Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 6 SISTEM NEUROMUSKULOSKELETAL


MODUL 4 FISIOLOGI MUSKULOSKELETAL

Disusun oleh : Kelompok 1


Ahmad Rizki A. NIM.1210015039
Azalia Mentari NIM.1210015042
Bara Al Ayubi NIM.1110015028
Suhana NIM.1210015041
Dini Kamilah Islami NIM.1210015060
Dyah Anugrah Pratama NIM.1210015018
Maria Sondang NIM.1210015005
Ida Farida NIM.1210015019
Izzati Nurmaya Sari NIM.1210015006
Rahmalia Usdini NIM.1210015083
Simanjuntak Mayro NIM.1210015080

Tutor : dr. Cisca Nelwan, M.Kes


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
terselesaikannya laporan DKK (Diskusi Kelompok Kecil) mengenai fisiologi
muskuloskeletal dengan judul skenario “Dear David, You Are My Inspiration”.
Laporan ini dibuat sesuai dengan gambaran jalannya proses DKK kami,
lengkap dengan pertanyaan pertanyaan dan jawaban yang disepakati oleh
kelompok kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam proses pembuatan laporan DKK ini. Pertama, kami
berterima kasih kepada dr. Cisca Nelwan, M.Kes selaku tutor kami yang telah
dengan sabar menuntun kami selama proses DKK. Dan kami juga berterima kasih
kepada drg. Sinar Yani, M.kes selaku koordinator pembimbing DKK Blok 6. Terima
kasih pula kami ucapkan atas kerja sama rekan sekelompok di Kelompok I. Tidak
lupa juga kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam mencari informasi maupun membuat laporan DKK.
Akhir kata, kami sadar bahwa kesempuranaan tidak ada pada manusia.
Oleh sebab itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di
kemudian hari. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai
referensi atau perkembangan pengetahuan.

Hormat Kami,

Kelompok 1

28

DAFTAR ISI
Halaman judul.......................................................................................................................
1
Kata pengantar .....................................................................................................................
2
Daftar isi...............................................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang-----------------------------------------------------------------------------------------
4
1.2 Manfaat Penulisan-----------------------------------------------------------------------------------
4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Skenario.......................................................................................................................
5
2.2 Step 1...........................................................................................................................
5
2.3 Step 2 ..........................................................................................................................
6
2.4 Step 3...........................................................................................................................
6
2.5 Step 4...........................................................................................................................
9
2.6 Step 5...........................................................................................................................
10
2.7 Step 6...........................................................................................................................
10
28
2.8 Step 7...........................................................................................................................
10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................
32
3.2 Saran..........................................................................................................................
32
Daftar Pustaka.......................................................................................................................
33

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap harinya kita melakukan aktivitas berjalan baik untuk kepentingan
mengambil barang yang jauh dari jangkauan tangan kita, berjalan menelusuri
koridor kampus maupun berjalan untuk menuju tujuan kita masing-masing.
Namun pernah kah kita memikirkan penyebab terjadinya hal tersebut, mengapa
kita mampu berjalan dengan semudah itu, berjalan seperti tiada beban di telapak
kaki kita atau memikirkan siapa yang bertanggungjawab dalam melakukan
aktivitas berjalan tersebut ataupun memikirkan mengapa menjadi sangat lelah
saat kita berjalan dalam jangka waktu yang lama dan jarak yang jauh. Ia, semua
28
itu dilakukan oleh otot dan tulang kita khususnya pada organ ekstremitas inferio,
yang mana ia sendiri di bawah kontrol sistem saraf somatik atau saraf motorik.
Selain itu, apabila kita terlalu lama beraktivitas maka ia akan berkontarksi terus
menerus namun nantinya akan berdampak kelelahan pada bagian yang
berkontraksi tersebut bahkan terkadang diseluruh tubuh. Pada dasarnya, ini
dilakukan sebagai kompensasi untuk “mengistirahatkan” diri agar dapat
melakukan kontraksi selanjutnya dengan baik dan menghindari dari terjadinya
gangguan pada otot, tulang maupun saraf kita.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari pembelajaran modul ini adalah agar mahasiswa


mampu menjelaskan mengenai fisiologi muskuloskeletal khususnya dalam
perannya berjalan sehingga nantinya akan membantu mahasiswa apabila
menenmukan adanya gangguan pada daerah muskuloskeletal ini karena sudah
mengetahui dan memahami fungsinya dengan baik dan benar.

BAB II
PEMBAHASAN

SKENARIO

DEAR DAVID, YOU ARE M INSPIRATION


My letter for David Blaine (yang sudah dialihbahasakan) :

Untuk yang terhormat Mister David Blaine,


Aku adalah penggemar beratmu yang sangat ingin terkenal di seluruh Indonesia.
Saat melihatmu memecahkan rekor berdiri di atas menara, aku ingin
mencobanya. Hanya saja aku akan membuat rekor untuk berdiri di lantai saja,
28
karena mama pasti tidak mengijinkan naik ke menara. Selama ini aku cukup
terlatih karena sering disuruh berdiri di depan kelas oleh pak guru. Aku yakin
mudah membuat rekor ini karena semua ototku tidak perlu bekerja dan hanya
tulangku saja yang perlu kuat. Jadi otot dan sarafku juga bisa santai bukan?
Bagaimana pendapatmu Mister David? Dukung aku ya...

Muri Soprana (10 tahun),


Murid kelas 5 SD Teladan
Samarinda-Indonesia

STEP I
1. Otot : Adalah alat gerak aktif yang mampu berkontraksi yang terdiri dari otot
volunteer dan involunteer yang berkerja sesuai fungsinya.
2. Berdiri di atas menara : Suatu tindakan berdiri, dimana badan tegak.
3. Tulang : Adalah jaringan ikat yang terdiri dari matriks tulang dan terdiri dari
tiga utama yaitu sel osteoblast, osteoklas, osteosit.

STEP II
1. Apa benar jika berdiri hanya tulang yang bekerja, sedangkan otak dan saraf
dalam keadaan santai?
2. Apa yang berubah dari otot saat selalu beraktivitas?
3. Bagaimana mekanisme tubuh sampai tahan berdiri?
4. Apa komposisi tulang?
5. Apa saja struktur di dalam otot?

