Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan


yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya
Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem
kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan
perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan
penderita
DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa
keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan
penyakit DM belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan
kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar
antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak,
system saraf, hati, mata dan ginjal.
Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh
ketiadaan absolute insulinatau insensivitas terhadap insulin. Diabetes mellitus
disebabkan oleh oenurunan kecepatan insulin oleh sel-sel beta pula Langerhans.
Biasanya dibagi dalam dua jenis berbeda: diabetes javanilis, yang biasanya tetapi
tak selalu, dimulai mendadak pada awal kehidupan dandiabetes dengan awitan
maturitas yang dimulai di usia lanjut dan terutama pada
orangkegemukan.Penderita penyakit diabetes mellitus dapat meninggal karena
penyakit yang dideritanya ataukarena komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit
ini, misalnya penyakit ginjal, gangguan jantung dan gangguan saraf. Penyebab
diabetes mellitus dapat disebabkan oleh berbagai hal,dan juga terdapat berbagai
macam tipe diabetes mellitus. Ada beberapa gejala yangditiimbulkan bagi
penderita diabetes mellitus, serta cara mengobatinya. Kesemuanya akan dibahas di
dalam makalah ini.

B. TUJUAN

Adapun tujuan pembuatan makalah, yaitu untuk mengetahui lebih


spesifik mengenai penyakit diabetes mellitus.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau


mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis
atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah
penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau
penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika
telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular
mikroangiopati (Sylvia & Lorrain, 2006).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan jumlah hormone insulin kurang atau
jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi kurang efektif (Sarwono, 2006).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai
lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron
(Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus
merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan
kehilangan toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008)
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart,
2002).

2.2 ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab diabetes melitus antara lain genetika, faktor keturunan
memegang peranan penting pada kejadian penyakit ini. Apabila orang tua menderita
penyakit diabetes mellitus maka kemungkinan anak-anaknya menderita diabetes mellitus
lebih besar.
Virus hepatitis B yang menyerang hati dan merusak pankreas sehingga sel beta yang
memproduksi insulin menjadi rusak. Selain itu peradangan pada sel beta dapat
menyebabkan sel tidak dapat memproduksi insulin.

2
Faktor lain yang menjadi penyebab diabetes melitus yaitu gaya hidup,
orang yang kurang gerak badan, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat,
kegememukan dan kesalahan pola makan. Kelainan hormonal, hormon insulin
yang kurang jumlahnya atau tidak diproduksi.

2.3 FAKTOR RESIKO

 Riwayat Keluarga
 Obesitas
 Usia
 Kurangnya Aktivitas Fisik
 Suka Merokok
 Suka Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
 Penderita Hipertensi Atau Tekenan Darah Tinggi
 Masa Kehamilan
 Ras Tertentu
 Tekanan Stres Dalam Jangka Waktu Yang Lama
 Sering Mengkonsumsi Obat-Obatan Kimia

2.4 KLASIFIKASI
American Diabetes Assosiation (2005) dalam Aru Sudoyo (2006)
mengklasifikasikan diabetes mellitus menjadi :
1) Diabetes mellitus tipe 1
Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun
dengan kerusakan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun dan tidak
diketahui sumbernya.
2) Diabetes mellitus tipe 2
Bervariasi mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi
insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resisten
insulin.
3) Diabetes mellitus Gestasional
Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia
tua,etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional
terdahulu.Karena terjadi peningkatan sekresi beberapa hormone yang mempunyai
efek metabolic terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan
diabetogenik.

4) Diabetes mellitus tipe lain :


a) Defek genetik fungsi sel beta
b) Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A,leprechaunism, sindrom
rabson mandenhall, diabetes loproatrofik, dan lainnya.
c) Penyakit eksokrin pankreas : pankreastitis, trauma / pankreatektomi, neoplasma,
fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, dan lainnya.

d) Endokrinopati : akromegali, sindron cushing, feokromositoma, hipertiroidisme


somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.

e) Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon
tiroid, diazoxic,agonis β adrenergic, tiazid, dilantin, interferon alfa, dan lainnya.

