Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ANSIETAS

1. PENGERTIAN
Ansietas adalah keadaan emosi dan pengalaman subyektif individu, tanpa objek yang spesifik
karena ketidaktahuan dan mendahului semua pengalaman yang baru seperti masuk sekolah,
pekerjaan baru atau melahirkan anak (Stuart, 2013).Ansietas (kecemasan) adalah perasaan
takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat
diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Videbeck, 2008).

a) Tingkatan Ansietas
Tingkatan ansietas sebagai berikut :
1. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya
(Videbeck, 2008). Ansietas memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas. Selama tahap ini, seseorang menjadi lebih waspada dan kesadarannya
menjadi lebih tajam terhadap lingkungan. Jenis ansietas ini dapat memberikan motivasi
pembelajaran dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2. Ansietas sedang
Pada tingkat ini, individu berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang
lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu.Individu tidak mempunyai
perhatian yang selektif, kemampuan penglihatan, pendengaran, dan penciuman menurun
(Stuart, 2013). Jika diarahkan untuk melakukan sesuatu, individu dapat berfokus pada
perhatian yang lebih banyak .
3. Ansietas Berat
Lapang persepsi individu sangat menyempit (Videbeck, 2008). Individu cenderung
berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal yang lain.
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan
banyak arahan untuk berfokus pada area yang lain. Kemampuan persepsi seseorang
menjadi menurun secara menyolok dan perhatiannya pun terpecah-pecah. Pikirannya
hanya fokus pada satu hal dan tidak memikirkan yang lain.
4. Tingkat Panik
Panik adalah kehilangan kendali, individu tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
dengan arahan.Panik mengakibatkan disorganisasi kepribadian dan menimbulkan
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan
orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.Tingkat
ansietas ini jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan
kematian (Videbeck, 2008).Gejala yang terjadi adalah palpitasi, nyeri dada, mual atau
muntah, ketakutan kehilangan control, parestesia, tubuh merasa panas atau dingin
(Stuart, 2013).

b) Proses Terjadinya Masalah


Proses terjadinya cemas dijelaskan dengan psikodinamika keperawatan. Psikodinamika
masalah keperawatan dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan model Stuart (2013).
Menurut Stuart (2013) psikodinamika masalah keperawatan dimulai dengan menganalisa faktor
predisposisi, presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping dan mekanisme koping yang
digunakan oleh seorang individu sehingga menghasilkan respon baik yang bersifat konstruktif
maupun destruktif dalam rentang adaptif sampai maladaptif seperti yang tampak pada skema
dibawah ini.
Factor Predisposisi
Biologis Psikologis Sosio cultural

Factor Presipitasi
Nature Origin Timing Number

Penilaian Terhadap Stressor


Kognitif Afektif Fisiologis Respon Sosial

Sumber Koping
Kemampuan personal Dukungan Sosial Aset Materi Keyakinan Positif

Mekanisme Koping

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Konstruktif Destruktif

Skema 2.1. Psikodinamika Masalah Keperawatan Jiwa


(Stuart, 2013)

2. PENGKAJIAN

2.1 Pengkajian Generalis


Tanda subyektif :
a. Sakit kepala dan Sulit tidur
b. Lelah
c. Merasa tidak berharga
d. Merasa tidak bahagia
e. Sedih dan sering menangis
f. Sulit menikmati kegiatan harian
g. Kehilangan minat gairah
h. Perasaan tidak aman
i. Pekerjaan sehari-hari terganggu

Tanda obyektif :
a. Nadi dan tekanan darah naik
b. Tidak nafsu makan
c. Diare/konstipasi
d. Gelisah
e. Berkeringat
f. Tangan gemetar
g. Sulit mengambil keputusan
h. Sulit berfikir
i. Mudah lupa
j. Tidak mampu menerima informasi dari luar
k. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
l. Ketakutan atas sesuatau yang tidak spesifik/jelas
m. Gerakan meremas tangan
n. Bicara berlebihan dan cepat
o. Tidak mampu melakukan kegiatan harian
2.2 Pengkajian Spesialis
A. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2013) faktor predisposisiadalah faktor resiko yang menjadi sumber terjadinya
stres yang mempengaruhi tipe dan sumber dari individu untuk menghadapi stres baik yang
biologis, psikososial dan sosial kultural.Berbagai teori menjadi dasar pola berpikir faktor
predisposisi kesehatan jiwa.

1) Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisiologis dari individu
yang mempengaruhi terjadinya ansietas. Beberapa teori yang melatarbelakangi cara
pandang faktor predisposisi biologis adalah teori genetik dan teori biologi. Teori genetik
lebih menekankan pada campurtangan komponen genetik terhadap berkembangnya perilaku
ansietas. Sedangkan teori biologi lebih melihat struktur fisiologis yang meliputi fungsi
saraf, hormon, anatomi dan kimia saraf.

Genetik dihasilkan dari fakta-fakta mendalam tentang komponen genetik yang


berkontribusi terhadap perkembangan gangguan ansietas (Sadock & Sadock, 2003). Gen
5HTTP mempengaruhi bagaimana otak memproduksi serotonin (National Institute of
Mental Health, 1996). Studi statistik mengindikasikan bahwa faktor gen dapat
menyebabkan perbedaan 3-4% derajad ansietas yang di alami oleh seseorang (Shives,
2005). Temuan dari penelitian tersebut juga digunakan untuk menjelaskan pola kepribadian
yang normal dan patologis.

Studi yang dilakukan terhadap keluarga relatip menentukan prevalensi ansietas.Dua metode
yang umum digunakan adalah riwayat keluarga yang didapatkan dari wawancara secara
tidak langsung dari informan dan studi keluarga yang dilakukan berdasarkan wawancara
langsung dengan anggota keluarga.Metode ini digunakan untuk menjelaskan teori yang
berkenaan dengan berbagai klasifikasi ansietas (Nicolini, Cruz, Camarena, Paez & De la
Fante, 1999).Sadock dan Sadock (2003) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa sekitar
50% dari klien yang mengalami gangguan panik dipengaruhi oleh hubungan keluarga. Lima
belas sampai dua puluh persen individu yang mengalami gangguan obsessive compulsive
berasal dari keluarga dengan anggota keluarga memiliki masalah yang sama dan sekitar
40% seseorang yang mengalami agoraphobia berhubungan dengan anggota keluarga
dengan agoraphobia. Hipotesa yang dapat kita simpulkan dari berbagai penelitian tersebut
adalah genetik memainkan peran dalam berkontribusi terhadap manifestasi tanda-tanda
ansietas yang dialami oleh individu.

Pemahaman teori biologi dilakukan dengan mengevaluasi hubungan antara ansietas dan
faktor yang mempengaruhi yaitu katekolamin, kadar neuroendokrin, neurotransmiter seperti
serotonin GABA dan kolesistokinin dan reaktivasi autonom. Gambaran tentang fungsi
sarafdiperlukan dalam melihat keterkaitan biologis dengan ansietas (Sadock & Sadock,
2003). Kadar serotonin yang berlebihan pada beberapa area penting dari otak yaitu raphe
nucleus, hipotalamus, thalamus, basal ganglia dan sistem limbik berhubungan dengan
tejadinya ansietas.Bustiron dan benzodiazepine menghambat transmisi serotonin yang
menyebabkan munculnya berbagai gejala ansietas (Roerig, 1999).

Penelitian neuromaging lebih berfokus pada anatomi normal dan kimia saraf, perilaku
farmakologi dan teori perubahan kognitif untuk memahami dasar biologis dari
ansietas.Penelitian berfokus pada identifikasi prediksi potensial respon terhadap treatment.
Studi menggunakan Positron Emission Tomography (PET) menunjukkan peningkatan
aktivitas metabolik dan aliran darah pada lobus frontal, basal ganglia dan singulum pada
klien dengan diagnosa gangguan obsessive compulsive (Holman & Devous, 1992; Sadock
& Sadock, 2003 dalam Shives, 2005).

2) Psikologis
Teori psikoanalitik dan perilaku menjadi dasar pola pikir faktor predisposisi psikologis
terjadinya ansietas. Teori psikoanalisa yang dikembangkan oleh Sigmund Freud
menjelaskan bahwa ansietas merupakan hasil dari ketidakmampuan menyelesaikan
masalah, konflik yang tidak disadari antara impuls agresif atau kepuasan libido serta
pengakuan terhadap ego dari kerusakan eksternal yang berasal dari kepuasan.Sebagai
contoh konflik yang tidak disadari pada saat masa kanak-kanak, seperti takut kehilangan
cinta atau perhatian orang tua, menimbulkan perasaan tidak nyaman atau ansietas pada
masa kanak-kanak, remaja dan dewasa awal (Roerig, 1999).

