Home
About
Topik
Buku Tamu
Download
More
Minggu 19 Februari 2017
Ahad, 23 Jumadil Awal 1438 H
Kategori
01 My Blog Log (20)
02 My Laptop (16)
03 Ngawur (15)
04 Universitas Airlangga (9)
05 My Gallery (8)
06 My Mind (9)
07 My Activity (16)
08 Blog Modification (8)
09 My Project (6)
10 My Note (2)
11 Fakultas Keperawatan (1)
12 Rumah Sakit Unair (1)
13 Dunia Perawat (0)
14 Muslim Zone (0)
Kep Endokrin (4)
Kep Integumen (0)
Kep Kardiovaskuler (15)
Kep Neurobehaviour (9)
Kep Pencernaan (10)
Kep Respirasi (16)
Kep Sensori dan Persepsi (11)
Kep Umum (3)
Materi Kuliah Keperawatan (8)
Materi Profesi Ners (1)
Artikel Terbaru
Penampilan Terbaru Tanggal 10 Oktober 2016
Hore Widget Telah Kembali
Tampilan Baru Web FKP Unair
Lagu 6 Langkah Cuci Tangan
Gambar Header Baru
Artikel Populer
Buku Tamu
UNAIR hari ini membuka pendaftaran SNMPTN Jalur Undangan
Onefreeze Software SMS Masal Gratis Karya Anak Bangsa
Sahabat
Pasang widget Blogger Unair
Statistik
My Project
Download My Project
Pengumuman
Blogroll
FKP Unair
Google Plus
UNAIR
Komentar Terbaru
Lowongan Kerja di Buku Tamu
Prionggo Hendradi di Askep Konstipasi Lansia
eni di Askep TB Paru
Aditya di Askep IMA STEMI
MISYE MARCELINE TUMIATY di Askep IBS
Arsip
January 2012
February 2012
February 2013
March 2012
March 2013
March 2014
April 2012
April 2013
May 2012
May 2015
June 2012
July 2012
August 2015
September 2011
September 2013
September 2015
October 2011
October 2012
October 2014
October 2016
November 2011
November 2012
November 2013
November 2015
December 2011
Pengunjung
2.842.737
Askep Parotitis
BAB 1
PENDAHULUAN
Parotitis merupakan penyakit infeksi yang pada 30-40 % kasusnya merupakan infeksi
asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh virus RNA untai tunggal negative sense berukuran
100-600 nm, dengan panjang 15000 nukleotida termasuk dalam genus Rubulavirus subfamily
Paramyxsovirinae dan family Paramyxoviridae (Sumarmo,2008). Penyebaran virus terjadi
dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan mentah mungkin dengan urin. Sekarang penyakit
ini sering terjadi pada orang dewasa muda sehingga menimbulkan epidemi secara umum. Pada
umumnya parotitis epidemika dianggap kurang menular jika dibanding dengan morbili atau
varicela, karena banyak infeksi parotitis epidemika cenderung tidak jelas secara klinis (Warta
medika,2009).
Insidensi parototis epidemika dengan ketulian adalah 1 : 15.000. Meningitis yang terjadi berupa
Meningitis aseptik. Insidensi atau komplikasi dari parotitis Meningoencephalitis sekitar
250/100.000 kasus. Sekitar 10% dari kasus ini penderitanya berumur kurang dari 20 tahun.
Angka rata-tata kematian akibat parotitis Meningoencephalitis adalah 2%. Kelainan pada mata
akibat komplikasi parotitis dapat berupa neutitis opticus, dacryoadenitis, uveokeratitis, scleritis
dan trombosis vena central retina. Gangguan pendengaran akibat parotitis epidemika biasanya
unilateral, namun dapat pula bilateral. Gangguan ini seringkali bersifat permanen.
Parotitis yang tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat menimbulkan berbagai komplikasi
serius yang akan menambah resiko terjadinya kematian. Maka disebabkan hal tersebut, melalui
makalah ini kami memberikan solusi dapat memberikan pengetahuan dan tata cara pencegahan
dari penyakit parotitis sehingga skala kejadian penyakit tersebut dapat menurun dan bermanfaat
pula bagi perawat yakni mampu melaksanakan asuhan keperawatan atas pasien dengan Parotitis
dengan tepat dan benar.
