Anda di halaman 1dari 15

Tugas : Kelompok

ORGANISASI DAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN


”MANAJEMEN RUMAH SAKIT”

OLEH
KELOMPOK 6 :

NURUL ARNIYANTI IKMAL J1A1 16 223


NUUR FARIDAH MAIMUNAH J1A1 16 227
AMALYA FEBRIANI SIJI J1A1 16 343
ALFIANSYAH J1A1 16 323

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat-
Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah “Manajemen Rumah
Sakit” dengan tepat waktu. Makalah ini merupakan salah satu pemenuhan tugas
mata kuliah “Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan”.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran dari semua
pihak sangat diharapkan agar pembuatan makalah pada tugas berikutnya
terminimalisir kesalahan dalam pembuatannya.

Kendari, 4 Oktober 2018

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan


yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Kristiadi (1994) menyatakan
bahwa tugas pemerintah yang paling dominan adalah menyediakan barang-barang
publik (public utility) dan memberikan pelayanan (public service) misalnya dalam
bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, kesehatan, perkembangan perlindungan
tenagakerja, pertanian, keamanan dan sebagainya. Tidak mengherankan apabila
bidang kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan
kesehatan yang terbaik untuk masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud
tentunya adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa
sebuah negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila
didukung oleh masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani.

Berangkat dari kesadaran tersebut, rumah sakit yang ada di Indonesia baik
milik pemerintah maupun swasta, selalu berupaya untuk memberikan pelayanan
yang terbaik kepada pasien dan keluarganya. Baik melalui penyediaan peralatan,
pengobatan, tenaga medis yang berkualitas sampai pada fasilitas pendukung
lainnya seperti tempat penginapan, kantin, ruang tunggu, apotik dan sebagainya.
Dengan demikian masyarakat benar-benar memperoleh pelayanan kesehatan yang
cepat dan tepat. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan
derajat kesehatan masyarakat (Aditama, 2006).

Masalah manajemen atau pelayanan di rumah sakit pada akhir-akhir ini


memang banyak menjadi bahan pembahasan di lingkungan masyarakat. Sering
sekali masyarakat yang menggunakan fasilitas ini mengalami kesulitan dalam
memenuhi berbagai persyaratan agar dapat memperoleh layanan kesehatan yang
diinginkan. Sebenarnya perbaikan terhadap mutu rumah sakit baik dari layanan
administrasi maupun medis memang benar-benar mutlak dibutuhkan. Bukan saja
karena banyaknya keluhan-keluhan masyarakat yang merasa kecewa dengan
pelayanan rumah sakit, baik dari segi mutu, kemudahan prosedur administrasi,
tarif, dan juga dengan adanya perkembangan zaman yang sudah mendesak untuk
melakukan perbaikan- perbaikan. Jolly dan Gerbaud (1992) menyebutkan bahwa
pasien yang dirawat di rumah sakit bukan saja mengharapkan pelayanan medis
dan keperawatan yang baik, makanan yang enak serta utamanya adanya
hubungan baik antara staf rumah sakit dengan para pasien.

B. Identifakasi Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Rumah Sakit?


b. Apa saja Jenis-jenis Rumah Sakit yang ada di Indonesia?
c. Bagaimana Manajemen Pelayanan Rumah Sakit?
d. Apa saja Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Di Indonesia?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui Pengertian Rumah Sakit


b. Untuk mengetahui Jenis-jenis Rumah Sakit yang ada di Indonesia
c. Untuk mengetahui Manajemen Pelayanan Rumah Sakit
d. Untuk mengetahui Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rumah Sakit

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan


meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi
melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan
penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Siregar, 2004).

Menurut undang-undang tentang rumah sakit dijelaskan bahwa rumah sakit


adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat. Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan
didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan,
persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan
pasien, serta mempunyai fungsi sosial. (Depkes, 2009).

Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan untuk


pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
RI No: 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan
upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan.
Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan
medik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan
keperawatan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pelayanan
rujukan upaya kesehatan, administrasi umum dan keuangan (Siregar, 2004).

B. Jenis-jenis Rumah Sakit yang ada di Indonesia

Di Indonesia dikenal tiga jenis RS sesuai dengan kepemilikan, jenis


pelayanan dan kelasnya.

