Hormat Kami,
Kelompok 1
28
DAFTAR ISI
Halaman judul.......................................................................................................................
1
Kata pengantar .....................................................................................................................
2
Daftar isi...............................................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang-----------------------------------------------------------------------------------------
4
1.2 Manfaat Penulisan-----------------------------------------------------------------------------------
4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Skenario.......................................................................................................................
5
2.2 Step 1...........................................................................................................................
5
2.3 Step 2 ..........................................................................................................................
6
2.4 Step 3...........................................................................................................................
6
2.5 Step 4...........................................................................................................................
9
2.6 Step 5...........................................................................................................................
10
2.7 Step 6...........................................................................................................................
10
28
2.8 Step 7...........................................................................................................................
10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................
32
3.2 Saran..........................................................................................................................
32
Daftar Pustaka.......................................................................................................................
33
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
SKENARIO
STEP I
1. Otot : Adalah alat gerak aktif yang mampu berkontraksi yang terdiri dari otot
volunteer dan involunteer yang berkerja sesuai fungsinya.
2. Berdiri di atas menara : Suatu tindakan berdiri, dimana badan tegak.
3. Tulang : Adalah jaringan ikat yang terdiri dari matriks tulang dan terdiri dari
tiga utama yaitu sel osteoblast, osteoklas, osteosit.
STEP II
1. Apa benar jika berdiri hanya tulang yang bekerja, sedangkan otak dan saraf
dalam keadaan santai?
2. Apa yang berubah dari otot saat selalu beraktivitas?
3. Bagaimana mekanisme tubuh sampai tahan berdiri?
4. Apa komposisi tulang?
5. Apa saja struktur di dalam otot?
STEP III
1. Tidak benar, karena untuk bisa berdiri sangat diperlukan kontraksi otot
sebagai penggerk utama aktivitas otot. Dimana aktivitas otot ini selalu
dikontrol oleh saraf yaitu sistem saraf somatik dan otak sebagai pusat yang
28
lebih tinggi untuk menghantarkan impuls gerak menuju neuromuskular
junction sehingga dapat terjadi kontraksi otot tersebut. Saraf berhubungan
dengan otot melalui neuro-muscular junction yaitu pertemuan antara
presinaps dan postsinas jaringan otot. Selain itu, Salah satu yang struktur
yang turut berperan dalam mengatur otot saat berdiri adalah nucleus
vestibularis untuk mengatur gerakan tubuh selama beraktivitas agar tetap
seimbang atau dapat mencapai keseimbangan tubuh.
2. Saat kita selalu beraktivitas sehingga otot kita terlatih melakukan aktivitas
tersebut maka komponen otot kita akan bertambah yang juga
mengakibatkan massa otot. Selain itu, kita akan mempu melakukan aktivitas
tersebut dalam jangka waktu yang lama daripada biasanya karena pola
kebiasaan tersebut.
3. Adanya kontraksi otot yang tidak mudah lelah. Jika berdiri diatas menara akan
lebih butuh keseimbangan. Adanya perbedaan adaptasi dan penyesuaian
otot. Terdapat dua tipe serabut otot:
Serat oksidatif (merah): tidak mudah lelah. Otot ini digunakan untuk
melakukan kontraks yang lebih kuat.
Serat glikolitik (pucat): mudah lelah digunakan ntuk menjalankna aktivitas
yang sedang atau yang tidak membutuhkan kontraksi yang berlebihan.
CA10(PO4)6(OH)2
STEP IV
28
STEP V
STEP VI
Pada step ini, kami mempersiapkan diri untuk DKK 2 nanti. Dimulai pada hari
Mingu, 19 Mei 2013 sampai hari senin, 20 Mei 2013.
