Anda di halaman 1dari 18

1. Jelaskan definisi stomatitis, pembagiannya, etiologi dan penangannya!

Stomatitis merupakan peradangan yang terjadi pada jaringan lunak rongga mulut. Tampak
berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung. Bercak tersebut dapat
berupa bercak tunggal maupun kelompok. Stomatitis yang terjadi berulang pada rongga
mulut biasa disebut dengan Recurernt Apthous Stomatitis.
Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
berulangnya ulser dan terbatas pada mukosa rongga mulut pasien tanpa adanya tanda-tanda
penyakit lainnya (Lynch et al., 1994). Terdapat tiga bentuk recurrent apthous stomatitis,
yaitu:
a. Recurrent Apthous Stomatitis Minor
Merupakan penyakit yang paling sering ditemui, sekitar 70%-90%. Pada stadium awal
stomatitis ini timbul rasa sakit dan terbakar pada mukosa 1-2 hari sebelum ulser terlihat.
Lesi bentuknya oval atau bundar dengan diameter <1cm berwarna abu-abu sampai
kuning. Tepi lesi dikelilingi jaringan erimatos dengan lesi yang dangkal. Lokasi biasanya
daerah mukosa bukal, dasar mulut, dan lidah. Penyembuhan dapat terjadi dalam beberapa
hari sampai dua minggu tanpa meninggalkan jaringan parut.
b. Recurrent Apthous Stomatitis Mayor
Merupakan bentuk yang lebih besar dari stomatitis recurrent apthous stomatitis minor
dengan ukuran diameter >1cm. Periode penyembuhannya lama (beberapa minggu) dan
dapat disertai pembentukan jaringan parut.
c. Recurrent Apthous Stomatitis Herpetiformis
Istilah herpetiformis digunakan karena bentuk klinis dari ulserasi herpetiformis (dapat
terdiri dari 100 ulser kecil pada satu waktu). Biasanya terdapat pada lidah, dasar mulut
dan mukosa bukal. Lesi berbentuk kecil dengan rata-rata diameter berukuran 1-3mm.
Bentuk tidak beraturan dan tidak tegas serta ditemukan daerah kemerahan yang luas pada
membran mukosa.

Ulkus traumatik merupakan lesi yang terbentuk oleh kerusakan lokal dari jaringan
epitelium. Ulkus yang terbentuk di mukosa mulut merupakan gambaran lesi oral yang sangat
umum dijumpai pada kebanyakan orang diberbagai usia maupun jenis kelamin.

Etiologi dari stomatitis adalah idiopatik, namun telah banyak dugaan mengenai faktor predisposisi,
diantaranya:

a. Abnormalitas sistem imun


Jika sistem imunologi mengalami abnormalitas, maka dengan mudah bakteri ataupun virus
menginfeksi jaringan lunak disekitar mulut.
b. Faktor genetik
Sejarah atau riwayat keluarga terkadang positif. Salah satu penelitian menemukan bahwa
35% dari orang yang menderita stomatitis memiliki paling tidak satu orangtua yang juga
menderita stomatitis.
c. Trauma
Ulser dapat terjadi atau terbentuk pada daerah bekas terjadinya luka penetrasi akibat trauma.
Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat berbicara, kebiasaan buruk, akibat perawatan gigi,
sikat gigi dan makanan atau minuman terlalu panas.
d. Gangguan Hormonal
Pada wanita di masa pra menstruasi akan terjadi penurunan hormone estrogen dan
progesteron secara mendadak yang menyebabkan terjadinya penurunan aliran darah sehingga
suplai darah utama ke perifer munurun dan terjadi gangguan seimbangan sel-sel termasuk
rongga mulut. Proses keratinisasi yang yang lambat dapat menimbulkan reaksi berlebih
terhadap gangguan mulut dan rentan terhadap iritasi lokal sehingga mudah terjadi Recurrent
Apthous Stomatitis.
e. Alergi dan sensitifitas
Stomatitis dapat terjadi karena sensitifitas jaringan mulut terhadap beberapa bahan pokok.
Diantaranya yang ada dalam pasta gigi, obat kumur, lipstick, permen karet dan bahan gigi
tiruan. Setelah berkontak dengan bahan yang sensitive maka mukosa akan meradang dan
edematous. Gejala ini disertai dengan rasa panas, kadang timbul gatal, dapat berbentuk
vesikel yang bersifat sementara dan akan pecah membentuk daerah erosi kecil dan ulser yang
kemudian berkembang menjadi stomatitis.
f. Manifestasi penyakit sistemik
Pasien yang sering mengalami keluhan terus-menerus dengan stomatitis harus
dipertimbangkan adanya penyakit sistemik yang diderita dan perlu dilakukan evaluasi.
Beberapa kondisi medis yang sering dikaitkan dengan stomatitis, seperti disfungsi neutrofil,
penyakit Behcet’s, penyakit gastrointestinal, HIV-AIDS dan sindrom sweet’s.
g. Defisiensi nutrisi
Adanya difesiensi zat besi, asam folat atau vitamin B kompleks.