3
f) Infeksi : rubella konginetal, dan lainnya.

g) Immunologi (jarang) : sindrom “stiff-man” , antibody antireseptor insulin, dan lainnya.

h) Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter, sindrom turner, sindrom
wolfram’s, ataksia friedriech’s, chorea Huntington, sindrom Laurence/moon/biedl, distrofi
miotonik,porfiria, sindrom pradelwilli, dan lainnya (ADA, 2005)
2.5 MANIFESTASI KLINIS

Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang
tinggi.Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke
air kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air
kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah
yang banyak (poliuri).
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak
minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami
penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali
merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).
Dengan memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes melitus tersebut
diatas, mudah sekali dimengerti bahwa pada penderita diabetes melitus akan terjadi
keluhan khas yaitu lemas, banyak makan, (polifagia) , tetapi berat badan menurun, sering
buang air kecil (poliuria), haus dan banyak minum (polidipsia).
Penyandang diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi, dari tanpa keluhan
sama sekali, sampai keluhan khas diabetes melitusseperti tersebut diatas. Penyandang
diabetes melitus sering pula datang dengan keluhan akibat komplikasi seperti kebas,
kesemutan akibat komplikasi saraf, gatal dan keputihan akibat rentan infeksi jamur pada
kulit dan daerah khusus, serta adapula yang datang akibat luka yang lama sembuh tidak
sembuh (Sarwono, 2006).
Penderita Diabetes militus umumnya menampakkan tanda dan gejala
dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)


2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

2.6 PATOFISIOLOGI

Menurut Brunner & Sudddart (2002) patofisiologi terjadinya penyakit diabetes


mellitus tergantung kepada tipe diabetes yaitu :

4
1) Diabetes Tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas
telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam
darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang
tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria).
Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan,
keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
2) Diabetes Tipe II
Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar gula
darah menjadi tumpul. Akibatnya pankreas harus mensekresi insulin lebih banyak untuk
mengatasi kadar gula darah. Pada tahap awal ini, kemungkinan individu tersebut akan
mengalami gangguan toleransi glukosa, tetapi belum memenuhi kriteria sebagai
penyandang diabetes mellitus. Kondisi resistensi insulin akan berlanjut dan semakin
bertambah berat, sementara pankreas tidak mampu lagi terus menerus meningkatkan
kemampuan sekresi insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah. Peningkatan
produksi glukosa hati, penurunan pemakaian glukosa oleh otot dan lemak berperan atas
terjadinya hiperglikemia kronik saat puasa dan setelah makan. Akhirnya sekresi insulin
oleh beta sel pankreas akan menurun dan kenaikan kadar gula darah semakin
bertambah berat.

3) Diabetes Gestasional

Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.


Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta.
Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita
diabetes gestasional akan kembali normal. (Brunner & Suddarth, 2002).

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko


tinggi DM. Yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan darah
tinggi, riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi
>4.000 g, riwaya DM pada kehamilan, dan dislipidemia. Pemeriksaan penyaring
dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu, kadar gula darah
puasa (Tabel 53.1), kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil penyaringannya
negatif, perlu pemeriksaan penyaring ulang tiap tahun. Bagi pasien berusia 45
tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
Tabel 53.1 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Bukan Belum pasti DM
DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200

5
Darah kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah kapiler <90 90-109 >110

Cara pemeriksaan TTGO, adalah :


1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.
2. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.
3. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.
4. Periksa glukosa darah puasa.
5. Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam waktu
5 menit.
6. Periksa glukosa darah 1 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama pemeriksaan, pasien diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.7