STEP III

1. Tidak benar, karena untuk bisa berdiri sangat diperlukan kontraksi otot
sebagai penggerk utama aktivitas otot. Dimana aktivitas otot ini selalu
dikontrol oleh saraf yaitu sistem saraf somatik dan otak sebagai pusat yang
28
lebih tinggi untuk menghantarkan impuls gerak menuju neuromuskular
junction sehingga dapat terjadi kontraksi otot tersebut. Saraf berhubungan
dengan otot melalui neuro-muscular junction yaitu pertemuan antara
presinaps dan postsinas jaringan otot. Selain itu, Salah satu yang struktur
yang turut berperan dalam mengatur otot saat berdiri adalah nucleus
vestibularis untuk mengatur gerakan tubuh selama beraktivitas agar tetap
seimbang atau dapat mencapai keseimbangan tubuh.

2. Saat kita selalu beraktivitas sehingga otot kita terlatih melakukan aktivitas
tersebut maka komponen otot kita akan bertambah yang juga
mengakibatkan massa otot. Selain itu, kita akan mempu melakukan aktivitas
tersebut dalam jangka waktu yang lama daripada biasanya karena pola
kebiasaan tersebut.
3. Adanya kontraksi otot yang tidak mudah lelah. Jika berdiri diatas menara akan
lebih butuh keseimbangan. Adanya perbedaan adaptasi dan penyesuaian
otot. Terdapat dua tipe serabut otot:
 Serat oksidatif (merah): tidak mudah lelah. Otot ini digunakan untuk
melakukan kontraks yang lebih kuat.
 Serat glikolitik (pucat): mudah lelah digunakan ntuk menjalankna aktivitas
yang sedang atau yang tidak membutuhkan kontraksi yang berlebihan.

4. Tulang terdiri atas matriks organik keras yang sangat diperkuatdengan


timbunan garam – garam kalsium. Rata - rata tulang padat mengandung
berat yang terbentuk dari sekitar 30 persen matriks dan 70 persen garam.
Tulang yang baru dibentuk dapat memiliki persentase rnatriks yang lebih
besar dibandingkan dengan gararn.

Matriks Organik Tulang

Matriks organik tulang rerdiri atas serat kolagen sebesar 90 sampai 95


persen, dan sisanya dibentuk oleh medium gelatinosa homogen yang disebut
28
substansi dasar. Serat kolagen terbentang terutama di sepanjang garis
tekanan dan rnemberikan kekuatan tulang terhadap tarikan.
Substansi dasar terdiri atas cairan ekstrasel dan proteoglikans,
terutama kondroitin sulfat dan asam hialuronat. Fungsi yang pasti dari kedua
substansi tersebut masih belum diketahui, meskipun keduanya membantu
mengatur timbunan garam kalsium.

Timbunan garam kristalin dalam matriks organik tulang terutama


terdiri atas kalsium dan fosfat. Rumus kimia garam kristalin utama, yang
dikenal sebagai hidroksipospatit adalah sebagai berikut:

CA10(PO4)6(OH)2

Setiap kristal-dengan panjang sekitar 400 angstrom, tebal l0 sampai


30 angstrom, dan lebar 100 angstrorm terbentuk seperti suatu lempeng
pipih yang panjang. Rasio relatif kalsium terhadap fosfat dapat sangat
bervariasi pada berbagai keadaan status nutrisi, yaitu ratio Ca/P pada
dasar berat yang bervariasi antara 1,3 dan 2,0.

Ion magnesium, natrium, kalium dan karbonat juga dijumpai di antara


garam – garam tulang, meskipun studi difraksi sinar-X gagal menunjukan
kristal yang dibentuk oleh ion-ion tersebut. Oleh karena itu, ion-ion tersebut
diyakini berada dalam bentuk terkonjugasi dengan kristal hidroksiapatit dan
bukan tersusun sebagari kristal terpisah yang tersusun dari masing – masing
ion ini. Kemampuan ion-ion tersebut untuk berkonjugasi dengan kristal
tulang meluas ke banyak ion lain yang normalnya asing bagi tulang, seperti
strontium, uranium, plotunium, elemen transuranik lainnya, timbal, emas,
logam berat lain, dan sedikitnya 9 sampai l4 produk radioaktif utama yang
dilepaskan dari ledakan bom hidrogen. Timbunan zat radioaktif dalam tulang 28
dapat menimbulkan radiasi jaringan tulang untuk waktu yang lama, dan jika
zat ini tertimbun dalam jumlah tertentu, suatu sarkoma tulang pada akhirnya
dapat terbentuk pada sebagian besar kasus.
5. Tulang tidak bisa mengecil tapi bisa mengalami pengeroposan. Dima otot
terdiri dari :
 Serat otot (myofibril) yaitu sel otot yang pada umunya panjang, relatif
besar, dan berbentuk slindris.
 Filamen tipis yaitu bagian dari serat otot yang bergaris tengah 5 sampai 8
nanometer dan panjang 1,0 m, terutama dibentuk oleh aktin, troponin,
dan tropomiosin. Troponin dan tropomiosin ini berkerja sebagai unit
regulatorik.
 Filamen tebal, bergaris tengah 12 sampai 18 m dan panjang 1,6 m.

STEP IV

28
STEP V

Saya sebagai mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang :


1. Struktur dan fungsi otot, tulang, dan sendi
2. Neuro-muscular junction
3. Mekanika kontraksi dan relaksasi otot
4. Mekanisme kontraksi otot-otot skelet
5. Fisika otot skelet

STEP VI

Pada step ini, kami mempersiapkan diri untuk DKK 2 nanti. Dimulai pada hari
Mingu, 19 Mei 2013 sampai hari senin, 20 Mei 2013.

