Bedah Sahala PDF
Bedah Sahala PDF
Fakultas Kedokteran
Bagian Ilmu Bedah
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Sejarah
Sejak jaman Hipocrates sampai awal abad 19, fraktur distal radius
masih disalah artikan sebagai dislokasi dari npergelangan tangan. Abraham
Colles (1725 – 1843) pada tahun 1814 mempublikasikan sebuah artikel yang
berjudul ‘On the fracture of the carpal extremity of the radius’. Sejak saat itu
fraktur jenis ini diberi nama sebagai fraktur Colles sesuai dengan nama
Abraham Colles (Appley,1995; Salter,1984)
Fraktur Colles’ adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius bagian
distal yang berjarak 1,5 inchi dari permukaan sendi radiocarpal dengan
deformitas ke posterior, yang biasanya terjadi pada umur di atas 45-50 tahun
dengan tulangnya sudah osteoporosis. Kalau ditemukan pada usia muda
disebut fraktur tipe Colles’ (Appley, 1995; Jupiter, 1991; Salter, 1984).
Kelainan pada pergelangan tangan sebagai akibat fraktur distal radius akan
mempengaruhi fungsi tangan karena pergelangan tangan merupakan kunci
untuk mendapatkan fungsi tangan yang baik (Auliffe dkk, 1995;Brumfield
dkk, 1984).
Gambar 1
radial length
Ada satu pengukuran lagi yang penting pada fraktur Colles’ yaitu ‘Radial
Width’. Diukur dari foto AP, merupakan antara garis axis longitudinal dan
garis yang melalui tepi paling lateral dari radial styloid.
2.2 Insiden
Fraktur distal radius terutama fraktur Colles’ lebih sering ditemukan pada
wanita, dan jarang ditemui sebelum umur 50 tahun (Clancey, 1984; Cooney,
1982). Secara umum insidennya kira-kira 8 – 15% dari seluruh fraktur dan
diterapi di ruang gawat darurat. Dari suatu survey epidemiologi yang
dilakukan di Swedia, didapatkan angka 74,5% dari seluruh fraktur pada
lengan bawah merupakan fraktur distal radius (Cooney,1980).
Umur di atas 50 tahun pria dan wanita 1 berbanding 5. Sebelum umur 50
tahun, insiden pada pria dan wanita lebih kurang sama di mana fraktur Colles’
lebih kurang 60% dari seluruh fraktur radius (Cooney,1980).
Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata pertahun
0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 – 59 tahun (Dias dkk,
1980; Sarmiento dkk, 1980).
2.3 Patogenesa
Umumnya fraktur distal radius terutama fraktur Colles’ dapat timbul setelah
penderita terjatuh dengan tangan posisi terkedang dan meyangga badan
(Appley, 1995 ; Salter, 1981).
Pada saat terjatuh sebahagian energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak
dan persendian tangan, kemudian baru diteruskan ke distal radius, hingga
dapat menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah yaitu antara batas
tulang kortikal dan tulang spongiosa.
Khusus pada fraktur Colles’ biasanya fragmen distal bergeser ke dorsal,
tertarik ke proksimal dengan angulasi ke arah radial serta supinasi. Adanya
fraktur prosesus styloid ulna mungkin akibat adanya tarikan triangular
fibrokartilago atau ligamen ulnar collateral ( Salter, 1984).
Berdasarkan percobaan cadaver didapatkan bahwa fraktur distal radius dapat
terjadi, jika pergelangan tangan berada dalam posisi dorsofleksi 40 – 900
dengan beban gaya tarikan sebesar 195 kg pada wanita dan 282 kg pada pria
( Rychack, 1977).
Pada bahagian dorsal radius frakturnya sering komunited, dengan periosteum
masih utuh, sehingga jarang disertai trauma tendon ekstensor. Sebaliknya
pada bahagian volar umumnya fraktur tidak komunited, disertai oleh robekan
periosteum, dan dapat disertai dengan trauma tendon fleksor dan jaringan
lunak lainnya seperti n. medianus dan n. ulnaris.