STEP VII
1. Otot
a. Struktur Otot
Satu sel otot rangka, dikenal sebagai serat otot dimana strukturnya
adalah relative besar, memanjang, dan berbentuk silindris. Otot rangka
terdiri dari sejumlah serat otot yang terletak sejajar satu sama lain dan
disatukan dengan jaringan ikat. Selama perkembangan masa mudigah,
terbentuk serat-serat rangka otot besar yang berasal dari fusi sel otot
yang lebih kecil yang disebut mioblas sehingga ada banyak nucleus dalam
satu sel otot (Sherwood, 2012).
Otot rangka terdiri dari komponen utama yaitu myofibril yang
28
merupakan struktur utama pada sebuah serat otot. Setiap myofibril terdiri
dari susunan teratur elemen-elemen sitoskeleton, yang terdiri dari
filamen tipis dan filamen tebal. Filamen tebal mengandung protein yang
bernama myosin sedangkan filament tipis mengandung aktin,
tropomiosin, dan troponin (Sherwood, 2012).
Selain itu, sebuah myofibril juga memperlihatkan pita gelap (pita A)
dan pita terang (pita I) bergantian. Pita pada semua myofibril tersusun
sejajar satu sama lain secara kolektif menghasilkan gambaran seran-
lintang atau lurik serat otot rangka. Tumpukan filamen tebal dan tipis
secara bergantian yang sedikit tumpang tindih satu sama lain berperan
menghasilkan gambaran pita A dan pita I (Sherwood, 2012).
Pita A
Pita A ini terbentuk dari tumpukan filamen tebal bersama
sebagian kecil filamen tipis yang tumpang tindih di kesua ujung
filament tebal. Filament tebal hanya terletak di dalam pita A dan
terbentang di seluruh lebarnya; yaitu dikedua ujung luar pita A.
Daerah yang lebih terang di tengah pita A, tempat yang tidak dicapai
oleh filamen tipis, disebut Zona H. hanya bagian tengah filamen tebal
yang ditemukan di bagian ini. Suatu sistem protein penunjang
menahan filamen-filamen tebal vertikal di dalam setiap tumpukan.
Protein-protein ini adalah Garis M yang berjalan vertikal di bagian
tengah pita A di dalam bagian tengah zona H (Sherwood, 2012).
Pita I
Pita I terdiri dari filamen tipis sisanya yang tidak menjulur ke
dalam pita A. Di bagian tengah setiap pita I ada garis vertikal pada
Garis Z. Daerah antara dua garis Z adalah Sarkomer, yaitu unit
fungsional otot rangka. Unit fungsional setiap organ adalah
komponen terkecil yang dapat melakukan semua fungsi organ
tersebut sehingga sarkomer adalah unit terkecil yang melakukan
kontraksi. Garis Z adalah lempeng sitoskeleton gepeng yang
28
menghubungkan filamen tipis dua sarkomer yang berdekatan. Pita I
mengandung hanya filament tipis dari dua sarkomer yang berdekatan
tetapi bukan panjang keseluruhan filament ini. Selama pertumbuhan,
otot bertambah panjang dengan menambahkan sarkomer baru di
ujung myofibril, bukan dengan meningkatkan ukuran masing-masing
(Sherwood, 2012).
Struktur lain yang terdapat pada otot adalah titin yang
merupakan untai tunggal protein raksasa yang selastik yang berjalan
di kedua arah dari garis M di sepanjang filamen tebal ke garis Z di
ujung sarkomer berlawanan. Protein ini memiliki dua fungsi yaitu :
Bersama dengan protein-protein garis M, titin membantu
menstabilkan posisi filamen tebal.
Dengan berfungsi sebagai pegas, protein ini sangat meningkatkan
kelenturan otot.
Yaitu, titin membantu otot yng teregang oleh gaya eksternal
kembali secara pasif ke panjang istirahatnya, ketika gaya tersebut
dihilangkan (Sherwood, 2012).