1. Berdasarkan kepemilikannya, dibedakan tiga macam RS


a. RS Pemerintah (RS Pusat, RS Provinsi, RS Kabupaten)
b. RS BUMN/ABRI
c. RS Swasta yang menggunakan dana investasi dari sumber dalam
negeri (PMDN) dan sumber luar negeri (PMA).
2. Berdasarkan jenis pelayanan
a. RS Umum
b. RS Jiwa
c. RS Khusus (mata, paru, kusta, rehabilitasi, jantung, kangker, dan
sebagainya).
3. Berdasarakan kelasnya
a. RS kelas A
RS kelas A tersedia pelayanan spesialistik yang luas termasuk
subspesialistik
b. RS kelas B (pendidikan dan nonpendidikan)
RS kelas B mempunyai pelayanan minimal sebelas spesialistik dan
subspesialistik terdaftar.
c. RS kelas C
RS kelas C mempunyai minimal empat spesialistik dasar (bedah,
penyakit dalam, kebidanan, dan anak).
d. RS kelas D (Kepmenkes No.51 Menkes/SK/II/1979).
Di RS kelas D hanya terdapat pelayanan medis dasar Pemerintah
sudah meningkatkan status semua RS Kabupaten menjadi kelas C
(Munijaya, 2004). Keputusan menteri kesehatan NO. 134
Menkes/SK/IV/78 th. 1978 tentang susunan organisasi dan tata
kerja Rumah Sakit Umum di Indonesia antara lain:
a) Pasal 1 :
Rumah sakit umum adalah organisasi di lingkungan Departemen
Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab
langsung kepada Dirjen Pelayanan Medik
b) Pasal 2 :
Rumah sakit umum mempunyai tugas melaksanakan pelayanan
kesehatan (caring) dan penyembuhan (curing) penderita serta
pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa (rehabilitation).
c) Pasal 3 :
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Rumah Sakit
mempunyai fungsi :
a. Melaksanakan usaha pelayanan medik
b. Melaksanakan usaha rehabilitasi medik
c. Usaha pencegahan komplikasi penyakit dan peningkatan
pemulihan kesehatan
d. Melaksanakan usaha perawatan
e. Melakasanakan usaha pendidikan dan latihan medis dan
paramedic
f. Melaksanakan sistem rujukan
g. Sebagai tempat penelitian
d) Pasal 4 :
Rumah Sakit Umum yang dimaksud dalam keputusan ini adalah
RS kelas A, kelas B, kelas C
 Rumah Sakit Umum kelas A adalah RSU yang
melaksanakan pelayanan kesehatan yang spesialistik dan
subspesialistik yang luas.
 Rumah Sakit Umum kelas B adalah RSU yang
melaksanakan pelayanan kesehatan yang spesialistik yang
luas.
 Rumah Sakit Umum kelas A adalah RSU yang
melaksanakan pelayanan kesehatan yang spesialistik paling
sedikit 4 spesialis dasar yaitu Penyakit Dalam, Penyakit
Bedah, Penyakit kebidanan / kandungan, dan kesehatan
anak (Munijaya, 2004).

C. Manajemen Pelayanan Rumah Sakit

Selain masalah-masalah manajemen, rumah sakit kita juga menghadapi


masalah-masalah yang lebih mendasar, yaitu aspek-aspek filosofi. Apakah RS
harus tetap merupakan instansi sosial yang non-profit making atau diperbolehkan
profit making? Dalam Majalah Manajemen (No. 4, Mei 1981) telah dikemukakan
sebuah artikel: “Organisasi Rumah Sakit Mengapa Kurang Efektif?” Artikel
tersebut ditulis oleh J. Sadiman, dan mengemukakan aspek-aspek hubungan
antara pengurus/yayasan yang memiliki rumah sakit dengan direksi rumah sakit
serta kemungkinan adanya kekaburan mengenai menejemen organisasi rumah
sakit. Masalah manajemen rumah sakit pada akhir-akhir ini memang banyak
disorok. Tidak saja atas keluhan-keluhan masyarakat yang merasa kecewa dengan
pelayanan rumah sakit, baik dari segi mutu, kemudahan, dan tarif, tetapi juga
perkembangan zaman yang memang sudah mendesak ke arah perbaikan-
perbaikan itu (Sulastomo, 2000).