Fraktur pada radius distal ini dapat disertai dengan kerusakan sendi radio
carpalia dan radio ulna distal berupa luksasi atau subluksasi. Pada sendi radio
ulna distal umumnya disertai dengan robekan dari triangular fibrokartilago.
2.4 Klasifikasi
Penggunaan eponyms seperti Colles’, Smith atau Barton fraktur telah lama
dikenal untuk menerangkan tentang fraktur distal radius dan sampai
sekarang istilah tersebut masih dipakai (Peltier, 1984)
Namun penggunaan istilah ini tidak dapat menggambarkan tentang
hubungannya dengan pengobatan dan hasil pengobatan.
KLASIFIKASI AO
(Kreder & Hanell, 1996)
Klasifikasi ini lebih rumit dan detil di mana fraktur dibagi menjadi 3 tipe
kemudian masing-masing tipe dibagi lagi menjadi sub tipe, sebagai berikut :
1. Tipe A : Extra articular, dibagi menjadi A1, A2, A3.
2. Tipe B : Partial articular, dibagi menjadi B1, B2, B3.
3. Tipe C : Complete articular, dibagi menjadi C1, C2, C3.
KLASIFIKASI SARMIENTO
(Sarmiento, 1981)
Membagi fraktur berdasarkan peranjakan fragmen distal dan adanya fraktur
pada sendi radiocarpalia.
Klasifikasi Frykman
2.5 Diagnosa
Biasanya penderita mengeluh deformitas pada pergelangan tangan dengan
adanya riwayat trauma sebelumnya. Pada penemuan klinis untuk fraktur
distal radius terutama fraktur Colles’ akan memberikan gambaran klinis yang
klasik berupa ‘dinner fork deformity’, dimana bagian distal fragmen fraktur
beranjak ke arah dorsal dan radial, bagian distal ulna menonjol ke arah volar,
sementara tangan biasanya dalam posisi pronasi, dan gerakan aktif pada
pergelangan tangan tidak dapat dilakukan (Appley, 1995; Charnley, 1970;
Collert & Issacson, 1978; Kauer, 1980; Sarmiento 1981).
Pada fraktur dengan peranjakan yang berat akan dapat menimbulkan extra
vasasi darah hingga pergelangan tangan dan tangan bahkan bagian distal
lengan bawah akan cepat membengkak ( Cooney, 1980; Howard dkk,
1989).
2.6 Penanganan
Berbagai macam metode stabilisasi dan immobilisasi telah dikemukakan. Hal
inilah yang sering menimbulkan kontroversi dalam penanganan fraktur distal
radius. Ini menunjukkan belum adanya metode immobilisasi yang benar-
benar memuaskan. Tujuan utama dari pengobatan fraktur ini adalah
menghasilkan reduksi seanatomis mungkin dan mempertahankan posisi ini
sampai timbul konsolidasi tulang dan pencegahan komplikasi (Jenkins dkk,
Fiksasi Eksterna :
Conney (1983) menganjurkan eksternal fiksasi pada,
1. Frykman tipe 5-8
2. Dorsal angulasi > 250
3. Pemendekan radius > 10 mm
4. Fraktur intra artikuler kominutif
5. Redislokasi setelah reposisi
6. Fraktur bilateral
Komplikasi
Penting karena komplikasi ini akan mempengaruhi hasil akhir fungsi yang
tidak memuaskan. Umumnya akan selalu ada komplikasi. Menurut Cooney,
hanya ada 2,9% kasus yang tidak mengalami disabiliti dan gangguan fungsi
(Cooney, 1980).
Adapun komplikasi yang mungkin terjadi :
A. DINI
- Kompresi / trauma saraf ulnaris dan medianus
- Kerusakan tendon
- Edema paska reposisi
- Redislokasi
2.8.3 Redislokasi
Adalah bergesernya kembali fragmen distal ke posisi semula pada 2 minggu.
