Anda di halaman 1dari 25

PRESENTASI KASUS

Luka Bakar Air Panas Derajat II Superfisial 6,5% Regio Thorax

Diajukan Kepada :

dr. Ahmad Daenuri Sp. B

Disusun oleh :

Gylang Adi Prakoso

1413010018

PROGRAM PROFESI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2018
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan presntasi kasus dengan judul


Luka Bakar Air Panas Derajat II superfisial 6,5% Regio Thorax

Disusun oleh:
Nama: Gylang Adi Prakoso
NIM: 1413010018

Telah dipresentasikan
Hari/Tanggal:
____________________

Disahkan oleh:
Dosen Pembimbing,

dr. Ahmad Daenuri Sp. B

2
BAB I
LAPORAN KASUS

I. Identitas
Nama : An. C
Umur : 1 tahun 5 bulan
Berat badan : 9,5 Kg
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Klampeyan Nogorejo RT4/3 Argomulyo Salatiga
II. Subjektif
a. Keluhan utama
Luka bakar karena tersiram air panas.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Luka bakar karena tersiram air panas sejak 1 hari yang lalu. Awalnya ibu
pasien sedang membuat minuman panas di atas nampan, kemudian anak C
menarik nampan dan air panas tumpah ke badan. Kemudian pasien dibawa
ke puskesmas, 1 hari kemudian pasien datang ke IGD RSUD Salatiga
karena ada nanah di daerah luka.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengaku belum pernah sakit seperti ini sebelumnya
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat asma, tidak ada riwayat alergi.
e. Riwayat sosial ekonomi
Pasien mempunyai BPJS, makan minum teratur, tumbuh kembang sesuai
dengan umur.
III. Objektif
 Keadaan umum baik
 Kesadaran Compos Mentis
 Tanda vital :
o TD : -
o Nadi : 120 x/menit

3
o suhu : 36,6 celcius
o Nafas :28 x/menit
 Kepala
o Normocephal
o Konjunctiva anemis -/-
o Sclera ikterik -/-
o Nafas cuping hidung (-)
o Sekret (-)
o Ubun ubun cekung (-)
 leher
o Simetris, Pembesaran limfonodi (-)
 Thorax :
o Inspeksi:

 Status lokalis dada


- Inspeksi: hiperemis (+), bula (+), pus(+)
- Palpasi: nyeri tekan (+)
- Luas daerah 6,5%
 Simetris, otot bantu nafas (-), rektraksi (-)
o Perkusi : pulmo sonor
o Palpasi: fokal fremitus

4
o Auskultasi: Suara dasar vesikuler : +/+ Suara rokhi basah kasar :-/-
Suara wheezing : -/-
 Abdomen
o Inspeksi: perut supel,
o Auskultasi : bising usus (+)
o Perkusi : timpani
o Palpasi: nyeri tekan (-)
 Ekstremitas
o Akral dingin ( - / -), udem (-)
IV. Assesment I
 Luka bakar air panas derajat II superfisial luas 6,5% regio thorax

V. Plan I
 Pemeriksaan Penunjang

Tanggal Pemeriksaan Hasil


17/10/2018 Leukosit 10,9 ribu/ul (N)
Eritrosit 4,63 juta/ul (N)
Hb 10,8 g/dl (N)
Hematokrit 33,0 vol% (N)
MCV 71,3 fl (N)
MCH 23,3 pg (N)
MCHC 32,7 g/dl (N)
Trombosit 460 ribu/ul (N)
Golongan darah O
Eusinofil 2,7 (N)
Basofil 0,5 (N)
Limfosit 45,2 (N)
Monosit 7,4 (N)
Neutrofil 44,2 (N)

 IVFD RL 40 tetes mikro/ menit


 Injeksi Cefotaxim 2 x 250 mg
 Injeksi Novalgin 3 x 125 mg
 Sirup paracetamol 3 x 120 mg

VI. Assesment II
 Luka bakar air panas derajat II superfisial luas 6,5% regio thorax

5
VII. Plan II
 Debribment
 Konservatif

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi kulit
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai
peranan dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar
dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang
dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak,
umur dan jenis kelamin(1).
Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit
bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak
tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit
berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam
yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan
suatu lapisan jaringan ikat(1).

