Anda di halaman 1dari 14

RINGKASAN MATERI KULIAH SAP 9

AKUNTANSI PERBANKAN DAN LPD


EKA334 A2 R. IA 1.1

OLEH:
KELOMPOK 5

1. NI KOMANG ITA MONIKA (1607531045) / 06


2. NI WAYAN PITRIYANI (1607531047) / 08
3. NI NENGAH WITRI ASTITI (1607531049) / 09
4. PUTU AYU PRAMESTI (1607531050) / 10

AKUNTANSI REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2018
LAPORAN KEUANGAN LPD

LPD merupakan salah satu unsur kelembagaan Desa Pakraman yang menjalankan
fungsi keuangan Desa Pakraman untuk mengelola potensi keuangan Desa Pakraman. Lembaga
ini sangat berpotensi dan telah terbukti dalam memajukan kesejahteraan masyarakat desa dan
memenuhi kepentingan Desa itu sendiri. Lembaga Perkreditan Desa berfungsi sebagai salah
satu wadah kekayaan desa yang berupa uang atau surat berharga lainnya, menjalankan
fungsinya dalam bentuk usaha-usaha ke arah peningkatan taraf hidup krama desa dan dalam
kegiatan usahanya banyak menunjang pembangunan desa. Usaha-usaha dilakukan dengan
tujuan untuk mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui tabungan yang
terarah serta penyaluran modal yang efektif; memberantas praktek ijon, gadai gelap, dan lain-
lain yang dapat dipersamakan dengan itu di pedesaan; menciptakan pemerataan dan
kesempatan berusaha bagi warga desa dan tenaga kerja di pedesaan; meningkatkan daya beli,
melancarkan lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di pedesaan
Lembaga Perkreditan Desa telah berkembang dengan pesat dan telah memberi manfaat
yang sangat luas bagi LPD dan anggota-anggotanya, dan seiring dengan itu telah timbul
berbagai kebutuhan baru berkenaan dengan eksistensi kelembagaan, unsur-unsur manajemen,
kegiatan dan operasionalnya, sehingga diperlukan pengaturan yang lebih akurat untuk
menjamin kepastian dan perlindungan hukum bagi keberadaan dan kegiatan LPD dan
keberadaan Krama Desa yang menjadi anggotanya. Kekurang hati-hatian dalam mengelola
LPD dapat berakibat buruk terhadap kepercayaan masyarakat terhadap LPD. Karena itu perlu
dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kebutuhan kebutuhan baru yang berkembang
dari praktek kegiatan LPD.

1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang dibuat pada akhir periode akuntansi yang terdiri
dari laporan laba rugi (income statement), laporan perubahan modal (capital statement), neraca
(balance sheet) dan laporan arus kas (cash flow). Pengertian laporan keuangan menurut
Standar Akuntansi Keuangan adalah “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan.
Dari pengertian di atas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan
keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang
dibebankan kepada manajemen. Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai

1
sumber data, terdiri dari faktur-faktur, bon-bon, nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan
bank dan sebagainya.
Tujuan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2. Fungsi Laporan Keuangan


Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang
mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi nonkeuangan. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah
dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya.

3. Laporan Keuangan LPD


Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007, LPD adalah suatu badan
simpan pinjam yang dimiliki oleh desa adat dan merupakan unit operasional serta berfungsi
sebagai wadah kekayaan desa yang berupa uang atau surat-surat berharga lainnya, menjalankan
fungsinya dalam bentuk usaha - usaha ke arah peningkatan taraf hidup krama desa, dan dalam
kegiatannya banyak menunjang pembangunan desa. Adapun tujuan didirikannya LPD adalah
sebagai berikut.
(1) Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui kegiatan menghimpun
tabungan dan deposito dari krama desa;
(2) Memberantas ijon, gadai gelap dan lain-lain yang dapat dipersamakan dengan itu;
(3) Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja bagi
krama desa;
(4) Meningkatkan daya beli dan melancarkan lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di
desa