Prinsip terapi stomatitis:

Prinsip terapi RAS adalah perawatan paliatif yaitu perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif
dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya untuk mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya. Hal ini dikarenakan
RAS bersifat idiopatik, yaitu tidak diketahui secara pasti penyebabnya, oleh karena itu prinsip terapi
paliatif yang diterapkan.

Perawatan :
1. Pemberian vitamin B12 , Fe, dan asam folat.
2. Menjaga kebersihan rongga mulut (DHE)
3. Pasien RAS yang berhubungan dengan stress psikologis, dapat dilakukan perawatan dengan
mengurangi tingkat stress, dengan cara konseling dan psikoterapi. Dukungan sosial
mempunyai efek pendukung sistem imun.
Resep :
1. Metronidazole 500 mg setiap 8 jam
2. Ciprofloxacin 500 sampai 750 mg setiap 12 jam

2. Jelaskan definisi kandidiasis, pembagiannya, etiologi dan penanganannya!

Kandidiasis adalah infeksi primer atau sekunder dari genus Candida, terutama Candida
albicans (C.albicans). Manifestasi klinisnya sangat bervariasi dari akut, subakut dan kronis ke
episodik. Kelainan dapat lokal di mulut, tenggorokan, kulit, kepala, vagina, jari-jari tangan, kuku,
bronkhi, paru, atau saluran pencernaan makanan, atau menjadi sistemik misalnya septikemia,
endokarditis dan meningitis. Proses patologis yang timbul juga bervariasi dari iritasi dan
inflamasi sampai supurasi akut, kronis atau reaksi granulomatosis. Karena C.albicans merupakan
spesies endogen, maka penyakitnya merupakan infeksi oportunistik.
Faktor-faktor predisposisi yang dihubungkan dengan meningkatnya insidens kolonisasi dan
infeksi kandida adalah :
a. Faktor mekanis : trauma (luka bakar, abrasi), oklusi lokal, lembab dan atau maserasi, gigi
palsu, bebat tertutup atau pakaian, kegemukan
b. Faktor nutrisi : avitaminosis, defisiensi besi (Kandidiasis mukokutaneus kronis), defisiensi
folat, Vit B12, malnutrisi generalis
c. Perubahan fisiologis : umur ekstrim (sangat muda/sangat tua), kehamilan, KVV terjadi
pada 50% wanita hamil terutama pada trimester terakhir, menstruasi.
d. Penyakit sistemik : Down’s Syndrome, Akrodermatitis enteropatika, penyakit endokrin
(Diabetes mellitus, penyakit Cushing, hipoadrenalisme, hipotiroidisme,
hipoparatiroidisme), uremia, keganasan terutama hematologi (leukemia akut,
agranulositosis13), timoma, Imunodefisiensi (Sindroma AID, Sindroma imunodefisiensi
kombinasi berat, defisiensi Myelo peroksidase, Sindroma Chediak – Higashi, Sindroma
Hiper immunoglobinemia E, penyakit granulomatosus kronis, Sindroma Di George,
Sindroma Nezelof),
e. Penyebab iatrogenik : pemasangan kateter, dan pemberian IV, radiasi sinar-X
(Xerostomia), obat-obatan (oral – parenteral – topikal - aerosol), antara lain :
kortikosteroid dan imunosupresi lain, antibiotic spektrum luas, metronidazol, trankuilaiser,
kontrasepsi oral (estrogen), kolkhisin, fenilbutason, histamine 2-blocker.