Setidak-tidaknya ada beberapa alasan untuk meningkatkan kemampuan


manajemen rumah sakit :

1. Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran yang cepat.Dalam 10-


20 tahun terakhir, ilmu kedokteran (termasuk di Indonesia) telah
berkembang tidak saja ke tingkat spesialis dalam bidang-bidang ilmu
kedokteran, tetapi sudah ke superspesialisasi. Selain dengan ini,
teknologi yang dipergunakan juga semakin meningkat. Bisa dipahami
bahwa investasi dalam dunia kedokteran dan rumah sakit akan
semakin mahal (termasuk human invesment-nya). Karena itu,
manajemen rumah sakit yang tidak baik akan menimbulkan pelayanan
kesehatan yang semakin mahal atau sebaliknya, bahwa rumah sakit
tidak dapat berjalan dan bangkrut. Dalam hal ini perlu disadari bahwa
dengan perkembangan tersebut, pelayanan rumah sakit pada dasarnya
memang cenderung menjadi “mahal”.
2. Demand masyarakat yang semakin meningkat dan meluas.Masyarakat
tidak saja menghendaki mutu pelayanan kedokteran yang baik, tetapi
juga semakin meluas. Masalah-masalah yang dahulu belum termasuk
bidang kedokteran sekarang menjadi tugas bidang kedokteran. Terjadi
apa yang disebut proses medicalization. Dapat dipengerti bahwa
karenanya beban rumah sakit akan semakin berat.
3. Dengan semakin luasnya bidang kegiatan rumah sakit, semakin
diperlukan unsur-unsur penunjang medis yang semakin luas pula,
misalnya: masalah-masalah administrasi, pengelolaan
keuangan,hubungan masyarakat dan bahkan aspek-aspek
hukum/legalitas. Belum lagi kehendak pasien yang menghendaki
unsur penunjang non-medis yang semakin meningkat sesuai dengan
kebutuhan manusia masa kini. Makin lama makin dirasakan perlunya
pengingkatan pengelolaan rumah sakit secara professional
(Sulastomo, 2000).

Rumah sakit di Indonesia untuk sebagian besar (±70%) dimiliki oleh


Pemerintah. Sebagian rumah sakit swasta didirikan oleh lembaga-
lembaga/yayasan,khususnya dengan latar belakang keagamaan atau lembaga-
lembaga sosial lainnya, yang biasanya diprakarsai oleh kalangan masyarakat atau
orang-orang yang terhormat. Sudah tentu, rumah sakit seperti ini membawa missi
sosial dan karena itu tidak profit making. Mungkin karena sifat non-profit making
inilah, ada kesan bahwa rumah sakit seperti ini dikelola “asal jalan” dan semata-
mata mengutamakan pelayanan medis pasien-pasien yang dirawat. Kerugian yang
ada biasanya akan ditangani lembaga-lembaga keagamaan/sosial yang
bersangkutan, dari donasi/sumbangan yang diperolehnya (Sulastomo, 2000).

Baru pada akhir-akhir ini, terutama pada sekitar tahun 1975, muncul rumah
sakit swasta di kota-kota besar, yang dikelola dengan motivasi yang agak
berlainan. Meskipun rumah sakit ini tidak secara berteras terang merupakan
lembaga yang profit making, akhirnya toh tidak dapat disembunyikan bahwa
rumah sakit ini mempunyai kemampuan finansial yang kuat tentunya sulit untuk
menyatakan bahwa rumah sakit ini mempunyai kemampuan finansial yang kuat
yang tentunya sulit untuk menyatakan bahwa rumah sakit ini adalah non-profit
making dan sosial semata-mata. Fenomena ini telah menumbuhkan polemik baru
dari segi filosofi, yaitu apakah rumah sakit dimungkinkan dikelola secara “bisnis”
dalam arti menjadi suatu instansi yang profit making? Polimik ini sudah tentu
menyangkut landasan kenegaraan/falsafah kenegaraan kita, yaitu Pancasila dan
UUD 1945(Sulastomo, 2000).