2
Pengelolaan LPD dilaksanakan oleh pengurus, dimana pengurus bertanggung jawab
kepada krama desa, dan didalam melaksanakan dan mengelola LPD, pengurus dapat
mengangkat karyawan dalam membantu kegiatan operasional lembaga.
LPD merupakan salah satu unsur kelembagaan Desa Pakraman yang menjalankan fungsi
keuangan Desa Pakraman untuk mengelola potensi keuangan Desa Pakraman. Lembaga ini
sangat berpotensi dan telah terbukti dalam memajukan kesejahteraan masyarakat desa dan
memenuhi kepentingan Desa itu sendiri. Lembaga Perkreditan Desa berfungsi sebagai salah
satu wadah kekayaan desa yang berupa uang atau surat berharga lainnya, menjalankan
fungsinya dalam bentuk usaha-usaha ke arah peningkatan taraf hidup krama desa dan dalam
kegiatan usahanya banyak menunjang pembangunan desa. Usaha-usaha dilakukan dengan
tujuan untuk mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui tabungan yang
terarah serta penyaluran modal yang efektif; memberantas praktek ijon, gadai gelap, dan lain-
lain yang dapat dipersamakan dengan itu di pedesaan; menciptakan pemerataan dan
kesempatan berusaha bagi warga desa dan tenaga kerja di pedesaan; meningkatkan daya beli,
melancarkan lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di pedesaan
Lembaga Perkreditan Desa telah berkembang dengan pesat dan telah memberi manfaat
yang sangat luas bagi LPD dan anggota-anggotanya, dan seiring dengan itu telah timbul
berbagai kebutuhan baru berkenaan dengan eksistensi kelembagaan, unsur-unsur manajemen,
kegiatan dan operasionalnya, sehingga diperlukan pengaturan yang lebih akurat untuk
menjamin kepastian dan perlindungan hukum bagi keberadaan dan kegiatan LPD dan
keberadaan Krama Desa yang menjadi anggotanya. Kekurang hati-hatian dalam mengelola
LPD dapat berakibat buruk terhadap kepercayaan masyarakat terhadap LPD. Karena itu perlu
dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kebutuhan kebutuhan baru yang berkembang
dari praktek kegiatan LPD.
Kebijakan akuntansi LPD adalah prinsip-prinsip dasar dalam pelaporan keuangan yang
disusun berdasarkan ksepakatan bersama sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku.
Beberapa contoh yang menyangkut kebijakan akuntansi LPD, diantaranya:
1) Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun dengan menggunakan harga perolehan.
2) Pengakuan Pendapatan dan Beban
Pencatatan pendapatan dan beban menganut metode akrual basis yaitu diakui pada saat
terjadinya transaksi dan bukan pada saat realisasi pembayaran.