Teori psikoanalisa terbaru menjelaskan bahwa ansietas merupakan interaksi antara


temperament dan lingkungan.Seseorang lahir ke dunia dengan pembawaan fisiologis sejak
lahir yang mempengaruhi rasa takut pada tahapan awal kehidupan.Sebagai upaya seseorang
menghadapi konflik, seseorang mengembangkan gambaran lemah tentang kemampuan diri
dan penggunaan strategi yang kurang tepat seperti mencegah mengatasi stress
kehidupan.Kenyamanan seseorang menurun dan mengembangkan kehilangan kontrol
dengan meningkatkan emosi yang negatif, puncak ansietas dan mengawali terjadinya
serangan panik (Medscape, 2000).

3) Sosial Budaya
Faktor predisposisi sosial budaya dianalisa melalui beberapa teori yaitu interpersonal dan
sosial budaya. Teori interpersonal melihat bahwa ansietas terjadi dari ketakutan akan
penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan,
seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya.
Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami
ansietas yang berat.

Teori sosial budaya meyakini faktor sosial dan budaya sebagai faktor penyebab ansietas.
Pengalaman seseorang sulit beradaptasi terhadap permintaan sosial budaya dikarenakan
konsep diri yang rendah dan mekanisme koping. Stresor sosial dan budaya menjadi
ancaman untuk seseorang dan dapat mempengaruhi berkembangnya perilaku maladaptif
dan menjadi onset terjadinya ansietas.

Teori sosial budaya menegaskan bahwa hubungan interpersonal merupakan salah satu
penyebab terjadinya ansietas. Hubungan interpersonal yang tidak adekuat pada saat bayi
akan menjadi penyebab disfungsi tugas perkembangan seseorang sesuai dengan usia.
Konsep diri yang negatif sejak kecil akan menimbulkan kesulitan penyesuaian diri yang
terjadi pada individu terhadap kelompok sosial budayanya. Kemampuan komunikasi yang
rendah akibat konsep diri yang negatif menyebabkan seseorang sulit dalam menyelesaikan
masalah sehingga berpotensi menyebabkan ansietas.

B. Faktor Presipitasi
Faktorpresipitasi adalah stimulus internal maupun eksternal yang mengancam individu.
Komponen faktor presipitasi terdiri atas sifat, asal, waktu dan jumlah stressor (Stuart, 2013).

1) Sifat Stresor
Sifat stressor dapat diidentifikasi dalam tiga komponen utama yaitu biologi, psikologis dan
sosial.Tiga komponen tersebut merupakan hasil dari ancaman terhadap integritas fisik dan
ancaman terhadap sistem diri.Ancaman terhadap integritas fisik terjadi karena
ketidakmampuan fisiologis atau penurunan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-
hari di masa mendatang.Ancaman ini meliputi sumber internal dan sumber
eksternal.Sumber eksternal meliputi terpaparnya infeksi virus atau bakteri, polusi
lingkungan, bahaya keamanan, kehilangan perumahan yang adekuat, makanan, pakaian atau
trauma injuri.

Sedangkan sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisiologis seperti jantung, sistem
imun, atau regulasi suhu.Perubahan biologis secara normal dapat terjadi pada kehamilan
dan kegagalan untuk berpartisipasi dalam melakukan pencegahan merupakan bagian lain
dari sumber internal.Nyeri sering diindikasikan sebagai ancaman terhadap integritas fisik.
Ansietas ini akan memotivasi seseorang untuk mencari pelayanan kesehatan. Ancaman
terhadap integritas fisik yang selanjutnya dilihat sebagai faktor presipitasi biologis.

Faktor presipitasi psikologis dan sosial budaya berasal dari adanya ancaman terhadap
sistem diri.Ancaman terhadap sistem diri diindikasikan mengancam identitas seseorang,
harga diri, dan fungsi integritas sosial.Ancaman terhadap sistem diri juga terdiri atas dua
sumber yaitu eksternal dan internal.Sumber eksternal terdiri atas kehilangan orang yang
sangat dicintai karena kematian, perceraian, perubahan status pekerjaan, dilema etik, dan
tekanan sosial atau budaya. Sumber internal meliputi kesulitan hubungan interpersonal di
rumah atau di tempat kerja, dan menjalankan peran baru seperti sebagai orang tua, pelajar
atau pekerja.
Ancaman terhadap integritas fisik dapat juga menjadi ancaman terhadap sistem diri karena
mental dan fisik saling berhubungan.Pembedaan kategori tersebut tergantung pada respon
seseorang terhadap adanya stresor. Tidak ada kejadian stressful terjadi pada orang yang
sama terjadi pada waktu yang berbeda, karena seluruh kejadian bersifat individual bagi
setiap orang.

2) Asal Stressor
Berdasarkan sifat stressor yang telah diuraikan diatas maka asal stressor ansietas dapat
didentifikasi melalui dua sumber yaitu internal dan eksternal.Sumber internal digambarkan
sebagai seluruh stresor ansietas yang berasal dari dalam individu baik yang bersifaf biologis
maupun psikologis.Sumber eksternal merupakan sumber ansietas yang berasal dari
lingkungan eksternal individu termasuk didalamnya hubungan interpersonal dan pengaruh
budaya.

Pada ansietas keluarga asal stresor lebih pada stresor eksternal yaitu adanya anak yang
sakit. Adanya anak yang sakit ini dapat mempengaruhi kondisi psikologis dan biologi yang
berperan sebagai stresor internal dan menambah stress bagi caregiver.

3) Waktu dan Lamanya Stresor


Stuart (2013) menjelaskan bahwa waktu dilihat sebagai dimensi kapan stresor mulai terjadi
dan berapa lama terpapar stressor sehingga menyebabkan munculnya gejala
ansietas.Frekuensi paparan stressor ansietas juga dapat diindikasikan untuk melihat
terjadinya ansietas pada caregiver.

Pada ansietas keluarga, waktu terjadinya stresor berupa anak yang sakit datang tiba-tiba dan
tidak terduga.Lamanya stresor ansietas keluarga tergantung pada kondisi kesehatan anak.
Semakin berat tingkat penyakit yang dialami anak akan memperpanjang lamanya stresor
yang dialami oleh keluarga sebagai caregiver. Demikian sebaliknya pada kondisi penyakit
anak yang ringan, lamanya stresor yang dialami oleh keluarga semakin pendek.
4) Jumlah Stresor
Jumlah pengalaman stress yang dialami individu dalam satu waktu tertentu juga menjadi
faktor presipitasi terjadinya ansietas (Stuart, 2013). Jumlah stressor lebih dari satu yang
dialami oleh individu dalam satu waktu akan lebih sulit diselesaikan dibandingkan dengan
satu stressor yang dialami.

Jumlah stressor yang dialami oleh keluarga yang anaknya dirawat di rumah sakit pada
awalnya satu yaitu anak yang sakit. Namun ketika muncul respon terhadap stresor sosial
tersebut maka jumlah stresor akan bertambah sesuai dengan hasil respon yang ditampilkan
ketika menerima stresor sosial. Stresor yang dialami oleh caregiver akan bertambah dengan
adanya stresor psikologis dan biologis. Pada masing-masing stresor ini jumlah stresor tidak
hanya satu namun dapat lebih dari satu karena hasil respon yang ditampilkan dari stresor
utama adanya anak yang sakit.

