OLEH
KELOMPOK 6 :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat-
Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah “Manajemen Rumah
Sakit” dengan tepat waktu. Makalah ini merupakan salah satu pemenuhan tugas
mata kuliah “Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan”.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran dari semua
pihak sangat diharapkan agar pembuatan makalah pada tugas berikutnya
terminimalisir kesalahan dalam pembuatannya.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Berangkat dari kesadaran tersebut, rumah sakit yang ada di Indonesia baik
milik pemerintah maupun swasta, selalu berupaya untuk memberikan pelayanan
yang terbaik kepada pasien dan keluarganya. Baik melalui penyediaan peralatan,
pengobatan, tenaga medis yang berkualitas sampai pada fasilitas pendukung
lainnya seperti tempat penginapan, kantin, ruang tunggu, apotik dan sebagainya.
Dengan demikian masyarakat benar-benar memperoleh pelayanan kesehatan yang
cepat dan tepat. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan
derajat kesehatan masyarakat (Aditama, 2006).
B. Identifakasi Masalah
C. Tujuan
Baru pada akhir-akhir ini, terutama pada sekitar tahun 1975, muncul rumah
sakit swasta di kota-kota besar, yang dikelola dengan motivasi yang agak
berlainan. Meskipun rumah sakit ini tidak secara berteras terang merupakan
lembaga yang profit making, akhirnya toh tidak dapat disembunyikan bahwa
rumah sakit ini mempunyai kemampuan finansial yang kuat tentunya sulit untuk
menyatakan bahwa rumah sakit ini mempunyai kemampuan finansial yang kuat
yang tentunya sulit untuk menyatakan bahwa rumah sakit ini adalah non-profit
making dan sosial semata-mata. Fenomena ini telah menumbuhkan polemik baru
dari segi filosofi, yaitu apakah rumah sakit dimungkinkan dikelola secara “bisnis”
dalam arti menjadi suatu instansi yang profit making? Polimik ini sudah tentu
menyangkut landasan kenegaraan/falsafah kenegaraan kita, yaitu Pancasila dan
UUD 1945(Sulastomo, 2000).
Meskipun demikian, dalam perkembangan dewasa ini, rumah sakit toh tidak
mungkin dikelola semata-mata sosial. Dalam keadaan sekarang, hamir seluruh
rumah sakit swasta menghadapi realita kehidupan yang semakin meterialistis.
Rumah sakit harus membayar teknologi kedokteran, listrik, air, dapur dan bahkan
imbalan jasa dokter dan paramedis dengan mengikuti harga pasar. Dalam keadaan
inilah, dari segi manajemen, rumah sakit yang selama ini memang lebih
mementingkan aspek sosial, seolah-olah ketinggalan “kereta”. Tidak terlepas
dalam hubungan ini adalah rumah sakit pemerintah di mana meskipun seluruh
biaya eksploitasi/personel/gedung dan lain sebagainya ditanggung oleh
pemerintah (secara teoritis), keperluan mengelola rumah sakit sesuai dengan
prinsip-prinsip manajemen adalah sangat mutlak (Sulastomo, 2000).
Masalah itu perlu dikemukakan, karena peranan dokter adalah sangat kuat
dan pengelolaan rumah sakit di Indonesia dewasa ini, yang dengan sendirinya
mempengaruhi jalannya organisasi-organisasi rumah sakit, yaitu penyelenggaraan
organisasi diagnostik, therapy, perawatan pasien, penyediaan/logistik,
administrasi/keuangan, rumah tangga, perlengkapan dan lain sebagainya
(Sulastomo, 2000).
Tentunya akan sangat ideal, apabila seorang direktur adalah seorang dokter
yang telah memperoleh pendidikan dalam Hospital Management. Tidak
berlebihan bahwa para manager rumah sakit di Indonesia telah banyak belajar dari
pengalaman, namun dalam menghadapi perumahsakitan yang semakin kompleks,
masalah ini perlu dipecahkan,m sehingga kemampuan rumah sakit
menyelenggarakan rumah sakit itu dapat ditingkatkan (Sulastomo, 2000).
Dengan memperhatikan uraian di atas jelaslah bahwa ada tiga bahan yang
semestinya sangat penting dengan tugas dan wewenang yang cukup jelas, yaitu:
Ketiga badan ini, sesuai dengan fungsi dan wewenangnya, saling mengisi
dan mengontrol, sehingga tercapai keseimbangan untuk mengarahkantujuan dan
hendak dicapai oleh rumah sakit itu. Tetapi, khusus di Indonesia, ketiga badan ini
pada umumnya masih sering terjadi semacam conflict of interest dari masisng-
masing anggota badan tersebut, karena dari segi personalia sering tidak dapat
dipisahkan tugas seorang dokter yang menjadi direksi rumah sakit yang sekaligus
merawat pasien (Sulastomo, 2000).
a. Direktur
b. Wakil direktur terdiri dari:
1. Wadir Pelayanan Medik dan Keperawatan
2. Wadir Penunjang Medik dan Instalasi
3. Wadir Umum dan Keuangan
4. Wadir Komite Medik
A. Kesimpulan
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran
yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit
mempunyai beberapa fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan medik,
pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan keperawatan,
pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pelayanan rujukan upaya
kesehatan, administrasi umum dan keuangan.
Ada tiga bahan yang semestinya sangat penting dengan tugas dan
wewenang yang cukup jelas dalam struktur organisasi rumah sakit umum di
Indonesia, yaitu: Pemilik Rumah Sakit/Yayasan/Governing Board, Direksi Rumah
Sakit dan Staf Kedokteran (medical staff. Ketiga badan ini, sesuai dengan fungsi
dan wewenangnya, saling mengisi dan mengontrol, sehingga tercapai
keseimbangan untuk mengarahkan tujuan dan hendak dicapai oleh rumah sakit
itu.