Biasanya berkisar antara 11-42%. Gartland & Werley mendapatkan
perubahan VA 3-6 0, RA 2-40, dan RL 1,5 – 2,5 mm pada minggu pertama.
Stewart HD dan kawan-kawan 1984, mendapatkan perubahan VA rata-rata
9,90, RA 2-40 dan RL 1,7 mm selama immobilisasi 6 minggu. Secara umum
dari kepustakaan akan didapatkan perubahan VA 0-150, RA 0-80 dan RL 0-8
mm.
Collert dan Isacson melakukan reposisi ulang kalau angulasi > 150 dan ulnar
deviasi > 100. Sedang De Palma menyatakan bahwa untuk mendapatkan
fungsi yang baik, angulasi dorsal < 50 dan pemendekan radius < 3 mm.
Gartland & Werley mendapatkan bahwa angulasi dorsal > 100, maka palmar
fleksi akan terganggu (hanya sampai 300), sedangkan perubahan RA dan
pemendekan radius (RL) tidak begitu berpengaruh pada fungsi pergelangan
tangan.
Rhycak dan kawan-kawan, menyatakan bahwa adanya residual dorsal tilt >
100 tidak akan menimbulkan gangguan yang nyata pada gerakan dorsi dan
palmar fleksi, dan pemendekan radius 2-6 mm tidak menimbulkan gangguan
pada pronasi dan supinasi.
Sedangkan menurut Kapanji, kalau terjadi perubahan sumbu radio ulnar
distal, apakah itu akibat perubahan radial angle atau volar angle akan
menimbulkan subluksasi / dislokasi yang mengakibatkan gerakan pronasi dan
rotasi akan terbatas dan nyeri.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 3
Cara Traksi Memakai Finger Straps
RT RT RA & RL
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
4.1 Umum
Selama penelitian ini berlangsung dari mulai bulan Maret 2002 sampai
selesai, telah dilakukan pemasangan below elbow cast posisi lengan bawah
supinasi pada 17 kasus (SDFDU, disebut kelompok A), 2 kasus drop out dan
above elbow cast dengan posisi lengan bawah pronasi pada 19 kasus
(FSPFDU, disebut kelompok B), 4 kasus drop out karena tidak melakukan
follow-up ke lokasi penelitian. Jadi sampel yang dimasukkan ke dalam
penelitian adalah sejumlah 30 pasien.
Tabel 1
Distribusi Umur dan Jenis Kelamin Antara Kelompok A (SDFDU) dan
Kelompok B (FSPFDU)
Jenis Kelamin
Umur Klp.A Klp.B Total %
(th) Lk Pr Lk Pr
<20 1 1 1 2 5 16,67
20-29 4 2 4 1 11 36,66
30-39 3 0 2 1 6 20,0
40-49 2 1 2 0 5 16,67
>50 1 0 1 1 3 10,0
Total 11 4 10 5 30 100
X ± SD 32,067 ± 12,203 32,933 ± 14,335 P = 0,4299
Pada tabel di atas terlihat bahwa, jenis kelamin terbanyak untuk kedua
kelompok A dan B adalah laki-laki sekitar 70% lebih kurang sama, sehingga
kedua kelompok tidak berbeda bermakna menurut jenis kelamin.
Kelompok usia terbanyak adalah 20-29 tahun sekitar 35-40% lebih kurang
sama, tidak berbeda bermakna (p>0,05).
Usia rata-rata antara kedua kelompok adalah 32,5 tahun dengan rentang usia
penderita antara 17 sampai 62 tahun.
