Anda di halaman 1dari 3

EKLAMPSIA

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal
SOP Terbit
:

PEMERINTAH KOTA Halaman : 1/3


SIBOLGA
UPTD Kepala Puskesmas
PUSKESMAS
dr. HERLINA NASUTION
SAMBAS NIP. 19740505 200502 2 001

1. Pengertian Merupakan kasus akut pada penderita pre-eklampsia, yang disertai dengan kejang
menyeluruh dan atau koma. Sama halnya dengan pre-eklampsia, eklampsia dapat
timbul pada ante, intra, dan post partum. Eklampsia post partum umumnya hanya
terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan. 50-60% kejadian eklampsia
terjadi dalam keadaan hamil. 30-35% kejadian eklampsia terjadi pada saat inpartu,
dan sekitar 10% terjadi setelah persalinan
2. Tujuan Sebagaiacuan penerapan langkah-langkah untuk mengenal tanda klinis eklampsia
dan melakukan persiapan pasien sebelum dirujuk
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No.

4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 514 Tahun 2015 tentang
eklampsia
5. Prosedur 1.Alat :
a. Alat tulis
b. Tensimeter
c. Stetoskop
d. Oksigen
e. Infus set
f. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin dan urinalisa
g. Kateter urin

2.Bahan:
a. Cairan normal saline

6. Langkah-langkah 1. Dokter memperkenalkan diri dan memberi salam


2. Dokter melakukan anamnesis kepada pasien. Keluhan Kejang yang diawali
dengan gejala-gejala prodromal eklampsia, antara lain:
a. Nyeri kepala hebat
b. Gangguan penglihatan
c. Muntah-muntah
d. Nyeri uluhati atau abdomen bagian atas
e. Kenaikan progresif tekanan darah
3. Dokter mencuci tangan
4. Dokter melakukan pemeriksaan fisik pada pasien. Hasil pemeriksaaan fisik yaitu:
a. Pemeriksaan keadaan umum: sadar atau penurunan kesadaran Glasgow
Coma Scale dan Glasgow-Pittsburg Coma Scoring System.
b. Pada tingkat awal atau aura yang berlangsung 30 sampai 35 detik, tangan
dan kelopak mata bergetar, mata terbuka dengan pandangan kosong.
c. Tahap selanjutnya timbul kejang
d. Pemeriksaan tanda vital Adanya peningkatan tekanan darah diastol >110
mmHg
e. Sianosis
f. Skotoma penglihatan
g. Dapat ditemukan adanya tanda-tanda edema paru dan atau gagal jantung
h. Pemeriksaan Penunjang Dari pemeriksaan urinalisa didapatkan proteinuria ≥
2+

5. Dokter menegakkan diagnosa. Penegakan Diagnostik (Assessment). Diagnosis


ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
6. Dokter memberikan penatalaksanaan yaitu:
a. Pemberian obat anti kejang.
b. Masukan sudap lidah ke dalam mulut penderita
c. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenburg untuk mengurangi risiko
aspirasi
d. Katerisasi urine untuk pengukuran cairan dan pemeriksaan proteinuria
e. Beberapa keluarga pasien membantu untuk menjaga pasien tidak terjatuh
dari tempat tidur saat kejang timbul
f. Beri O2 4 - 6 liter permenit

7. Dokter mencuci tangan


8. Konseling dan Edukasi. Memberitahu keluarga mengenai kondisi pasien dan
tindak lanjut dari tindakan yang telah dilakukan, serta meminta keluarga untuk
tetap tenang pada kondisi tersebut
9. Dokter mencatat rekam medik
10. Dokter merujuk pasien
7. Diagram Alir FLOW CHART

Dokter memperkenalkan diri dan


memberi salam

Dokter melakukan anamnesis kepada pasien

Dokter mencuci tangan

Dokter melakukan pemeriksaan fisik pada pasien

Dokter menegakkan diagnosa

Dokter memberikan penatalaksanaan

Dokter mencuci tangan

Konseling dan Edukasi

Dokter mencatat rekam medik

Dokter merujuk pasien


8. Hal-hal yang perlu Kriteria Rujukan Bila gejala agitasi telah terkendali, pasien dapat segera dirujuk ke
fasilitas pelayanan rujukan sekunder untuk memperbaiki penyakit utamanya.
diperhatikan
9. Unit Terkait 1. Poli Umum
2. Ruang gawat darurat
3. Apotek
10. Dokumen Terkait 1. Rekam Medis
2. Catatan tindakan.
11. Rekam historis
perubahan No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai
dilakukan

Anda mungkin juga menyukai