C. Penilaian terhadap stressor


Pemahaman tentang ansietas dapat dilakukan dengan mengintegrasikan pengetahuan dari
berbagai sumber.Model adaptasi stres (Stuart, 2013) mengintegrasikan data dari konsep
psikoanalisis, interpersonal, perilaku, genetik dan biologis. Berbagai konsep tersebut akan
menjelaskan tentang penilaian stressor seseorang ketika mengalami ansietas yang meliputi
kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial.
Kognitif :
Kerusakan perhatian, Kurang konsentrasi, Pelupa, Kesalahan dalam menilai, Preokupasi,
Bloking, Penurunan lapangan pandang, Berkurangnya kreativitas, Produktivitas menurun,
Bingung, Sangat waspadai, Berkurangnya objektivitas, Takut kehilangan kontrol, Takut,
bayangan visual, Takut akan terluka atau kematian, Kesadaran diri meningkat, Mimpi buruk

Afektif
Menyesal, Iritabel, Kesedihan mendalam, Takut, Gugup, Sukacita berlebihan, Nyeri dan
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, Gemeretak, Ketidak pastian, Kekhawatiran
meningkat, Fokus pada diri sendiri, Perasaan tidak adekuat, Ketakutan, Distressed, Khawatir,
prihatin dan Mencemaskan
Fisiologis
- Suara bergetar,
- Gemetar/ tremor tangan,
- Bergoyang-goyang,
- Simpatis : Respirasi meningkat, Nadi meningkat, Dilasi Pupil, Refleks-refleks meningkat,
Eksitasi kardiovaskuler, Peluh meningkat, Wajah tegang, Anoreksia, Jantung berdebar-
debar, Mulut Kering, Kelemahan, Wajah bergejolak, Vasokonstriksi superfisial, Berkedutan,
Sukar bernafas.
- Parasimpatis : Kesegeraan berkemih, Nyeri abdomen, Gangguan tidur, Perasaan geli pada
ekstremitas, Diare, Keragu-raguan berkemih, Kelelahan, Nadi berkurang, Tekanan Darah
Menurun, Mual, Keseringan berkemih, Pingsan, Tekanan darah meningkat.
Perilaku.
Ditandai dengan dengan Produktivitas menurun, Mengamati dan waspada, Kontak mata jelek,
Gelisah, Melihat sekilas sesuatu, Pergerakan berlebihan (seperti; foot shuffling, pergerakan
lengan/ tangan), Ungkapan perhatian berkaitan dengan merubah peristiwa dalam hidup,
Insomnia, Perasaan gelisah.
Respon sosial
Kadang – kadang menghindari kontak sosial/aktivitas sosial menurun, Kadang-kadang
menunjukkan sikap bermusuhan

D. Sumber Koping
Personal ability
Kurang komunikatif, Hubungan interpersonal yang kurang baik, Kurang memiliki, kecerdasan
dan bakat tertentu, Mengalami gangguan fisik, Perawatan diri yang kurang baik, Tidak kreatif
Sosial Support
Hubungan yang kurang baik antar : individu, keluarga , kelp dan masyarakat, Kurang terlibat
dalam organisasi sosial/ kelompok sebaya, Ada konflik nIlai budaya
Material Assets
Kurang memilki penghasilan secara individu, Sulit mendapat pelayanan kesehatan, Tidak
memiliki pekerjaan/ vokasi/ posisi
Positive beliefs
Tidak mempunyai keyakinan dan nilai yang positif, Kurang memiliki motivasi, Kurang
berorientasi pencegahan (lebih senang melakukan pengobatan )
E. Mekanisme Koping
Konstruktif
Kecemasan dijadikan sebagai tanda dan peringatan. Individu menerimanya sebagai suatu
pilihan untuk pemecahan masalah. Seperti :
 Negosiasi/ kompromi
 Meminta saran
 Perbandingan yang positif, penggantian rewards
Destruktif
Menghindari kecemasan tanpa menyelesaikan masalah atau konflik tsb. Seperti :
 Denial
 Supresi
 Proyeksi
 Menyerang
 Menarik diri
3. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

ANSIETAS Harga Diri Rendah

Gangguan Citra Tubuh

Ansietas (Core problem)


Ketdkmampuan
Kurang
menyelesaikan
Pengetahuan Koping Individu Tak Efektif
masalah

Stressor biopsikososial

4. DIAGNOSIS MEDIK
Diagnosis medik : Diabetes Mellitus, Hipertensi, tindakan operasi,
5. TINDAKAN KEPERAWATAN
a. TERAPI GENERALIS
1) Tindakan Keperawatan untukpasien (individu)
2.1 Tujuan
1). Pasien mampu mengenal ansietas
2). Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
3). Pasien mampu mengatasi ansietas melalui distraksi
4). Pasien mampu mengatasi ansietas melalui hipnotis lima jari
5). Pasien mampu mengatasi ansietas melalui kegiatan spiritual
2.2 Tindakan keperawatan
1). Mendiskusikan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat
2). Melatih teknik relaksasi fisik
3) Melatih mengatasi ansietas dengan distraksi
4). Melatihmengatasi ansietas melalui hipnotis lima jari
5)Melatih mengatasi ansietas melalui kegiatan spiritual

2) Tindakan Keperawatan pada keluarga (Edukasi Keluarga)


1.1 Tujuan
1) Keluarga mampumengenal masalah ansietas pasien dan masalah merawat
pasien ansietas
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya masalah ansietas
3) Keluarga mampu merawat pasien dengan ansietas
4) Keluarga mampu menciptakan lingkungan dengan ansietas
5) Keluarga mampu mengenal tanda dan gejala kekambuhan terjadinya ansietas
6) Keluarga mampu melakukan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur

1.2 Tindakan
1) Mendiskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien ansietas
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya ansietas dan
mengambil keputusan merawat pasien
3) Mendiskusikan dengan keluarga tentang fasilitas yang dibutuhkan oleh pasien
untuk mengatasi ansietas pasien.
4) Melatih keluarga cara merawat dan membimbing pasien untuk mengatasi
ansietas
5) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung perawatan ansietas pasien
6) Mendiskusikan tanda dan gejala munculnya ansietas yang memerlukan rujukan
segera ke fasilitas kesehatan.
7) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur

3) Kolaborasi
Pemberian obat antiansietas dengan strategi komunikasi ISBAR TBaK.

b. TERAPI SPESIALIS
1) Terapi Individu : TS, PMR, Logo, ACT
Terapi penghentian pikiran atau thought stopping (TS) merupakan keterampilan
memberikan instruksi kepada diri sendiri untuk menghentikan alur pikiran negatif
melalui penghadiran rangsangan atau stimulus yang mengagetkan. Indikasi TS
diberikan kepada klien yang mempunyai kesulitan karena sering mengulang pikiran
negatifnya, klien yang selalu merasa khawatir tentang munculnya pikiran cemas
secara berulang. Hasil penelitian yang dilakukan Nasution, Hamid & Helena (2011)
bahwa TS dapat menurunkan kecemasan keluarga dengan anak usia sekolah yang
menjalani kemoterapi. Hasil penelitian Butet, Keliat, Nasution (2009) bahwa TS dapat
menurunkan ansietas klien gangguan fisik.

Logoterapi. Hasil penelitian Sutejo, keliat, dan Hastono (2009) bahwa logoterapi
kelompok dapat menurunkan ansietas penduduk pasca gempa. Hasil penelitian
wijayanti, Hamid & Nuraini (2010) bahwa logoterapi dapat menurunkan kecemasan
napi perempuan di LP.

Gabungan TS dan PMR dapat menurunkan ansietas pada pasien gangguan fisik
menurut hasil penelitian Supriati, Keliat & susanti (2010), hasil penelitian Tobing
(2012) bahwa pengaruh PMR dan logoterapi dapat menurunkan ansietas dan depresi
dan kemampuan relaksasi serta kemampuan memaknai hidup klien kanker ACT, Hasil
penelitian Fernandes, Hamid & Mustikasari (2013).

ACT dapat menurunkan ansietas klien stroke, didukung oleh hasil penelitian Nurbani,
keliat, Nasution (2009) bahwa TS dapat menurunkan ansietas dan beban keluarga
(caregiver) dalam merawat pasien stroke.

2) Terapi Keluarga : FPE


Hasil penelitian lestari, Hamid & Mustikasari (2011) bahwa FPE dapat menurunkan
tingkat ansietas keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami TB paru.
3) Terapi Kelompok
Terapi suportif didukung oleh Hasil penelitian Erti, Hamid & Mustikasari (2011) yang
menunjukkan pengaruh terapi suportif terhadap beban dan tingkat ansietas keluarga
dalam merawat anak tunagrahita.

Daftar Pustaka
Carpenito, L.J dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : Penebit
Buku Kedokteran EGC
Carpenito, L. J.C (2004). Hanndbook of nursing diagnosis ed.10. USA: Lippincott Williams &
Wilkins Doenges,M., Townsend, M., (2008) Nursing Diagnosis Manual ed.2. F.A Davis
Company: Philadelphia.
Keliat, B.A, Wiyono, Akemat. P.W dan Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa
CMHN (Intermediate Course). Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
NANDA. (2012). Diagnosa keperawatan NANDA 2012-2014 Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC
Stuart, Gail W. (2013). Principles & Practice of Psychiatric Nursing ed.9. Philadelphia: Elsevier
Mosby.
Townsend, M.C (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana Asuhan & Medikasi
Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC
Wilkinson, J.M. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC
STRATEGI PELAKSANAAN
DX ANSIETAS

I. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN GENERALIS


a. Ditujukan untuk pasien
Pertemuan Pertama (SP) Generalis Klien : Pengkajian ansietas dan latihan teknik relaksasi
(Tarik nafas dalam dan distraksi)
Setting RSU, klien dengan diagnosa medis Appendicitis akan dilakukan operasi. Klien merasa khawatir
apabila operasinya nanti gagal dan bagaimana perawatan post op.