Jenis Kelamin
Lengan Klp.A Klp.B Total %
Lk Pr Lk Pr
Kanan 9 3 7 3 22 73,33
Kiri 2 1 3 2 8 26,67
Total 11 4 10 5 30 100,00
Tabel 3
Distribusi Umur dan Penyebab Fraktur Colles atau Tipe Colles
Pada Kedua Kelompok A dan B
U m u r (th)
Penyebab <20 20-29 30-39 40-49 >50 %
Laka A A
A B A B A B
B B
Lalin 2 2 5 5 2 3 1 2 0 0 22(73,33)
Kerja 0 11 0 1 0 2 0 0 0
Terjatuh 0 0 0 0 0 0 0 1 2 5(16,67)
0 3(10,0)
Total 2 3 6 5 3 3 3 2 1 2 30(100)
Pada penelitian ini ternyata fraktur Colles atau tipe Colles paling banyak
disebabkan kecelakaan lalu lintas 22 kasus ( 73,33%) kemudian diikuti
karena kecelakaan kerja 5 kasus (16,67%). Sedangkan akibat jatuh sendiri
sebanyak 3 kasus (10%). Ternyata semakin muda umur penderita, maka
penyebab kecelakaaan lalu lintas semakin tinggi. Sebaliknya semakin tua,
maka makin disebabkan oleh jatuh sendiri.
4.2 Khusus
4.2.1 Data Pra Reposisi Tertutup
Dari 30 kasus yang dilakukan penelitian bahwa fraktur Colles atau tipe
Colles terbanyak adalah Tipe I sebanyak 12 kasus (40,00%). Distribusi tipe
fraktur menurut Frykman pada kedua kelompok terlihat hampir merata
kecuali pada tipe I yang lebih banyak pada kelompok A sebanyak 7 kasus.
Tabel 5
Radial Angle, Radial Length dan Radial Tilt Sisi Sehat
Kedua Kelompok A dan B
Tabel 6
Perubahan Rata-rata Radial Angle, Radial Length dan Radial Tilt
Pada Sisi Fraktur
Setelah didapatkan pengukuran RA, RL dan RT pada sisi sehat, maka dapat dicari
nilai perubahan yang terjadi pada sisi fraktur dengan membandingkannya pada sisi
sehat. Seperti pada tabel di atas dari 30 kasus kedua kelompok ternyata RA, RL dan
RT kelompok A maupun B tidak bermakna di mana p>0,05.
4.2.2 Hasil Pasca Reposisi Tertutup dan Fiksasi
Perubahan rata-rata Radial Angle, Radial Length dan Radial Tilt pada sisi fraktur
pasca reposisi dan fiksasi.
Setelah dilakukan reposisi tertutup dengan anestesi lokal dan pemasangan gips
dengan membandingkan kedua kelompok A (SDFDU) dan B (FSPFDU), didapatkan
sebagai berikut :
Tabel 7
RA, RL dan RT Pasca Reposisi dan Fiksasi Awal
Tabel 8
RA, RL dan RT 2 Minggu Pasca Reposisi dan Fiksasi
Klp.A = 15 Klp.B = 15
Parameter P
Mean SD Mean SD
Dua minggu pasca reposisi dan fiksasi, nilai RL pada kelompok A secara
statistik lebih besar (p<0,05) daripada kelompok B dan nilai RT pada
kelompok A lebih kecil secara statistik (p<0,05) daripada kelompok B.
Tabel 9
RA, RL dan RT 4 Minggu Pasca Reposisi dan Fiksasi
Klp.A = 15 Klp.B = 15
Parameter Mean P
Mean SD
SD
Empat minggu pasca reposisi dan fiksasi nilai RL pada kelompok A secara
statistik lebih besar (p<0,05) daripada kelompok B dan nilai RT pada
kelompok A lebih kecil (p<0,05) daripada kelompok B.
Tabel 10
RA, RL dan RT 3 Bulan Pasca Reposisi dan Fiksasi
Klp.A = 15 Klp.B = 15
Parameter P
Mean SD Mean SD
Tabel 11
Rata-rata Fungsi Setelah 3 Bulan
( Kriteria Gartland dan Werley )
Sempurna 9 4 13
60% 26,7% 43,3%
Baik 3 2 5
20% 13,3% 16,7%
Cukup 3 3 6
20% 20% 20%
Kurang 0 6 6
40% 20%
X2 = 8,123 Df = 3 P = 0,0435
Pada kelompok A tidak seorangpun mengalami fungsi pergelangan tangan
yang kurang/jelek (0 dari 15) dibandingkan dengan kelompok B (6 dari 15).
