin melalui saluran cerna, baik. Sebagian obat yang diserap
mengalami metabolisme, sisanya diekskresi melalui urin. Menurut, Rogers (1958) tidak ada
perbedaan yang berarti antara garam sitrat, fosfat dan adipat dalam kecepatan ekskresinya
melalui urin. Tetapi ditemukan variasi yang besar pada kecepatan ekskresi antar individu.
Yang diekskresi lewat urin sebanyak 20% dan dalam bentuk utuh. Obat yang diekskresi lewat
urin ini berlangsung selama 24 jam. (Anonim.A)
2. Pirantel Pamoat
Untuk cacing gelang, cacing kremi dan cacing tambang. Mekanisme kerjanya
menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekuensi imfuls, menghambat
enzim kolinesterase. Absorpsi melalui usus tidak baik, ekskresi sebagian besar bersama tinja,
<15% lewat urine. (Anonim.2010)
Pirantel pamoat sangat efektif terhadap Ascaris, Oxyuris dan Cacing tambang,
tetapi tidak efektif terhadap trichiuris. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan
penerusan impuls neuromuskuler, hingga cacing dilumpuhkan untuk kemudian dikeluarkan
dari tubuh oleh gerak peristaltik usus. Cacing yang lumpuh akan mudah terbawa keluar
bersama tinja. Setelah keluar dari tubuh, cacing akan segera mati. Di samping itu pirantel
pamoat juga berkhasiat laksans lemah. . (Tjay dan Rhardja, 2002:193)
Resorpsinya dari usus ringan kira – kira 50% diekskresikan dalam keadaan utuh
bersamaan dengan tinja dan lebih kurang 7% dikeluarkan melalui urin. Efek sampingnya
cukup ringan yaitu berupa mual, muntah, gangguan saluran cerna dan kadang sakit kepala.
(Tjay dan Rhardja, 2002:193). Dosis terhadap cacing kremi dan cacing gelang sekaligus 2-3
tablet dari 250 mg, anak-anak ½ 2 tablet sesuai usia (10mg/kg). (Tjay dan Rhardja,
2002:193). Dosis tunggal pirantel pamoat 10mg/kg Bb (ISO, 2009 : 81).
C. Macam-Macam Cacing
CACING TAMBANG
Adalah cacing parasit (nematoda) yang hidup pada usus kecil inang(korban sebagai
tempat makan)nya, dalam hal ini adalah manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia(KBBI) Cacing Tambang didefinisikan sebagai cacing parasit pengisap darah yang
mempunyai pengait yang kuat pada rongga mulut atau pipi untuk menyerang usus.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
II. Prosedur
1. Siap kan cacing tanah, masing – masing cawan berisi 2 ekor cacing.
2. Di siapkan larutan uji Combactrin tab ,Combactrin syr, Upixon syr, dan NaCl 0.9% b/v.
Masing – masing larutan di tambah kan Nacl 5ml
3. Di tuangkan larutan uji masing-masing ke dalam tiap cawan petri dengan pola sebagai
berikut:
- Cawan petri I : Combactrin tab ctrl1(+)
- Cawan petri II : Combactrin syr ctrl2(+)
- Cawan petri III : Upixon syr ctrl3(+)
- Cawan petri IV : NaCl fisiologis ctrl1(-)
BAB IV
HASIL
Tabel Hasil Pengamatan
Nama Cacing Flasid (F) Cacing Mati (M) 1 jam pengamatan
Sediaan Uji
NaCl N N N
fisiologis
ctrl1(-)
Combactrin 3 menit 43 detik 6 menit 35 detik M
tab ctrl1(+)
Keterangan :
N = Normal/Tetap hidup
F= Diam/Pingsan
M= Mati
BAB V
PEMBAHASAN
Antelmintik atau obat cacing adalah obat-obat yang dapat memusnahkan cacing dalam
tubuh manusia dan hewan. Banyak antelmintik dalam dosis terapi hanya bersifat
melumpuhkan cacing, jadi tidak mematikannya. Guna mencegah jangan sampai parasit
menjadi aktif lagi atau sisa–sisa cacing mati dapat menimbulkan reaksi alergi, maka harus
dikeluarkan secepat mungkin
Cacingan merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di masyarakat dan saat
ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Cacingan dapat
mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas
penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena menyebabkan
kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas
sumber daya manusia. Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi,
terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu, mempunyai risiko tinggi terjangkit
penyakit ini.
Pada praktikum kali ini, yang menjadi bahan amatan pengamat adalah aktivitas
pirantel pamoat juga sebagai obat antelmintik yang bekerja dalam mempengaruhi sistem saraf
dari cacing yang akan diamati efeknya.
Pada prosedur awal, cacing yang digunakan adalah cacing tanah , hal ini dapat dilakukan
karena yang akan diamati oleh pengamat adalah aktivitas pirantel pamoat terhadap aktivitas
sistem saraf pusat, dan yang lebih memudahkannya adalah bila menggunakan cacing tanah
tidak diperlukan dua jenis cacing dari jenis kelamin yang berbeda, karena cacing tanah
merupakan cacing berkelamin ganda (hemaprodit).