A. ORIENTASI :
1.Salam
“Selamat pagi Ibu,,,,,
Perkenalkan nama Saya L, perawat yang berdinas hari ini ....Nama Ibu siapa? Senang dipanggil
apa?”“Bagaimana perasaan Ibu hari ini?“O, jadi ibu semalam gelisah, tidak bisa tidur, merasa
khawatir?” “apa yang ibu lakukan saat ibu merasa cemas?”
2. Kontrak Waktu, Tujuan dan Tempat
”Baiklah,bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang perasaan yang ibu rasakan?
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 30 menit ?” tujuannya agar ibu dapat mengatasi rasa
cemas yang ibu alami”
”Kita berbincang-bincang dimana bu? Baiklah kita akan berbincang-bincang di ruang ini”

3. Evaluasi  SP Scaning
4. Validasi  SP Scaning
Scanning
Predisposisi&Presipitasi: berapa lama Ibu mengalami penyakit, sudah berapa kali dirawat? Sudah
pernah dirawat?apakah dapat pengobatan? Apakah teratur meminum obat sebelumnya yang
rutin? Bagaimana pola ADL (rinci, makan, minum, tidur dll) Ibu setelah mengalami penyakit
diabetes?— apa yang Ibu rasakan ketika ADL Ibu berubah?

Apakah yang menjadi harapan Ibu sekarang? “Ibu merasa khawatir dengan operasi yang akan
dilakukan nanti apakah berhasil atau tidak”, Ibu bisa ceritakan pikiran yang sering muncul
mengenai penyakit Ibu Y pada saya”...
a. biologis
Apakah ada penyakit fisik, terkait dengan penyakit yang dialami ada perubahan bentuk, fungsi
atau struktur tubuh yang dialami, penyebab perubahan tersebut, lama menderita penyakit fisik,
adanya alat terapi yang terpasang (infus, Oksigen, NGT) riwayat operasi, riwayat trauma. riwayat
penyakit sebelumnya, berapa kali di rawat di rumah sakit, riwayat pengobatan sebelumnya,
bagaimana dengan perawatan di rumah, tanda dan gejala sehingga mencari pengobatan punya
inisiatif mencari bantuan pelayanan kesehatan, riwayat pengobatan alternative.
b. social
bagaimana dengan peran sebagai seorang ibu ? anak di rumah dengan siapa? Siapa yang
merawat nya di rumah? Biaya di rumah sakit ditanggung oleh siapa,tidak bekerja karena harus
dirawat di rumah sakit, orang yang paling berarti dalam kehidupannya.
c. psikologis
perasaan khawatir adanya penolakan dari orang lain, mengungkapkan perasaan negative
terhadap tubuhnya, merasa asing dengan bagian tubuhnya, merasa tidak puas dengan hasil
operasi, mengunkapkan persepsi adanya perubahan pandangan tentang tubuhnya dalam
penampilan, pandangan klien dengan pemasangan alat2 medis (infus, NGT,Oksigen) Pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan. Perasaan pada saat di bawa kerumah sakit, bagaimana
perasaannya terkait dengan penyakit yang dialaminya saat ini, perasaannya berkaitan dengan
tidak bekerja karena harus dirawat, perasaan karena tidak dapat menjalankan perannya di
keluarga, tempat kerja dan masyarakat.
Respon
a. kognitif :mengungkapkan tidak mampu menghadapi situasi yang dialami, mengungkapkan hal
negative tentang diri, mengungkapkan tidak berguna dengan peristiwa yang terjadi, menyalahkan
diri/menjelekan diri, mengungkapkan tidak mampu atasi masalah/situasi, ragu – ragu melakukan
sesuatu, kesulitan membuat kepuutusan.
b. afektif :merasa tidak berdaya, malu, tidak berguna, bersalah, tidak mampu, putus asa, sedih,
mudah tersinggung
c. fisiologis : ada perubahan fungsi tubuh, sulit tidur, TTV meningkat, perubahan selera makan,
perubahan berat badan, berasa letih dan cepat lelah, mual muntah, konstipasi atau diare, wajah
murung
d. perilaku : kurang mendukung program pengobatan, kurang mampu melakukan suatu aktivitas,
tampak ragu – ragu dalam melakukan aktivitas, tidak suka membicarakan penyakitnya, menolak
memegang bagian yang sakit, menunduk, kontak mata mudah beralih.
e. social : diam komunikasi verbal menurun, kontak mata kurang, partispasi social menurun,
bicara pelan
sumber koping
a. personal ability : apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi situasi yang idalami. Bagaimana
hasilnya, ada manfaatnya, mampu menyadari hubungan positif antara harga diri dengan dengan
pemecahan masalah yang efektif, mampu meningkatkan kemampuan perawatan diri dan aktivitas
sehari – hari yang dapat meningkatkan harga diri, mampu memecahkan masalah dan umpan balik,
menyadari hubungan positif antara harga diri dengan penyakit fisik.
b. social support : care giver utama selama di rawat dan di rumah, kemampuan keluarga merawat
klien harga diri rendah situasional, pernahkah ada yang memberikan Psikoedukasi pada keluarga
tentang merawat klien dengan harga diri rendah situasional, keluarga mampu menciptakan
suasana lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri rendah
c. material asset :siapa yang membisyai, apakah punya BPJS, kemana keluarga membawa
berobat, pelayanan kesehatan yang terdekat
d. positive belief : apakah yakin bisa sembuh, apakah yakin masalah yang dialami akan dapat
diatasi
“Baik bu Y, saya akan membantu Ibu Y agar Ibu dapat mencapai harapan-harapan Ibu”. “Kita
akan Belajar beberapa Cara bu, hari ini akan kita diskusikan cara tarik nafas dalam dan
mengalihkan pikiran”
“Yang perlu diingat Bu, usaha dari Ibulah yang akan menentukan apakah masalah Ibu akan
teratasi dengan baik atau tidak”

B. KERJA :
”Tadi ibu katakan, ibu merasa gelisah, tidak bisa tidur, dan merasa khawatir, coba ibu ceritakan lebih
lanjut tentang perasaan ibu? apa yang ibu sedang pikirkan? Apa yang ibu lakukan terkait dengan
perasaan tersebut? Apa yang terjadi sehingga ibu merasa gelisah?”
“Jadi.. ibu merasa khawatir karena memikirkan penyakit yang ibu alami... ada lagi hal lain yang
menyebabkan ibu khawatir?” apa yang ibu rasakan saat ibu khawatir?” dan apa yang ibu lakukan ketika
perasaan itu muncul?” .. jadi saat khawatir yang ibu alami sulit tidur, gelisah, sakit kepala, jantung
berdebar-debar, tidak nafsu makan dan ibu tidak tau apa yang dilakukan??”baik ibu saya akan
menjelaskan bahwa apa yang ibu rasakan tadi merupakan tanda dan gejala dari cemas. Untuk mengatasi
itu saya akan ajarkan latihan tarik nafas dalam dan distraksi. Contoh : ibu tempatkan pada posisi
senyaman yang ibu rasakan, kemudian tutup mata, pikirkan kondisi yang membuat ibu cemas, kemudian
tarik nafas tahan kira-kira 5-10 detik, lalu keluarkan melalui mulut dengan perlahan-lahan.”
“yaa bagus sekali bu! Coba ulangi sekali lagi.Bagus sekali bu.” Setelah ibu latihan nafas dalam, ibu bisa
mengalihkan kecemasan ibu dengan bercakap-cakap dengan anak ibu.
Kita jadwalkan kegiatan tersebut mau berapa kali Bu dalam satu hari?Boleh bu nanti tambahkan daftar
kegiatan yang ibu ingin lakukan dalam buku catatan harian ini.

