Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang


sering dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan
appendicitis akuta. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah
adhesi/ streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi
obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh
kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis.

Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana


merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi
usus (Sabara, 2007). Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia
didiagnosa ileus (Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-
400.000 menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel, 2003). Di Indonesia tercatat ada
7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan
7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen
Kesehatan Indonesia.

Ada 3 hal yang tetap menarik untuk diketahui/diselidiki tentang obstruksi ileus,
ialah :

1. Makin meningkatnya keterdapatan obstruksi ileus.


2. Diagnosa obstruksi ileus sebenarnya mudah dan bersifat universil; tetapi
untuk mengetahui proses patologik yang sebenarnya di dalam rongga
abdomen tetap merupakan hal yang sulit.
3. Bahaya strangulasi yang amat ditakuti sering tidak disertai gambaran
klinik khas yang dapat mendukungnya.

Untuk dapat melaksanakan penanggulangan penderita obstruksi ileus dengan cara


yang sebaik - baiknya, diperlukan konsultasi antara disiplin yang bekerja dalam
satu tim dengan tujuan untuk mencapai 4 keuntungan :

1
1. Bila penderita harus dioperasi, maka operasi dijalankan pada saat keadaan
umum penderita optimal.
2. Dapat mencegah strangulasi yang terlambat.
3. Mencegah laparotomi negatif.
4. Penderita mendapat tindakan operatif yang sesuai dengan penyebab
obstruksinya.

Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan waktu


kritis serta tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi
dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan
keseluruhan pasien (Sabiston, 1995).

Pada bab selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang devinisi obstruksi
ileus, etiologi, patofisioligi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan medis serta asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
gangguan intestinal pada ileus, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
yang baik dan benar sehingga dapat meningkatkan derajat kesembuhan pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi ileus?
2. Bagaimana etiologi ileus?
3. Apa jenis jenis ileus?
4. Bagaimana patofisiologi ileus?
5. Bagaimana manifestasi klinis ileus?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada ileus?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada ileus?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari ileus?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ileus
2. Untuk mengetahui etiologi ileus
3. Untuk mengatahui jenis ileus
4. Untuk mengetahui patofisiologi ileus

2
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis ileus
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada ileus
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada ileus
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari ileus

3
BAB II

KONSEP PENYAKIT

A. Definisi
Ileus Obstruksi adalah gangguan pasase isi usus secara normal ke rektum
karena hambatan ekstrinsik atau intrinsik, baik pada usus kecil maupun pada usus
besar (Abdus Sjukur, 1994). Obstruksi ileus adalah Suatu Penyumbatan Mekanis
Pada Usus merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau mengganggu
jalannya isi usus.(medicastore.com).
Obstruksi ileus adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang
disebabkan oleh sumbatan mekanik. (medlinux.com).
Obstruksi ileus adalah kerusakan komplet atau parsial aliran ke depan dari
usus. Kebanyakan terjadi pada usus halus khususnya di ileum, segmen paling
sempit. (wordpress.com).
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat
akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon
sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari
obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan
keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat
bila penderita ingin tetap hidup.
Beberapa pengertian obstruksi usus dan ileus obstruksi menurut para ahli, yaitu:
1. Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang mencegah aliran
normal melalui saluran pencernaan. (Brunner and Suddarth, 2001).
2. Obstruksi usus adalah gangguan isi usus disepanjang saluran usus
(Patofisiologi vol 4, hal 403).
3. Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang
traktus intestinal (Nettina, 2001).
4. Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya
aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).

4
5. Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat
pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional
(Tucker, 1998).
6. Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu
jalannya isi usus (Sabara, 2007).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan
total atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan atau
gangguan usus disepanjang usus. Sedangkan Ileus obstruktif adalah kerusakan
atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik

B. Etiologi

Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis
obstruksi usus, yaitu:

1. Mekanis: Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi
oleh peristaltic. misalnya: intussusepsi, tumor dan neoplasma, stenosis,
striktur, perlekatan, hernia dan abses.

2. Fungsional/non-mekanis: Terjadi karena suplai saraf otonom mengalami


paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong
isi sepanjang usus.Misalnya: amiloidosis, distropi otot, gangguan
endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti
penyakit Parkinson.