3
(1) Tidak dibenarkan mengantisipasi pendapatan, akan tetapi biaya-biaya yang telah
direalisasi sebelum tanggal neraca walaupun belum dapat diketahui secara pasti,
jumlahnya, harus dilaporkan dengan cara estimasi yang wajar.
(2) Namun demikian pelaksanaan prinsip diatas harus tetap memperhatikan asas “proper
matching cost against revenue” yaitu biaya dan pendapatan dihadapkan secara tepat
dalam periode yang sama agar tidak menjadi pergeseran biaya atau pendapatan ke
periode yang lain.
3) Piutang Usaha
Piutang usaha berupa kredit yang diberikan dicatat sebesar nilai perolehan dikurangi
dengan cadangan atas kemungkinan piutang yang tidak dapat ditagih.
4) Beban Ditangguhkan (Biaya Praoperasi)
Semua beban yang dikeluarkan sebelum beroperasi komersial ditangguhkan
pembebanannya dan diamortisasi selama tahun dengan tarif amortisasi 25% setiap tahun
dari nilai saat transaksi.
5) Aktiva Tetap
Aktiva tetap dinyatakan di neraca berdasarkan harga peorlehan dikurangi dengan
akumulasi penyusutan. Aktiva tetap tidak termasuk tanah disusutkan dengan metode garis
lurus. Biaya pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laba-rugi pada saat terjadinya.
Jika aktiva tetap sudah tidak dapat digunakan lagi, maka harga perolehan dan akumulasi
penyusutannya akan dihapus dalam pembukuan. Laba atau rugi atas pengalihan aktiva tetap
diakui pada periode berjalan.
6) Akuntansi Utang Usaha
Utang usaha berupa simpanan dan deposito nasabah dinyatakan secara lengkap sehingga
menggambarkan seluruh kewajiban LPD pada akhir periode. Untuk mengetahui batas
waktu pembayaran, simpanan dan deposito dilakukan pengelompokkan sesuai dengan jatuh
temponya.
Laporan Keuangan LPD Disampaikan Kepada :
(1) Bendesa Adat
(2) Gubernur Provinsi Bali
(3) Bupati Kabupaten
(4) Camat
(5) Lurah
(6) Badan Pengawas LPD
(7) Kelian Banjar
4
(8) Krama Desa (Melalui Paruman Banjar)

Dalam rangka menuju tata kelola organisasi yang baik, LPD perlu memformalkan bahwa
budaya perusahaan dalam bentuk “Catur Dharma LPD” yang terdiri dari:

(1) Menjadi milik yang bermanfaat bagi krama dan desa pakraman
(2) Memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabah
(3) Saling menghargai dan membina rasa kekeluargaan
(4) Berusaha mencapai yang terbaik dengan menyediakan ruang dan waktu untuk
perbaikan berkelanjutan

Sampai saat ini LPD belum sepenuhnya menerapkan dasar pengakuan akrual dalam
laporan keuangannya. Dasar pengakuan yang digunakan kebanyakan menggunakan cash
basis yang dimodifikasi. Dengan diberlakukan IFRS, ke depan kemungkinan laporan
keuangan LPD akan menunjukkan ke arah fair value.

Akuntan publik independen berperan dalam menilai dan memberikan opini terhadap
laporan keuangan LPD sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum dan standar
akuntansi yang ada. Akuntan public harus berkomunikasi dengan BPI sebelum memulai
suatu penugasan audit. Untuk LPD yang mempunyai asset di atas 5 Milyar disarankan
untuk menggunakan jasa akuntan public independen.

Pengurus LPD adalah pelaksana utama atau actor tata kelola LPD. Keseluruhan model
tata kelola organisasi mengakui peran sentral dari pengurus sebagai salah satu pelaku tata
kelola organisasi. Dengan menetapkan tekanan pada pengelola puncak dan menangani
operasi sehari-hari atau entitas, pengaruh pengelolaan atas kualitas tata kelola menjadi
signifikan. Pengelola bertanggung jawab memantau risiko organisasi dan melaksanakan
pengendalian untuk mengurangi resiko.
4. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Tujuan Analisis Laporan Keuangan menurut Berstein (1983) adalah sebagai berikut:
1) Screening
Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari
laporan keuangan tanpa harus menemui langsung obyek yang dituju.
2) Understanding
Memahami kondisi suatu perusahaan, kondisi keuangannya dan apa yang dihasilkan.
3) Forecasting

5
Analisis dilakukan untuk meramalkan kondisi keuangan suatu perusahaan di masa yang
akan datang
4) Diagnosis
Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan masalah yang terjadi, baik dalam
manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam suatu perusahaan.
5) Evaluation
Analisis dilakukan untuk menilai prestasi pihak eksekutif dalam mengelola suatu
perusahaan.