Meskipun demikian, dalam perkembangan dewasa ini, rumah sakit toh tidak
mungkin dikelola semata-mata sosial. Dalam keadaan sekarang, hamir seluruh
rumah sakit swasta menghadapi realita kehidupan yang semakin meterialistis.
Rumah sakit harus membayar teknologi kedokteran, listrik, air, dapur dan bahkan
imbalan jasa dokter dan paramedis dengan mengikuti harga pasar. Dalam keadaan
inilah, dari segi manajemen, rumah sakit yang selama ini memang lebih
mementingkan aspek sosial, seolah-olah ketinggalan “kereta”. Tidak terlepas
dalam hubungan ini adalah rumah sakit pemerintah di mana meskipun seluruh
biaya eksploitasi/personel/gedung dan lain sebagainya ditanggung oleh
pemerintah (secara teoritis), keperluan mengelola rumah sakit sesuai dengan
prinsip-prinsip manajemen adalah sangat mutlak (Sulastomo, 2000).

Pengelolaan rumah sakit sehari-hari menjadi wewenang dan tugas dereksi


rumah sakit sendiri. Pada dasarnya, betapapun (mungkin) kebijaksanaan yang
diberikan oleh pengurus yayasan/pemiklik rumah sakit mungkin sudah baik, citra
rumah sakit akan terbebtuk oleh pelaksanaan tugas sehari-hari (Sulastomo,
2000).Seperti dikatakan di atas, masalah-masalah ini ,menjadi semakin kompleks.
Pelayanan administrasi/penunjang/hubungan masyarakat dan aspek-aspek
hukum/peraturan rumah sakit semakin luas. Hal ini memerlukan penanganan
manajemen secara lebih profesional. Hospital managemen telah berkembang
menjadi ilmu yang tersendiri. Sebaliknya, ada anggapan bahwa dokter-dokter
(secara profesional) sayang apabila menangani masalah-masalah yang nonmedis
(Sulastomo, 2000).

Masalah itu perlu dikemukakan, karena peranan dokter adalah sangat kuat
dan pengelolaan rumah sakit di Indonesia dewasa ini, yang dengan sendirinya
mempengaruhi jalannya organisasi-organisasi rumah sakit, yaitu penyelenggaraan
organisasi diagnostik, therapy, perawatan pasien, penyediaan/logistik,
administrasi/keuangan, rumah tangga, perlengkapan dan lain sebagainya
(Sulastomo, 2000).

Tentunya akan sangat ideal, apabila seorang direktur adalah seorang dokter
yang telah memperoleh pendidikan dalam Hospital Management. Tidak
berlebihan bahwa para manager rumah sakit di Indonesia telah banyak belajar dari
pengalaman, namun dalam menghadapi perumahsakitan yang semakin kompleks,
masalah ini perlu dipecahkan,m sehingga kemampuan rumah sakit
menyelenggarakan rumah sakit itu dapat ditingkatkan (Sulastomo, 2000).

D. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Di Indonesia

Dengan memperhatikan uraian di atas jelaslah bahwa ada tiga bahan yang
semestinya sangat penting dengan tugas dan wewenang yang cukup jelas, yaitu:

1. Pemilik Rumah Sakit/Yayasan/Governing Board.


2. Direksi Rumah Sakit.
3. Staf Kedokteran (medical staff)

Ketiga badan ini, sesuai dengan fungsi dan wewenangnya, saling mengisi
dan mengontrol, sehingga tercapai keseimbangan untuk mengarahkantujuan dan
hendak dicapai oleh rumah sakit itu. Tetapi, khusus di Indonesia, ketiga badan ini
pada umumnya masih sering terjadi semacam conflict of interest dari masisng-
masing anggota badan tersebut, karena dari segi personalia sering tidak dapat
dipisahkan tugas seorang dokter yang menjadi direksi rumah sakit yang sekaligus
merawat pasien (Sulastomo, 2000).