1.2.2 Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan saliva parotitis
1.3 Tujuan
Mengetahui Konsep dan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan saliva
parotitis
1.4 Manfaat
Memberikan informasi tentang parotitis agar perawat dapat memberikan asuhan keperawatan
kepada klien secara tepat dan optimal.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Kelenjar Saliva
Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor dan
kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar
submandibularis, dan kelenjar sublingualis (Dawes, 2008; Roth and Calmes, 1981).
Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan
telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka
di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis
shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter,
saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut
di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas (Leeson dkk., 1990; Moore dan Agur, 1995).
Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah parotis, terletak
pada dasar mulut di bawah korpus mandibula. Saluran submandibularis bermuara melalui satu
sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini
dapat dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar (Rensburg,
Moore dan Agur, 1995).
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam. Masing-
masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut antara mandibula
dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk
membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis (Moore dan
Agur, 1995).
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis, kelenjar
palatinal, dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar lingualis terdapat bilateral dan terbagi menjadi
beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan inferior dari lidah, dekat
dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran posterior.
Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah.
Kelenjar ini bersifat murni mukus (Rensburg, 1995).
Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat
mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak dan uvula
serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang
sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal
(Rensburg, 1995)
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang
terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara
telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi
bagian bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik
atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar
85% kasus).(Warta Medika,2009)
Parotitis ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah terutama kelenjar
parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar
parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran
dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar),
sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko
besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau
mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang
kekurangan zat Iodium dalam tubuh (Sumarmo,2008)
Menurut Sumarmo (2008) penyakit gondong (mumps, parotitis) dapat ditularkan melalui:
1. Kontak langsung
2. Percikan ludah (droplet)
3. Muntahan
4. Bisa pula melalui air kencing
Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak
menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat menjadi sumber penularan seperti
halnya penderita parotitis yang nampak sakit. Masa tunas (masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24
hari dengan rata-rata 17-18 hari.
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok paramyxovirus, yang juga
termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease. Ukuran dari
partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan
serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai
tunggal genus Rubulavirus subfamily Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae. Virus
mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus
ini juga memiliki dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat
larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin
permukaan.
Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari
pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 ºC, oleh formalin, eter, serta
pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virus masuk dalam tubuh melalui hidung atau
mulut.Virus bereplikasi pada mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa
local dan diikuti viremia umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5
hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid,
ginjal, jantung atau otak. Virus masuk ke system saraf pusat melalui plexus choroideus lewat
infeksi pada sel mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari ludah,
cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus dapat diisolasi dari
saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah munculnya pembengkakan pada
kalenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari
setelah pembengkakan menghilang (Sumarmo,2008)
a. Parotitis Kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia antara 1 bulan
hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya anak telah terinfeksi virus
kemudian kambuh lagi.
b. Parotitis Akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan
pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah yang dilakukan
pada penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut, khususnya apabila penggunaan
anestesi umum lama dan adanya gangguan dehidrasi.
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar
30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka
sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan
penyakit tersebut. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-
rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya
masa tunas dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan
38,5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang
bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka
mulut).
2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali
dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami
pembengkakan.
3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan
kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria dewasa adalanya terjadi pembengkakan
buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.
2.5 Patofisiologi Parotitis
1. Percikan ludah
2. Kontak langsung dengan penderita parotitis lain
3. Muntahan
4. urine
Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar yang terkena
adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan dengan
adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum konvalesens.
Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel
traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan
selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula
parotid. Keadaan ini disebut parotitis.
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia, sakit
kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000). Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembengkakan
kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan
sulit menelan. Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air
seni dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang
gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan
komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin
terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.
Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang kurang dini
menurut Nelson (2000) :
1. Meningoensepalitis
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian disusul oleh
muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan
komplikasi yang sering pada anak-anak.
2. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya rendah (1:15.000),
parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan pendengaran mungkin
sementara atau permanen.
3. Orkitis
Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan
menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen Sehingga kemandulan dapat terjadi pada
masa setelah puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian
bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa
epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya
menyertai parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 – 14
hari. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan merah.
Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi. Gangguan fertilitas
diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.
Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma
atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1
diantara 400-6.000 penderita yang mengalami ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak
atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
1. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita pasca
pubertas
1. Pankreatitis
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita merasakan mual dan
muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita
akan sembuh total. Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.
Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil,
lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis akibat mumps.
1. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan viruria terdeteksi pada
75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum diketahui. Nefritis yang mematikan,
terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh
sempurna tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.
1. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi pada umur sekitar
1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada
penderita.
9. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan miokardium mungkin
lebih sering daripada yang diketahui. Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 5–10hari pada
parotitis. Gambaran elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen S-T, flattening
atau inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising
sistolik.
10. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan pembengkakan dan kemerahan
sendi biasanya penyembuhannya sempurna. Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada
parotitis adalah poliarteritis yang sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-2minggu
setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena adalah sendi besar khususnya paha atau
lutut. Penyakit ini berakhir 1-12 minggu dan sembuh sempurna.
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya bilateral, dari
kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala bervariasi dari kehilangan
penglihatan sampai kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 10–20 hari; uveokeratitis,
biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan
penyembuhan dalam 20 hari; skleritis, tenonitis, dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena
sentral.
Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, sialagog seperti tetesan lemon,
dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi
karena terbatasnya asupan oral. Jika respons suboptimal atau pasien sakit dan mengalami
dehidrasi, maka antibiotik intravena mungkin lebih sesuai.
d. Medikamentosa
- hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko menimbulkan
Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka namun mematikan. Obat-obatan anak yang terdapat
di apotik belum tentu bebas dari aspirin. Aspirin seringkali disebut juga sebagai “salicylate“ atau
“acetylsalicylic acid“.
b. Analgetik-antipiretik
a. Encephalitis
simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk mengurangi sakit kepala.
b. Orkhitis
- pemberian analgetik
- sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral, selama 2-4 hari
c. Pankreatitis dan ooporitis
Simptomatik saja
2.8 Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan imunisasi
aktif.
1. Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi
komplikasi.
2. Aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup tapi
telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau diberikan subkutan pada anak
berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007). Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan
tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan
dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili,
Rubella). Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif dalam menimbulkan
peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” pada individu yang seronegatif sebelum
vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-
kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan
poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.
Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu dengan
riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia
dan keganasan; limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit;
sedang mendapat radiasi.
Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah pemaparan, tetapi
tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin “Mumps” dalam situasi ini
a. Darah rutin
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan yakni kadar
leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit dalam darah adalah 4 x 109 /L darah
.dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis
polimorfonuklear tingkat sedang.
b. Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan pembengkakan parotis dan
kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu. Kadar amylase normal dalam darah
adalah 0-137 U/L darah.
c. Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya infeksi virus
(Nelson, 2000), yaitu:
Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat dan serum yang satunya
di ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka
kemungkinannya parotitis.
Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan fibroblas embrio anak
ayam dan kemudian diuji apakah terjadi hemadsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah
terjadinya hemadsorpsi dinyatakan oleh titer antibodi parotitis epidemika. Uji netralisasi asam
serum adalah metode yang paling dapat dipercaya untuk menemukan imunitas tetapi tidak
praktis dan tidak mahal.
Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon antibodi terhadap
komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi parotitis epidemika akut. Antibodi terhadap
antigen V mencapai titer puncak dalam 1 bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan
kemudian menurun secara lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang rendah dan tetap ada.
Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan analisis standar apapun menunjukan infeksi yang
baru terjadi. Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering mencapai maksimum dalam satu
minggu setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12 minggu.
d. Pemeriksaan Virologi
Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan dengan biakan
virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah. Biakan dinyatakan positif
jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada pada
biakan yang diberi serum hiperimun.
2.10 WOC (Web Of Caustion)
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus:
An.B jenis kelamin perempuan berusia 9 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan demam,
nyeri pada daerah bawah telinga dan pipi kiri, dan nyeri otot sejak seminggu yang lalu. Sulit
menelan dan kaku rahang. An.B juga mengatakan bahwa teman sebangkunya menderita penyakit
yang sama.
3.1 Pengkajian:
Identitas :
Nama : An. B
Umur : 9 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Pelajar
Keluhan Utama:
Demam, nyeri di bawah telinga, bengkak, dan sulit menelan
An. B sejak seminggu lalu mengalami demam dan merasakan nyeri pada belakang telinga dan
pipi kiri. Beberapa hari kemudian timbul bengkak dan kemerahan di sekitar daerah nyeri dan
bengkak menyebar ke daerah pipi kanan. An. B menjadi sukar menelan dan nafsu makan
menurun. BB awal adalah 30kg, kemudian saat ini turun menjadi 28kg. Sudah 3 hari tidak dapat
mengikuti pelajaran di sekolah akibat penyakit ini.
