OLEH:
KELOMPOK 5
AKUNTANSI REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2018
LAPORAN KEUANGAN LPD
LPD merupakan salah satu unsur kelembagaan Desa Pakraman yang menjalankan
fungsi keuangan Desa Pakraman untuk mengelola potensi keuangan Desa Pakraman. Lembaga
ini sangat berpotensi dan telah terbukti dalam memajukan kesejahteraan masyarakat desa dan
memenuhi kepentingan Desa itu sendiri. Lembaga Perkreditan Desa berfungsi sebagai salah
satu wadah kekayaan desa yang berupa uang atau surat berharga lainnya, menjalankan
fungsinya dalam bentuk usaha-usaha ke arah peningkatan taraf hidup krama desa dan dalam
kegiatan usahanya banyak menunjang pembangunan desa. Usaha-usaha dilakukan dengan
tujuan untuk mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui tabungan yang
terarah serta penyaluran modal yang efektif; memberantas praktek ijon, gadai gelap, dan lain-
lain yang dapat dipersamakan dengan itu di pedesaan; menciptakan pemerataan dan
kesempatan berusaha bagi warga desa dan tenaga kerja di pedesaan; meningkatkan daya beli,
melancarkan lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di pedesaan
Lembaga Perkreditan Desa telah berkembang dengan pesat dan telah memberi manfaat
yang sangat luas bagi LPD dan anggota-anggotanya, dan seiring dengan itu telah timbul
berbagai kebutuhan baru berkenaan dengan eksistensi kelembagaan, unsur-unsur manajemen,
kegiatan dan operasionalnya, sehingga diperlukan pengaturan yang lebih akurat untuk
menjamin kepastian dan perlindungan hukum bagi keberadaan dan kegiatan LPD dan
keberadaan Krama Desa yang menjadi anggotanya. Kekurang hati-hatian dalam mengelola
LPD dapat berakibat buruk terhadap kepercayaan masyarakat terhadap LPD. Karena itu perlu
dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kebutuhan kebutuhan baru yang berkembang
dari praktek kegiatan LPD.
1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang dibuat pada akhir periode akuntansi yang terdiri
dari laporan laba rugi (income statement), laporan perubahan modal (capital statement), neraca
(balance sheet) dan laporan arus kas (cash flow). Pengertian laporan keuangan menurut
Standar Akuntansi Keuangan adalah “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan.
Dari pengertian di atas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan
keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang
dibebankan kepada manajemen. Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai
1
sumber data, terdiri dari faktur-faktur, bon-bon, nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan
bank dan sebagainya.
Tujuan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2
Pengelolaan LPD dilaksanakan oleh pengurus, dimana pengurus bertanggung jawab
kepada krama desa, dan didalam melaksanakan dan mengelola LPD, pengurus dapat
mengangkat karyawan dalam membantu kegiatan operasional lembaga.
LPD merupakan salah satu unsur kelembagaan Desa Pakraman yang menjalankan fungsi
keuangan Desa Pakraman untuk mengelola potensi keuangan Desa Pakraman. Lembaga ini
sangat berpotensi dan telah terbukti dalam memajukan kesejahteraan masyarakat desa dan
memenuhi kepentingan Desa itu sendiri. Lembaga Perkreditan Desa berfungsi sebagai salah
satu wadah kekayaan desa yang berupa uang atau surat berharga lainnya, menjalankan
fungsinya dalam bentuk usaha-usaha ke arah peningkatan taraf hidup krama desa dan dalam
kegiatan usahanya banyak menunjang pembangunan desa. Usaha-usaha dilakukan dengan
tujuan untuk mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui tabungan yang
terarah serta penyaluran modal yang efektif; memberantas praktek ijon, gadai gelap, dan lain-
lain yang dapat dipersamakan dengan itu di pedesaan; menciptakan pemerataan dan
kesempatan berusaha bagi warga desa dan tenaga kerja di pedesaan; meningkatkan daya beli,
melancarkan lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di pedesaan
Lembaga Perkreditan Desa telah berkembang dengan pesat dan telah memberi manfaat
yang sangat luas bagi LPD dan anggota-anggotanya, dan seiring dengan itu telah timbul
berbagai kebutuhan baru berkenaan dengan eksistensi kelembagaan, unsur-unsur manajemen,
kegiatan dan operasionalnya, sehingga diperlukan pengaturan yang lebih akurat untuk
menjamin kepastian dan perlindungan hukum bagi keberadaan dan kegiatan LPD dan
keberadaan Krama Desa yang menjadi anggotanya. Kekurang hati-hatian dalam mengelola
LPD dapat berakibat buruk terhadap kepercayaan masyarakat terhadap LPD. Karena itu perlu
dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kebutuhan kebutuhan baru yang berkembang
dari praktek kegiatan LPD.