28
Jembatan Silang
Sebagaimana dikatakan, filamen tebal terdiri dari miosin dan
filamen tipis terdiri dari aktin, tropomiosin, dan troponin yang
nantinya kedua filamen ini membentuk jembatan silang. Dimana,
jembatan silang halus terbentang dari masing-masing filament tebal
menuju filament tipis sekitar di tempat di mana filament tebal dan
tipis bertumpang tindih. Secara tiga dimensi, filament tipis tersusun
secara heksagonal di sekitar filament tebal. Jembatan silang menonjol
dari masing-masing filament tebal di keenam arah menuju filament
tipis di sekitarnya. Setiap filament tipis, sebaliknya dikelilingi oleh tiga
filamen tebal (Sherwood, 2012).
Setiap jembatan silang memiliki dua tempat yang krusial bagi
proses kontraksi:
Suatu tempat untuk mengikat aktin
Suatu tempat myosin ATPase (pengurai ATP) (Sherwood, 2012).
28
28
28
b. Fungsi Otot
Sebagaimana kita ketahui bahwa otot dapat melakukan fungsinya apabila
adanya kontraksi maka kontraksi otot yang terkontrol akan
memungkinkan :
Terjadinya gerakan bertujuan tubuh keseluruhan atau bagian-
bagiannya misalnya berjalan atau melambaikan tangan.
Kita dapat memanipulasi benda eksternal atau memindahkan furnitur.
Kita mengosongkan isi organ tertentu ke lingkungan eksternal
misalnya berkemih atau melahirkan (Sherwood, 2012).
Tulang
a. Fungsi tulang
Adapun fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1. Support/penopang
Tulang pada extremitas inferior, gelang panggul, dan columna
vertebrae menyokong berat tubuh saat berdiri tegak
Sedangkan mandibula menyokong gigi.
2. Proteksi
Tulang calvaria melindungi otak
Costae dan sternum melindungi paru dan jantung.
Vertebrae melndungi medula spinalis.
3. Pergerakan
Otot skeletal memanfaatkan tulang sebagai tuas dlm pergerakan
tubuh.
4. Penyimpanan mineral
99% kalsium tubuh.
85% fosfat tubuh.
5. Hematopoiesis 28
Dibentuk di sumsum tulang tertentu.
Sendi
Jenis-jenis persendian:
1. Articulatio fibrosa/sinarthrosis: dihubungkan oleh kolagen. Contoh: sutura.
Pada persendian jenis ini tidak ada gerakan antar tulangnya. Jenis lain dari
articulatio fibrosa ini adalah sindesmosis, Contoh : membran interosseus
antara radius dan ulna.
2. Articulatio cartilaginosa/ampiarthrosis : dihubungkan oleh cartilago.
Cartilago ini memungkinkan terjadinya gerakan minimal. Contoh: symphisis
ossis pubis.
3. Articulatio synovial (diarthrosis): dipisahkan oleh celah berisi cairan
sinovial.
2. Taut Neuromuskular
Neuron motorik dan serat otot rangka berhubungan secara kimiawi di
taut neuromuskular. Potensial aksi di neuron motorik merambat cepat dari
badan sel di SSP ke otot rangka di sepanjang akson bermielin besar (serat
eferen) neuron. Sewaktu mendekati otot, akson membentuk banyak cabang
terminal dan kehilangan selubung mielinnya. Masing-masing dari terminal
akson ini membentuk taut khusus, taut neuromuskular, dengan satu dari
28
banyak sel otot yang membentuk otot keseluruhan. Sel otot, disebut juga
serat otot, berbentuk silindris dan panjang. Terminal akson membesar
membentuk struktur mirip tombol, terminal button atau bouton, yang pas
masuk ke cekungan dangkal, atau groove, di serat otot di bawahnya. Sebagai
ilmuwan meneyebut taut neuromuskular sebagai “motor end plate”. Namun,
kita alam mencadangkan istilah motor-end-plate untuk bagian khusus
membran sel otot tepat dibawah terminal button (Sherwood, 2012).