An.B sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit dengan gejala yang sama. Tidak punya
riwayat penyakit menular, dan tidak punya riwayat alergi. Belum pernah di imunisasi MMR
(Mumps, Morbili, Rubela)
Semua anggota keluarga An.B dahulu sudah pernah mengalami gejala yang sama dengan An.B.
Kemungkinan tertular teman sebangku.
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital:
Suhu: 38 C
RR: 20 x/menit
Tensi: -
B1 (breathing) : Normal
B2 (blood) : kelemahan fisik dan takikardi
B4 (bladder) : normal
Pemeriksaan Penunjang
Pada An.B telah dilakukan pemeriksaan darah di dapatkan leucopenia, kadar leukosit < 4 x 109/L
darah. Dan di lakukan Pemeriksaan kadar amilase dalam serum, terbukti kadar amilase naik
>137 U/L darah.
4.Analisis Data
Data objektif :
Data objektif :
Nyeri
Data objektif :
-adanya ST deresi
penyebaran virus ke organ
-suhu tubuh meningkat 38 lain
c
-ditemukannya virus di
organ lain
risilo komplikasi
a.Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna nutrien adekuat akibat kondisi infeksi
No Intervensi Rasional
1 Berikan makan lembut sedikit demi sedikit dan Makanan yang keras tidak
makanan kecil tambahan yang tepat. mampu dikunyah oleh pasien
Menghindari makanan asam parotitis. Makanan asam
menmbah rasa tidak nyaman
pada pasien parotitis.
2 Berikan diet cair atau makanan selang Bila masukan kalori gagal untuk
/hiperalimentasi bila diperlukan memenuhi kebutuhan metabolic,
dukungan nutrisi dapat
digunakan untuk mencegah
malnutrisi
3 Berikan minum yang sedikit-sedikit tetapi Membasahi selaput lendir mulut
sering yang kurang basah karena jarang
digunakan
b.Diagnosa Keperawatan: Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan manifestasi
klinis akibat parotitis dan pengaruh lingkungan
Tujuan: pasien dapat merasakan kembali rasa aman dan nyaman seiring dengan proses
penyembuhan
Kriteria Hasil: Pasien ikut serta dan bekrjasama dalam proses mengembalikan rasa aman dan
nyaman
No Intervensi Rasional
1. Istirahat selama periode demam Pada perode demam, metabolism
tubuh tinggi sehingga istirahat
dapat Mengurangi metabolism
tubuh dan mempercepat
kesembuhan klien
2. Kompres dingin pada daerah bengkak Karena terjadi infeksi, suhu di
sekitar lokasi pembengkakan
mengalami peningkatan Dengan
kompres dingin diharapkan suhu
dapat turun dan mengurangi
pembengkakan
No Intervensi Rasional
1 Mengurangi terjadinya komplikasi dengan Kortikosteroid dapat menekan
pemberian obat Spt: Kortikosteroid selama 2-4 pertumbuhan mikroba dan
hari dan globulin Globulin mencegah terjadinya
orkitis
2 Pantau jantung dengan pemasangan EKG Mencegah resiko terjadi
komplikasi ke otot jantung
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Pembengkakan akut pada kelenjar saliva dapat berupa parotitis dan sialadenitis. Penyakit
parotitis yang lebih awam disebut gondongan (mumps) merupakan suatu penyakit menular
dimana seseorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar
parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian
atas atau pipi bagian bawah. Gejala yang ditimbulkan berupa pembengkakan, rasa sakit,
kemerahan, dan kelembutan pada saluran kelenjar ludah, namun juga terjadi kelainan berupa
pelebaran dan penyumbatan saluran. Gangguan parotitis cenderung menyerang anak-anak
dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus). Dahulu keadaan ini sering terlihat pada pasien yang
mendapat perawatan dari operasi abdomen, tetapi sekarang khasus ini telah jarang terlihat, hanya
kadang-kadang terlihat pada parotitis kronis rekuren, tetapi tidak sesering yang diperkirakan.
4.2 Saran
Banyak komplikasi yang ditimbulkan oleh peradangan kelenjar saliva ini sehingga harus
sedini mungkin penanganan diawali dengan berbagai tes laboratorium, disusul pada pemberian
antibiotik, penambahan volume cairan dalam tubuh, hingga akhirnya diadakan operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Kedokteran EGC
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran: EGC
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2 Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapicus Penerbit FK UI