Gambar 1.1 Anatomi Kulit

7
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri
dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit,
Langerhans dan Merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai
tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan
epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi
setiap 4-6 minggu. Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel,
sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi
(melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans). Epidermis terdiri atas
lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :
1. Stratum Korneum : Terdiri dari sel keratinosit yang bisa
mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum : Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada
kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada
kulit tipis.
3. Stratum Granulosum : Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng
yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik
kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung
protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum : Terdapat berkas-berkas filament yang
dinamakan tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut
memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan
melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus
mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum
dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum
spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel
Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum) : Terdapat aktifitas
mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel
epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari
untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan

8
faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung banyak
melanosit(2).
Lapisan Dermis terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis
dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi,
yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua
lapisan :
1. Lapisan papiler; tipis : mengandung jaringan ikat jarang.
2. Lapisan retikuler; tebal : terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang
dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan
menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari
fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam
jumlah besar dan serabut elastin berkurang. Hal ini menyebabkan kulit
terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya
derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis : struktur penunjang,
mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon
inflamasi(2).
Lapisan Subkutis merupakan lapisan di bawah dermis atau
hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat
yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya.
Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan
nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi(3).
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi
panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock
absorber (3).

9
B. Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan
tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung
maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun
bahan kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa
kuat)(2).
C. Patofisiologi Luka Bakar
Panas tidak hanya merusak kulit secara lokal tetapi memiliki banyak
efek umum pada tubuh. Perubahan ini khusus untuk luka bakar dan
umumnya tidak mengalami pada luka yang disebabkan oleh cedera lainnya
(4)
.
Ada peningkatan dalam permeabilitas kapiler karena efek panas dan
kerusakan. Hal ini menyebabkan plasma bocor keluar dari kapiler ke
interstitial. Hasil dari peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran
plasma berlanjut sampai 48 jam dan maksimum 8 jam pertama. Dalam 48
jam baik permeabilitas kapiler kembali menjadi normal atau trombosis dan
tidak lebih bagian dari sirkulasi. Hilangnya plasma ini adalah penyebab
syok hipovolemik pada luka bakar(2).
Berikut ini adalah penyebab dari kehilangan darah pada luka bakar:
1. Sel darah merah yang hilang dalam pembuluh dasar kulit
terbakar pada fase akut. Oleh karena itu, lebih dalam luka
bakar lebih banyak kehilangan darah. Darah akan
ditransfusikan setelah 48 jam kecuali dinyatakan seperti pada
anemia yang sudah ada atau kehilangan darah secara
keseluruhan karena penyebab lainnya.
2. Masa hidup sirkulasi sel darah merah berkurang karena dengan
efek langsung dari panas dan mereka hemolyse diawal. Luka
bakar yang luas juga menyebabkan sumsum tulang depresi
yang mengarah ke anemia.
Pada tahap kronis luka bakar, kehilangan darah dari granulasi luka
dan infeksi bertanggung jawab untuk anemia. Tidak seperti kebanyakan

