Anda di halaman 1dari 6

KEBIJAKAN AKUNTANSI

AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA BERBASIS KAS

PENDAHULUAN
Tujuan
1. Tujuan kebijakan akuntansi pendapatan-LRA berbasis kas yang
selanjutnya disebut dengan pendapatan-LRA adalah untuk
mengatur perlakuan akuntansi atas pendapatan-LRA dan
informasi lainnya dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas
sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
2. Perlakuan akuntansi pendapatan-LRA mencakup definisi,
pengakuan, pengukuran dan pengungkapan pendapatan-LRA.

Ruang Lingkup
3. Kebijakan ini diterapkan dalam pencatatan akuntansi pendapatan-
LRA yang disusun dan disajikan dengan menggunakan akuntansi
berbasis kas.
4. Pernyataan kebijakan ini berlaku untuk entitas pelaporan
pemerintah daerah, yang memperoleh anggaran berdasarkan
APBD, tidak termasuk perusahaan daerah.

Manfaat Informasi Akuntansi Pendapatan-LRA


5. Akuntansi pendapatan-LRA menyediakan informasi mengenai
realisasi pendapatan-LRA. Informasi tersebut berguna bagi para
pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai
sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan:
a) menyediakan informasi mengenai sumber sumber daya
ekonomi;
b) menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara
menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja
pemerintah daerah dalam hal efisiensi dan efektivitas
perolehan pendapatan-LRA.
6. Akuntansi pendapatan-LRA menyediakan informasi yang berguna
dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan digunakan
untuk mendanai kegiatan pemerintah daerah dalam periode
berkenaan. Akuntansi pendapatan-LRA dapat menyediakan
informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi
perolehan sumber daya ekonomi:
a) telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBD); dan
b) telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Lampiran 1.9 – Akuntansi Pendapatan-LRA Berbasis Kas - 1


DEFINISI
7. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam kebijakan
dengan pengertian:
Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan
pemerintah daerah meliputi rencana pendapatan-LRA, belanja,
transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan yang diukur dalam
satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara
sistematis untuk satu periode.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Azas Bruto adalah suatu prinsip yang tidak memperkenankan
pencatatan secara neto penerimaan setelah dikurangi pengeluaran
pada suatu unit organisasi atau tidak memperkenankan
pencatatan pengeluaran setelah dilakukan kompensasi antara
penerimaan dan pengeluaran.
Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar.
Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang
ditentukan oleh Gubernur untuk menampung seluruh penerimaan
daerah dan membayar seluruh pengeluaran pemerintah daerah.
Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar,
konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik
yang dipilih oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang.
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan rekening kas umum
daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah
daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah.
Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat
penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Gubernur untuk
menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh
pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.

KLASIFIKASI PENDAPATAN
8. Klasifikasi kelompok akun keuangan dirinci menurut:
a. jenis;
b. obyek; dan
c. rincian obyek pendapatan
9. Pendapatan-LRA dikelompokan atas:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD),
b. Pendapatan Transfer,
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.
10. Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis
pendapatan-LRA yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah,

Lampiran 1.9 – Akuntansi Pendapatan-LRA Berbasis Kas - 2


hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah.
11. Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek
pendapatan-LRA sesuai dengan undang-undang tentang pajak
daerah dan retribusi daerah.
12. Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci
menurut obyek pendapatan-LRA yang mencakup bagian laba atas
penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian
laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
pemerintah/BUMN, dan bagian laba atas penyertaan modal pada
perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.
13. Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dirinci menurut
obyek pendapatan-LRA yang mencakup hasil penjualan kekayaan
daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga,
penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan
komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah,
penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing, pendapatan denda atas keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan
denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan,
pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas umum,
pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, dan
pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
14. Kelompok pendapatan transfer/dana perimbangan (transfer
masuk) dibagi menurut jenis yang terdiri atas:
a. Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak;
b. Dana alokasi umum dan
c. Dana alokasi khusus.
15. Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan
lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah
pusat.
16. Jenis dana bagi hasil dirinci menurut objek yang mencakup bagi
hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak.
17. Jenis dana alokasi umum hanya terdiri atas objek dana alokasi
umum.
18. Jenis dana alokasi khusus dirinci menurut objek pendapatan
menurut kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.
19. Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah dibagi menurut
jenis pendapatan-LRA yang mencakup:
a. Hibah berasal dari pemerintah daerah, pemerintah daerah
lainnya, badan/lembaga/ organisasi swasta dalam negeri,
kelompok masyarakat/perorangan dan lembaga luar negeri
yang tidak mengikat;
b. Dana darurat dari pemerintah daerah dalam rangka
penanggulangan korban/kerusakan akibat bencana alam;
c. Dana bagi hasil pajak, dana penyesuaian dan dana otonomi
khusus yang ditetapkan oleh pemerintah daerah; dan