C. TERMINASI
Evaluasi Subyektif
Baik ibu latihan hari ini saya rasa cukup“Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan hari ini?”
”Coba Ibu peragakan lagi latihan nafas dalam yang saya ajarkan tadi!” aktivitas apa yang ibu pilih untuk
mengalihkan rasa cemas ibu? Baik, ibu ingin membaca dan bercakap-cakap untuk mengalihkan rasa cemas
ibu.
Evaluasi Objektif
”Baik bu, dalam satu hari mau berapa kali ibulatihan tarik nafas dalam? Dua kali? Baiklah jam berapa ibu
akan latihan.
Ini ada jadual kegiatan, kita isi sesuai kemauan ibu yaitu jam 08.00 dan jam 16.00 kegiatan ibu adalah
tarik nafas dalam. Jam 10.00 dan 15.00 kegiatan ibu adalah bercakap-cakap dengan anak ibu. Jam 17.00
membaca buku. Jika ibu melakukannya sendiri tanpa diingatkan ibu tulis M (mandiri), jika masih harus
diingatkan tulis B (Bantuan), dan jika ibu tidak melakukan ditulis T (tergantung). Kita mulai hari ini yah
bu...
Besok saya kemari lagi. Kita akan berbincang-bincang tentang perasaan yang ibu alami setelah latihan
dan kita akan melanjutkan latihan hipnotis diri sendiri dan melakukan kegiatan spiritual. Waktunya seperti
sekarang ini ya bu. Tempatnya di sini saja.
Selamat pagi Bu...
PR / Resep untuk Pasien
Ini jadwal dan buku catatan, agar ibu dapat melakukan kegiatannya sesuai dengan yang tadi telah
kita jadwalkan, melakukan .......sebanyak 2 kali sehari ya Bu untuk latihannya, jika ibu ingin
melakukannya lebih banyak itu luar biasa bu, nanti ibu dapat catat di buku ini.

Rencana tindak lanjut perawat


Kita akan bertemu lagi 2 hari lagi, disini di jam waktu yang sama ya Bu

Salam: semoga cepat sembuh, selamat siang

II. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN SPESIALIS


TERAPI THOUGHT STOPPING
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a. Pasien dengan gangguan stress akut
b. Klien yang mempunyai kesulitan karena sering mengulang pikiran maladaptifnya
c. Klien berpikir tidak benar (memiliki pikiran negatif tentang dirinya)
d. Klien selalu merasa khawatir tentang munculnya pikiran cemas secara berulang
e. Klien dengan perilaku bermasalah yang lebih bersifat kognitif daripada ditampilkan
secara terbuka

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas
b. Berduka
c. Resiko perilaku kekerasan

3. Tujuan Keperawatan
a. Membantu klien mengatasi ansietas yang mengganggu
b. Membantu klien mengatasi pikiran negatif atau maladaptif yang sering muncul
c. Membantu klien mengatasi pikiran obsesif dan fobia
d. Memutuskan pikiran yang mengancam atau menimbulkan stress

4. Tindakan keperawatan
Pelaksanaan dilakukan dalam tiga sesi. Untuk keberhasilan penguasaan, penghentian
pikiran harus dipraktekkan secara teliti sepanjang hari selama tiga hari sampai satu minggu
Sesi 1 : Identifikasi pikiran yang mengganggu dan pemutusan pikiran dengan
menggunakan alarm atau hitungan teratur
Sesi 2 : Pemutusan pikiran dengan menggunakan alarm dan hitungan bervariasi
Sesi 3 : Evaluasi manfaat pemutusan pikiran

B. Strategi Komunikasi
SESI I :Identifikasi pikiran yang mengganggu dan pemutusan pikiran dengan menggunakan
alarm atau hitungan teratur
Orientasi
a. Memberikan salam
“Selamat pagi bu. Masih ingat dengan saya? Bagus.. Hari ini saya dinaspagi dan berada
di ruangan ini sampai jam 14.00 WIB nanti.
b. Evaluasi validasi
“Bagaimana perasaannya saat ini bu?” perasaan khawatirnya sudah berkurang belum?
Tidurnya bagaimana tadi malam? Baik. Sudah siap menghadapi operasi yang akan
dilakukan?
c. Kontrak
“Ibu, sesuai dengan kontrak yang telah kita sepakati, saat ini kita akan berlatih tentang
cara menghentikan pikiran khawatir yang ibu rasakan, yaitu dengan menghentikan pikiran
ibu tentang penyakit dan operasi yang akan dilakukan. Kegiatan kita ini akan dilaksanakan
selama tiga sesi, dimana masing-masing sesi mempunyai tujuan yang tidak sama. Untuk
sesi pertama, kita akan sama-sama menemukan dan memutuskan pikiran yang
mengganggu dan mengancam serta menimbulkan stres. Untuk sesi kedua bertujuan untuk
berlatih pemutusan pikiran yang tidak menyenangkan dengan berbagai cara, sedang untuk
sesi terakhir bertujuan untuk berlatih pemutusan pikiran secara otomatis. Bagaimana bu,
apakah bersedia untuk mengikuti keseluruhan sesi ini? Sedangkan untuk pertemuan kali
ini, kita akan berbincang-bincang tentang bagaimana ibu mampu menemukan dan
memutuskan pikiran yang negatif dan mengganggu dan menimbulkan stres pada ibu.
Kegiatan ini kurang lebih akan memerlukan waktu selama 15 menit.”

Kerja
“Nah kita mulai kegiatan yang pertama. Sekarang saya minta ibu mengingat kembali, pikiran-
pikiran apa saja yang selama ini mengganggu dan mengancam serta menyebakan ibu tidak
nyaman? Apakah pikiran tersebut cukup realistis menurut ibu?Selama Ibu/ibu mempunyai
pikiran tersebut, apakah menyebabkan aktivitas Ibu/ibu terganggu?Kemudian, apakah selama
ini pikiran-pikiran yang menganggu tersebut mudah untuk dikendalikan?
Bagus sekali bu, ibu telah berhasil menemukan pikiran-pikiran yang tidak menyenangkan
tersebut. Disini saya memiliki selembar kertas, dan saya mohon Ibu/ibu tuliskan semua
pikiran-pikiran yang mengancam dalam kolom sebelah kiri. Dari beberapa pikiran tidak
menyenangkan yang telah dituliskan di kolom ini, pilihlah mana yang paling mengganggu ibu
dan menyebabkan aktivitas tidak produktif?
Dari pikiran yang paling mengganggu ini, kita akan sama-sama berlatih dalam pelaksanaan
pemutusan pikiran. Disini saya memiliki alarm yang akan berbunyi setelah 3 menit. Tetapi
sebelumnya, saya minta ibu memejamkan mata, kosongkan pikiran dan bayangkan situasi saat
pikiran yang menegangkan seolah akan terjadi (konsentrasi hanya pada satu pikiran per sesi).
Bayangkan terus pikiran-pikiran yang mengancam tersebut. Kemudian ketika Ibu/ibu
mendengar bunyi alarm, saya akan mengatakan STOP, dan setelah itu saya minta ibu segera
menghentikan pikiran yang mengancam. Kemudian, ketika ibu telah menghentikan pikiran
yang mengancam tersebut, Ibu/ibu dapat membuka mata dan menarik nafas dalam.
Bagaimana bu, apakah bisa dipahami? Jika bisa, bagaimana kalau kita mempraktikannya?

Saya minta ibu pejamkan mata dan kosongkan pikiran, lalu bayangkan pikiran yang
mengancam dan mengganggu. Bagaimana bu? Terus bayangkan pikiran itu bu? Seolah-olah
pikiran itu sangat mengancam kehidupan ibu. (3 menit kemudian...) STOP!! Hentikan segera
pikiran-pikiran itu, dan ibu bisa mulai membuka mata. Sekarang hembuskan nafas pelan-pelan
dari hidung, dan keluarkan lewat mulut.
Bagimana bu? ibu bisa istirahat kurang lebih 1 menit. Setelah ibu merasa lebih tenang, saya
minta ibu mengganti pikiran yang mengancam tersebut dengan pikiran lain yang lebih
menyenangkan. Latihan ini bisa ibu ulangi lagi sebanyak 3 kali atau lebih, agar nantinya
pikiran positif itu otomatis akan muncul pada akhir terapi. Setelah pikiran yang
positif/menyenangkan ditemukan, ibu bisa tuliskan di kolom sebelah kanan ini ya bu?”