Secara umum, kandidiasis oral dapat diklasifikasikan atas tiga kelompok, yaitu:
1. Akut , dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut
Kandidiasis ini biasanya disebut juga sebagai thrush. Secara klinis,
pseudomembranosus kandidiasis terlihat sebagai plak mukosa yang putih atau kuning,
seperti cheesy material yang dapat dihilangkan dan meninggalkan permukaan yang
berwarna merah. Kandidiasis ini terdiri atas sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa
jamur dan umumnya dijumpai pada mukosa labial, mukosa bukal, palatum keras,
palatum lunak, lidah, jaringan periodontal dan orofaring. Thrush dijumpai sebesar 5%
pada bayi bayu lahir dan 10% pada orang tua yang kondisi tubuhnya lemah.
Keberadaan kandidiasis pseudomembranosus ini sering dihubungkan dengan
penggunaan kortikosteroid, antibiotik, xerostomia, dan pada pasien dengan sistem
imun rendah seperti HIV/AIDS.

b. Kandidiasis Atrofik Akut


Tipe kandidiasis ini kadang dinamakan sebagai antibiotic sore tongue atau
juga kandidiasis eritematus dan biasanya dijumpai pada mukosa bukal, palatum, dan
bagian dorsal lidah dengan permukaan tampak sebagai bercak kemerahan.
Penggunaan antibiotik spektrum luas maupun kortikosteroid sering dikaitkan dengan
timbulnya kandidiasis atrofik akut. Pasien yang menderita kandidiasis ini mengeluh
adanya rasa sakit seperti terbakar.

2. Kronik, dibedakan atas tiga jenis, yaitu :

a. Kandidiasis Atrofik Kronik


Kandidiasis atrofik kronik disebut juga denture sore mouth atau denture related
stomatitis dan merupakan bentuk kandidiasis paling umum yang ditemukan pada 24-
60% pemakai gigi tiruan. Gambaran klinis denture related stomatitis ini berupa daerah
eritema pada mukosa yang berkontak dengan permukaan gigi tiruan. Gigi tiruan yang
menutupi mukosa dari saliva menyebabkan daerah tersebut mudah terinfeksi jamur.
Berdasarkan gambaran klinis yang terlihat pada mukosa yang terinflamasi di bawah
gigi tiruan rahang atas, denture stomatitis ini dapat diklasifikasikan atas tiga yaitu : •
Tipe I : tahap awal dengan adanya pin point hiperemi yang terlokalisir • Tipe II :
tampak eritema difus pada mukosa yang berkontak dengan gigi tiruan • Tipe III : tipe
granular (inflammatory papillary hyperplasia) yang biasanya tampak pada bagian
tengah palatum keras.

b. Kandidiasis Hiperplastik Kronik


Kandidiasis ini sering disebut juga sebagai Kandida leukoplakia yang terlihat seperti
plak putih pada bagian komisura mukosa bukal atau tepi lateral lidah yang tidak bisa
hilang bila dihapus. Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat atau
keganasan. Kandida leukoplakia ini dihubungkan dengan kebiasaan merokok.

c. Median Rhomboid Glositis


Median Rhomboid Glositis merupakan bentuk lain dari atrofik kandidiasis yang
tampak sebagai daerah atrofik pada bagian tengah permukaan dorsal lidah, dan
cenderung dihubungkan dengan perokok dan penggunaan obat steroid yang dihirup.

3. Keilitis Angularis Keilitis Angularis atau disebut juga angular stomatitis atau perleche
merupakan infeksi campuran bakteri dan jamur Kandida yang umumnya dijumpai pada
sudut mulut baik unilateral maupun bilateral. Sudut mulut yang terinfeksi tampak merah
dan sakit. Keilitis angularis dapat terjadi pada penderita anemia defisiensi besi, defisiensi
vitamin B12, dan pada gigi tiruan dengan vertikal dimensi oklusi yang tidak tepat.
Perawatan Kandidiasis Oral