Pada kelompok A yang mengalami perbaikan fungsi sempurna (9 dari 15 ;
60%) adalah dua kali lebih banyak daripada kelompok B (4 dari 15; 26,7%)
Tabel 12
Hubungan Perubahan RA,RL dan RT pada Fiksasi Awal Sampai 3
Bulan Pada Kelompok A
Peranjakan atau displacement selama dipasang gips pada fiksasi dari waktu
ke waktu (mulai fiksasi awal sampai 4 minggu) secara statistik tidak
signifikan, kecuali perubahan fungsi RL pada kelompok B, setelah 3 bulan
dinilai fungsi pergelangan tangan.
B. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 kasus fraktur Colles atau tipe
Colles selama 9 bulan dengan 2 kelompok perlakuan antara fiksasi gips
sirkular SDFDU dan FSPFDU didapatkan penderita terbanyak adalah laki-laki
70% seperti pada penelitian terbaru (Solichin,Nugroho B,Manjas M,
Wihandono dkk, 1998), insiden terbanyak pada usia muda (60%), penyebab
fraktur terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas (73,33%), karena diperlukan
trauma yang agak berat untuk terjadinya fraktur, sedangkan usia tua jatuh
sendiri terjadi fraktur karena tulang sudah osteoporotik. Dari kepustakaan
didapatkan bahwa fraktur distal radius banyak ditemui pada wanita dan umur
tua (Conwell,Vesley,1992; Jupiter, 1991,Peltier, 1984; Wahlstorm, 1982).
Sisi tangan yang dikenai pada penelitian ini ditemukan pada sisi kanan lebih
banyak fraktur (71,3%). Hal ini mungkin karena kasus yang diteliti umumnya
usia muda dengan mobilitas tinggi, sehingga tangan kanan yang dominan
lebih berfungsi sebagai proteksi. Penemuan ini sesuai dengan laporan dari
Chapman, 1992; Collert, 1978; Peltier, 1984).
Distribusi tipe fraktur menurut sistem Frykman pada kedua kelompok merata,
secara keseluruhan tipe I paling banyak ditemui (40%). Hal ini terjadi karena
kasus terbanyak adalah umur muda di mana menurut kepustakaan tulangnya
belum osteoporotik dengan periosteumnya masih tebal dan intak. (Appley,
1995; Kapanji, 1983; Salter, 1984).
Pengukuran yang dilakukan pada sisi kontralateral (sisi yang sehat) diperoleh
angka rata-rata Radial Angle (RA) 20,47 ± 2,05130, Radial Length (RL) 11±
1,38 mm dan Radial Tilt (RT) 11,67 ± 2,8690 tidak bermakna pada kedua
kelompok A dan B di mana p>0,05. Besarnya pengukuran ini ternyata tidak
berbeda bila dibandingkan dengan kepustakaan. Umumnya rata-rata berkisar
RA 16-300 , RL 8-14 mm dan RT 2-280.
Nilai rata-rata RA sisi sehat di atas sesuai juga dengan penelitian Sanjaya,
1993; Manjas, 1996; untuk orang Indonesia dan lebih kecil dibanding orang
Kaukasia.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari 30 kasus fraktur Colles atau tipe Colles yang diteliti, maka pada
penelitian ini dapat diambil kesimpulan :
1. Fraktur tipe Colles lebih sering terjadi pada usia muda akibat kecelakaan lalu
lintas.
2. Berat fraktur berhubungan dengan penyebabnya (force trauma), sisi kanan
lebih sering dibanding sisi kiri.
3. Nilai rata-rata RA = 20,47 ± 2,050 ; RL = 11 ± 1,38mm; RT =11,67 ± 2,870.
Kedua kelompok homogen.