Tahap sekarang masalah ini memang (dalam batas-batas tertentu) tidak


dapat dihindari, karena peranan yang besar dari para dokter dalam badan-badan
tersebut. Masalah ini dalam tahap pertama tentunya dapat dikurangi dengan suatu
job discription yang sejelas-jelasnya. Di masa depan, dengan perkembangan
rumah sakit yang semakin kompleks, tentunya dianjurkan adanya pemisahan yang
jelas. Dalam hubungan ini, untuk kemudahan komunikasi, ketiga badan ini dapat
membentuk semacam “Badan Musyawarah” yang merumuskan dan menampung
permasalahan permasalahan yang ada, sebelum diputus oleh yayasan/Governing
Board/pemilik rumah sakit (Sulastomo, 2000).

Untuk Rumah Sakit Umum Kelas A, susunan organisasinya diatur sesuai


dengan SK Menkes No. 543/VI/1994 adalah sebagai berikut :

a. Direktur
b. Wakil direktur terdiri dari:
1. Wadir Pelayanan Medik dan Keperawatan
2. Wadir Penunjang Medik dan Instalasi
3. Wadir Umum dan Keuangan
4. Wadir Komite Medik

Tiap-tiap wadir diberikan tanggung jawab dan wewenang mengatur


beberapa bidang/ bagian pelayanan dan keperawatan dan instalasi. Instalasi RS
diberikan tugas untuk menyiapkan fasilitas agar pelayanan medis dan
keperawatan dapat terlakasana dengan baik. Instalasi RS dipimpin oleh seorang
kepala yang diberikan jabatan Nonstruktural. Beberapa jenis instalasi RS yang ada
pada RS kelas A adalah instalasi rawat jalan, rawat darurat, rawat inap, rawat
intensif, bedah sentral, farmasi, patologi anatomi, patologi klinik, gizi,
laboratorium, perpustakaan, pemeliharaan sarana rumah sakit(PSRS),
pemulasaran jenazah, sterilisasi sentral, pengamanan dan ketertiban lingkungan
dan binatu (Munijaya, 2004).

Komite medik (KM) juga diberikan jabatan nonsturktural yang fungsinya


menghimpun anggota yang terdiri dari para kepala staf medik fungsional (SMF).
KM diberikan dua tugas utama yaitu menyusun standar pelayanan medis dan
memberikan pertimbangan kepada direktur dalam hal :

1. Pembinaan, pengawasan dan penilaian mutu pelayanan mutu pelayanan


medis, hak-hak klinis khusus kepada SMF, program pelayanan medis,
pendidikan dan pelatihan (diklat), serta penelitian dan pengembangan
(litbang)
2. Pembinaan tenaga medis dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
etika profesi (Munijaya, 2004).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran
yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit
mempunyai beberapa fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan medik,
pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan keperawatan,
pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pelayanan rujukan upaya
kesehatan, administrasi umum dan keuangan.

Di Indonesia dikenal tiga jenis RS sesuai dengan kepemilikan, jenis


pelayanan dan kelasnya. Kemampuan manajemen rumah sakit perlu ditingkatkan
dengan alasan: perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran yang cepat, Demand
masyarakat yang semakin meningkat dan meluas, dan semakin luasnya bidang
kegiatan rumah sakit, semakin diperlukan unsur-unsur penunjang medis yang
semakin luas pula, misalnya: masalah-masalah administrasi, pengelolaan
keuangan, hubungan masyarakat dan bahkan aspek-aspek hukum/legalitas. Dari
segi manajemen, rumah sakit yang selama ini memang lebih mementingkan aspek
sosial, seolah-olah ketinggalan “kereta”. Tidak terlepas dalam hubungan ini
adalah rumah sakit pemerintah di mana meskipun seluruh biaya
eksploitasi/personel/gedung dan lain sebagainya ditanggung oleh pemerintah
(secara teoritis), keperluan mengelola rumah sakitsesuai dengan prinsip-prinsip
manajemen adalah sangat mutlak.

Ada tiga bahan yang semestinya sangat penting dengan tugas dan
wewenang yang cukup jelas dalam struktur organisasi rumah sakit umum di
Indonesia, yaitu: Pemilik Rumah Sakit/Yayasan/Governing Board, Direksi Rumah
Sakit dan Staf Kedokteran (medical staff. Ketiga badan ini, sesuai dengan fungsi
dan wewenangnya, saling mengisi dan mengontrol, sehingga tercapai
keseimbangan untuk mengarahkan tujuan dan hendak dicapai oleh rumah sakit
itu.

Anda mungkin juga menyukai