10
luka lain, luka bakar biasanya steril pada saat cedera. Panas menjadi agen
penyebab, juga membunuh semua mikroorganisme pada permukaan. Itu
hanya setelah minggu pertama luka bakar yang luka permukaan ini
cenderung terinfeksi, sehingga membuat sepsis sebagai penyebab utama
kematian diluka bakar. Di luka lain misalnya, luka gigit, luka tusuk dan luka
lecet yang terkontaminasi pada saat diderita jarang penyebab sepsis sistemik
(2)
.
D. Fase Penyembuhan Luka Bakar
Penyembuhan luka bakar tergantung pada kedalaman luka bakar.
Penyembuhan luka bakat digambarkan dengan tiga zona kerusakan jaringan
luka bakar:
- Zona pusat koagulasi ini adalah bagian tengah dari luka bakar
dengan nekrosis coagulative lengkap.
- Zona stasis adalah dipinggiran zona koagulasi. Sirkulasi lamban
dalam zona ini tetapi dapat pulih setelah resusitasi awal yang
memadai dan perawatan luka yang tepat.
- Zona terluar dari hiperemi ini adalah perangkat untuk zona
stasis. Ini adalah hasil dari vasodilatasi intens seperti yang
terlihat dalam fase inflamasi setelah trauma. Hal ini akhirnya
pulih sepenuhnya.

Pada tingkat pertama dan kedua derajat luka bakar ringan,


penyembuhan spontan adalah tujuan utama. Tingkat dua luka bakar ringan
sembuh dari epitel folikel rambut sisa, yang berada banyak dalam dermis
superfisial. Penyembuhan selesai dalam waktu 5-7 hari dan bekas luka
hampir kurang. Ditingkat dua dalam dan luka bakar tingkat tiga,
penyembuhan secara sekunder, yang melibatkan proses epithelisasi dan
kontraksi, Inflamasi (reaktif), proliferasi (reparatif) dan pematangan
(renovasi) merupakan tiga fase dalam penyembuhan luka. Proses ini sama
untuk semua jenis luka, yang membedakan adalah durasi dalam setiap
tahap(5).

11
a. Fase Inflamasi
Fase ini sama di semua luka traumatis segera setelah
cedera, respon inflamasi tubuh yang dimulai pembuluh darah dan
komponen seluler(6).
• Respon Vaskular: Segera setelah luka bakar ada sebuah
vasodilatasi lokal dengan ekstravasasi cairan diruang ketiga.
Dalam luka bakar yang luas peningkatan permeabilitas kapiler
dapat digeneralisasi dengan ekstravasasi besar cairan plasma
dan membutuhkan pengganti.

• Respon seluler: Neutrofil dan monosit adalah sel pertama yang


bermigrasi di lokasi peradangan. Kemudian pada neutrofil
mulai menurun dan digantikan oleh makrofag. Migrasi sel ini
diinisiasi oleh faktor chemotactic seperti kalikrein dan peptida
fibrin dilepaskan dari proses koagulasi dan zat dilepaskan dari
sel mast seperti tumor necrosis faktor, histamin, protease,
leukotreins dan sitokin. Respon seluler membantu dalam
fagositosis dan pembersihan jaringan yang mati serta racun
yang dikeluarkan oleh jaringan luka bakar.
b. Fase Proliferasi
Pada luka bakar ketebalan parsial re-epitelisasi
dimulaidalam bentuk migrasi keratinosit dari lapisan kulit unsur
tambahan dalam dermis beberapa jam setelah cedera, inibiasanya
meliputi luka dalam waktu 5-7 hari. Setelah reepithelisasi
membentuk zona membran antara dermis dan epidermis.
Angiogenesis dan fibrogenesis membantu dalam pemulihan
dermis. Penyembuhan setelah luka bakar dieksisi dan grafting(6).
c. Fase Remodelling
Fase Remodelling adalah fase ketiga dari penyembuhan
dimana pematangan graft atau bekas luka terjadi. Pada tugas
akhir ini fase penyembuhan luka pada awalnya ada peletakan