5. Jenis Laporan Keuangan LPD


1) Neraca
Di dalam akuntansi keuangan, neraca adalah bagian dari laporan keuangan suatu entitas
yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan entitas
tersebut pada akhir periode tersebut. Dengan kata lain, neraca merupakan laporan yang
menunjukkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Informasi yang dapat
disajikan di neraca antara lain posisi sumber kekayaan entitas dan sumber pembiayaan untuk
memperoleh kekayaan entitas tersebut dalam suatu periode akuntansi (triwulanan,
caturwulanan atau tahunan). Neraca terdiri dari tiga unsur yaitu aset, liabilitas dan ekuitas.
Dalam laporan keuangan LPD terdapat beberapa jenis neraca yaitu:
(1) Neraca Percobaan
Neraca percobaan adalah suatu yang berisi perkiraan-perkiraan buku besar serta
penjumlahan-penjumlahan debet dan kredit perkiraan-perkiraan itu. Neraca percobaan
dibuat secara berkala, baik 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan atau 1 tahun. Tujuan
dibuatnya neraca percobaan adalah untuk mengetahui keseimbangan antara jumlah debet
dengan jumlah kredit pada buku besar. Apabila tidak seimbang antara jumlah debet dengan
jumlah kredit pada buku besar, maka buku besar tersebut salah. Untuk mengetahui dari
mana kesalahan yang ada pada buku besar, maka pertama-tama perlu ditelusuri buku jurnal,
sehingga dapat diketahui kesalahannya.
(2) Neraca Saldo
Neraca saldo adalah suatu daftar yang dipergunakan untuk mencatat selisih antara jumlah
debet dan kredit yang ada pada neraca percobaan. Neraca saldo dibuat setelah neraca
percobaan disusun. Tata cara mengerjakan neraca saldo yaitu:

a. Saldo debet dibukukan pada sisi debet

6
b. Saldo kredit dibukukan pada sisi kredit

2) Laporan Laba Rugi


Laporan laba rugi merupakan bagian dari suatu laporan keuangan LPD yang dihasilkan
dalam suatu periode buku atau periode akuntansi yang menyajikan seluruh unsur pendapatan
serta beban LPD yang pada akhirnya akan menghasilkan kondisi laba bersih atau rugi bersih.
Jadi laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan seluruh penghasilan dan beban LPD
dalam suatu periode. Secara teknis laporan laba rugi LPD tidak berbeda, dimana penghasilan
terdiri dari pendapatan operasional dan pendapatan non operasional, dan beban terdiri dari beban
operasional dan beban non operasional, serta laporan laba rugi LPD terdiri dari pos-pos yaitu
pendapatan operasional, beban operasional, pendapatan non operasional, beban non operasional
dan beban pajak penghasilan. Namun, istilah yang digunakan dalam laporan laba rugi LPD tidak
sama dengan PSAK yang menggunakan istilah laporan laba rugi komprehensif, LPD
menggunakan istilah laporan laba rugi yang sesuai dengan SAK ETAP.
3) Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai
perubahan modal pada LPD akibat dari kegiatan pokok operasi LPD pada suatu periode
akuntansi tertentu. Atau dapat diartikan sebagai suatu ikhtisar tentang perubahan jumlah modal
yang terjadi selama periode tertentu. Laporan perubahan modal perusahaan erat kaitannya
dengan laporan laba rugi karena laba bersih yang diperoleh perusahaan akan menambah akun
modal. Atau sebaliknya, jika LPD mengalami rugi bersih otomatis akan mengurangi akun
modal. Jadi laporan perubahan modal dapat disusun setelah adanya laporan laba rugi. Laporan
laba rugi LPD menggunakan SAK ETAP sehingga penyajian laporan ekuitasnya sama dengan
PSAK, kecuali untuk beberapa hal yang terkait pendapatan komprehensif lain.
4) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang berisi informasi aliran kas masuk dan
aliran kas keluar dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi ini penyajiannya
diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menyebabkan terjadinya arus kas masuk dan kas
keluar tersebut. Kegiatan perusahaan umumnya terdiri dari tiga jenis yaitu, kegiatan
operasional, kegiatan investasi serta kegiatan keuangan. Laporan arus kas yang dibuat oleh
LPD sama saja dengan laporan arus kas yang dibuat oleh lembaga keuangan lainnya.
Terdapat dua bentuk penyajian laporan arus kas, yang pertama metode langsung dan yang
kedua metode tidak langsung. Perbedaan antara kedua metode terletak pada penyajian arus kas
berasal dari kegiatan operasi. Dengan metode langsung, arus kas dari kegiatan operasional