STEP VII

1. Otot
a. Struktur Otot
Satu sel otot rangka, dikenal sebagai serat otot dimana strukturnya
adalah relative besar, memanjang, dan berbentuk silindris. Otot rangka
terdiri dari sejumlah serat otot yang terletak sejajar satu sama lain dan
disatukan dengan jaringan ikat. Selama perkembangan masa mudigah,
terbentuk serat-serat rangka otot besar yang berasal dari fusi sel otot
yang lebih kecil yang disebut mioblas sehingga ada banyak nucleus dalam
satu sel otot (Sherwood, 2012).
Otot rangka terdiri dari komponen utama yaitu myofibril yang
28
merupakan struktur utama pada sebuah serat otot. Setiap myofibril terdiri
dari susunan teratur elemen-elemen sitoskeleton, yang terdiri dari
filamen tipis dan filamen tebal. Filamen tebal mengandung protein yang
bernama myosin sedangkan filament tipis mengandung aktin,
tropomiosin, dan troponin (Sherwood, 2012).
Selain itu, sebuah myofibril juga memperlihatkan pita gelap (pita A)
dan pita terang (pita I) bergantian. Pita pada semua myofibril tersusun
sejajar satu sama lain secara kolektif menghasilkan gambaran seran-
lintang atau lurik serat otot rangka. Tumpukan filamen tebal dan tipis
secara bergantian yang sedikit tumpang tindih satu sama lain berperan
menghasilkan gambaran pita A dan pita I (Sherwood, 2012).
 Pita A
Pita A ini terbentuk dari tumpukan filamen tebal bersama
sebagian kecil filamen tipis yang tumpang tindih di kesua ujung
filament tebal. Filament tebal hanya terletak di dalam pita A dan
terbentang di seluruh lebarnya; yaitu dikedua ujung luar pita A.
Daerah yang lebih terang di tengah pita A, tempat yang tidak dicapai
oleh filamen tipis, disebut Zona H. hanya bagian tengah filamen tebal
yang ditemukan di bagian ini. Suatu sistem protein penunjang
menahan filamen-filamen tebal vertikal di dalam setiap tumpukan.
Protein-protein ini adalah Garis M yang berjalan vertikal di bagian
tengah pita A di dalam bagian tengah zona H (Sherwood, 2012).
 Pita I
Pita I terdiri dari filamen tipis sisanya yang tidak menjulur ke
dalam pita A. Di bagian tengah setiap pita I ada garis vertikal pada
Garis Z. Daerah antara dua garis Z adalah Sarkomer, yaitu unit
fungsional otot rangka. Unit fungsional setiap organ adalah
komponen terkecil yang dapat melakukan semua fungsi organ
tersebut sehingga sarkomer adalah unit terkecil yang melakukan
kontraksi. Garis Z adalah lempeng sitoskeleton gepeng yang
28
menghubungkan filamen tipis dua sarkomer yang berdekatan. Pita I
mengandung hanya filament tipis dari dua sarkomer yang berdekatan
tetapi bukan panjang keseluruhan filament ini. Selama pertumbuhan,
otot bertambah panjang dengan menambahkan sarkomer baru di
ujung myofibril, bukan dengan meningkatkan ukuran masing-masing
(Sherwood, 2012).
Struktur lain yang terdapat pada otot adalah titin yang
merupakan untai tunggal protein raksasa yang selastik yang berjalan
di kedua arah dari garis M di sepanjang filamen tebal ke garis Z di
ujung sarkomer berlawanan. Protein ini memiliki dua fungsi yaitu :
 Bersama dengan protein-protein garis M, titin membantu
menstabilkan posisi filamen tebal.
 Dengan berfungsi sebagai pegas, protein ini sangat meningkatkan
kelenturan otot.
Yaitu, titin membantu otot yng teregang oleh gaya eksternal
kembali secara pasif ke panjang istirahatnya, ketika gaya tersebut
dihilangkan (Sherwood, 2012).

Sebagai tambahan, miofibril dikelilingi oleh sistem tubulus


reticulum sarkoplasma. Tubulus transversus berukuran sangat kecil
dan berjalan melintang ke myofibril. Tubulus ini bermula pada
membrane sel dan menembus terus dari satu sisi serabut otot
dihadapannya. Tubulus ini bercabang diantara tubulus-tubulus itut
sendiri sehingga membentuk hamparan tubulus transversus yang
saling menjalin diantara myofibril yang terpisah. Tubulus ini
berhubungan dengan cairan ekstrasel yang mengelilingi serabut otot,
dan tubulus transversa ini mengandung cairan ekstrasel di lumennya.
Oleh karena itu, jika potensial aksi menyebar ke seluruh membran
serabut otot, maka perubahan potensial aksi juga akan menyebar
disepanjang tubulus T ke bagian dalam serabut otot.
28
Retikulum sarkoplasma memiliki ciri khas berwarna putih.
Retikulum sarkoplasma ini memiliki dua bagian utama, yaitu ruangan
besar besar yang disebut sisterna terminalis yang berhubungan
dengan tubulus transversa, dan tubulus longitudinal yang panjang
dan melingkupi seluruh permukaan myofibril yang benar-benar
berkontraksi. Terdapat pula protein kaki yang tersusun teratur
menonjol dari reticulum sarkoplasma dan terbentang di celah antara
kantung lateral dan tubulus transversa. Setiap protein kaki
mengandung empat sub unit yang tersusun dalam pola spesifik.
Protein kaki ini tidak saja menjembatani celah tetapi juga berfungsi
sebagai saluran pengeluaran Ca2+. Saluran Ca2+ juga dikenal sebagai
reseptor rianodin karna terkunci dalam posisi terbuka oleh bahan
kimia tanaman rianodin. Kalsium dibebaskan ke dalam sitosol dari
kantung lateral melalui semua saluran pelepas Ca 2+ yang terbuka
tersebut. Dengan sedikit reposisi troponin dan tropomiosin Ca 2+ yang
dibebaskan tersebut menyebabkan tempat pengikatan di molekul
aktin terpajan sehingga dapat berikatan dengan jembatan silang
myosin di tempat pengikatan komplementernya (Guyton and Hall,
2012).