Asetilkolin adalah neurotransmiter taut neuromuskulus. Di taut
neuromuskular, sel saraf dan sel otot sebenranya tidak berkontak satu sama
lain. Ruang, atau celah, antara kedua struktur ini terlalu besar untuk
memungkinkan transmisi listrik suatu impuls antara keduanya (yaitu, potensial
aksi tidak dapat “meloncat” sedemikian jauh). Selain itum tidak terdapat
saluran keluar bagi arus pembawa muatan dari terminal button. Karenanya,
seperti di sinaps saraf, terdapat suatu pembawa pesan kimiawi yang
mengangkut sinyal antara ujung saraf dan serat otot. Neurotransmiter ini
disebut asetilkolin (ACh) (Sherwood, 2012).
Pengeluaran ACh di Taut Neuromuskular. Setiap terminal button
mengandung ribuan vesikel yang menyimpan ACh. Perambatan potensial aksi
ke terminal akson memicu pembukaan saluran Ca2+ berpintu tegangan di
terminal button. Pembukaan saluran Ca2+ memungkinkan Ca2+ berdifusi ke
dalam terminal button dari konsentrasi ekstraselnya yang lebih tinggi, yang
pada gilirannya menyebabkan pelepasan ACh melalui eksositosis dari
beberapa ratus vesikel ke dalam celah (Sherwood, 2012).
Pembentukkan Potensial END-PLATE. ACh yang dibebaskan berdifusi
melintasi celah dan berikatan dengan reseptor spesifik, yaitu protein membran
khusus yang khas bagi motor end-plate membran serat otot. Peningkatan ACh
dengan reseptor ini memicu pembukaan saluran berpintu kimiawi di motor
end-plate. Saluran ini memungkinkan sejumlah kecil kation berpindah
melewatinya (Na+ dan K+) tetapi tidak untuk anion. Karena permeabilitas
membran end-plate terhadap Na+ dan K+ pada pembukaan saluran-saluran ini
28
pada hakikatnya sama, maka perpindahan relatif ion-ion ini melalui saluran
bergantung pada gaya dorong elektrokimiawi mereka. Ingatlah pada potensial
istirahat, gaya dorong bersih untuk Na + jauh lebih besar daripada untuk K +,
karena potensial istirahat jauh lebih dekat dengan potensial keseimbangan K +.
Gradien konsentrasi dan listrik untuk Na + mengarah ke dalam, sementara
gradien konsentrasi untuk K+ yang ke arah luar sebgaian besar, tetapi tidak
seluruhnya, diimbangi oleh gradien listriknya yang mengarah ke dalam.
Akibatnya, ketika ACh memicu pembukaan saluran-saluran tersebut, jauh lebih
banyak Na+ yang mnegalir daripada K+ keluar sehingga terjadi depolarisasi
motor end-plate. Perubahan potensila ini disebut end-plate potensial (EPP)
(Sherwood, 2012).
Insiasi Potensial Aksi. Daerah motor end-plate itu sendiri tidak memiliki
potensial ambang, sehingga potensial aksi tidak dapat dimulai ditempat ini.
Namun, EPP menyebabkan terbentuknya potensial aksi dibagian serat sisanya.
Taut neuromuskular biasanya berada di tengah dari otot silindris yang
panjang. Ketika terjadi PPE, terbentuk aliran arus lokal antara end-plate yang
mengalami depolarisasi dan membran sel sekitarnya yang berada dalam
keadaan istirahat di kedua arah, membuka saluran Na+ berpintu voltase dan
karenanya menurunkan potensial ke ambang di daerah sekitar. Potensial aksi
yang terbentuk di tempat ini kemudian merambat ke seluruh membran serat
otot melalui hantaran merambat. Penyebaran berlangsung ke dua arah,
menjauh motor end-plate menuju kedua ujung saraf. Aktivitas listrik ini
memicu kontraksi serat otot. Dengan demikian, melalui ACh, potensial aksi di
neuron motorik menimbulkan potensial aksi dan kontraksi di serat otot
(Sherwood, 2012).
Asetilkolinesterase mengakhiri aktivitas asetilkolin di taut neuromuscular.