Terminasi
a. Evaluasi
”Baiklah Bu bagaimana perasaan ibu setelah kita lakukan kegiatan ini tadi? coba ibu jelaskan
kemballi kepada saya bagaimana kita melakukan sesi yang pertama tadi”
b. Tindak lanjut
”Setelah kegiatan ini selesai, coba Ibu/ ibu lakukan kegiatan yang sama dengan menggunakan
bantuan suara secara terjadwal sekurang-kurangnya 3 kali sehari”
c. Kontrak yang akan datang
Saya rasa kita telah melakukan kegiatan ini selama 15 menit, bagaimana kalau besok jam ...
kita bertemu lagi untuk meneruskan ke sesi yang kedua, yaitu berlatih pemutusan pikiran
dengan cara yang bervariasi. Apakah ibu setuju? Jika setuju, kita bisa melakukan latihan itu
dimana? Baiklah, sekarang ibu boleh beristirahat dan kita akan bertemu disini besok jam ....
Wassalamu alaikum wr.wb.”

FORMAT EVALUASI SESI 1: IDENTIFIKASI DAN PUTUSKAN PIKIRAN YANG


MENGGANGGU DAN MENGANCAM SERTA MENIMBULKAN STRES

NO ASPEK YANG DINILAI TANGGAL TANGGAL TANGGAL


1 Kemampuan Menilai pikiran yang
mengancam atau membuat stres
2 Kemampuan menilai seberapa besar
pikiran yang mengancam (membuat
stres) mengganggu pikiran
3 Kemampuan menyebutkan manfaat dan
cara melakukan latihan
4 Mempraktekkan teknik Thought
Stopping menggunakan alarm
5 Mempraktekkan membayangkan pikiran
positif pengganti pikran yang membuat
stres

Catatan: Depok, September 2015


Perawat

( )
SESI II : Pemutusan pikiran dengan menggunakan alarm dan hitungan bervariasi
Orientasi
a. Memberikan salam
“Ass wr wb.Selamat pagi pak/bu. Masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi validasi
“ Bagaimana perasaannya saat ini pak/ bu? Apakah perasaan cemas masih sering muncul?
Coba saya ukur dulu tekanan darah, nadi, dan pernafasan Ibu/ibu? Bagaimana pola makan
dan pola tidur Ibu? Bagus sekali Ibu/ibu telah mempraktikan latihan pada sesi 1 kemarin.”
c. Kontrak
“Sesuai dengaan janji saya kemarin, hari ini kita akan melanjutkan ke sesi yang kedua, yaitu
berlatih untuk pemutusan pikiran dengan cara dan metode yang bervariasi. Kegiatan ini
kurang lebih akan memerlukan waktu selama 45 menit. Setelah kegiatan ini berakhir, saya
minta Ibu/ibu mampu mempraktikkan teknik pemutusan pikiran dengan cara yang bervariasi
menggunakan rekaman.”

Kerja
“ Pada kesempatan hari ini, kita akan memilih pikiran lainnya yang telah Ibu/ibu tuliskan di
kolom kiri ini, selain yang telah Ibu/ibu pilih pada sesi pertama kemarin. Saya akan
menjelaskan bagaimana kita akan melakukan latihan pada sesi kedua. Saya akan memberikan
rekaman kata STOP dalam interval 1, 3, dan 5 menit. Sebelum rekaman ini saya putar, saya
minta Ibu/ibu pejamkan mata, kosongkan pikiran, dan pikirkan hal-hal yang mengancam dan
tidak menyenangkan. Setelah suara STOP didengarkan pada menit pertama ketiga dan kelima,
Ibu/ibu akan berteriak STOP dan memutuskan pikiran yang mengganggu tersebut. Setelah itu
Ibu/ibu bisa membuka mata dan menarik nafas dalam.Bagaimana pak/bu, apakah bisa
dipahami? Kalau begitu, sekarang Ibu/ibu bisa mulai praktikan sesuai dengan apa yang telah
saya jelaskan tadi?

Bagaimana pak/bu, setelah tadi sudah mempraktikkan latihan pemutusan pikiran dengan
rekaman?Apakah pikiran yang muncul tersebut positif atau tidak?
Nah sekarang kita akan berlatih kembali seperti yang barusan kita praktikkan tadi, tetapi tidak
menggunakan rekaman, tetapi dengan suara orang normal. Bisa kita mulai pak/bu?
Setelah tadi kita telah menggunakan rekaman dan suara orang normal, sekarang kita akan
berlatih dengan variasi yang lainnya yaitu dengan suara bisikan. Bisa kita teruskan ya pak/bu?
Nanti saya minta Ibu/ibu sesering mungkin mengulangi latihan ini di luar jadwal.
Terminasi
a. Evaluasi
”Baiklah bu/pak bagaimana perasaan ibu/Ibu setelah kita lakukan kegiatan ini tadi?
Sekarang, saya minta Ibu/ibu menyebutkan kembali kepada saya bagaimana cara berlatih
menghentikan pikiran dengan menggunakan rekaman dalam hitungan 1,3,dan 5 menit.”
b. Tindak lanjut
”Setelah kegiatan ini selesai coba Ibu/ibu lakukan kegiatan yang sama tanpa saya temani?”
c. Kontrak yang akan datang
Saya rasa kita telah melakukan kegiatan ini selama 45 menit, bagaimana kalau besok jam ...
kita bertemu lagi untuk meneruskan ke sesi yang ketiga, yaitu berlatih mengubah pikiran yang
negatif menjadi positif. Apakah Ibu/ibu setuju? Jika setuju, kita bisa melakukan latihan itu
dimana? Baiklah, sekarang Ibu/ibu boleh beristirahat dan kita akan bertemu disini besok
jam .... Wassalamu alaikum wr.wb.”
FORMAT EVALUASI SESI 2: BERLATIH PEMUTUSAN PIKIRAN DENGAN CARA
BERVARIASI

NO ASPEK YANG DINILAI TANGGAL TANGGAL TANGGAL


1 Kemampuan menilai pikiran yang
mengancam atau membuat stres
2 Mempraktekkan teknik pemutusan
pikiran menggunakan rekaman dengan
berteriak “STOP”
3 Mempraktekkan teknik pemutusan
pikiran menggunakan rekaman dengan
nada suara normal
4 Mempraktekkan teknik pemutusan
pikiran menggunakan rekaman dengan
berbisik
5 Mempraktekkan teknik pemutusan
pikiran tanpa bersuara

Catatan: Depok, September 2015


Perawat

( )
SESI III :Evaluasi manfaat pemutusan pikiran
Orientasi
a. Memberikan salam
“Ass wr wb. Selamat pagi pak/bu. Masih ingat dengan saya kan?”
b. Evaluasi validasi
“Bagaimana perasaannya saat ini pak/ bu? Apakah perasaan cemas masih sering muncul?
Coba saya ukur dulu tekanan darah, nadi, dan pernafasan Ibu/ibu? Bagaimana pola makan
dan pola tidur Ibu? Apakah Ibu telah berhasil melakukan penghentian pikiran secara otomatis
tanpa jadwal? Bagus sekali Ibu/ibu telah mempraktikan latihan pada sesi 2 kemarin. ”
c. Kontrak
“Sesuai dengaan janji saya kemarin, hari ini kita akan melanjutkan ke sesi yang ketiga, yaitu
berlatih untuk pemutusan pikiran secara mandiri. Kegiatan ini kurang lebih akan memerlukan
waktu selama 45 menit. “

Kerja
“Pada kesempatan hari ini, kita akan memilih pikiran lainnya yang telah Ibu/ibu tuliskan di
kolom kiri ini, selain yang telah Ibu/ibu pilih pada sesi pertama dan kedua. Saya akan
menjelaskan bagaimana kita akan melakukan latihan pada sesi ketiga. Disini saya akan
memandu Ibu/ibu untuk mengatakan STOP pada hitungan yang bervariasi mulai dari menit
1,2,3,4,dan 5. Ibu/ibu saya minta memejamkan mata dan memikirkan hal-hal yang
mengganggu dan mengancam serta menimbulkan stres. Setelah pikiran itu muncul, Ibu/ibu
bisa mengatakan STOP secara berbisik. Bagaimana, apakah bisa dipahami? Sekarang Ibu/ibu
bisa mulai mempraktikkan sesuai dengan instruksi saya tadi! (kemudian klien mulai
mempraktikannya).

Bagus sekali, Ibu/ibu telah mempraktikkan kegiatan tadi. Sekarang saya minta Ibu/ibu
mempraktikannya secara mandiri dengan menggunakan suara yang berbisik.Kemudian Ibu/ibu
mengulangi lagi tetapi suara STOP cukup dilakukan dalam hati saja.”