12
protein struktural berserat yaitu kolagen dan elastin sekitar epitel,
endotel dan otot polos sebagai matriks ekstraseluler. Kemudian
dalam fase resolusi matriks ekstraseluler ini remodeling menjadi
jaringan parut dan fibroblast menjadi fenotip myofibroblast yang
bertanggung jawab untuk kontraksi bekas luka(6).
Di tingkat dua dermal mendalam dan ketebalan penuh
luka bakar yang tersisa untuk penyembuhan sendiri dari fase
resolusi ini adalah berkepanjangan dan waktu bertahun-tahun
dan bertanggung jawab untuk jaringan parut hipertrofik dan
kontraktur. Hiperpigmentasi pada luka bakar ringan adalah
karena respon terlalu aktif dari melanosit dan hipopigmentasi
terlihat pada luka bakar dalam adalah karena penghancuran
melanosit dari pelengkap kulit. Didaerah kulit yang
dicangkokkan sekali inervasi dimulai, tumbuh dengan saraf
mengubah kontrol melanosit yang biasanya mengarah untuk
hiperpigmentasi pada individu berkulit gelap dan hipopigmentasi
pada individu berkulit putih(6).

13
E. Derajat Luka Bakar
Luka bakar dibagi menjadi 3 derajat:
1. Luka bakar grade I
- Disebut juga luka bakar superficial
- Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai daerah
dermis. Sering disebut sebagai epidermal burn
- Kulit tampak kemerahan, tidak ada bula
- Sembuh pada hari ke 7 tanpa meninggalkan bekas luka(4).

Gambar 2.2 Luka bakar derajat I


2. Luka bakar grade II
- Superficial partial thickness:
o Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis
o Kulit tampak merah muda
o Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah
terkena luka
o Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda
yang basah
o Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila terkena
tekanan

14
o Akan sembuh dalam waktu 14 hari (bila tidak terkena infeksi),
tapi warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya (Price,
2014).

Gambar 2.4 . Luka bakar derajat II superficial


- Deep partial thickness
o Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis
o disertai juga dengan bula
o permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi
dari vaskularisasi pembuluh darah( bagian yang putih punya
hanya sedikit pembuluh darah dan yang merah muda
mempunyai beberapa aliran darah
o luka akan sembuh dalam 3-9 minggu
o meninggalkan bekas luka (4).

15
Gambar 2.4 . Luka bakar derajat II dalam
3. Luka bakar grade III
- Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen
- Warna putih, hitam, coklat, merah gelap dan tidak ada bula
- Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan
pembuluh darah sudah hancur
- Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan
tulang
- Perlu dilakukan skin graft
- Meninggalkan bekas luka(4).

Gambar 2.5 . Luka bakar derajat III

16
F. Penilaian Luas Luka Bakar
1. Palmar surface
Luas permukaan pada telapak tangan pasien (termasuk jari-
jari)secara kasar adalah 0,8% dari seluruh luas permukaan tubuh.
Permukaan telapak tangan dapat digunakan untuk mengukur luka bakar
yang kecil (<15%>85% luas permukaan tubuh). Untuk luka bakar dengan
ukuran sedang, pengukuran dengan cara ini tidak akurat(7).
2. Wallace rule of nines
Merupakan cara yang baik dan cepat untuk mengukur luas luka
bakar pada orang dewasa. Tubuh dibagi menjadi area 9%, dan total
daerah yang terkena luka bakar dapat dihitung. Tetapi cara ini tidak
akurat pada anak-anak.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki
lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak
kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk
anak. Untuk anak, kepala dan leher 15 %, badan depan dan belakang
masing-masing 20 %, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10
%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15 % (7).

Gambar 2.5 Rule of nine

17
3. Lund and Bowder chart
Tabel ini, apabila digunakan dengan benar, merupakan cara yang
paling akurat. Tabel ini mengkompensasi variasi bentuk tubuh dengan
umur, sehingga dapat memberikan perhitungan luas luka bakar yang
akurat pada anak-anak(7).