Atau Ileus obstruktif yaitu terganggunya intestinal secara fisik dikarenakan


keadaan-keadaan seperti :

a. Perlengketan
b. Neoplasma
c. Penyakit peradangan usus
d. Benda asing dan batu empedu
e. Fecal impaction
f. Stricture : congenital dan radiasi

5
g. Intusepsi (biasa pada bayi dan balita)
h. Volvulus ( biasa pada manula )

C. Jenis-jenis Obstruksi
Terdapat 2 jenis obstruksi:
1. Obstruksi paralitik (ileus paralitik)
Peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin atau trauma
yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Peristaltik tidak
efektif, suplai darah tidak terganggu dan kondisi tersebut hilang secara
spontan setelah 2 sampai 3 hari.
2. Obstruksi mekanik
Terdapat obstruksi intralumen atau obstruksi mural oleh tekanan
ekstrinsik. Obstruksi mekanik digolongkan sebagai obstruksi mekanik
simpleks (satu tempat obstruksi) dan obstruksi lengkung tertutup (paling
sedikit 2 obstruksi). Karena lengkung tertutup tidak dapat didekompresi,
tekanan intralumen meningkat dengan cepat, mengakibatkan penekanan
pebuluh darah, iskemia dan infark (strangulasi) sehingga menimbulkan
obstruksi strangulate yang disebabkan obstruksi mekanik yang
berkepanjangan. Obstruksi ini mengganggu suplai darah, kematian
jaringan dan menyebabkan gangren dinding usus.

D. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,
tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab
mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik
dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-
mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang.
a. Obstruksi usus halus

Akumulasi isi usus, cairan, dan gas terjadi di daerah diatas usus yang
mengalami obstruksi. Distensi dan retensi cairan mengurangi absorpsi cairan dan
merangsang lebih banyak sekresi lambung. Dengan peningkatan distensi, tekanan
dalam lumen usus meningkat, menyebabkan penurunan tekanan kapiler vena dan

6
arteriola. Pada gilirannya hal ini akan menyebabkan edema, kongesti, nekrosis,
dan akhirnya ruptur atau perforasi dari dinding usus, dengan akibat peritonitis.

Muntah refluks dapat terjadi akibat distensi abdomen. Muntah mengakibatkan


kehilangan ion hidrogen dan kalium dari lambung, serta menimbulkan penurunan
klorida dan kalium dalam darah, yang akhirnya mencetuskan alkalosis metabolik.
Dehidrasi dan asidosis yang terjadi kemudian, disebabkan karena hilangnya cairan
dan natrium. Dengan kehilangan cairan akut, syok hipovolemik dapat terjadi.

b. Obstruksi usus besar

Seperti pada obstruksi usus halus, obstruksi usus besar mengakibatkan isi
usus, cairan, dan gas berada proksimal disebelah obstruksi. Obstruksi dalam kolon
dapat menimbulkan distensi hebat dan perforasi kecuali gas dan cairan dapat
mengalir balik melalui katup ileal.

Obstruksi usus besar, meskipun lengkap, biasanya tidak dramatis bila suplai
darah ke kolon tidak terganggu. Apabila suplai darah terhenti, terjadi strangulasi
usus dan nekrosis (kematian jaringan); kondisi ini mengancam hidup. Pada usus
besar, dehidrasi terjadi lebih lambat dibandingkan pada usus kecil karena kolon
mampu mengabsorpsi isi cairannya dan dapat melebar sampai ukuran yang
dipertimbangkan diatas kapasitas normalnya.

7
Pathway

E. Manifestasi Klinis
1. Obstruksi Usus Halus
a. Gejala awal biasanya nyeri abdomen sekitar umbilicus atau bagian
epigastrium yang cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya
obstruksi dan bersifat intermitten. Jika obstruksi terletak di bagian tengah
atau letak tinggi dari usus halus maka nyeri bersifat konstan.
b. Klien dapat mengeluarkan darah dan mucus, tetapi bukan materi fekal dan
tidak terdapat flatus.
c. Umumnya gejala obstruksi usus berupa konstipasi, yang berakhir pada
distensi abdomen, tetapi pada klien dengan obstruksi parsial biasa
mengalami diare.

8
d. Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltic pada awalnya menjadi
sangat keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong kearah
mulut.
e. Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi.
Semakin kebawah obstruksi dibawah area gastrointestinal yang terjadi,
semakin jelas adanya distensi abdomen.
f. Jika obstruksi usus berlanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi
shock hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma,
dengan manifestasi klinis takikardi dan hipotensi. Suhu tubuh biasanya
normal tapi kadang-kandang dapat meningkat. Demam menunjukkan
obstruksi strangulate.
g. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi dan
peristaltic meningkat. Pada tahap lanjut dimana obstrusi terus berlanjut,
peristaltic akan menghilang dan melemah. Adanya feces bercampur darah
pada pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya keganasan dan
intususepsi.
2. Obstruksi Usus Besar
a. Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi
pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah.
b. Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada
klien dengan obstruksi di sigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi
gejala satu-satunya dalam satu hari.
c. Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi
dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen.
d. Klien mengalami kram akibat nyeri abdomen bawah. (suratun & lusianah,
2010. Hal. 339 )