28
Jembatan Silang
Sebagaimana dikatakan, filamen tebal terdiri dari miosin dan
filamen tipis terdiri dari aktin, tropomiosin, dan troponin yang
nantinya kedua filamen ini membentuk jembatan silang. Dimana,
jembatan silang halus terbentang dari masing-masing filament tebal
menuju filament tipis sekitar di tempat di mana filament tebal dan
tipis bertumpang tindih. Secara tiga dimensi, filament tipis tersusun
secara heksagonal di sekitar filament tebal. Jembatan silang menonjol
dari masing-masing filament tebal di keenam arah menuju filament
tipis di sekitarnya. Setiap filament tipis, sebaliknya dikelilingi oleh tiga
filamen tebal (Sherwood, 2012).
Setiap jembatan silang memiliki dua tempat yang krusial bagi
proses kontraksi:
 Suatu tempat untuk mengikat aktin
 Suatu tempat myosin ATPase (pengurai ATP) (Sherwood, 2012).

Dalam filament tipis, terdapat tiga protein, yaitu :


 Aktin yang merupakan protein structural utama filamen tipis,
berbentuk bulat yang berpilin membentuk seperti heliks. Tulang
punggung filament tipis dibentuk oleh aktin yang disatukan
menjadi dua untai dan saling terpuntir. Setiap molekul aktin
memiliki suatu tempat pengikatan khusus untuk melekatnya
28
jembatan silang myosin (Sherwood, 2012).
 Tropomiosin adalah protein mirip benang yang terbentang dari
ujung ke ujung di samping alur spiral aktin. Tropomiosin menutupi
bagian aktin yang berikatan dengan jembattan silang,
menghambat interaksi yang menghasilkan kontraksi (Sherwood,
2012).
 Troponin adalah suatu kompleks protein yang terbuat dari tiga unit
polipeptida; satu berikatan dengan aktin, tropomiosin dan ion
kalsium.
Ketika troponin tidak berikatan dengan kalsium, protein ini akan
menstabilkan tropomiosin dalam posisinya menutupi tempat
pengikatan jembatan silang di aktin. Ketika ion kalsium berikatan
dengan troponin, bentuk protein berubah sehingga melepaskan
tropomiosin . dengan tersingkirnya tropomiosin, aktin akan berikatan
dengan myosin dan berinteraksi di jembatan silang. Tropomiosin dan
troponin sering disebut sebagai protein regulatorik karena dalam
perannya menutupi (mencegah kontraksi) atau memajankan
(memungkinkan kontraksi)tempat pengikatan untuk interaksi
jembatan silang antara aktin dan myosin (Sherwood, 2012).

28
28
28

b. Fungsi Otot
Sebagaimana kita ketahui bahwa otot dapat melakukan fungsinya apabila
adanya kontraksi maka kontraksi otot yang terkontrol akan
memungkinkan :
 Terjadinya gerakan bertujuan tubuh keseluruhan atau bagian-
bagiannya misalnya berjalan atau melambaikan tangan.
 Kita dapat memanipulasi benda eksternal atau memindahkan furnitur.
 Kita mengosongkan isi organ tertentu ke lingkungan eksternal
misalnya berkemih atau melahirkan (Sherwood, 2012).
Tulang
a. Fungsi tulang
Adapun fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1. Support/penopang
 Tulang pada extremitas inferior, gelang panggul, dan columna
vertebrae menyokong berat tubuh saat berdiri tegak
 Sedangkan mandibula menyokong gigi.

2. Proteksi
 Tulang calvaria melindungi otak
 Costae dan sternum melindungi paru dan jantung.
 Vertebrae melndungi medula spinalis.
3. Pergerakan
 Otot skeletal memanfaatkan tulang sebagai tuas dlm pergerakan
tubuh.
4. Penyimpanan mineral
 99% kalsium tubuh.
 85% fosfat tubuh.
5. Hematopoiesis 28
 Dibentuk di sumsum tulang tertentu.

Fungsi system skeletal :


1. Menentukan bentuk tubuh
2. Menyangga berat badan
3. Melindungi organ visceral
4. Memproduksi sel darah (bagian medulla osseum)
5. Alat gerak pasif, tempat melekatnya otot untuk bekerja
6. Menyimpan mineral kalsium dan fosfor, dikeluarkan bila dibutuhkan

Sendi
Jenis-jenis persendian:
1. Articulatio fibrosa/sinarthrosis: dihubungkan oleh kolagen. Contoh: sutura.
Pada persendian jenis ini tidak ada gerakan antar tulangnya. Jenis lain dari
articulatio fibrosa ini adalah sindesmosis, Contoh : membran interosseus
antara radius dan ulna.
2. Articulatio cartilaginosa/ampiarthrosis : dihubungkan oleh cartilago.
Cartilago ini memungkinkan terjadinya gerakan minimal. Contoh: symphisis
ossis pubis.
3. Articulatio synovial (diarthrosis): dipisahkan oleh celah berisi cairan
sinovial.