Pemeriksaan hemoglobin glikosilasi


Hemoglobin glikosilasi merupakan pemeriksaan darah yang
mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata selama periode waktu 2 hingga 3
bulan. Ketika terjadi kenaikan kadar glukosa darah, molekul glukosa akan
menempel pada hemoglobin dalam sel darah merah.
Ada berbagai tes yang mengukur hal yang sama tetapi memiliki nama
yang berbeda, termasuk hemoglobin A1C dan hemoglobin A1. Nilai normal antara
pemeriksaan yang satu dengan yang lainnya, serta keadaan laboratorium yang satu
dan lainnya, memilikmi sedikit perbedaan dan biasanya berkisar dari 4% hingga
8%.
Pemeriksaan urin untuk glukosa
Pada saat ini, pemeriksaan glukosa urin hanya terbatas pada pasien yang
tidak bersedia atau tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah.
Prosedur yang umum dilakukan meliputi aplikasi urin pada strip atau tablet
pereaksi dan mencocokkan warna pada strip dengan peta warna.
Pemeriksaan urin untuk keton
Senyawa-senyawa keton (atau badan keton) dalam urin merupakan sinyal
yang memberitahukan bahwa pengendalian kadar glukosa darah pada diabetes tipe
I sedang mengalami kemunduran. Apabila insulin dengan jumlah yang efektif
mulai berkurang, tubuh akan mulai memecah simpana lemaknya untuk
menghasilkan energi. Badan keton merupakan produk-sampingan proses
pemecahan lemak ini, dan senyawa-senyawa keton tersebut bertumpuk dalam
darah serta urin.

2.7 PENATALAKSANAAN

1. Edukasi
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemahamantentang perjalanan
penyakit DM, perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan,
penyulit/komplikasi DM dan risikonya, dan cara penggunaan obat
diabetes/insulin. Selain itu, untuk mencapai pengelolaan diabetes yang optimal
pada penyandang DM dibutuhkan perubahan perilaku agar dapat menjalani pola
hidup sehat meliputi:EDUKASIPERENCANAAN MAKLATIHAN
a. Mengikuti pola makan sehat

6
b. Merningkatkan kegiatan jasmani
c. Menggunakan obat diabetes dan obat–obatan pada keadaan khusus secara aman
dan teratur
d. Melakukan pemantauan gula darah mandiri
e. Melakukan perawatan kaki secara berkala
f. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut
seperti hipoglikemia
2. Diet atau perencanaan makan
Perencanaan makan menggambarkan apa yang dimakan, berapa
banyak, dan kapan makan. Dietisien atau ahli diet dapat membantu membuat
perencanaan makan yang cocok. Makanan sehari- hari hendaknya cukup
karbohidrat, serat, protein,rendah lemak jenuh, kolesterol, sedangkan natrium dan
gula secukupnya. Karbohidrat adalah sumber zat tenaga dan zat gizi utama yang
menyebabkan kadar gula darah naik.Namun penyandang diabetes tidak usah takut
mengkonsumsi karbohidrat. Kebutuhan karbohidrat pada penyandang diabetes
antara 45-65% kebutuhan kalori dengan asupan karbohidrat tersebar dalam sehari,
hindari makan karbohidrat dalam jumlah besar dalam satu kali makan. Sumber
karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie,
dan kentang. Batasi karbohidrat sederhana seperti gula, kue, tarcis, dodol, sirup,
dan madu. Serat merupakan bagian dari karbohidrat yang tidak dapat diserap
tubuh, rendah lemak serta berpengaruh baik untuk kadar gula darah. Pada
umumnya gula darah setelah makan akan naik lebih lambat bila makan makanan
yang mengandung banyak serat. Makanan berikut yang mengandung banyak serat
makanan adalah havermout, kacangkacangan,sayur-sayuran, dan buah-buahan
seperti apel, jeruk, pir, sirsak, jambu biji dan lain-lain. Protein digunakan untuk
pertumbuhan & mengganti jaringan tubuh yang rusak. Sumber protein terdiri dari
protein hewani & protein nabati. Sumber protein hewani utama adalah ikan atau
ayam tanpa kulit oleh karena rendah kandungan lemaknya. Sumber protein lemak
sedang seperti daging atau telur sebagai pengganti protein rendah lemak dapat
dikonsumsi kira-kira 3x seminggu. Sedangkan sumber protein tinggi lemak seperti
otak, merah telur, dan jerohan perlu dibatasi. Sumber protein nabati adalah
kacang-kacangan seperti kacanghijau, kacang merah, kacang tanah, kacang
kedele, tahu, & tempe. Kebanyakan makanan nabati rendah kandungan lemaknya
dan mengandung lemak tidak jenuh tinggi sehingga dapat membantu menurunkan
kolesterol darah. Sayuran merupakan bahan makanan yang sehat, tinggi
kandungan vitamin, mineral, dan serat. Sayuran boleh dimakan bebas tanpa
dibatasi dan dianjurkan mengkonsumsi aneka ragam sayuran. Buah-buahan juga
merupakan makanan yang sehat, selain berkalori juga merupakan sumber
vitamin,mineral, dan serat. Dianjurkan makan buah 2 sampai 3 buah
sehari. Susumerupakan sumber protein, dan mengandung lemak, karbohidrat, dan
vitamin serta kalsium Penyandang diabetes dianjurkan minum susu yang tanpa
atau rendah lemak. Bagi yang menyukai susu dapat menggantikan 1 lauk hewani
dengan 1 penuh takar susu.
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari–hari dan latihan secara teratur 3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit. Tujuan latihan jasmani untuk menjaga
kebugaran,menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin
sehingga akan memperbaiki kendali gula darah. Latihan jasmani yang dianjurkan