F. Penatalaksanaan

Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan


elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi,

9
memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk
memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

1. Perawatan :koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan


peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki
peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk
memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
2. Farmakologi :Obat antibiotik dapat diberikan untuk membantu
mengobati atau mencegah infeksi dalam perut, obat analgesic untuk
mengurangi rasa nyeri.
3. Paracentesis :Prosedur ini juga disebut tekan perut atau peritoneum atau
dimasukkan obat khusus di dalam perut. Menghapus cairan tambahan dapat
membantu bernafas lebih mudah dan merasa lebih nyaman. Cairan dapat
dikirim ke laboratorium dan diperiksa untuk tanda-tanda infeksi atau masalah
lainnya
4. Tindakan Bedah :

Dengan laparoskopi, sayatan kecil (pemotongan) akan dilakukan pada perut.

a. Kolostomi: kolostomi adalah prosedur untuk membuat stoma


(pembukaan) antara usus dan dinding perut. Ini mungkin dilakukan
sebelum memiliki operasi untuk menghapus usus yang tersumbat.
Kolostomi dapat digunakan untuk menghilangkan udara atau cairan dari
usus. Hal ini juga dapat membantu memeriksa kondisi perawatan sebelum
operasi. Dengan kolostomi, tinja keluar dari stoma ke dalam kantong
tertutup. Tinja mungkin berair, tergantung pada bagian mana dari usus
besar digunakan untuk kolostomi tersebut. Stoma mungkin ditutup
beberapa hari setelah operasi usus setelah sembuh.

b. Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung penyebab


obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia dan
perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah herniotomi.

c. Stent: stent adalah suatu tabung logam kecil yang memperluas daerah usus
yang tersumbat. Dengan Menyisipkan stent ke dalam usus menggunakan

10
ruang lingkup (tabung, panjang ditekuk tipis). Stent dapat membuka usus
untuk membiarkan udara dan makanan lewat. Menggunakan stent juga
untuk membantu mengurangi gejala sebelum operasi.

G. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:

1. Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen


2. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu,
volvulus, hernia)
3. Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau
cairan dalam usus.
4. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah
lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume
plasma dan kemungkinan infeksi.
5. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa
obstruksi usus. (Doenges, Marilyn E, 2000)

H. Komplikasi
a. Nekrosis usus, perforasi usus, dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu
lama pada organ intra abdomen.
b. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan
cepat.
c. Syok-dehidrasi, terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
d. Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi, karena
absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau
infeksi yang hebat pada intra abdomen.
e. Pneumonia aspirasi dari proses muntah,
f. Gangguan elektrolit, karena terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit
pada usus.
g. Kematian

11
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas paien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status
perkawinan, pendidkan, agama, suku, alamat, tanggal dan jam MRS, no.
register, rungan, serta identitas orang yang bertanggung jawab selama Px di
rawat di RS.

2. Keluhan utama
Biasanaya klien datang dengan keluhan sakit perut yang hebat, kembung,
mual, muntah, dan tidak ada BAB/defekasi yang lama.

3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
 Perubahan BAB sejak kapan? (frekunsi, jumlah, karakteristik)
 Sakit perut? Kembung?
 Mual, muntah? (frekuensi, jumlah, karakteristik)
 Demam?
 Bisa flatus?
 Apakah diberi obat sebelum masuk RS?
b. Riwayat penyakit dahulu
 Ada atau tidak riwayat tumor ganas, polip, peradangan kronik pada
usus?
 Riwayat pernah dioperasi pada daerah abdomen?
 Apakah ada riwayat hernia?
 Apakah pernah mengalami cedera/trauma abdomen?
c. Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga Px yang menderita penyakit seperti Px dan atau penyakit
menular lainnya.