Perawatan kandidiasis oral dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan rongga mulut,
pemberian obat-obatan antifungal, dan sebisa mungkin menghilangkan faktor predisposisi penyebab
kandidiasis oral.
Kebersihan rongga mulut dapat dijaga dengan membersihkan daerah mukosa bukal, menyikat
gigi, lidah, dan membersihkan gigi tiruan bagi yang memakainya Gigi tiruan harus dibersihkan dan
direndam dalam larutan pembersih seperti klorheksidin yang efektif dalam menghilangkan Kandida
dibanding dengan hanya menyikat gigi tiruan. Ketika membersihkan mulut dengan antifungal topikal,
gigi tiruan harus dilepaskan sehingga terjadi kontak antara mukosa dengan antifungal. Di samping
itu, pemakai gigi tiruan disarankan untuk melepas gigi tiruan pada malam hari atau setidaknya enam
jam sehari.
Pengobatan farmakologis kandidiasis oral dikelompokkan dalam tiga kelas agen antifungal yaitu:
polyenes, azoles, dan echinocandins. Antifungal Polyenes mencakup Amphotericin B dan Nystatin.
Amphotericin B dihasilkan oleh Streptomyces nodosus dan memiliki aktivitas antijamur yang luas.
Di samping keuntungannya, antifungal ini dapat menimbulkan efek nefrotoksik. Obat antifungal lain
yang sekarang banyak digunakan adalah Nystatin. Azoles dibagi dalam dua kelompok yaitu
imidazoles dan triazoles. Azoles akan menghambat ergosterol yang merupakan unsur utama sel
membran jamur. Sedangkan, Caspofungin termasuk golongan antifungal echinocandins yang
digunakan untuk pengobatan terhadap infeksi jamur Kandida dan spesies aspergillus.

3. Jelaskan definisi angular cheilitis, etiologi dan penanganannya!


Angular cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut yang sering
dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke kulit. Angular cheilitis ini
dikarakteristik oleh kemerahan yang menyebar, bentuknya seperti fisur- fisur, kulit yang nampak
terkikis, ulser yang permukaannya berlapis dan disertai dengan gejala yang subjektif seperti rasa
sakit, rasa terbakar, dan nyeri.

Faktor penyebab angular cheilitis


Defisiensi Nutrisi
Kekurangan gizi merupakan penyebab terjadinya angular cheilitis. Kekurangan vitamin B-2
(riboflavin), vitamin B-3 (niacin), Vitamin B-6 (pyridoxine), atau vitamin B-12 (cyanocobalamin)
dan kekurangan zat besi dapat menyebabkan seorang anak mengalami angular cheilitis. Penyebab
angular cheilitis yang menonjol pada anak-anak adalah defisiensi nutrisi. Defisiensi nutrisi yang dimaksud
biasanya disebabkan kurangnya asupan vitamin B kompleks (riboflavin), zat besi dan asam folat.
Dalam menimbulkan angular cheilitis, setiap faktor etiologi terutama defisiensi nutrisi berkorelasi
dengan kondisi lingkungan, pada anak sekolah yang paling berpengaruh adalah kondisi
lingkungan dalam keluarga dan di sekolah. Kondisi lingkungan yang dimaksud dapat berupa
tingkat sosial ekonomi keluarga, pengaruh adat dalam keluarga, kebiasaan atau pola makan anak
dan pengetahuan gizi.

Mekanik
Pada pasien yang menggunakan gigi tiruan yang tidak pas. Biasanya sering terjadi pada orang
tua. Dapat pula terjadi pada pasien yang edentulous yang tidak memakai gigi tiruan atau yang
menggunakan gigi tiruan tapi tidak pas sehingga overhang pada bibir atas bawah pada sudut mulut
sehingga menghasilkan lipat lengkung miring pada sudut mulut, lipatan yang dalam ini
menyebabkan saliva mengalir keluar sehingga tercipta suatu lingkungan yang basah terus
menerus. Keadaan ini yang memungkinkan lingkungan yang ideal bagi mikroorganisme untuk
tumbuh berkembang. Selain pada orang tua, anak-anak pun sering terjadi angular cheilitis
disebabkan karena kebiasaan buruk seperti menjilat sudut bibir, menghisap ibu jari dan
menggunakan dot.