7
berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai,
jogging, dan berenang. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak.

4. Intervensi obat oral farmakologis


Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan
dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral & bentuk suntikan
insulin. Saat ini terdapat 5 macam obat tablet yang beredar di pasaran untuk
menurunkan kadar gula darah. Beberapa obat yg sering digunakan adalah:
a. Golongan insulin sekretagok
Obat ini bekerja dengan cara merangsang pankreas untuk menghasilkan
insulin. Obat ini merupakan pilihan utama pada penyandang diabetes dengan berat
badan kurang atau normal. Obat golongan ini terdapat 2 jenis yaitu: golongan
sulfonilurea dan glinid.
b. Golongan Biguanid
Obat yang termasuk golongan biguanid hanyalah metformin. Obat ini
terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Penggunaan obat ini
dikontraindikasikan pada gangguan fungsi ginjal & hati. Metformin sebaiknya
diberikan pada saat atau sesudah makan karena dapat menyebabkan mual & iritasi
pada lambung.
c. Golongan Glitazone
Cara kerja obat ini adalah dengan membantu tubuh menggunakan insulin
yang tersedia sehingga lebih efektif. Penggunaan obat ini dikontraindikasikan
pada mereka dengan gagal jantung, penyakit hati akut, diabetes tipe 1, dan
kehamilan.
d. Golongan Penghambat Alpha Glukosidase (Acarbose)
Obat ini bekerja dengan cara menghambat penyerapan glukosa di usus
sehingga mempunyai efek menurunkan gula darah sesudah makan. Obat ini hanya
mempengaruhi konsentrasi gula
darah setelah makan. Efek samping yang sering terjadi pada penggunaan obat ini
adalah perut
kembung, sering buang angin, dan mencret.
e. Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor
Pengobatan dengan golongan ini merupakan pendekatan baru pengelolaan
DM. Obat ini menghambat pelepasan glukagon, yang pada gilirannya
meningkatkan sekresi insulin, menurunkan pengosongan lambung, dan
menurunkan kadar glukosa darah. Beberapa obat golongan ini sudah masuk di
Indonesia sejak tahun 2007 antara lain vildagliptin dan sitagliptin.
5. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan seperti penurunan berat badan yang cepat,
komplikasi akut DM (hiperglikemia berat yang disertai ketosis, ketoasidosis
diabetik, hiperglikemia hiperosmolar nonketotik, hiperglikemia dengan asidosis
laktat), gagal dengan pengobatan obat diabetes oral dosis optimal, kehamilan
dengan DM, stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, stroke, dll), gangguan
fungsi ginjal dan hati yang berat, dan adanya kontra indikasi/alergi terhadap obat
diabetes oral.