12
4. Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi dan Tatalaksana Hidup
Pada umumnya Px / keluarga mengeri apa tidak tentang penyakit /
kebiasaan hidup sehat dan di bawa ke mana bila sakit.
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada umunya pasien dengan ileus obstruksi mengalami gangguan pada


fungsi peristaltik usus yaitu penurunan nafsu makan di karenakan
abdomennya meterismus / kembung.

c. Pola Eliminasi
Pada umumnya Px tidak megalami gangguan pada eliminasi uri tetapi
pada eliminasi alvi mengalami gangguan.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Pada umumnya Px ileus obstruksi mengalami gangguan waktu tidur
karena nyeri pada abdomen yang mengakibatkan perut kembung /
meteorismus.
e. Pola Aktivitas dan Latihan
Pada umumnya Px mengalami gangguan beraktifitas karena mengalami
gangguan rasa nyaman (nyeri).
f. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pada umumnya Px merasa cemas terhadap penyakitnya dan yang pasti
pasien ingin segera cepat sembuh.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
 Apakah klien tampak sakit, meringis
 Ada muntah? Kaji warna dan karakteristik. Biasanya muntah fekal
 kelihatan sulit bernapas karena kembung?
 Distensi abdomen
 Tonjolan seperti bengkak pada abdomen
b. Palpasi

13
 Membran mukosa kering
 Perut kembung
c. Perkusi
 Timpany
d. Auskultasi

Pada awal, bising usus cepat meningkat di atas sisi obstruksi, kemudian bising
usus berhenti.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri dan distensi abdomen
2. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absorpsi
4. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intralumen usus
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan

C. Intervensi/Perencanaan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri dan distensi abdomen
ditandai dengan: nafas pendek dan dangkal
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
pola napas klien kembali efektif
Kriteria hasil:
 RR dalam batas normal (16-20x/menit)
Intervensi:
a. Pantau frekuensi dan kedalaman pernapasan klien
Rasional: distensi abdomen dan nyeri dapat menyebabkan perubahan pada
frekuensi dan kedalaman pernapasan. Distensi abdomen dapat menekan
diafragma sehingga menghambat ekspansi paru.
b. Kaji tanda-tanda vital

14
Rasional: Peningkatan RR dan takikardi merupakan indikasi adanya
penurunan fungsi paru
c. Berikan posisi semi fowler
Rasional: Posisi semi fowler memungkinkan organ abdomen menjauhi
diafragma sehingga ekspansi paru obtimal.
d. Ajarkan klien teknik relaksasi napas dalam untuk memperbaiki pola
pernapasan
Rasional: agar pola pernapasan dapat dikontrol dan meningkatkan
pengambilan oksigen
e. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional: meningkatkan jumlah oksigen yang dihirup

2. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


aktif
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam diharapkan
kekurangan volume cairan dapat dicegah
Kriteria Hasil:
 Tidak mengalami haus yang tidak normal
 Membran mukosa lembab
 Konsentrasi urin normal (1.015-1.03 g/ml)
 Hematokrit dalam batas normal (40-48 % pria ; 37-43 % wanita)
Intervensi:
a. Pantau frekuensi kehilangann cairan pasien.
Rasional: sebagai data dasar untuk melakukan intervensi selanjutnya.
b. Kaji pasien adanya rasa haus, kelelahan, nadi cepat, turgor kulit jelek,
membrane mukosa kering.
Rasional: mengindikasikan berlanjutnya hipovolemik dan mempengaruhi
kebutuhan volume pengganti.
c. Berikan perawatan mulut secara teratur.
Rasional: Membantu menurunkan rasa tidak nyaman dan
mempertahankan membrane mukosa dari kerusakan.
d. Tingkatkan asupan oral, misalnya sediakan jus/es kesukaan pasien.

15
Rasional: asupan cairan melalui oral sangat penting untuk menggantikan
cairan yang hilang.
e. Berikan penjelasan kepada keluarga mengenai pentingnya intake cairan
dalam kondisi seperti ini.
Rasional: menambah pengetahuan klien agar klien dapat lebih kooperatif
dan dapat berpartisipasi dalam perawatan.
f. Kolaborasi berikan cairan 0,9 % NaCl (normal salin) atau ringer laktat
Rasional: sebagai cairan/elektrolit pengganti untuk mengatasi kekurangan
cairan.

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan gangguan absorpsi ditandai dengan: nyeri abdomen, cepat sekali
kenyang setelah makan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam diharapkan
nutrisi klien seimbang
Kriteria hasil:
 Berat badan stabil
 Bising usus kembali normal 6-12x/menit
 Kembung dan distesi abdomen menurun
Intervensi:
a. Kaji kebutuhan nutrisi klien
Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan nutrisi klien dapat diamati
sejauh manakekurangan nutrisi pada klien dan tindakan selanjutnya.
b. Observasi tanda-tanda kekurangan nutrisi
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana kekurangan nutrisi akibat
muntah yangberlebiahan.
c. Anjurkan pembatasan aktivitas selama fase akut.
Rasional: Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan
kalori dan simpanan energi.
d. Evaluasi secara berkala kondisi motilitas usus
Rasional: Sebagai data dasar untuk pemberian asupan nutrisi.
e. Jika obstruksi sangat parah, hindari intake secara oral.