Gambar 2.6 Lund and Bowder

18
G. Kategori luka bakar dan kategori rawat inap
Luka bakar menurut berat ringannya dibagi menjadi
1. Luka bakar ringan
a. Luka bakar derajat I dan II < 15% pada dewasa, dan 10% anak-
anak
b. Luka bakar derajat III 10% pada dewasa, dan 2% pada anak
2. Luka bakar sedang
a. Luka bakar derajat II 15% - 40%
b. Derajat III 2 % -10% kec. Muka, tangan, kaki
3. Luka bakar berat
a. Luka bakar derajat II dan III >40%
b. Derajat III pada muka, tangan, dan kaki
c. Ada trauma inhalasi
d. Luka bakr listrik
e. Ada trauma
Kriteria rawat inap
1. Luka bakar derajat II dengan luas >15% pada anak, atau >10% pada
dewasa
2. Luka pada daerah genital, wajah, perineal
3. Penyebab kimia, istrik
4. Menderita gangguan lain(8).
H. Pemeriksaan Penunjang
 Lab darah
- Hitung jenis
- Kimia darah
- Analisa gas darah dengan carboxyhemoglobin
- Analisis urin
- Creatinin Phosphokinase dan myoglobin urin ( Luka bakar akibat
listrik)
- Pemeriksaan factor pembekuan darah ( BT, CT) (9).

19
 Radiologi
- Foto thoraks : untuk mengetahui apakah ada kerusakan akibat luka
bakar inhalasi atau adanya trauma dan indikasi pemasangan
intubasi(9).
I. Manajemen luka bakar
Tujuan dari penanganan luka bakar untuk menghentikan proses
pembakaran dan mendinginkan luka bakar. Penganganan untuk
mengehentikan luka bakar adalah dengan menjauhkan sumber luka bakar,
apabila terbakar api maka berhenti, jatuhkan diri, tutup muka lalu
menggunling gulingkan badan. Buang pakaian yang terkena panas, air
panas, dan hangus. Hindari pergerakan pasien yang dapat memperburuk
keadaan(10).
Dinginkan luka bakar dengan cara dialirkan dengan air kran paling
sedikit 20 menit. Temperatur air yang ideal adalah 15 derajat celcius.
Pendinginan ini efektif pada luka kurang dari 3 jam. Jaga area lain agar
tetap hangat dan kering agar tidak hipotermia. Apabil apasien suhu kurang
dari 35 derjajt celcius maka hentikan. Tidak diperkenankan menggunakan
es karena dapat menyebabkan hpotermia dan vasokonstriksi(10).
Setelah itu segera dibawa ke rumah sakit dengan luka ditutup untuk
menghindari infeksi. Ketika di rumah sakit, letakan pasien pada kain
kering dan hangat. Penanganan awal ini bertujuan agar proses pembakaran
berhenti dan luka dingin(10).
Pada penanganan luka bakar yang berat dapat dilakuakn penialaian
dan penatalaksaan dengan tujuan menngidentifikasi kondisi yang
mengancam jiwa dan menejemennya. Manajemen akut dimulai dari survey
primer dengan menilai jalan napas, pernapasan, sirkulasi, status
neurologis, paparan dengan kontrol lingkungan, resusitasi cairan, nutrisi,
dan obat untuk mengatasi nyeri(10).
Pada penanganan jalan napas, lakukan stabilisasi leher dengan
kemungkinana cedera leher, inspeksi apakah ada benda asing yang
menghalangi atau ada udem. Apabila pasien tidak respon perintah verbal