Kebijakan akuntansi LPD adalah prinsip-prinsip dasar dalam pelaporan keuangan yang
disusun berdasarkan ksepakatan bersama sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku.
Beberapa contoh yang menyangkut kebijakan akuntansi LPD, diantaranya:
1) Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun dengan menggunakan harga perolehan.
2) Pengakuan Pendapatan dan Beban
Pencatatan pendapatan dan beban menganut metode akrual basis yaitu diakui pada saat
terjadinya transaksi dan bukan pada saat realisasi pembayaran.
3
(1) Tidak dibenarkan mengantisipasi pendapatan, akan tetapi biaya-biaya yang telah
direalisasi sebelum tanggal neraca walaupun belum dapat diketahui secara pasti,
jumlahnya, harus dilaporkan dengan cara estimasi yang wajar.
(2) Namun demikian pelaksanaan prinsip diatas harus tetap memperhatikan asas “proper
matching cost against revenue” yaitu biaya dan pendapatan dihadapkan secara tepat
dalam periode yang sama agar tidak menjadi pergeseran biaya atau pendapatan ke
periode yang lain.
3) Piutang Usaha
Piutang usaha berupa kredit yang diberikan dicatat sebesar nilai perolehan dikurangi
dengan cadangan atas kemungkinan piutang yang tidak dapat ditagih.
4) Beban Ditangguhkan (Biaya Praoperasi)
Semua beban yang dikeluarkan sebelum beroperasi komersial ditangguhkan
pembebanannya dan diamortisasi selama tahun dengan tarif amortisasi 25% setiap tahun
dari nilai saat transaksi.
5) Aktiva Tetap
Aktiva tetap dinyatakan di neraca berdasarkan harga peorlehan dikurangi dengan
akumulasi penyusutan. Aktiva tetap tidak termasuk tanah disusutkan dengan metode garis
lurus. Biaya pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laba-rugi pada saat terjadinya.
Jika aktiva tetap sudah tidak dapat digunakan lagi, maka harga perolehan dan akumulasi
penyusutannya akan dihapus dalam pembukuan. Laba atau rugi atas pengalihan aktiva tetap
diakui pada periode berjalan.
6) Akuntansi Utang Usaha
Utang usaha berupa simpanan dan deposito nasabah dinyatakan secara lengkap sehingga
menggambarkan seluruh kewajiban LPD pada akhir periode. Untuk mengetahui batas
waktu pembayaran, simpanan dan deposito dilakukan pengelompokkan sesuai dengan jatuh
temponya.
Laporan Keuangan LPD Disampaikan Kepada :
(1) Bendesa Adat
(2) Gubernur Provinsi Bali
(3) Bupati Kabupaten
(4) Camat
(5) Lurah
(6) Badan Pengawas LPD
(7) Kelian Banjar
4
(8) Krama Desa (Melalui Paruman Banjar)
Dalam rangka menuju tata kelola organisasi yang baik, LPD perlu memformalkan bahwa
budaya perusahaan dalam bentuk “Catur Dharma LPD” yang terdiri dari:
(1) Menjadi milik yang bermanfaat bagi krama dan desa pakraman
(2) Memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabah
(3) Saling menghargai dan membina rasa kekeluargaan
(4) Berusaha mencapai yang terbaik dengan menyediakan ruang dan waktu untuk
perbaikan berkelanjutan
Sampai saat ini LPD belum sepenuhnya menerapkan dasar pengakuan akrual dalam
laporan keuangannya. Dasar pengakuan yang digunakan kebanyakan menggunakan cash
basis yang dimodifikasi. Dengan diberlakukan IFRS, ke depan kemungkinan laporan
keuangan LPD akan menunjukkan ke arah fair value.
Akuntan publik independen berperan dalam menilai dan memberikan opini terhadap
laporan keuangan LPD sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum dan standar
akuntansi yang ada. Akuntan public harus berkomunikasi dengan BPI sebelum memulai
suatu penugasan audit. Untuk LPD yang mempunyai asset di atas 5 Milyar disarankan
untuk menggunakan jasa akuntan public independen.