Pada pratikum kali ini, sediaan uji yang digunakan adalah combactrin tablet ctrl 1(+);
combactrin sirup ctrl 2(+); upixon sirup ctrl 3(+) dan Nacl fisiologis 0,9% ctrl 1(-). Masing –
masing sediaan uji diambil 5ml, lalu ditambahkan 5ml Nacl untuk menambah volume sediaan
dan kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Setiap cawan petri masing – masing berisikan cacing tanah 2 ekor yang masih hidup.
Kemudian langkah selanjutnya adalah memasukkan masing – masing sediaan uji secara
bersamaan kedalam cawan petri yang berisi cacing tanah. Cacing diamati dengan waktu
maksimal 1 jam.
Cacing pingsan pada upixon sirup ctrl 3(+) saat 2 menit 27 detik , pada combactrin sirup ctrl
1(+) cacing pingsan saat 3 menit 25 detik , lalu pada combactrin tablet ctrl 2(+) saat 3 menit
43 detik dan sedangkan Nacl fisiologis 0,9% ctrl 1(-) cacing tidak pingsat bahkan tetap hidup
normal.
Pengamatan selanjutnya cacing mengalami kematian pada menit ke 6 ini,
karena tidak memberikan aktivitas apapun, terlebih dahulu pada combactrin tablet ctrl 1(+)
saat 6 menit 35 detik, lalu upixon sirup ctrl 3(+) saat 7 menit 26 detik, combactrin sirup ctrl
2(+) saat 7 menit 35 detik dan Nacl fisiologis 0,9% ctrl 1(-) cacing tetap hidup. Larutan ini
dipakai sebagai medium karena larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonis dan tidak
merusak membran sel tubuh cacing, oleh sebab itu standar batas kematian cacing sebagai
kontrol negatif digunakan larutan NaCl 0,9%.
Penggunaan sediaan uji pyrantel pamoat, Pyrantel pamoat adalah suatu obat
cacing yang penggunaannya sangat praktis (dosis tunggal) dan efektif untuk mengobati
penyakit cacingan. Mekanisme kerja dari pyrantel pamoat yaitu dengan mengganggu
hubungan neuromuskuler. Hal ini akan menyebabkan spasmus dan pengerutan otot cacing,
sehingga cacing mudah dikeluarkan oleh gerakan usus. Pyrantel sangat sedikit diserap usus
sehingga tidak menimbulkan bahaya keracunan. Mekanisme lainnya dengan menghambat
masuknya glukosa dan mempercepat penggunaan (glikogen) pada cacing.
Hewan uji yang digunakan adalah cacing tanah, selain itu cacing tanah memiliki
banyak manfaat di dunia kesehatan, Daging cacing tanah merupakan salah satu sebagai
alternative pengobatan bagi kehidupan manusia. Banyak khasiat daging cacing tanah
bagi kesehatan manusia. Lumbricus Rubellus dapat menjadi obat yang manjur untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Diantaranya ialah penyakit tekanan darah rendah dan
tekanan darah tinggi, kencing manis, tipus, rematik, disentri, maag, muntaber, asma dan
penyakit kronis lainnya.
Hasil – hasil penelitian pun telah menguak multi manfaat cacing tanah. Hewan ini
mengandung berbagai enzim penghasil antibiotic dan asam arhidonat yang berkhasiat
menurunkan demam. Sejak tahun 1990 di Amerika Serikat cacing ini dimanfaatkan
sebagai penghambat pertumbuhdan kanker. Di Jepang dan Australia, cacing tanah
dijadikan sebagai bahan baku kosmetika. Penelitian laboratorium mikrobiologi fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Unpad Bandung tahun 1996 menunjukkan bahwa
ekstra cacing rubellus mampu menghambat pertumbuhan bakteri pathogen penyakit
tipus dan diare. Memang tak ada informasi yang jelas, kapan cacing dianggap
berkhasiat. Tapi, Lumbricus rubellus punya manfaat medis. Sudah diteliti para ilmuwan
Amerika. Dari sana lah ditemukan bahwa lumbricus punya kemampuan mengubah
Omega – 6 menjadi Omega – 3. Omega 3 ini dapat mencegah terjadinya pengerasan
pembuluh darah yang diakibatkan oleh lemak. Dalam penelitian itu juga dilakukan
percobaan dengan mengisolasi bahan kimia yang ada pada tubuh lumbricus rubellus.
Kemudian menumbuhkannya ke sel tubuh manusia. Ternyata bahan kimia itu dapat
mengurangi gangguan di pembuluh arteri yang dapat mengakibatkan serangan jantung
Dari sini dapat disimpulkan bahwa pirantel pamoat memberikan efek paralisis flasid
karena mempunyai mekanisme kerja berdasarkan perintangan penerusan impuls
neuromuskuler, hingga cacing dilumpuhkan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pratikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pirantel pamoat memberikan efek
paralisis flasid karena mempunyai mekanisme kerja berdasarkan perintangan penerusan
impuls neuromuskuler, hingga cacing dilumpuhkan.
B. SARAN
Sebaiknya kita selalu menjaga kebersihan makanan dan selalu mencuci tangan
agar terhindar dari cacingan.
DAFTAR PUSTAKA