Terminasi
a. Evaluasi
”Baiklah bu/pak, bagaimana perasaannya setelah kita lakukan kegiatan ini tadi? Apakah
Ibu/ibu memperoleh manfaat setelah kita melewati sesi-sesi ini? Coba Ibu/ibu mengulang
kembali secara singkat apa yang telah kita pelajari, dari sesi pertama sampai sesi ketiga?
Bagus sekali, Ibu/ibu telah mempraktikkan kegiatan ini. Nah, sekarang saya minta Ibu/ibu
menggunakan teknik ini ketika pikiran-piran yang mengganggu atau mengancam mulai muncul
kembali. ”
b. Tindak lanjut
”Setelah kita menyelesaikan keseluruhan sesi ini, saya minta Ibu/ibu sesering mungkin
mempraktikannya dalam situasi nyata?”
c. Kontrak yang akan datang
Saya rasa kita telah melakukan kegiatan ini selama 45 menit. Ini merupakan sesi yang terakhir
dan menutup keseluruhan sesi dari teknik penghentian pikiran. Sekarang Ibu/ibu boleh
beristirahat dan saya akan menemui Ibu/ibu pada terapi yang lain atau untuk mengevaluasi
apa yang sudah Ibu/ibu peroleh. Wassalamu alaikum wr.wb.”

FORMAT EVALUASI SESI 3: BERLATIH PEMUTUSAN PIKIRAN SECARA OTOMATIS

NO ASPEK YANG DINILAI TANGGAL TANGGAL TANGGAL


1 Kemampuan membuat jadwa latihan
secara mandiri tiga kali sehari dengan
berbisik “STOP”
2 Mempraktekkan teknik pemutusan
pikiran secara otomatis dengan berbisik
“STOP” dipandu terapis
3 Mempraktekkan teknik pemutusan
pikiran secara otomatis dengan berbisik
“STOP” tanpa dipandu terapis
4 Mempraktekkan teknik pemutusan
pikiran secara otomatis tanpa bersuara
secara otomatis di luar jadwal

Catatan: Depok, September 2015


Perawat

( )
LEMBAR KERJA KLIEN
Inisial Klien : ………………………
Ruang : ………………………

Pikiran Yang Mengganggu,


Pikiran Yang Muncul Sete;ah
No Tgl Mengancam dan Menimbulkan
Melakukan Pemtusan Pikiran
Stres
1
2
3
4
5
6
7

STRATEGI PELAKSANAAN
Dx Ansietas
Pertemuan Pertama (SP Keluarga)
Mendiskusikan masalah ansietaspada pasien yang dirasakan keluarga, menjelaskan pengertian,
tanda dan gejala, dan proses terjadinya ansietas (gunakan leaflet) menjelaskan cara merawat
ansietas. Melatih dan membimbing keluarga cara merawat :ansietas, anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan memberikan pujian.
TINDAKAN GENERALIS
I. ORIENTASI
I.1 SALAM
“Selamat siangPak,perkenalkan saya Suster L, panggil saja saya Suster L yang merawat
istri ibu selama diruangan ini. Bapak senang dipanggil siapa?, OK Baik Pak.
I.2 EVALUASI
Bagaimana perasaan Bapak terkait dengan penyakit yang dialami istri Bapak ?, Apakah
bapak mengetahui bagaimana keadaan perasaan atau psikologis istri Ibu menghadapi
operasinya.
I.3 VALIDASI
Apakah Bapak mengetahui masalah cemas yang di alami Ny. Y? kemudian apa yang
Bapak rasakan dalam merawat, khususnya cemas Ny.Y? Dari masalah cemas Ny.Y, apa
saja yang sudah Bapak lakukan ?
I.4 INFORM CONSENT / KONTRAK
Baiklah, kalau begitu sekarang kita akan membicarakan tentang masalah cara merawat
Ny.Y dan berlatih cara membimbing Ny.Y,Berapa lama kita akan bicara Pak? Baiklah,
kalau begitu 45 menit kita berdiskusi, tempatnya mau dimana?

II. KERJA
“Bapak, sebelumnya saya mau tanya masalah apa yang dirasakan dalam merawat
Ny.Y? Kalau terkait dengan cemas bagaimana bapak? Oh bapak tidak mengertiapa
yang Bapak harus lakukan menghadapi masalah cemas Ny.Y?”
“Baiklah Bapak, tadi saya sudah menanyakan kepada Ny.Y tentang kecemasan dan
telah melatih cara mengatasi cemas. Sekarang saya ingin menjelaskan pengertian,
tanda dan gejala, dan proses terjadinya cemas , ini ada lembar yang bisa ibu gunakan
(leaflet). Jadi, cemas adalah perasaan was-was. Kuatir atau tidak nyaman seakan-akan
terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Seperti Ny.Y bu, Tanda dan gejalanya
banyak, diantaranya Tidak nafsu makan, Diare, Gelisah, Berkeringat, Tangan gemetar,
Sakit kepala dan Sulit tidur, Lelah, Sulit mengambil keputusan, Sulit berfikir, Mudah
lupa, Tidak mampu menerima informasi dari luar, Berfokus pada apa yang menjadi
perhatiannya, Ketakutan atas sesuatau yang tidak jelas, Merasa tidak berharga,
Gerakan meremas tangan, Bicara berlebihan dan cepat, Perasaan tidak aman,
Pekerjaan sehari-hari terganggu, Tidak mampu melakukan kegiatan harian, Merasa
tidak bahagia, Sedih dan sering menangis. Kalau menurut ibu, bagaimana dengan
Ny.Y? Ada ya tanda-tanda yang sudah disebutkan?”

“Sekarang apa yang ibu dan keluarga harus lakukan? Selama ini apa yang sudah ibu
lakukan? “Bagus sekali ibu sudah selalu mengingatkan Ny. Y untuk bisa mengatasi
cemasnya dengan melakukan kegiatan yang disenangi Ny.Y. Ibu juga bisa mengingatkan
dan membimbing Ny. Y untuk melakukan latihan relaksasi nafas dalam seperti yang
telah saya ajarkan kepada Ny.Y dan juga bapak. Ibu juga bisa mengingatkan dan
membimbing Ny. Y untuk melakukan latihan hipnotis lima jari seperti yang telah saya
ajarkan kepada Ny.Y dan juga bapak. Ibu juga bisa membantu mengatasi kecemasan Ny.
Y dengan menyediakan fasilitas yang diperlukan Ny. Y untuk mengatasi rasa cemasnya.
Baik bu, sekarang bapak/ibu sudah mengetahui cara mengatasi cemas, bagaimana
kalau sekarang kita praktekkan bersama langsung dengan Ny.Y? Bagus sekali, apa yang
sudah Bapak lakukan tadi. Jadi, Bapakdapat membantu Ny.Y untuk melakukannya.
Jadwalnya sudah ada di Ny.Y yabu.

III. TERMINASI
“Bagaimana perasaannya setelah kita diskusikan dan latih bersama tentang cara
mengatasi cemas? Sekarang coba bapak jelaskan lagi cara membimbing Ny.Ymengatasi
cemas? Bagus sekali Bapak masih ingat , nanti jangan lupa bapak ingatkan Ny.Y,
Bapak lihat dijadwal kegiatan. Ny.Y harus melakukan latihan relaksasi nafas dalam
(2xsehari), melakukan kegiatan/distraksi untuk mengatasi kecemasan (2xsehari). Kapan
kita dapat bertemu lagi? Bagaimana kalaubesok? Pertemuan selanjutnya, kita akan
bicaratentang menciptakan lingkungan yang nyaman untuk mengatasi kecemasan Ny.Y.
Baiklah Pak, kita ketemu lagi besok jam 10 pagi, selamat siangPak.

TINDAKAN SPESIALIS KELUARGA: FPE


Salam
Selamat pagi Ibu? Saya perawat L, perawat yang merawat istri Bapak
Evaluasi
Bagaimana perasaan Bapak sekarang? Apa ada keluhan ketika merawat istrinya?
Validasi
Apakah masih ada kesulitan dalam merawat istrinya?Apakah yang sudah diajarkan kemarin sudah
dipraktekan oleh bapak?
Kontrak
Bagaimana apabila kita berbincang bincang mengenai apa yang dirasakan oleh Bapak. Tujuannya
adalah membantu bapak mengatasi masalah dalam merawat istri. Mau mengobrol disini? 30
menit? Pada pertemuan kedua ini kita akan berbincang bincang bagaimana caramengatasi stres
yaitu dengan relaksasi otot progresif.
Kerja
Bapak mengatakan kemarin kalau stres karena merawat istri menghadapi operasi, akan saya
ajarkan bagaimana caranya mengatasi stres dengan relaksasi otot progresif akan saya ajarkan
pada Bapak. Coba ibapak praktekkan, bagus sekali.