Pengurus LPD adalah pelaksana utama atau actor tata kelola LPD. Keseluruhan model
tata kelola organisasi mengakui peran sentral dari pengurus sebagai salah satu pelaku tata
kelola organisasi. Dengan menetapkan tekanan pada pengelola puncak dan menangani
operasi sehari-hari atau entitas, pengaruh pengelolaan atas kualitas tata kelola menjadi
signifikan. Pengelola bertanggung jawab memantau risiko organisasi dan melaksanakan
pengendalian untuk mengurangi resiko.
4. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Tujuan Analisis Laporan Keuangan menurut Berstein (1983) adalah sebagai berikut:
1) Screening
Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari
laporan keuangan tanpa harus menemui langsung obyek yang dituju.
2) Understanding
Memahami kondisi suatu perusahaan, kondisi keuangannya dan apa yang dihasilkan.
3) Forecasting
5
Analisis dilakukan untuk meramalkan kondisi keuangan suatu perusahaan di masa yang
akan datang
4) Diagnosis
Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan masalah yang terjadi, baik dalam
manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam suatu perusahaan.
5) Evaluation
Analisis dilakukan untuk menilai prestasi pihak eksekutif dalam mengelola suatu
perusahaan.
6
b. Saldo kredit dibukukan pada sisi kredit
7
dirinci menjadi arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk dan keluar dirinci lebih
lanjut dalam beberapa jenis penerimaan atau pengeluaran kas. Sementara itu dengan metode
tidak langsung, arus kas dari operasional ditentukan dengan cara mengoreksi laba bersih yang
dilaporkan di laporan laba rugi dengan beberapa hal seperti biaya penyusutan, kenaikan harta
lancar, dan utang lancar serta laba rugi karena pelepasan investasi. Dalam SAK ETAP, laporan
arus kas sama dengan PSAK kecuali: arus kas aktivitas operasi: metode tidak langsung dan
arus kas mata uang asing, tidak diatur.
8
(4) Laporan Laba/Rugi merupakan bagian dari laporan keuangan LPD yang dihasilkan
pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur penerimaan dan biaya
sehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih.
2) Laporan 3 Bulanan
(1) Laporan Penilaian Kesehatan LPD merupakan salah satu cara untuk mengetahui
keberhasilan atau perkembangan usaha LPD baik dalam pengelolaan keuangan maupun
manajemen usaha. Penilaian tingkat kesehatan LPD hanya bisa dilakukan dengan
menggunakan laporan keuangan yang diterbitkan oleh LPD tersebut, sehingga adanya
laporan keuangan LPD menjadi sangat penting dalam pengambilan keputusan LPD
kedepannya. Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali No. 11 Tahun 2013, untuk menilai
tingkat kesehatan LPD pada dasarnya menggunakan 5 aspek penilaian yang disebut
CAMEL yang meliputi Capital, Assets Quality, Management, Earnings, dan Liquidity.
(2) Laporan Penilaian Risiko merupakan suatu penilaian yang dilakukan untuk menilai
tingkat risiko yang dapat timbul dalam kegiatan operasi LPD. Risiko-risiko yang
dimaksud yakni risiko pinjaman yang diberikan, risiko likuiditas, risiko operasional dan
risiko modal.
3) Laporan Tahunan
(1) Laporan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan Belanja merupakan laporan yang
memuat pencapaian rencana kerja dan anggaran pendapatan belanja LPD selama satu
periode (satu tahun).
(2) Laporan Pertanggungjawaban Akhir Tahun merupakan laporan yang memuat
pertanggungjawaban pengurus terhadap penggunaan sumberdaya yang dimiliki LPD
selama tahun berjalan.
(3) Laporan Hasil Pertanggungjawaban Audit Internal merupakan laporan yang memuat
hasil audit pertanggungjawaban yang dilakukan oleh komisi audit internal LPD.
9
Menurut Harahap (2004:190) memberikan pengertian mengenai Analisis Laporan
Keuangan yaitu menguraikan pos – pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih
kecil dan melihat hubungannya yang lebih signifikan atau yang memiliki makna antara yang
satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan
untuk mengetahui posisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses
menghasilkan keputusan yang tepat.
Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah hubungan antara suatu
angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat
menjelaskan arah perubahan (trend) suatu fenomena (Soemarso,1999:430).