8
KOMPLIKASI

1). Kerusakan saraf (Neuropathy)


Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak dan
sum-sum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ lain, serta
susunan saraf otonom yang mengatur otot polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini
biasanya terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan
berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Apabila glukosa darah berhasil diturunkan
menjadi normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam jangka yang
lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan melemahkan
dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga
terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik (diabetic neuropathy). Neuropati
diabetik dapat mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan
rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat kirim. Tergantung dari berat
ringannya kerusakan saraf dan saraf mana yang terkena.

2). Kerusakan ginjal (Nephropathy)


Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta pembuluh
darah kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai saringan darah. Bahan
yang tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke urin atau kencing. Ginjal bekerja 24 jam
sehari untuk membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan yang dibentuk oleh
tubuh. Bila ada nefropati atau kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan, sedangkan
protein yang seharusnya dipertahankan ginjal bocor ke luar. Semakin lamaseseorang
terkena diabetes dan makin lama terkena tekanan darah tinggi, maka penderita makin
mudah mengalami kerusakan ginjal. Gangguan ginjal pada penderita diabetes juga
terkait dengan neuropathy atau kerusakan saraf.
3). Kerusakan mata (Retinopathy)
Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi
penyebab utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh
diabetes, yaitu:
a. retinopati, retina mendapatkn makanan dari banyak pembuluh darah kapiler yang
sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah retina.

b. katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh sehingga
menghambat masuknya sinar dan makin diperparah dengan adanya glukosa darah yang
tinggi.

c. glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola matasehingg merusak saraf mata.

4). Penyakit jantung


Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan
penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Akibatnya
suplai darah ke otot jantung berkurang dan tekanan darah meningkat, sehingga kematian
mendadak bisa terjadi.

9
5). Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan yang
dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus diingat hipertensi
dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke.
Risiko serangan jantung dan stroke menjadi dua kali lipat apabila penderita diabetes juga
terkena hipertensi.
6). Penyakit pembuluh darah perifer
Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang
dinamakan Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini dan prosesnya
lebih cepat pada penderita diabetes daripada orang yang tidak mendertita diabetes.
Denyut pembuluh darah di kaki terasa lemah atau tidak terasa sama sekali. Bila diabetes
berlangsung selama 10 tahun lebih, sepertiga pria dan wanita dapat mengalami kelainan
ini. Dan apabila ditemukan PVD disamping diikuti gangguan saraf atau neuropati dan
infeksi atau luka yang sukar sembuh, pasien biasanya sudah mengalami penyempitan
pada pembuluh darah jantung.
7). Gangguan pada hati
Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak makan
gula bisa bisa mengalami kerusakan hati. Anggapan ini keliru, hati bisa terganggu akibat
penyakit diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang yang tidak menderita diabetes,
penderita diabetes lebih mudah terserang infeksi virus hepatitis B atau hepatitis C. Oleh
karena itu, penderita diabetes harus menjauhi orang yang sakit hepatitis karenamudah
tertular dan memerlukan vaksinasi untuk pencegahan hepatitis. Hepatitis kronis dan
sirosis hati (liver cirrhosis) juga mudah terjadi karena infeksi tau radang hati yang lama
atau berulang. Gangguan hati yang sering ditemukan pada penderita diabetes adalah
perlemakan hati atau fatty liver, biasanya (hampir 50%) pada penderita diabetes tipe 2
dan gemuk. Kelainan ini jangan dibiarkan karena bisa merupakan pertanda adanya
penimbunan lemak di jaringan tubuh lainnya.
8). Penyakit paru-paru
Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru-paru
dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara sosio-ekonomi
cukup. Diabetes memperberat infeksi paru-paru, demikian pula sakit paru-paru akan
menaikkan glukosa darah.
9). Gangguan saluran makan
Gangguan saluran makan pada penderita diabetes disebabkan karena
kontrol glukosa darah yang tidak baik, serta gngguan saraf otonom yang mengenai
saluran pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga mulut yang mudah terkena infeksi,
gangguan rasa pengecapan sehingga mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi
yang mudah terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan
menjadi tidak rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga bisa terjadi. Ini
adalah akibat dari gangguan saraf otonom pada lambung dan usus. Keluhan gangguan
saluran makan bisa juga timbul akibat pemakaian obat-obatan yang diminum.