Manifestasi penyakit sistemik


Banyak pasien yang menderita penyakit yang mempengaruhi seluruh tubuh dan menunjukkan
tanda-tanda dan gejala oral spesifik seperti:
Gangguan hematologis : anemia karena defisiensi zat besi
Gangguan endokrin : Diabetes mellitus
Infeksi virus : infeksi Human immunodeficiency virus

Infeksi Bakteri
Agen infeksi merupakan penyebab utama dari lesi, dimana sebagian besar adalah candida
albican dan staphylococcus aureus. Candida diperkirakan sebagai factor utama terjadinya
angular cheilitis yang disebabkan oleh oral candidiasis. Selain candida ada pula staphylococcus,
streptococcus dan mikroorganisme lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya angular cheilitis.
Infeksi bakteri dan faktor mekanikal sebagai etiologi angular cheilitis sering terjadi pada anak
yang mempunyai kebiasaan buruk seperti menjilat sudut bibir dan menghisap jari. Hal tersebut
menyebabkan saliva berkumpul pada sudut mulut dan tanpa disadari turut menyediakan
lingkungan yang sempurna untuk agen infeksi dalam menyebabkan angular cheilitis.

Penanganan Angular Cheilitis


Penanganan bergantung pada faktor etiologi dan predisposisi. Pada faktor akibat dimensi vertikal
gigi tiruan yang kurang tepat maka harus memperbaiki dimensi vertikal, memperbaiki oral hygiene
dan menghilangkan faktor-faktor pencetus. Pada kasus infeksi staphylococcus aureus dapat
diberikan Facidic Acid, sedangkan pada infeksi jamur dapat diberikan Nystatin atau Ampotericine
B, Ketoconazole krim 2%. Apabila disebabkan oleh Herpes Simplex Virus dapat diberikan
acyclovir, flamcyclovir atau valacyclovir.

4. Jelaskan dan sebutkan variasi normal dalam rongga mulut!


Fissure tongue (Scrotal tongue)
Merupakan variasi herediter, punggung lidah berfisur, dengan kedalaman antara 3-5 mm. lidah
yang berfisur tidak memperlihatkan adanya papilla-papila normal, kadang agak perih.

Lidah geografik (Glossitis migration jinak)


Permukaan lidah berupa daerah berwarna kemerahan, tidak berpapila dengan penipian dorsal
lidah, biasanya dikelilingi zona sempit dari papilla yang bergenerasi, berwarna lebih putih dari
daerh sekitarnya.
Ankiloglosia
Merupakan kelainan kongenital, ditandai dengan pendeknya frenulum lingualis sehingga
mengganggu fungsi bicara / menelan.

Scalloped tongue (created tongue)


Keadaan ini ditandai dengan lekukan pada tepi lidah, biasanya bilateral tetapi dapat juga
unilateral atau terisolasi pada daerah dimana lidah berkontak erat dengan gigi-gigi. Penyebabnya
meliputi keadan-keadaan yang menyebabkan tekanan abnormal pada lidah seperti gerakan gesek
dari lidah terhadap gigi dan diastema, kebiasaan menjlurkan lidah, menghisap lidah, clenching
atau lidah yang membesar.

Varikositas
Varikositas tambak sebagai pertumbuhan noduler, fluktuasi, berwarna merah, biru sampai
ungu. Varikositas intraoral paling umum timbul superficial pada permukaan ventral dari 2/3
anterior lidah dan dapat meluas ke tepi lateralnya.

Granula Fordyce
Merupakan kelenjar sebasea ektopik dengan cirri khas tampak pada mukosa pipi sebagia
papula yang sedikit menimbul, berwarna putih, putih crem, atau kuning.

Linea alba
Merupakan suatu temuan intraoral umum yang tampak sebagai garis bergelombang putih,
menimbul, panjang bervariasi dan terletak pada garis oklusi di mukosa pipi.

Leukoedema
Merupakan suatu variasi mukosa yang menunjukan garis-garis putih halus, kerutan-kerutan dan
lipatan-lipatan jaringan yang menumpuk.
White sponge nevus (familial white folded dysplasia)
Merupakan kelainan yang relative tidak umum, yang biasanya dijumpai pada pada anak waktu
lahir atau pada anak kecil, tetapi menetap seumur hidup. Ditandai dengan lesi-lesi mukosa yang
tanpa gejala, putih, berkerut, dan seperti busa. Penyebabnya dihubungkan dengan cacat pada
kematangan epitel dan eksfoliasi.