7
dirinci menjadi arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk dan keluar dirinci lebih
lanjut dalam beberapa jenis penerimaan atau pengeluaran kas. Sementara itu dengan metode
tidak langsung, arus kas dari operasional ditentukan dengan cara mengoreksi laba bersih yang
dilaporkan di laporan laba rugi dengan beberapa hal seperti biaya penyusutan, kenaikan harta
lancar, dan utang lancar serta laba rugi karena pelepasan investasi. Dalam SAK ETAP, laporan
arus kas sama dengan PSAK kecuali: arus kas aktivitas operasi: metode tidak langsung dan
arus kas mata uang asing, tidak diatur.

5) Catatan atas Laporan Keuangan


Catatan atas laporan keuangan adalah catatan tambahan dan informasi yang ditambahkan
ke akhir laporan keuangan untuk memberikan tambahan informasi kepada pembaca dengan
informasi lebih lanjut. Catatan atas laporan keuangan membantu menjelaskan perhitungan item
tertentu dalam laporan keuangan serta memberikan penilaian yang lebih komprehensif dari
kondisi keuangan perusahaan. Catatan atas laporan keuangan dapat mencakup informasi
tentang utang, kelangsungan usaha, piutang, kewajiban kontinjensi, atau informasi kontekstual
untuk menjelaskan angka-angka keuangan (misalnya untuk menunjukkan gugatan). Karena
LPD belum memiliki standar akuntansi yang jelas maka LPD dianjurkan menggunakan SAK
ETAP. Dalam memperlakukan catatan atas laporan keuangan, SAK ETAP sama dengan
PSAK, kecuali pada pengungkapan modal.
LPD harus menyampaikan laporan kepada Desa Pakraman melalui Pengawas Internal dan
kepada Gubernur, Bupati/Walikota serta MUDP melalui LPLPD mencakup:
1) Laporan Bulanan
(1) Laporan kegiatan dan perkembangan pinjaman adalah laporan yang menyajikan
kegiatan LPD dan perkembangan kegiatan pinjaman dari dana Bantuan Langsung
Masyarakat yang berasal dari APBN, APBD, Swadaya Masyarakat maupun Partisipasi
dari dunia usaha dan dana yang bergulir secara periodik (per bulan). Indikator utama
yang dapat dihasilkan secara langsung dari laporan ini adalah saldo pinjaman, tingkat
pengembalian pinjaman dan jumlah tunggakan.
(2) Neraca Percobaan merupakan ebuah daftar semua akun buku besar. Daftar ini berisi
nama akun dan nilainya. Nilai yang disajikan adalah saldo debit maupun kredit. Saldo
debit ditampilkan di sisi (kolom) debit dan saldo kredit ditampilkan di sisi kredit.
(3) Laporan Neraca merupakan bagian dari laporan keuangan LPD yang dihasilkan pada
suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan LPD tersebut pada akhir
periode tersebut. Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas.