Terminasi
Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang-bincang? Ada yang kurang jelas? Ada yang mau
ditanyakan?
Evaluasi Obyektif
Coba bapak sebutkan kembali cara mengatasistres yang dialami.

RTL
Berapa kali mau latihan? Ini buku kegiatan arian dan buku kerjanya

Kontrak
Baik pak untuk kegiatan besok kita akan bertemu kembali untuk membicarakan mengenai peran
masyarakat untuk membantu mengatasi masalah yang dialami oleh Bapak. Bagaimana kalau
besok pukul 09.00 pagi,, baik kalau sudah tidak ada yang ditanyakan saya pamit,,selamat pagi.

ISBAR DAN TBAK


Perawat dengan perawat
Introduction (I) :
Selamat pagi… saya suster L, yang merawatNy. Y di ruang antasena, sayamau serah
terima Ny. Y setelahdirawatselama 1hari dengan direncanakan operasi Appendicitis untuk
melanjutkan perawatan di ruang Bisma ”
Situation (S) :
Pasien Ny. Y selama dirawat di Antasena merasa khawatir sampai tidak bisa tidur karena
memikirkan dan takut akan dilakukan operasi
Background (B) :
Ny Y dibawa ke Rumah Sakit karena akan direncanakan operasi besok pagi jam
09.00,,operasi sudah didaftarkan ke kamar operasi, selama perawatan TD = 150/90 mmHg,
S = 370C, N = 88x/mnt, RR = 20x/mnt.
Assessment (A) :
Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa Ny. Y mengatakan bahwa khawatir dengan
operasinya dan bingung bagaimana yang harus dilakukan besok setelah operasi, tidak bisa
tidur selama semalam dirawat. Ny Y sudah mampu melakukan tehnik nafas dalam dan
hipnosis lima jari untuk mengatasi kecemasannya akan tetapi tensi darahnya masih tinggi.
Recommendation (R) :
Kita merekomendasikan Ny. Y untuk mendapatkan terapi dari perawat spesialis jiwa untuk
mengatasi masalah Ansietas dan cara perawatan luka post op setelah pulang kerumah.
Terimakasih…

ISBAR tiap operan shift dinas


Introduction (I) :
Selamat pagi… sayasusterL, yang merawatNy. Y di ruangBisma pada shift pagi,
sayamaumelaporkankondisiNy. Y setelahdirawat shift pagi dengan Appendicitis”
Situation (S) :
Pasien Ny. Y selama sehari dirawat disini selalu mengatakan khawatir dan takut dengan
operasi yang kan dijalani serta tidak bisa tidur. Hal ini mengakibatkan tensi darahnya
menjadi tinggin dengan kesehariannya tensi nya normal.
Background (B) :
Ny Y dibawa ke Rumah Sakit karena mengalami nyeri pada perut dan didiagnosa
Appendicitis sehingga akan dilakukan operasi. Klien sebenarnya sudah lama mengalami hal
tersebut akan tetapi selalu takut untuk melakukan operasi.Keluarga akhirnya memaksa Ny Y
dibawa ke RS.
Assesment (A)
Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa Ny. Y merasa khawatir, tidak bisa tidur dan takut
menghadapi operasi besok pagi. Tindakan yang telah dilakukan SP 1Ny. Y telah mampu
melakukan tehnik nafas dalam dan hipnosis lima jari.
Recommendation (R) :
Kita merekomendasikan Ny. Y untuk melanjutkan SP 2-3 Ansietas serta evaluasi sp 1 yang
telah dilakukan Terimakasih

T : tulis obat amoxilin 3x 1


B: baca AMOXILIN 3x1 saya eja ulang ya A=Alfa, M=Monalisa, O=Onde-onde,
X=Xerox, I=Intan, L=Landak, I=Intan, N=Nanas
K: konfirmasikan obatnya diminum 3x1 hari ya apakah sudah jelas untuk obat yang
digunakan
ASSESMENT PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI ANSIETAS
Nama :.........................Umur:....................No reg:.......................Ruang:..................

Petunjuk
Beri tanda (√) pada kolom tersedia sesuai dengan jawaban atau kondisi klien.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
Biologis
1. Adanya perubahan status kesehatan yang mendadak atau kondisi fisik yang
menyebabkan ancaman terhadap integritas diri (misalnya: ketidakmampuan
fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar)
2. Dalam enam bulan terakhir terpajan racun atau zat berbahaya
3. Didiagnosa penyakit terminal atau kronis yang mengancam kematian atau
ancaman integritas biologis seperti kondisi sekarat, serangan, prosedur
invasif dan penyakit
4. Adanya riwayat anggota keluarga menderita gangguan jiwa atau anggota
keluarga mudah mengalami kecemasan (herediter).
5. Penyalahgunaan obat atau zat terlarang.
6. Menderita penyakit kronis atau terminal sehingga mengalami ancaman
kematian
7. Status nutrisi (terlalu kurus atau terlalu gemuk)
8. Sindrom kromosom 13 terkait dengan gangguan panik, sakit kepala berat dan
hipertiroid
9. Sensitivitas laktat
10 Adanya lesi pada otak
11. Kembar monozigot 5 kali lipat lebih sering daripada dizigot
Psikologis
12. Pengalaman traumatis dalam enam bulan terakhir: perpisahan, kehilangan
benda-benda yang dimiliki, atau bencana
13. Gangguan konsep diri karena mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan
sehingga menimbulkan perasaan frustasi
14. Adanya ancaman terhadap konsep diri (identitas diri, harga diri, dan
perubahan peran)
15. Mengalami stres psikologis akibat tidak mampu mengontrol stimulus yang
ada
16. Hambatan dalam mengambil keputusan
17. Kemampuan melakukan komunikasi verbal, berinteraksi dengan orang lain
18. Adanya pembatasan kontak sosial akibat perbedaan budaya maupun akibat
proses pengobatan yang lama (di ICU, NGT atau ETT, trakeostomi)
19. Ada pengalaman terlibat dalam masalah hukum atau pelanggaran norma
20. Mengalami konflik yang tidak disadari mengenai tujuan pentingya hidup yang
berlangsung lama
21. Mengalami konflik yang tidak disadari mengenai nilai yang esensial/penting
22. Motivasi: kurangnya pernghargaan dari orang lain
23. Self kontrol rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika
mengalami kegagalan maupun keberhasilan (terlalu sedih atau terlalu senang
yang berlebihan)
24. Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan mudah
cemas
25. Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu berkonsentrasi
Sosial budaya
26. Krisis maturasi atau individu tidak mampu mencapai tugas perkembangan yang
seharusnya
27. Perpindahan tempat tinggal atau tinggal di tempat baru
28. Perubahan yang mendadak status ekonomi, lingkungan tempat tinggal, status peran
dan fungsi peran, pola interaksi
29. Kehilangan anggota keluarga (meninggal, perceraian)
30. Berada di lingkungan yang berisiko kontaminasi dengan infeksi atau penularan
penyakit
31. Klien tidak mampu menyesuaikan diri dalam lingkungan yang baru sehingga
mengalami krisis situasional
32. Pembatasan yang dilakukan oleh rumah sakit akibat hospitalisasi
33. Usia: Pada usia tersebut individu tidak dapat mencapai tugas perkembangan yang
seharusnya sehingga mudah mengalami kecemasan.
34. Gender/jenis kelamin: pelaksanaan peran individu sesuai dengan jenis kelamin yang
tidak optimal akan mempermudah munculnya kecemasan
35. Kurangnya pendapatan/penghasilan yang dapat mengancam pemenuhan kebutuhan
dasar sehari-hari
36. Mengalami perubahan status atau prestise )
37. Pengalaman berpisah dari orang terdekat, misalnya karena perceraian, kematian,
tekanan budaya, perpindahan dan perpisahan sementara atau permaenen
38. Perubahan status sosial dan ekonomi akibat pensiun
39. Tinggal di lingkungan yang terdapat bahaya keamanan maupun polutan lingkungan
40. Kondisi pasien yang tidak mempunyai pekerjaan, pengangguran, ada pekerjaan baru
maupun promosi)
41. Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi lingkungan
tempat tinggal dan kesulitan membina hubungan interpersonal dengan orang lain:
42. Agama dan keyakinan: kurang menjalankan kegiatan keagamaan sesuai dengan
agama dan kepercayaan atau ada nilai budaya dan norma yang mengharuskan
melakukan pembatasan kontak sosial dengan orang lain (misalnya laki-laki dengan
perempuan).

Anda mungkin juga menyukai