2. Taut Neuromuskular
Neuron motorik dan serat otot rangka berhubungan secara kimiawi di
taut neuromuskular. Potensial aksi di neuron motorik merambat cepat dari
badan sel di SSP ke otot rangka di sepanjang akson bermielin besar (serat
eferen) neuron. Sewaktu mendekati otot, akson membentuk banyak cabang
terminal dan kehilangan selubung mielinnya. Masing-masing dari terminal
akson ini membentuk taut khusus, taut neuromuskular, dengan satu dari
28
banyak sel otot yang membentuk otot keseluruhan. Sel otot, disebut juga
serat otot, berbentuk silindris dan panjang. Terminal akson membesar
membentuk struktur mirip tombol, terminal button atau bouton, yang pas
masuk ke cekungan dangkal, atau groove, di serat otot di bawahnya. Sebagai
ilmuwan meneyebut taut neuromuskular sebagai “motor end plate”. Namun,
kita alam mencadangkan istilah motor-end-plate untuk bagian khusus
membran sel otot tepat dibawah terminal button (Sherwood, 2012).
Asetilkolin adalah neurotransmiter taut neuromuskulus. Di taut
neuromuskular, sel saraf dan sel otot sebenranya tidak berkontak satu sama
lain. Ruang, atau celah, antara kedua struktur ini terlalu besar untuk
memungkinkan transmisi listrik suatu impuls antara keduanya (yaitu, potensial
aksi tidak dapat “meloncat” sedemikian jauh). Selain itum tidak terdapat
saluran keluar bagi arus pembawa muatan dari terminal button. Karenanya,
seperti di sinaps saraf, terdapat suatu pembawa pesan kimiawi yang
mengangkut sinyal antara ujung saraf dan serat otot. Neurotransmiter ini
disebut asetilkolin (ACh) (Sherwood, 2012).
Pengeluaran ACh di Taut Neuromuskular. Setiap terminal button
mengandung ribuan vesikel yang menyimpan ACh. Perambatan potensial aksi
ke terminal akson memicu pembukaan saluran Ca2+ berpintu tegangan di
terminal button. Pembukaan saluran Ca2+ memungkinkan Ca2+ berdifusi ke
dalam terminal button dari konsentrasi ekstraselnya yang lebih tinggi, yang
pada gilirannya menyebabkan pelepasan ACh melalui eksositosis dari
beberapa ratus vesikel ke dalam celah (Sherwood, 2012).
Pembentukkan Potensial END-PLATE. ACh yang dibebaskan berdifusi
melintasi celah dan berikatan dengan reseptor spesifik, yaitu protein membran
khusus yang khas bagi motor end-plate membran serat otot. Peningkatan ACh
dengan reseptor ini memicu pembukaan saluran berpintu kimiawi di motor
end-plate. Saluran ini memungkinkan sejumlah kecil kation berpindah
melewatinya (Na+ dan K+) tetapi tidak untuk anion. Karena permeabilitas
membran end-plate terhadap Na+ dan K+ pada pembukaan saluran-saluran ini
28
pada hakikatnya sama, maka perpindahan relatif ion-ion ini melalui saluran
bergantung pada gaya dorong elektrokimiawi mereka. Ingatlah pada potensial
istirahat, gaya dorong bersih untuk Na + jauh lebih besar daripada untuk K +,
karena potensial istirahat jauh lebih dekat dengan potensial keseimbangan K +.
Gradien konsentrasi dan listrik untuk Na + mengarah ke dalam, sementara
gradien konsentrasi untuk K+ yang ke arah luar sebgaian besar, tetapi tidak
seluruhnya, diimbangi oleh gradien listriknya yang mengarah ke dalam.
Akibatnya, ketika ACh memicu pembukaan saluran-saluran tersebut, jauh lebih
banyak Na+ yang mnegalir daripada K+ keluar sehingga terjadi depolarisasi
motor end-plate. Perubahan potensila ini disebut end-plate potensial (EPP)
(Sherwood, 2012).
Insiasi Potensial Aksi. Daerah motor end-plate itu sendiri tidak memiliki
potensial ambang, sehingga potensial aksi tidak dapat dimulai ditempat ini.
Namun, EPP menyebabkan terbentuknya potensial aksi dibagian serat sisanya.
Taut neuromuskular biasanya berada di tengah dari otot silindris yang
panjang. Ketika terjadi PPE, terbentuk aliran arus lokal antara end-plate yang
mengalami depolarisasi dan membran sel sekitarnya yang berada dalam
keadaan istirahat di kedua arah, membuka saluran Na+ berpintu voltase dan
karenanya menurunkan potensial ke ambang di daerah sekitar. Potensial aksi
yang terbentuk di tempat ini kemudian merambat ke seluruh membran serat
otot melalui hantaran merambat. Penyebaran berlangsung ke dua arah,
menjauh motor end-plate menuju kedua ujung saraf. Aktivitas listrik ini
memicu kontraksi serat otot. Dengan demikian, melalui ACh, potensial aksi di
neuron motorik menimbulkan potensial aksi dan kontraksi di serat otot
(Sherwood, 2012).
Asetilkolinesterase mengakhiri aktivitas asetilkolin di taut neuromuscular.
Respon listrik sel otot dihentikan oleh suatu enzim di membran motor end-
platre, asetilkolinestrase(AChE), yang mengaktifkan ACh. Dengan
membersihkan ACh pemicu kontraksi dari motor end-plate, (AChE)
memungkinkan terjadinya relaksasi (tidak ada lagi ACh yang dibebaskan) 28
(Sherwood, 2012).
Neuron motorik dan serat otot rangka berhubungan secara kimiawi di
taut neuromuskular (neumuscular junction). Potensial aksi di neuron motorik
merambat cepat dari badan sel di SSP ke otot rangka di sepanjang akson
bermielin besar (serat eferen) neuron. Sewaktu mendekati otot, akson
membentuk banyak cabang
terminal dan kehilangan sebung
mielinnya. Masing-masing
terminal akson akan membentuk
taut khusus yang disebut taut
neuromuskular, dengan satu dari
banyak sel otot yang membentuk
otot secara keseluruhan
(Sherwood, 2010).

Ketegangan sebuah otot bergantung pada jumlah serat otot yang


berkontraksi dan tegangan yang dibentuk oleh masing-masing serat yang
berkontraksi. Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan tegangan yang
dapat dicapai adalah frekuensi tegangan, panjang serat pada awal kontraksi,
tingkat kelelahan, dan ketebalan serat otot. Efek frekuensi stimulasi adalah
28
penjumlahan kedutan dan tetanus (Sherwood, 2012).
Satu potensial aksi disebuah serat otot menghasilkan kedutan, dan dapat
dihasilkan kontraksi dengan durasi lebih lama dan tegangan lebih besar oleh
stimulasi berulang serat otot. Jika serat otot telah melemas sempurna sebelum
potensial aksi berikutnya timbul, maka akan terbentuk kedutan kedua dengan
kekuatan yang sama seperti yang pertama. Setiap kali akan terjadi proses
eksitasi-kontraksi yang sama dan menghasilkan respons kedutan yang
identik.Namun, jika serat otot dirangsang kedua kalinya sebelum serat tersebut
mengalami relaksasi sempurna dari kedutan pertama maka potensial aksi kedua
menyebabkan respons kontraktil kedua yang ditambahkan diatas kedutan
pertama. Kedua kedutan dari potensial aksi dijumlahkan untuk menghasilkan
tegangan serat yang lebih besar daripada yang dihasilkan oleh satu potensial aksi.
Penjumlahan dua kedutan ini serupa dengan penjumlahan temporal PPE di
neuron pascasinaps (Sherwood, 2012).
Penjumlahan kedutan hanya dapat terjadi karena durasi potensial aksi
jauh lebih singkat daripada durasi kedutan yang ditimbulkannya. Setelah
terbentuk suatu potensial aksi akan timbul periode refrakter singkat saat tidak
terjadi potensial aksi berikutnya. Oleh karena itu potensial aksi tidak dapat terjadi
pada periode ini. Membran harus kembali ke potensial istirahatnya dan pulih dari
periode refrakter sebelum potensial aksi berikutnya dapat terjadi. Namun, karena
potensial aksi dan periode refrakter telah selesai jauh sebelum keedutan otot
yang ditimbulkannya berakhir, maka serat otot dapat dirangsang kembali selagi
sebagian aktivitas kontraksi masih berlangsung untuk menghasilkan penjumlahan
respons mekanis (Sherwood, 2012).