10). Infeksi
Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh
dalam menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes
mudah terkena infeksi. Tempat yang mudah mengalami infeksi adalah mulut, gusi,

10
paru-paru, kulit, kaki, kandung kemih dan alat kelamin. Kadar glukosa darah yang
tinggi juga merusak sistem saraf sehingga mengurangi kepekaan penderita
terhadap adanya infeksi.

BAB III

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga,
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses
terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses
keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan
secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk
mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa,
merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi
rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem endokrin.
1.Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat
kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :
a.Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b.Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
mata cekung.

11
c.Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d.Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e.Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f.Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g.Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h.Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i.Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.
2.Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan
teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes
mellitus yaitu :
a.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b.Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c.Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f.Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif
yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
kesalahan interpretasi informasi.
3.Rencana Keperawatan
a.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi
perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine
tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1.)Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2.)Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi
yang adekuat.
3.)Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi
ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
4.)Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5.)Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan
cairan dan respons pasien secara individual.
b.Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.

12
Tujuan :
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
Menunjukkan tingkat energi biasanya
Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :
1.)Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapeutik.
2.)Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi
dan utilisasinya).
3.)Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik/kultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
4.)Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada
keluarga untuk memahami nutrisi pasien.
5.)Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat
pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
c.Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
Tujuan :
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya
infeksi.
Intervensi :
1).Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah
mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2).Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang
baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri.
Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.
3).Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik
bagi pertumbuhan kuman.
4).Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada
peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5).Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan
memobilisasi sekret.
d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan :
Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
1.)Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2.)Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan
kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan

13
kontak dengan realitas.
3.)Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk
melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas
dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.
4.)Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada
paha/kaki.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang
berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi
terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
Tujuan :
Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas
yang diinginkan.
Intervensi :
1.)Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan
tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2.)Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3.)Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah
melakukan aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
4.)Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
toleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
f.Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif
yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan :
Mengakui perasaan putus asa
Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri
mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi :
1.)Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang
perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara
pemecahan masalah.
2.)Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain
atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol
diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
3.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan
diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang
dilakukannya.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
4.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan
diri sendiri.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
g.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
keselahan interpretasi informasi.

14
Tujuan :
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan
menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional
tindakan.
Intervensi :
1.)Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien
bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
2.)Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
3.)Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien
dalam merencanakan makan/mentaati program.
4.)Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab
pertanyaan pasien/orang terdekat.
Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.

BAB III

15
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau


mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis
atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah
penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau
penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Klasifikasi Diabetes Miletus :
1. Diabetes mellitus tipe 1
2. Diabetes mellitus tipe 2
3. Diabetes mellitus Gestasional
4. Diabetes mellitus tipe lain
Penatalaksanaan :
1. Edukasi
2. Diet atau perencanaan makan
3. Latihan jasmani
4. Intervensi obat oral farmakologis
5. Insulin

DAFTAR PUSTAKA

16
Corwin, Elizabeth. 2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC
Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit . Jakarta: EG
CIrianto, Kus. 2004.Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.
Bandung:

Pathway Diabetes Melitus (DM)

17
18

Anda mungkin juga menyukai