Untuk mengetahui kinerja laporan keuangan maka diperlukan suatu analisis. Salah satu
analisis laporan keuangan adalah analisis sumber dan penggunaan modal kerja yaitu suatu
analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. Yang digunakan
sebagai dasar perencanaan sumber dan penggunaan modal kerja periode-periode berikutnya,
serta dapat digunakan sebagai dasar penilaian kebijaksanaan manajemen dalam mengelola
modal kerjanya dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh LPD atau
kreditur. Untuk membuat laporan sumber dan penggunaan modal kerja, terlebih dahulu harus
menyajikan laporan perbadingan neraca antara dua titik waktu yang akan dianalisis. Dari
laporan perbadingan neraca tersebut akan disusun laporan perubahan modal kerja dan dapat
dianalisis unsur-unsur Non Current Acount yang mempunyai efek memperbesar dan
memperkecil modal kerja. Selanjutnya dikelompokkan dan disusun laporan sumber dan
penggunaan modal kerja.
10
1) Capital
Komponen Capital dapat dihitung dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR).
Rasio ini digunakan sebagai indikator terhadap kemampuan bank menutupi penurunan aktiva
akibat terjadinya kerugian-kerugian atas aktivabank dengan menggunakan modalnya sendiri.
CAR merupakan perbandingan antara modal sendiri dengan Aktiva Tertimbang Menurut
Resiko (ATMR).
ATMR merupakan pejumlahan baik itu aktiva neraca maupun aktiva administratif yang
telah dikalikan bobotnya masing-masing. Pos-pos yang masuk dalam aktiva antara lain kas,
emas, giro pada Bank Indonesia, tagihan pada bank lain, surat berharga yang dimiliki, kredit
yang disalurkan, penyertaan, aktiva tetap dan inventaris, ruparupa aktiva, fasilitas kredit yang
belum digunakan, jaminan bank, dan kewajiban untuk membeli kembali aktiva bank dengan
syarat repurchase agreement. Seluruh aktiva tersebut dikalikan dengan bobot risiko yang telah
ditetapkan BI kemudian dan disebut dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
2) Asset
Kinerja keuangan dari segi asset diukur melalui kualitas aktiva produktifnya. Salah satu
rasio yang digunakan adalah Return On Risked Asset (RORA). RORA adalah rasio yang
membandingkan antara laba kotor dengan besarnya risked assets yang dimiliki. Laba kotor
adalah hasil pengurangan pendapatan terhadap biaya sedangkan risked assets terdiri atas surat
berharga dan kredit yang disalurkan. Nilai RORA yang tinggi mengindikasikan bahwa
pendapatan yang diterima besar sehingga laba yang diperoleh juga optimal dan berpengaruh
pada kenaikan harga saham.
3) Management
Menurut Riyadi dalam Merkusiwati (2007), aspek manajemen pada penilaian kinerja bank
tidak dapat menggunakan pola yang ditetapkan Bank Indonesia, tetapi diproksikan dengan
profit margin. Alasannya, seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup manajemen
permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan
manajemen likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba.
Tingkat kinerja manajemen dapat diukur dengan penghitungan Net Profit Margin (NPM). NPM
merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income
11
dari kegiatan operasional pokok bank. Rasio ini menggambarkan tingkat keuntungan (laba)
yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan
operasionalnya (Payamta dan Machfoedz, 1999:87). NPM ini berfungsi untuk mengukur
tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya.
Menurut Ang (1997:11) semakin besar nilai NPM berarti semakin efisien biaya yang
dikeluarkan yang berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih. Nilai NPM
berada pada rentang 0 sampai 1, semakin mendekati 1 maka semakin efisien penggunaan biaya,
yang berarti bahwa besar tingkat kembalian keuangan (return) yang akan diikuti tingginya
harga saham.
4) Earning
ROA atau rasio laba bersih terhadap total aktiva. Menurut Susilo (2000: 37), ROA adalah
rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara
relatif dibandingkan dengan nilai total assetsnya. Rasio ini sangat penting, mengingat
keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan sumber-sumber modal bank.
5) Liquidity
Rasio likuiditas (liquidity ratio) dapat diukur dengan menggunakan rasio salah satunya
adalah LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR merupakan rasio antara kredit dengan dana pihak
ketiga. Semakin tinggi rasio ini, maka akan memberikan indikasi rendahnya kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan
untuk membiayai kredit semakin besar.
12
DAFTAR REFERENSI
Suartana, I Wayan. 2009. Arsitektur Pengelolaan Risiko Pada Lembaga Perkreditan Desa
(LPD). Udayana University Press. Denpasar.
13