Lampiran 1.9 – Akuntansi Pendapatan-LRA Berbasis Kas - 3


d. Bantuan keuangan dari pemerintah daerah lainnya.
20. Hibah adalah penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah
negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional,
pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perorangan, baik
dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa,
termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar
kembali.
21. Penganggaran dan realisasi pajak daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah yang ditransfer langsung ke kas daerah, dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah dicatat
pada SKPKD.
22. Penganggaran dan realisasi retribusi daerah, komisi, potongan,
keuntungan selisih nilai tukar rupiah, pendapatan dari
penyelanggaraan pendidikan dan pelatihan, hasil penjualan
kekayaan daerah yang tidak dipisahkan dan hasil pemanfaatan
atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan yang
dibawah penguasaan pengguna anggaran/pengguna barang
dicatat pada SKPD.

PENGAKUAN PENDAPATAN-LRA
23. Pendapatan-LRA diakui pada saat:
a. Diterima pada Rekening Kas Umum Daerah
b. Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima oleh SKPD
c. Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima entitas lain diluar
pemerintah daerah atas nama BUD.
24. Pengakuan pendapatan ditentukan oleh BUD sebagai pemegang
otoritas dan bukan semata-mata oleh RKUD sebagai salah satu
tempat penampungannya.
25. Pengakuan pendapatan mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Pendapatan kas yang telah diterima pada RKUD.
b. Pendapatan kas yang diterima oleh bendahara penerimaan yang
merupakan pendapatan daerah dan hingga tanggal pelaporan
belum disetorkan ke RKUD, dengan ketentuan bendahara
penerimaan tersebut merupakan bagian dari BUD.
c. Pendapatan kas yang diterima SKPD dan digunakan langsung
tanpa disetor ke RKUD, dengan syarat entitas penerima wajib
melaporkannya kepada BUD untuk diakui sebagai pendapatan
negara/daerah.
d. Pendapatan kas yang berasal dari hibah langsung dalam/luar
negeri yang digunakan untuk mendanai pengeluaran entitas
dengan syarat entitas penerima wajib melaporkannya kepada
BUD untuk diakui sebagai pendapatan daerah.
e. Pendapatan kas yang diterima entitas lain di luar entitas
pemerintah daerah berdasarkan otoritas yang diberikan oleh
BUD, dan BUD mengakuinya sebagai pendapatan.
26. Pengakuan pendapatan diakui berdasarkan bukti dokumen
sumber yang sah.

Lampiran 1.9 – Akuntansi Pendapatan-LRA Berbasis Kas - 4


27. Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto,
yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat
jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
28. Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto
(biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak
dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum
selesai, maka azas bruto dapat dikecualikan.
29. Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai
badan layanan umum.
30. Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan berulang
(recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA pada periode
penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai
pengurang pendapatan-LRA.
31. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-
recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada
periode penerimaan pendapatan-LRA dibukukan sebagai
pengurang pendapatan-LRA pada periode yang sama.
32. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-
recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada
periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang Saldo Anggaran
Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian
tersebut.

PENGUKURAN
33. Pendapatan-LRA diukur sebesar nilai nominal bukti penerimaan
dan dicatat berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
34. Pengukuran pendapatan-LRA menggunakan mata uang rupiah
berdasarkan nilai rupiah yang diterima.
35. Pendapatan-LRA yang diukur dengan mata uang asing dikonversi
ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank
Indonesia) pada saat terjadi pendapatan-LRA.

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


36. Pendapatan-LRA disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran
dengan basis kas.
37. Hal-hal yang perlu diungkapkan sehubungan dengan pendapatan-
LRA, antara lain:
a) Penerimaan pendapatan-LRA tahun berkenaan setelah tanggal
berakhirnya tahun anggaran.
b) Penjelasan mengenai pendapatan yang pada tahun pelaporan
yang bersangkutan terjadi hal-hal yang bersifat khusus;
c) Penerimaan daerah yang belum divalidasi karena masih
terdapat di rekening escrow.

Lampiran 1.9 – Akuntansi Pendapatan-LRA Berbasis Kas - 5


d) Penjelasan sebab-sebab tidak tercapainya target penerimaan
pendapatan-LRA.
e) Informasi lainnya yang diangggap perlu.

Format Konversi Penyajian Pendapatan-LRA

Lampiran 1.9 – Akuntansi Pendapatan-LRA Berbasis Kas - 6

Anda mungkin juga menyukai