4. RA hasil reposisi dan fiksasi kedua kelompok tidak berbeda bermakna, tetapi
berbeda bermakna pada RL dan RT, baik secara anatomis (RL dan RT) dan
fungsional kelompok A lebih baik dari kelompok B.
5. Metoda reposisi modifikasi Bohler disertai fiksasi gips sirkuler setinggi siku,
posisi supinasi, lengan bawah dan pergelangan tangan dorsifleksi serta
deviasi ulna (SDFDU) lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan metoda
fiksasi gips sirkuler di atas siku, posisi siku fleksi 900, lengan bawah pronasi
dan pergelangan tangan fleksi serta deviasi ulna (Cotton Loader) FSPFDU
yang selama ini digunakan.
5.2. Saran
BAB VI
KEPUSTAKAAN
Appleys AG : System of orthopaedic and fractures. 7th ed. ELBS with ELBS with
Bitterwarth Heineman , 595 – 599, 1995.
Charnley : The closed treatment of common fractures. 3rd ed. 128-142, 1984.
Clancey GJ : Percutaneus Kirschner wire fixation of Colles’ fracture. J Bone and Joint
Surg. 66A, 1008-1014, 1984.
Dias JJ, Wray CC et al : The value of early mobillization in the treatment of Colles’
Fractures. J.Bone and Joint Surg. 69B, 463-467, 1980.
Frykmann G : Fracture of the distal radius including sequelle. Acta Orthop Scand
108, 1967.
Gartland JJ.,Werley CW.: Evaluation of healed Colles’ Fracture.J Bone Joint Surgery
33A, 895-907, 1951.
Jenkins NH, Jonee DG : External fixation of Colles’ fractures. J Bone and Joint Surg.
69B (2), 207-211, 1987.
Jupiter JB : Current concept review fractures of the distal end of the radius. J Bone
and Joint Surg. 73A, 461-469, 1991.
Kaner JMG : Functional anatomy of the wrist. Clin Orthop. 149, 9-19, 1980.
Kapanji JA : The physiology of the Joint.2nd ed. Vol 1 Upper Limb, Wong King Tong
Co, Ltd, 1983.
Lidstrom A : Fracture of the distal end radius.Acta Orthop. Scand Suppl 41, 1959.
Linden VDW, Ericson R. : Colles’ fracture. How should its displacement be measured
and how should it be immobilized? J.Bone and Joint Surg. 63(8), 1285 1288,
1981.
Manjas M: Hasil reposisi tertutup fraktur distal radius antara traksi dan non traksi pra
Reposisi. Makalah bebas Program Studi Ilmu Bedah Orthopaedi FKUI, 1996.
Palmer AK, Werner FW: Biomechanic of distal radioulnar joint. Clin Orthop. 187, 26-
35, 1981.
Peltier LF : Fracture of the distal end of the radius. Clin Orthop. 187,12-22, 1984.
Rickli DA, Rigazzoni P : Fracture of the distal end of the radius treated by internal
fixation and early function. A preliminary report of 20 cases. J.Bone and Joint
Surg. 78B(4), 588-592, 1996.
Rhycak JS, Akerder, Maryland : Injury to the median and ulnar nerves secondary to
the fracture of the radius. J.Bone and Joint Surg.A,414-415, 1997.
Salter RB : Text book of disorder and injuries of the musculoskeletal system. William
Wilkin Co Ltd. P, 487-491, 1984.
Solichin I : Penanganan konservatif fraktur distal radius dengan below elbow cast di
RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo. Makalah bebas Program Studi Ilmu Bedah
Orthopaedi FKUI. 1994.
Steward HD, Innes AR, Burke FD : Functional cast bracing for Colles’ fracture. J Bone
and Joint Surg. 66B, 749-753, 1984.
Tsukazaki T, Iwasah K : Ulnar wrist pain after Colles’ fracture. Acta Orthop. Scand,
64(4), 4462-4464, 1993.
Wiker ER : A rational approach for the recognition and treatment of Colles’ fracture.
Clin Orthop. 3(1), 13-21, 1987.
-----------------------