8
(4) Laporan Laba/Rugi merupakan bagian dari laporan keuangan LPD yang dihasilkan
pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur penerimaan dan biaya
sehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih.
2) Laporan 3 Bulanan
(1) Laporan Penilaian Kesehatan LPD merupakan salah satu cara untuk mengetahui
keberhasilan atau perkembangan usaha LPD baik dalam pengelolaan keuangan maupun
manajemen usaha. Penilaian tingkat kesehatan LPD hanya bisa dilakukan dengan
menggunakan laporan keuangan yang diterbitkan oleh LPD tersebut, sehingga adanya
laporan keuangan LPD menjadi sangat penting dalam pengambilan keputusan LPD
kedepannya. Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali No. 11 Tahun 2013, untuk menilai
tingkat kesehatan LPD pada dasarnya menggunakan 5 aspek penilaian yang disebut
CAMEL yang meliputi Capital, Assets Quality, Management, Earnings, dan Liquidity.
(2) Laporan Penilaian Risiko merupakan suatu penilaian yang dilakukan untuk menilai
tingkat risiko yang dapat timbul dalam kegiatan operasi LPD. Risiko-risiko yang
dimaksud yakni risiko pinjaman yang diberikan, risiko likuiditas, risiko operasional dan
risiko modal.

3) Laporan Tahunan
(1) Laporan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan Belanja merupakan laporan yang
memuat pencapaian rencana kerja dan anggaran pendapatan belanja LPD selama satu
periode (satu tahun).
(2) Laporan Pertanggungjawaban Akhir Tahun merupakan laporan yang memuat
pertanggungjawaban pengurus terhadap penggunaan sumberdaya yang dimiliki LPD
selama tahun berjalan.
(3) Laporan Hasil Pertanggungjawaban Audit Internal merupakan laporan yang memuat
hasil audit pertanggungjawaban yang dilakukan oleh komisi audit internal LPD.

6. Analisis Laporan Keuangan LPD


Menurut Gede Edy Prasetya, dalam buku “Penyusunan & Analisis Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah” (2005:17) menyebutkan bahwa analisis laporan keuangan pada dasarnya
merupakan analisis yang dilakukan terhadap berbagai macam informasi yang tersaji dalam
laporan keuangan.

9
Menurut Harahap (2004:190) memberikan pengertian mengenai Analisis Laporan
Keuangan yaitu menguraikan pos – pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih
kecil dan melihat hubungannya yang lebih signifikan atau yang memiliki makna antara yang
satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan
untuk mengetahui posisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses
menghasilkan keputusan yang tepat.

Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah hubungan antara suatu
angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat
menjelaskan arah perubahan (trend) suatu fenomena (Soemarso,1999:430).

Untuk mengetahui kinerja laporan keuangan maka diperlukan suatu analisis. Salah satu
analisis laporan keuangan adalah analisis sumber dan penggunaan modal kerja yaitu suatu
analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. Yang digunakan
sebagai dasar perencanaan sumber dan penggunaan modal kerja periode-periode berikutnya,
serta dapat digunakan sebagai dasar penilaian kebijaksanaan manajemen dalam mengelola
modal kerjanya dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh LPD atau
kreditur. Untuk membuat laporan sumber dan penggunaan modal kerja, terlebih dahulu harus
menyajikan laporan perbadingan neraca antara dua titik waktu yang akan dianalisis. Dari
laporan perbadingan neraca tersebut akan disusun laporan perubahan modal kerja dan dapat
dianalisis unsur-unsur Non Current Acount yang mempunyai efek memperbesar dan
memperkecil modal kerja. Selanjutnya dikelompokkan dan disusun laporan sumber dan
penggunaan modal kerja.

7. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan LPD sebagai Lembaga


Keuangan LPD
Kinerja keuangan LPD dikatakan baik pada saat penilaian keseluruhan aspek keuangan
maupun manajemen yang dilakukan berpredikat “Sehat”, dan tingkat kesehatan LPD pada
dasarnya dinilai dengan pendekatan kualitatif atas lima faktor yang berpengaruh terhadap
kondisi dan perkembangan LPD sebagai lembaga keuangan, yaitu: (1) permodalan (capital),
(2) kualitas aktiva produktif (asset), (3) manajemen (management), (4) rentabilitas (earning),
dan (5) likuiditas (liquidity), kelima faktor yang digunakan untuk menilai kesehatan LPD ini
lebih dikenal dengan analisis CAMEL. Berikut adalah penjelasan analisis CAMEL:

10
1) Capital
Komponen Capital dapat dihitung dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR).
Rasio ini digunakan sebagai indikator terhadap kemampuan bank menutupi penurunan aktiva
akibat terjadinya kerugian-kerugian atas aktivabank dengan menggunakan modalnya sendiri.
CAR merupakan perbandingan antara modal sendiri dengan Aktiva Tertimbang Menurut
Resiko (ATMR).