28
Jika serat otot dirangsang sedemikian cepat, sehingga serat tersebut sama
sekali tidak mendapat kesempatan utnutk melemas diantara rangsangan maka
timbul kontraksi menetapo dengan kekuatan maksimal sebagai tetanus. Kontraksi
tetanus biasannya tiga sampai empat kali lebih kuat daripada kedutan tunggal.

Perbedaan kekuatan kontraksi terletak pada seberapa lama Ca2+ tersedia.


Jembatan silang tetap aktif dan terus bersiklus selama tersedia cukup Ca 2+ agar
kompleks troponin-tropomiosisn menjauh dari tempat pengikatan jembatan
silang diaktin. Setiap kompleks troponin-tropomiosin terbentang sepanjang 7
molekul aktin. Karena itu, pengikatan Ca2+ ke satu molekul troponin hanya
menyebabkan terpajannya tujuh tempat pengikatan jembatan silang difilamen
tipis (Sherwood, 2012).
Segera setelah Ca2+ dibebaskan sebagai respons terhaddap potensial aksi, 28
reticulum sarkoplasma mulai memompa Ca2+ kembali ke kantung lateral, jumlah
Ca2+ yang ada untuk mengikat troponin menjadi semakin sedikit, sehingga
sebagian kompleks troponin dan tropomiosin bergesar balik ke posisinya yang
meenghambat tempat pengikatan jembatan silang. Karenanya tidak semua
tempat pengikatan jembatan silang tetap tersedia untuk ikut serta dalam proses
siklus selama satu kedutan yang dipicu oleh satu potensial aksi. Karena tidak
semua jembatan silang berkontak dengan tempat pengikatannya maka kekuatan
kontraksi selama satu kedutan tidaklah maksimal (Sherwood, 2012).
Jika potensial aksi dan kedutan terpisah cukup jauh dari segi waktu bagi
semua Ca2+ yang dibebaskan dari respons kontraksi pertama untuk dipompa balik
ke dalam kantung lateral diantara dua potensial aksi maka akan terjadi respons
kedutan identik akibat potensial aksi kedua. Namun, jika potensial aksi kedua
terjadi dan lebih banyak Ca2+ yang dibebaskan sementara Ca2+ yang telah
dibebaskan sebagi respons terhadap potensial aksi pertama masih dalam proses
pengembalian, maka konsentrasi Ca2+ sitosol akan tetap tinggi. Ketersediaan Ca 2+
di sitosol yang berkepanjangan ini memungkinkan penambahan jembatan silang
yang ikut serta dalam proses siklus untuk waktu yang lebih lama. Akibatnya,
tegangan yang terbentuk semakin tinggi. Seiring dengan meningkatnya potensial
aksi, durasi peningkatan konsentrasi Ca2+ disitosol bertambah, dna karenanya
aktivitas kontraksi meningkat sampai kontraksi tetanik maksimal tercapai. Pada
tetanus, jumlah maksimum tempat pengikatan jembatan silang tetap terbuka
sehingga dapat terjadi siklus jembatan silang dan sebagai konsekuensinya
pembentukan tegangan mencapai puncaknya (Sherwood, 2012).

3. Mekanisme umum kontraksi otot


Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap-tahap
berikut :
 Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke
ujungnya pada serabut otot.
28
 Di setiap ujung, saraf menyekresi substansi neurotransmiter, yaitu
asetilkolin, dalam jumlah sedikit.
 Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serabut otot untuk
membuka banyak kanal “bergerbang asetilkolin” melalui molekul molekul
protein yang terapung pada membran.
 Terbukanya kanal bergerbang asetil kolin memungkinkan sejumlah besar
ion natrium untuk berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot.
Peristiwa ini menimbulkan potensial aksi membran.
 Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membtan otot, dan banyak
aliran listrik potensial aksi berjalan di sepanjang membran serabut saraf.
 Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot, dan banyak
aliran listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini,
potensial aksi menyebabkan retikulum sarkomplasma melepaskan
sejumlah besar ion kalsium, yang telah tersimpan di dalam retikulum ini.
 Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan
miosin, yang menyebabkan kedua filamin tersebut bergeser satu sama
lain, dan menghasilkan proses kontraksi.
 Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam
retikulum sarkomplasma oleh pompa membran Ca2+, dan ion-ion ini tetap
disimpan dalam retikulum sampao potensial aksi otot yang baru datang
lagi; pengeluaran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi
otot terhenti (Sherwood, 2012).

Relaksasi otot
Proses kontraksi dihentikan dengan cara mengembalikan Ca2+ ke kantung
lateral di dalam sitosol saat aktivasi listrik local berhanti (Sherwood,
2012).

Hasil Kerja Selama Kontraksi Otot


Bila suatu otot berkontraksi melawan suatu beban, otot ini akan
28
melakukan kerja. Hal ini berarti bahwa ada energy ysng dipindahkan dari
otot ke beban eksternal. Perhitungan matematis kerja ini did definisikan
sebagai berikut:
Dimana :
W = Hasil Kerja
L = Beban
D = Jarak pergerakan terhadap beban

Energi yang dibutuhkan untuk melakukan kerja berasal dari reaksi kimia di
sel otot selama berkontraksi.