16
Rasional: jika obstruksi parah, intake oral dapat memperparah lagi distensi
abdomen
f. Berikan nutrisi parenteral.
Rasional: nutrisi parenteral tidak menyebabkan distensi abdomen
g. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : makanan dalam porsi kecil dapat mengurangi pemenuhan
lambung dan mengurangi pemenuhan usus dan mengurangi kerja
peristaltik usus serta memudah kan penyerapan makanan.
h. Berikan perawatan oral.
Rasional: Rasa tak enak, bau pada mulut dapat menurunkan nafsu makan
dan merangsang mual dan muntah.
i. Berikan stimulant permen karet.
Rasional: Pada suatu studi pemberian permen karet menunjukkan bahwa
mengunyah permen karet sebagai bentuk pemberian makanan palsu pada
fase pemulihan awal dari ileus pasca bedah setelah laparoskopi colectomy.
19 pasien yang menjalani elektif laparoskopi colectomy secara acak. 10
pasien yang ditetapkan ke grup permen karet dan 9 untuk kelompok
control. Pada kelompok yang mendapat makanan palsu berupa permen
karet dengan durasi 3x sehari pada hari pertama pasca operasi. Terjadi
flatus lebih cepat pada kelompok yang mendapat makanan palsu permen
karet daripada di kelompok control.
j. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai jenis nitrisi yang akan digunakan
pasien.
Rasional: Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan komposisi dan jenis
makanan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan individu.

4. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intralumen usus


ditandai dengan: ekspresi meringis, klien mmengeluh merasa nyeri pada
daerah abdomen
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil:

17
 Pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan
 menyatakan nyeri pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan relaks.
 Menunjukanan tindakan pengendalian nyeri
Intervensi:
a. Kaji nyeri dengan teknik PQRST
Rasional: Memantau dan memberikan gambaran umum mengenai
karakteristik nyeri klien dan indikator dalam melakukn intervensi
selanjutnya.
b. Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman
Rasional: Tirah baring mengurangi penggunaan energi dan membantu
mengontrol nyeri dan mengurangi kontraksi otot.
c. Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi seperti mendengarkan music atau
menonton tv
Rasional: membantu klien merasa lebih rileks hingga nyeri dapat
berkurang
d. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional: Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga
nyeri tidat dapat dipersepsikan

5. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai


dengan rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan, mengungkapkan
kekhawatiran.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
ansietas berkurang
Kriteria hasil:
 Klien akan menggunakan teknik relaksasi untuk meredahkan ansietas
Intervensi:
a. Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional: Mengetahui kemampuan koping individu
b. Sediakan waktu untuk mendengarkan ungkapkan ansietas dan rasa takut;
berikan penenangan.

18
Rasional: klien akan merasa lebih tenang jika didengar. hubunngan saling
percaya dapat terjalin dengan klien.
c. Pertahankan lingkungan yang tenang
Rasional: lingkungan yang tenang membuat klien lebih rileks dan dapat
menurunkan ansietas
d. Sediakan pengalihan melalui televisi, radio, permainan untuk menurunkan
ansietas
Rasional: mmengalihkan pikiran klien dari stress dan ansietas
e. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan mengenai
penyakit, tindakan dan prognosis.
Rasional: Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan dapat
memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang
traktus interstinal yang disebabkan oleh factor mekanik atau nonmekanik
(fungsional). Manifestasi klinis yang dapat dilihat adalah adanya sakit yang hebat
pada abdomen, mual, muntah. Peneeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
laboratorium dan foto rontgen abdomen. Penatalaksanaan yang penting yang
harus dilakukan adalah pemberian cairan yang hilang melalui muntah, dekompresi
usus, dan tindakan operasi bila ada indikasi. Adapun masalah keperawatan yang
muncul pada klien dengan obstruksi usus adalah Ketidakefektifan pola napas
berhubungan dengan nyeri dan distensi abdomen, Risiko kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, Ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi, Nyeri akut
berhubungan dengan peningkatan tekanan intralumen usus, dan Ansietas
berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan

B. Saran
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah
pengetahuan tentang penyakit Obstruksi illeus.

20
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC. Jakarta.

Harrison. 2000. Prinsip-prinsip Penyakit Dalam, edisi XIII, EGC: Jakarta.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. EGC:
Jakarta

Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi III,
Penerbit Erlangga: Jakarta

Buku saku Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 –


NANDA International

21

Anda mungkin juga menyukai