ATMR merupakan pejumlahan baik itu aktiva neraca maupun aktiva administratif yang
telah dikalikan bobotnya masing-masing. Pos-pos yang masuk dalam aktiva antara lain kas,
emas, giro pada Bank Indonesia, tagihan pada bank lain, surat berharga yang dimiliki, kredit
yang disalurkan, penyertaan, aktiva tetap dan inventaris, ruparupa aktiva, fasilitas kredit yang
belum digunakan, jaminan bank, dan kewajiban untuk membeli kembali aktiva bank dengan
syarat repurchase agreement. Seluruh aktiva tersebut dikalikan dengan bobot risiko yang telah
ditetapkan BI kemudian dan disebut dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
2) Asset
Kinerja keuangan dari segi asset diukur melalui kualitas aktiva produktifnya. Salah satu
rasio yang digunakan adalah Return On Risked Asset (RORA). RORA adalah rasio yang
membandingkan antara laba kotor dengan besarnya risked assets yang dimiliki. Laba kotor
adalah hasil pengurangan pendapatan terhadap biaya sedangkan risked assets terdiri atas surat
berharga dan kredit yang disalurkan. Nilai RORA yang tinggi mengindikasikan bahwa
pendapatan yang diterima besar sehingga laba yang diperoleh juga optimal dan berpengaruh
pada kenaikan harga saham.

3) Management
Menurut Riyadi dalam Merkusiwati (2007), aspek manajemen pada penilaian kinerja bank
tidak dapat menggunakan pola yang ditetapkan Bank Indonesia, tetapi diproksikan dengan
profit margin. Alasannya, seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup manajemen
permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan
manajemen likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba.
Tingkat kinerja manajemen dapat diukur dengan penghitungan Net Profit Margin (NPM). NPM
merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income

11
dari kegiatan operasional pokok bank. Rasio ini menggambarkan tingkat keuntungan (laba)
yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan
operasionalnya (Payamta dan Machfoedz, 1999:87). NPM ini berfungsi untuk mengukur
tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya.
Menurut Ang (1997:11) semakin besar nilai NPM berarti semakin efisien biaya yang
dikeluarkan yang berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih. Nilai NPM
berada pada rentang 0 sampai 1, semakin mendekati 1 maka semakin efisien penggunaan biaya,
yang berarti bahwa besar tingkat kembalian keuangan (return) yang akan diikuti tingginya
harga saham.

4) Earning
ROA atau rasio laba bersih terhadap total aktiva. Menurut Susilo (2000: 37), ROA adalah
rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara
relatif dibandingkan dengan nilai total assetsnya. Rasio ini sangat penting, mengingat
keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan sumber-sumber modal bank.

5) Liquidity
Rasio likuiditas (liquidity ratio) dapat diukur dengan menggunakan rasio salah satunya
adalah LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR merupakan rasio antara kredit dengan dana pihak
ketiga. Semakin tinggi rasio ini, maka akan memberikan indikasi rendahnya kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan
untuk membiayai kredit semakin besar.

12
DAFTAR REFERENSI

Dewi, Sintya Surya. (2016). “Laporan Keuangan LPD”.


https://www.scribd.com/document/328600024/LAPORAN-KEUANGAN-LPD.
[Diakses pada 21 Oktober 2018].

Suartana, I Wayan. 2009. Arsitektur Pengelolaan Risiko Pada Lembaga Perkreditan Desa
(LPD). Udayana University Press. Denpasar.

13

Anda mungkin juga menyukai