Sumber Energi Untuk Kontraksi Otot


Sebagian besar energy digunakan untuk menjalankan walk-along
mechanism ketika jembatan silang menarik filamen-filamen aktin. Tetapi
sejumlah kecil energy dibutuhkan untuk:
1. Memompa ion kalsium dari sarkoplama ke dalam reticulum
sarkoplasma stelah kontrksi berakhir
2. Memompa ion-ion natrium dan kalium melalui membrane serabut
otot untuk mempertahankan lingkungan ionic yang cocok untuk
pembentukan potensial aksi serabut otot

Konsentrasi ATP di dalam serabut otot, kira-kira 4 milimolar, cukup


untuk mempertahankan kontraksi penuh hanya salama 1-2 detik. ATP
dipecah untuk membentuk ADP yang memindahkan energy dari molekul
ATP ke perangkat kontraksi serabut otot. Lalu, ADP mengalami refolarisasi
untuk membentuk ATP yang baru yang membiarkan otot berkontraksi.
Beberapa sumber untuk repolarisasi ini (Guyton and Hall, 2012). 28
Sumber pertama digunakan untuk menyusun kembali ATP adalah
substansi keratin fosfat yang membawa ikatan fosfat berenergi tinggi yang
serupa dengan ikatan ATP. Karena ikatan fosfat berenergi tinggi ini lebih
tinggi daripada yang dimiliki oleh setiap ikatan ATP maka keratin fosfat ini
dipecahkan dan pelepasan energinya menyebabkan terikatnya sebuah ion
fosfat baru pada ADP untuk membentuk ATP. Jumlah keratin fosfat pada
serabut otot sedikit sekitar 5 kali lebih besar dari jumlah ATP maka,
kombinasi energy dari ATP cadangan dan keratin fosfat di dalam otot
menimbulkan kontraksi selama 5-8 detik (Guyton and Hall, 2012).
Sumber kedua digunakan untuk menyusun keratin fosfat dengan ATP
adalah glikolisis dari glikogen yang tersimpan di dalam sel otot.
Pemecahan glikogen secara enzimatik menjadi asam piruvat dan asam
laktat berlangsung dengan cepat akan membebaskan energy yang
dibutuhkan untuk mengubah ADP menjadi ATP. ATP kemudian digunakan
secara langsung untuk member energy untuk kontraksi otot tambahan
dan membentuk kembali keratin fosfat (Guyton and Hall, 2012)..
Sumber ketiga adalah metablisme oksidatif. Artinya
mengkombinasikan oksigen dan produk akhir glikolisis serta berbagai zat
makanan sel untuk membebaskan ATP (Guyton and Hall, 2012).

Efesiensi Kontraksi Otot


Presentase energy yang masuk ke otot (energy kimiawi dalam zat gizi)
yang dapat diubah menjadi kerja, dalam kondisi terbaik adalah kurang
dari 25%, sisanya menjadi panas. Penyabab efisiensi ini karena kira-kira
separuh energy didalam zat makanan akan hilang pada pembentukan ATP,
kemudian hanya 40-45% dalam ATP itu sendiri yang dapat diubah menjadi
kerja. Efesiensi maksimum dapat diwujudan hanya bila otot berkontraksi
dengan kecepatan sedang. Bila otot berkontraksi secara lambat atau
tanpa pergerakan sama sekali, sejumlah kecil panas pemeliharaan
28
(maintance heat) dilepaskan selama berkontraksi, walaupun kerja yang
dilakukan hanya edikit atau tidak sama sekali, sehingga akan menurunkan
efesiensi perubahan menjadi nol. Sebaliknya jika kontraksi terlalu cepat,
sejumlah energy digunakan untuk melawan gesekan viskositas di dalam
otot itu sendiri, dan akan mengurangi efesiensi kontraksi. Efesiensi
maksimum terbentuk bila kecepatan kontraksi kira-kira 30% dari nilai
maksimum (Guyton and Hall, 2012).

4. Mekanisme kontraksi otot-otot skelet


Semakin besar jumlah serat yang berkontraksi, semakin besar tegangan
total otot. Karena itu, otot yang lebih besar yang mengandung serat otot lebih
banyak jelas dapat menghasilkan tegangan yang lebih besar daripada otot
kecil dengan sedikit serat otot (Sherwood, 2012).
Setiap otot disarafi oleh sejumlah neuron berbeda. Ketika masuk ke otot,
sebuah neuron mototrik membentuk cabang-cabang dengan setiap terminal
akson menyarafi satu serat otot. Satu neuron motorik menyarafi sejumlah
serat otot, tetapi setiap serat otot hanya disarafi oleh satu neuron motorik.
Ketika sebuah neuron motorik diaktifkan, semua serat otot yang disarafi akan
dirangsang untuk berkontraksi serentak. Kelompok komponen yang diaktifkan
bersama ini disebut dengan unit motorik. Serat-serat otot yang membentuk
satu unti motorik tersebar diseluruh otot karena it, kontraksi serentak serat-
serat tersebut menghasilkan kontraksiotot keseluruhan yang merata meskipun
lemah. Setiap otot terdiri dari sejumlah unit motorik yang saling bercampur.
Untuk kontraksi lemah suatu otot, hanya satu atau beberapa unit motorik
yang diaktifkan, untuk kontraksi yang lebih kuat, lebih banyak unit motorik
yang direkrut, atau dirangsang untuk berkontraksi, suatu fenomena yang
dikenal sebagai rekrutmen unit motorik (Sherwood, 2012).
Selain bergantung pada jumlah serat otot yang berkontraksi, ketegangan
otot juga bergantung pada hal-hal lain, yaitu (Sherwood, 2010):
28
1. Frekuensi rangsangan
2. Panjang serat pada awal kontraksi
3. Tingkat kelelahan
4. Ketebalan serat.
5. Fisika otot skelet
Pembahasan tentang fisika otot adalah mengenai jenis kontraksi, yang
bergantung pada apakah panjang otot berubah selama kontraksi.
a. Kontraksi isotonic (tegangan tetap) adalah perubahan sementara panjang
otot yang tidak diikuti dengan perubahan tegangan otot. Contohnya pada
otot biseps, dimisalkan ketika kita akan mengangkat sebuah beban. Ketika
tegangan yang terbentuk di biseps telah cukup besar untuk mengatasi
berat beban di tangan maka kita dapat mengangkat beban tersebut.
Karena berat beban tidak berubah ketika diangakat maka tegangan otot
tetap konstan selama periode pemendekan (Sherwood, 2012).
b. Kontraksi isometric adalah dimana panjang otot yang tidak berubah
dikarenakan adanya perubahan tegangan. Contohnya adalah ketika kita
mencoba untuk mengangkat benda yang sangat berat, yaitu jika tegangan
yang kita mampu bentuk di otot-otot lengan lebih kecil daripada tegangan
yang dibutuhkan untuk mengangkat benda tersebut. Dalam hal ini, otot
tidak dapat memendek dan mengangkat benda dan panjangnya konstan
meskipun terbentuk tegangan. Selain terjadi ketika beban terlalu berat,
kontraksi isometrik terjadi ketika tegangan yang terbentuk di otot secara
sengaja dibuat lebih kecil daripada yang dibutuhkan untuk memindahkan
benda (Sherwood, 2012).
Proses internal yang terjadi terjadi pada kontraksi isotonic dan
isometric pada dasarnya sama. Selama satu gerakan otot juga dapat
berupah dari kontraksi isotonic menjadi isometric. Misalnya pada saat kita
mengambil buku untuk dibaca, biseps kita akan mengalami kontraksi
isotonic ketika kita mengangkat buku tersebut, tetapi kontraksi
menjadiisometrik ketika kita berhenti untuk memegang buku didepan kita
28
(Sherwood, 2012).