20
maka lakukan chin lift jaw thrust. Insersi OPA (guedel) apabila patensi
jalan napas terganggu. Pikirkan intubasi dini(10).
Penangana pernapasan lakukan pemberian oksigen 100%, ealuasi
pada dada pasien apakah mengembang tanpa ganngguan, apakah simetris
antara dada kanan kiri, pertimbangkan escarotomy untuk luka bakar
dengan seluruh kedalaman kulit pada dada yang melingkar. Palpasi pakah
aa krepitus atau tidak. Auskultasi kedua lapang paru. Lakukan ventilasi
dengan bag udara atau intubasi jika perlu. Monitor respiratory rate jika
kurang dari 10 atau lebih dari 20 kali permenit. Pasang pemantau saturasi
oksigen, dan cek karbooxyhemoglobin apabila curiga teracuni oleh karbon
monoksida(10).
Penanganan sirkulasi dilakuakan dengan inspeksi adanya
perdarahan dan dihentikan segera dengan penekanan apabila ada. Lakukan
monitor denyut nadi, kekuatan, ritme. Lakukan pengecekan capilary refil
test untuk menilai perfusi. Monitor sirkulasi perifer, muanya di naikan
daerah yang bengkak, apabila tidak membaik, maka dapat dilakukan
eskarotomy(10).
Penanganan satus neurologis dilakukan pemeriksaan kesadarn
terlebih dahulu dengan pemeriksaan AVPU (sadar, respon verbal, respon
nyeri, tidak responsive). Lakukan pemeriksaan pupil, reaksi cahaya, dan
ukuran. Waspada dengan keadaan diamna pasien gelisah, penururna
kesaradan, hipoksia, intoksikasi, syok, alkohol, dan obat-obatan(10).
Penatalaksanaan paparan dengan membuka semua baju dan
perhiasan, pastikan pasien tetap hangat, terutaama saat fase pendinginan.
Lakukan log rol untuk menilai bagian belakang pasien apakah ada luka
bakr juga atau kelainan yang lain(10).
Selanjutnya lakukan penatalaksanaan penggantian cairan dengan
kriteria luka bakar lebih dari 10% pada anak-anak dan lebih dari 15% pada
dewasa. Pengukuran luas luka bakar sudah di bahas pada bagain
sebelumnya. Masukan 2 jalur vena perifer, pada bagian yang tidak terkena
luka bakar, ambil darah untuk sampel lab. Ukur berat badan pasien dalam

21
kilogram. Lakukan resusitasi dengan hartman solution (RL) dilanjutkan
formula parkaland yang dimodifikasi dan lakukan monitor urin.

3-4ml x BB(kg) x %TBSA luka bakar = cairan dalam ml dalam 24 jam.


½ diberikan 8 jam pertama
½ diberikan 16 jam berikutnya

Anak-anak kurang dari 30 kg membutuhkan 5% dekstrose untuk


cairan maintenece disamping cairan resusitasi. Pasang DC pada pasien
anak dnegan lebih dari 10% TBSA dan lebih dari 15% TBSA pada
dewasa. Output urin normal dewasa adalah 0,5ml /BB (kg)/ jam,
sedangakan pada anak anak 1ml/ BB (kg)/ jam. Jika urin output kurang
dari 0,5ml /BB (kg)/ jam maka tambahkan 1/3 cairan dari keseluruhan.
Jika lebih dari 1ml/ BB (kg)/ jam maka kurangi 1/3 dari total ciaran(10).
Penatalaksaan nutrisi dengan pemasangan selang lambung. Dan
penatalaksaan untuk mengurangi nyeri dnegan morphine dengan pelan
pelan secara intrvena(10).
Pada survei sekunder lakukan anamnesis riwayat pasien berupa
alergi, obat yang di konsumsi, sakit terakhir, kejadian yang berhubungan
dengan luka bakar. Mekanisme kejadian dengan mengumpulkan
informasi berupa kapan terjadninya, sumber luka akr, dan awktu papara,
pakaian yang diginakan, keiatan saat terkena luka, dan penangan yang
diberikan(10).
Menejemen luka bakar memiliki prinsip membantu penyembuhan
luka, menyamankan pasien. Caranya dnegan memastikan perfusi sdekuat,
minimal kontaminasi bakteri, minimalkan negatif efek dari inflamasi,
menyediakan lingkungan optimal untuk penyembuhan luka, menyeiakan
nutrisi dan cairan yang adekuat. Membantu re epitelisasi, manajemen
tekanan. Cara tersebut diwujudkan dnegan pembersihan daerah luka bakar
agar terhindar dari eksudat, hematom, dan krim. Debribment dilakukan
untuk membuang jaringan mati, longgar, eschar. Pemberian penutup pada

