1.2 Etiologi
Menurut Brashers (2007) faktor-faktor yang menyebabkan penyakit paru
obstruksi kronis antara lain:
1.2.1 Merokok
merupakan > 90% resiko untuk PPOK dan sekitar 15% perokok
menderita PPOK. Beberapa perokok dianggap peka dan mengalami
penurunan fungsi paru secara cepat diantaranya:
1) Hiperplasia kelenjar mucus bronkus
2) Metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan
3) Inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofag alveolar, surfaktan
1.2.2 Polusi udara, zat-zat kimia antara lain : N2O, hidrokarbon, aldehid
1.2.3 Infeksi, bakteri terbanyak adalah haemophilus influenza dan streptococus
pneumonia
1.2.4 Faktor umur
Terjadinya penurunan fungsional saluran pernafasan seiring
bertambahnya usia.
1.2.5 Defisiensi alfa-1 antitripsin
1.2.6 Defisiensi anti oksidan
Pengaruh dari masing-masing faktor risiko terhadap terjadinya PPOK
adalah saling memperkuat dan faktor merokok dianggap yang paling dominan.
1.3 Klasifikasi
Menurut Darmojo (2009), penyakit yang termasuk dalam kelompok
Chronic Obstructive Pulmonary Diseases/COPD adalah:
1.3.1 Bronkitis Kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap
hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu
tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.
1.3.2 Emfisema Paru
Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu suatu
perubahan anatomik paru yang ditandai dengan melebarnya secara
abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminalis, yang disertai
kerusakan dinding alveolus.
1.3.3 Asma
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh
hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkial terhadap pelbagai jenis
rangsangan. Keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-
saluran napas secara periodik dan reversible akibat bronkospasme.
1.3.4 Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan bronkiolus kronik yang
mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan
obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari
saluran pernapasan atas, dan tekanan terhadap tumor, pembuluh darah
yang berdilatasi dan pembesaran nodus limfe.
1.4 Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala Chronic Obstructive Pulmonary Diseases/COPD (Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2008) antara lain:
1) Kelemahan badan
2) Batuk, kadang disertai dahak
3) Sesak nafas
4) Sesak nafas saat aktifitas
5) Suara nafas mengi atau wheezing
6) Ekspirasi yang memanjang
7) Bentuk dada tong (Barriel Chest) pada penyakit lanjut
8) Penggunaan alat bantu pernafasan
9) Suara nafas melemah
10) Edema kaki dan asites.
1.5 Patofisiologi
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang
disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam
usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang
sehingga sulit bernapas. Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen
seseorang, yakni jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk
digunakan tubuh. Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah
ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh
berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru. Polusi udara,
zat kimia beracun yang terhirup dan perokok aktif sebagai pemicu terjadinya
obstruksi pada jalan nafas maupun paru-paru. Faktor-faktor resiko tersebut akan
mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada
dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi
bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi
awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi,
pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan
udara (air trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas
dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan
menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi.
Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah
akan mengalami gangguan.
1.6 WOC
Asap rokok, polusi udara,
riwayat infeksi saluran pernafasan
Peradangan bronkus
1.8 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1) Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasiu gejala tidak hanya pada
fase akut, tetapi juga fase kronik.
2) Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3) Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi
lebih awal.
Penatalaksanaan COPD/PPOK menurut Irman (2008) adalah sebagai
berikut:
1.8.1 Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan
merokok, menghindari polusi udara.
1.8.2 Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
1.8.3 Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas
atau pengobatan empirik.
1.8.4 Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
kontroversial.
1.8.5 Pengobatan simtomatik.
1.8.6 Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
1.8.7 Terapi oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan
aliran lambat 1-2 liter/menit.
1.8.8 Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
1) Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret
bronkus.
2) Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernapasan yang paling efektif.
3) Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaran jasmani. d. Vocational guidance, yaitu usaha
yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali mengerjakan
pekerjaan semula. e. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk
penyesuaian diri penderita dengan penyakit yang dideritanya.
1.9 Komplikasi
Menurut Price Sylvia Anderson (2006), komplikasi yang sering terjadi
dengan berlanjutnya penyakit COPD/PPOK, yaitu :
1.9.1 Kegagalan respirasi yang ditandai dengan sesak napas dengan
manifestasi asidosis respirasi.
1.9.2 Asidosis respiratorik
1.9.3 Infeksi saluran pernapasan
1.9.4 Gagal jantung, terutama cor pulmonal (gagal jantung kanan akibat
penyakit paru)
1.9.5 Disritmia jantung
Darmojo, Martono. 2009. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2008. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Penerbit FKUI