Sistem tuas otot


Pada otot rangka, tulang, dan sendi, terdapat sebuah sistem tuas
yang menyatukan ketiganya dan menghasilakn gaya untuk pergerakan.
Sistem ini terbentuk karena otot rangka yang melekat ke tulang melewati
suatu sendi. Tuas adalah struktur kaku yang mampu bergerak mengelilingi
suatu titik sumbu yang dikenal sebagai fulkrum. Di tubuh tulang berfungsi
sebagai tuas, sendi sebagai fulcrum, dan otot rangka, dan otot rangka
menghasilkan gaya untuk menggerakkan tulang. Bagian tuas antara
fulcrum dan titik tempat gaya ke atas terbentuk disebut lengan daya,
sedangkan bagian antara fulkrum dan gaya ke bawah yang ditimbulkan
oleh beban disebut sebagai lengan beban.
Sistem tuas ini contohnya adalah sendi siku. Misalnya terdapat
sebuah benda seberat 5 kg diangkat oleh tangan. Ketika biseps
berkontraksi, otot ini menghasilkan gaya ke atas titik tempat insersinya di
tulang lengan bawah sekitar 5 cm menjauhi sendi siku (fulkrum). Karena
itu, panjang lengan beban, jarak sendi ke siku tangan, rerata adalah 35
cm. Dalam hal ini lengan bebantujuh kali lebih panjang daripada lengan
daya, yang memungkinkan beban dipindahkan dengan jarak tujuh kali
lipat daripada jarak pemendekan otot (sementara biseps memendek 1
cm, tangan memindahkan beban sejauh 7 cm) dan dengan kecepatan
tujuh kali lebih besar (tangan bergerak 7cm selama waktu yang digunakan
biseps memendekkan 1 cm).
Keuntungan sistem ini adalah otot memindahkan beban lebih
cepat dan lebih jauh daripada bila tanpa sistem ini, yang dikarenakan oleh
penambahan kecepatan dan jarak oleh susunannya. Sistem tuas ini juga
memiliki kekurangan yaitu tempat insersi otot harus menghasilkan gaya
tujuh kali lebih besar daripada beban.
28
Prinsip pengungkit pada otot skelet, ada 3 macam jenis
pengungkit:
1. Pengungkit tipe 1
Titik tumpu berada diantara beban dan gaya
Contoh: M. trapezius
2. Pengungkit tipe 2
Beban berada diantara titik tumpu dan gaya
Contoh: M. gastrocnemius
3. Pengungkit tipe 3
Gaya berada diantara titik tumpu dan beban
Contoh: M. biceps brachii

Kerja otot
Kerja otot didefinisikan sebagai gaya dikali dengan jarak.
Sedangakn gaya dapat disamakan dengan tegangan otot yang diperlukan
untuk mengatasi beban (berat benda). Perlu diketahui bahwa otot
melakukan kerja hanya jika benda digerakkan. Oleh karena itu besar kerja
yang dilakukan oleh otot yang berkontraksi bergantung pada seberapa
besar benda dan seberapa jauh benda tersebut dipindahkan. Pada
kontraksi isometric ketika benda tidak berpindah, efisiensi kontraksi
sebagai penghasil kerja eksternal adalah nol. Semua energy yang
dikonsumsi oleh otot sewaktu kontraksi diubah menjadi panas. Umumnya
pada kontraksi isotonik, efisiensi otot adalah sekitar 25%. Dari energi yang
digunakan oleh otot selama kontraksi, 25% direalisasikan sebagai kerja
eksternal, dan 75% sisanya diubah menjadi panas. Panas yang dihasilkan
disini tidak disia-siakan, namun panas tersebut akan digunakan untuk
mempertahankan suhu tubuh .

28
BAB III
PENUTUP

3. 1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi kelompok kecil yang telah kami laksanakan
kami dapat mengambil kesimpulan bahwa, otot dan tulang memiliki peran
yang sangat penting dalam menjalankan aktivitas berjalan maupun
bergerak khususnya yang berhubungan dengan peran otot pada ektremitas
inferior. Otot di inervasi oleh sistem saraf somatik atau saraf motorik
sehingga kerjanya memengaruhi pergerakkan yang akan kita lakukan. Otot
merupakan alat gerak aktif sedangkan tulang merupakan alat gerak pasif
yang mana kerjanya disesuaikan dengan kontraksi yang terjadi pada otot.

3.2. SARAN
Otot dan tulang adalah salah satu struktur yang sangat penting dalam
tubuh kita guna untuk mejalankan segala fungsinya yang berhubungan
dengan gerak maupun lainnya. Dengan demikian alangkah bainya jika kita
menjaga eksistensi dari otot dan tulang ini dalam tubuh kita sehingga tidak
28
terjadi keinginan yang tidak diigini terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton and Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Alih
bahasa: Brahmn U. Pendit. Jakarta: EGC.

28

Anda mungkin juga menyukai