22
luka dilakuakn dengan memilih penutup luka yang tepat untuk membuat
lingkungan yang lembab dan membantu penyembuhan luka, pembuangan
eksudat dengan pemilihan penutup luka yang menyerap eksudat, hindari
penggunaan penutup luka yang menyebakan perfusi perifer tertekan (10).
J. Prognosis
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar,
luas permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi
seperti infeksi, dan kecepatan pengobatan medikamentosa. Luka bakar
derajat I dapat sembuh 7 hari tanpa adanya jaringan parut. Luka bakar
derajat II dapat sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin menimbulkan
luka parut dan warna luka yang berbeda. Luka bakar derajat III
membutuhkan lebih dari 3 minggu hari untuk sembuh dan akan
membentuk jaringan parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan
dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan diperlukan untuk
membuang jaringan parut(5).

23
BAB III
PEMBAHASAN

An. C dengan keluhan luka bakar di dada karena tersiram air panas. Luka
bakar didapatkan sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien.
Setelah kejadian pasien dibawa ke puskesmas dan biberikan tatalaksana awal.
Kemudian pasien dibawa ke IGD rumah sakit umum daerah Salatiga karena luka
bakar bernanah. Riwayat sakit seperti ini sebelumnya disangkal. Pasien memiliki
BPJS. Riwayat tumbuh kembang sesuai dengan umur.

Pemeriksaan fisik didapatkan kepala leher dalam batas normal, dada


terdapat luka bakar dengan luas 6,5% warna kemerahan (+), Bula (+), pus (+).
Abdomen dalam batas normal. Eksteremistas dalam batas normal. Pemeriksaan
penunjang dilakukan pemeriksaan darah lengkap dengan hasil normal. Dari hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik didaptakan diagnoiss luka bakar air panas grade
II superficial 6,5% regio thorax. Pasien kemudian dirawat di ruang isolasi bangsal
anak untuk menghindari kontaminasi bakteri. Penatalaksanaannya adalah
pemberian cairan melalui infus infus dengan dosis rumatan yaitu 4mL/KgBB/jam
untuk berat badan 10 Kg. Jadi cairan perhari adalah 4 x 9,5 x 24 = 912 ml, dengan
hitungan 40 tetes per menit. Pemberian analgesik digunakan untuk meringankan
nyeri pada pasien berupa novalgin 3 x 125 mg dan paracetamol 3 x 120 mg
perhari. Antibiotik yang digunakan cefotaxim 2 x 250 mg perhari. Dilakukan
debribment untuk membersihkan luka bakar, dressing untuk mencegah
kontaminasi bakteri dan membantu menciptakan ligkungan untuk membantu
penyembuhan luka bakar. Penggantian dilakukan sekali setiap hari dengan kasa
lembab steril yang diberi cairan fisiologis 0,9% NaCl dan ditutup dengan kasa
kering. Penyembuhan dapat terjadi setelah 10-14 hari.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem – edisi 6,


(diterjemahkan oleh Brahm U. Pendit). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
2. Sabiston. Textbook of Surgery : The Biological Basis of Modern Surgical
Practice. Edisi 16.USA: W.B Saunders companies.2002.
3. Tortora, Gerard.J, and Derrickson, B. 2012. Principles Of Anatomy And
Physiology – 12th ed. USA: John Wiley & Sons, Inc.
4. Price, Sylvia A, 2014. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
5. Mehmet H, Ebru SA, Hamdi K. Fluid Management in Major Burn Injuries.
Indian Plast Surg. 2010: S29-S36.
6. Werner, S., & Grose, R. 2003. Regulation of wound healing by growth factors
and cytokines. Physiological reviews, 83(3), 835-870.
7. David G. Burn Resuscitation. Journal of Burn Care & Research. 2007: 4.
8. Shehan H, Peter D. Pathophysiology and Types of Burns. BMJ.
2004;328:1427–9.
9. WHO. Management of Burns. WHO Surgical Care at the District Hospital.
2003: 1-7.
10. ASBIS, 2014. Clinical Practice Guidelines: Burn Patient Management. ACI
Statewide Burn Injury Service

25

Anda mungkin juga menyukai