Respon listrik sel otot dihentikan oleh suatu enzim di membran motor end-
platre, asetilkolinestrase(AChE), yang mengaktifkan ACh. Dengan
membersihkan ACh pemicu kontraksi dari motor end-plate, (AChE)
memungkinkan terjadinya relaksasi (tidak ada lagi ACh yang dibebaskan) 28
(Sherwood, 2012).
Neuron motorik dan serat otot rangka berhubungan secara kimiawi di
taut neuromuskular (neumuscular junction). Potensial aksi di neuron motorik
merambat cepat dari badan sel di SSP ke otot rangka di sepanjang akson
bermielin besar (serat eferen) neuron. Sewaktu mendekati otot, akson
membentuk banyak cabang
terminal dan kehilangan sebung
mielinnya. Masing-masing
terminal akson akan membentuk
taut khusus yang disebut taut
neuromuskular, dengan satu dari
banyak sel otot yang membentuk
otot secara keseluruhan
(Sherwood, 2010).
28
Jika serat otot dirangsang sedemikian cepat, sehingga serat tersebut sama
sekali tidak mendapat kesempatan utnutk melemas diantara rangsangan maka
timbul kontraksi menetapo dengan kekuatan maksimal sebagai tetanus. Kontraksi
tetanus biasannya tiga sampai empat kali lebih kuat daripada kedutan tunggal.
Relaksasi otot
Proses kontraksi dihentikan dengan cara mengembalikan Ca2+ ke kantung
lateral di dalam sitosol saat aktivasi listrik local berhanti (Sherwood,
2012).
Energi yang dibutuhkan untuk melakukan kerja berasal dari reaksi kimia di
sel otot selama berkontraksi.
Kerja otot
Kerja otot didefinisikan sebagai gaya dikali dengan jarak.
Sedangakn gaya dapat disamakan dengan tegangan otot yang diperlukan
untuk mengatasi beban (berat benda). Perlu diketahui bahwa otot
melakukan kerja hanya jika benda digerakkan. Oleh karena itu besar kerja
yang dilakukan oleh otot yang berkontraksi bergantung pada seberapa
besar benda dan seberapa jauh benda tersebut dipindahkan. Pada
kontraksi isometric ketika benda tidak berpindah, efisiensi kontraksi
sebagai penghasil kerja eksternal adalah nol. Semua energy yang
dikonsumsi oleh otot sewaktu kontraksi diubah menjadi panas. Umumnya
pada kontraksi isotonik, efisiensi otot adalah sekitar 25%. Dari energi yang
digunakan oleh otot selama kontraksi, 25% direalisasikan sebagai kerja
eksternal, dan 75% sisanya diubah menjadi panas. Panas yang dihasilkan
disini tidak disia-siakan, namun panas tersebut akan digunakan untuk
mempertahankan suhu tubuh .
28
BAB III
PENUTUP
3. 1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi kelompok kecil yang telah kami laksanakan
kami dapat mengambil kesimpulan bahwa, otot dan tulang memiliki peran
yang sangat penting dalam menjalankan aktivitas berjalan maupun
bergerak khususnya yang berhubungan dengan peran otot pada ektremitas
inferior. Otot di inervasi oleh sistem saraf somatik atau saraf motorik
sehingga kerjanya memengaruhi pergerakkan yang akan kita lakukan. Otot
merupakan alat gerak aktif sedangkan tulang merupakan alat gerak pasif
yang mana kerjanya disesuaikan dengan kontraksi yang terjadi pada otot.
3.2. SARAN
Otot dan tulang adalah salah satu struktur yang sangat penting dalam
tubuh kita guna untuk mejalankan segala fungsinya yang berhubungan
dengan gerak maupun lainnya. Dengan demikian alangkah bainya jika kita
menjaga eksistensi dari otot dan tulang ini dalam tubuh kita sehingga tidak
28
terjadi keinginan yang tidak diigini terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton and Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Alih
bahasa: Brahmn U. Pendit. Jakarta: EGC.
28