Melanoplakia
Suatu pigmenasi gelap yang menyeluruh dan konstan pada mukosa mulut, umumnya dijumpai
pada orang-orang yang berkulit gelap (melanoderm). Keadaan tersebut fisioogis, bukan patologis
dan akibat dari bertambahnya melanin, suatu pigmen endogen yang terdapat pada lapisan basal
dari mukosa dan lamina propria.

Cheek biting
Cheek biting adalah kebiasaan menggigit bagian dalam pipi secara spontan
5. Jelaskan hubungan stomatitis dengan perokok!

Khusus untuk rokok terdapat hubungan yang terbalik antara perkembangan RAS
dengan penggunaan berbagai bentuk tembakau.Ini sangat bertolak belakang dengan
pemahaman bahwa rokok sebagai sumber iritasi dalam rongga mulut yang dapat
menyebabkan timbulnya berbagai ulcer dalam rongga mulut salah satunya adalah
stomatitis nicotina.
Hubungan terbalik tersebut didasarkan dari beberapa penelitian epidemiologi dimana
ditemukan insiden RAS yang rendah pada semua partisipan yang merokok. Penelitian
pada 34 pasien RAS tipe minor dan major di Turki ditemukan penurunan jumlah insiden
RAS pada individu yang merokok dibandingkan dengan yang tidak merokok (kelompok
kontrol) yaitu ± 8,8% vs 25,2%. Pada penelitian lain dengan sampel tim baseball
ditemukan bahwa dari 17 orang pemain yang merokok mengalami penurunan insiden
RAS yang signifikan.
Menurunnya insiden RAS pada perokok diduga berhubungan dengan meningkatnya
mekanisme keratinisasi mukosa mulut akibat rokok. Selain itu nikotin mungkin berperan
sebagai protektif faktor. Selain itu orang yang merokok mungkin mengalami stress
pisikologis yang lebih rendah dibandingkan yang tidak merokok.

6. Jelaskan mekanisme keratinisasi!

Mukosa rongga mulut merupakan bagian yang paling mudah mengalami perubahan,
karena lokasinya yang sering berhubungan dengan pengunyahan, sehingga sering pula
mengalami iritasi mekanis. Di samping itu, banyak perubahan yang sering terjadi akibat
adanya kelainan sistemik.
Trauma pada rongga mulut dapat menyebabkan perubahan-perubahan epitel pada
rongga mulut. Perubahan itu bisa berupa kelainan bertanduk atau kelainan keratinisasi.
Keratinisasi adalah proses pembentukan keratin dalam jaringan epidermis atau mukosa
sehingga struktur jaringan menjadi keras. Kelainan keratinisasi tersebut dapat berupa
epitelium yang terkeratinisasi pada daerah epitelium yang biasanya tidak terkeratinisasi,
atau keratinisasi yang berlebihan pada daerah yang normalnya memang terkeratinisasi.
Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk
lebih poligonal yaitu sel spinosum, terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan
bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat ke atas lebih gepeng,
dan granula serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di permukaan
kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering menjadi keras, gepeng, tanpa inti
yang disebut sel tanduk. Sel tanduk secara kontinu lepas dari permukaan kulit dan diganti
oleh sel yang terletak di bawahnya. Proses keratinisasi sel dari sel basal sampai sel tanduk
berlangsung selama 14-21 hari.

7. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi lesi berdasarkan letak/pemukaannya !

a. Perluasan di bawah permukaan


- Ulser : Hilangnya lapisan epitel hingga meluas sampai lapisan sel basal
Contoh : Ulkus Traumatik

- Erosi : Hilangnya/rusaknya lapisan epitel yang dangkal diatas lapisan sel basal
Contoh : Pecahnya Vesikel, Licen Planus Erosive

- Fissure : Rusaknya jaringan memanjang dan dalam yang disertai rasa sakit
Contoh : Angular cheilitis, fissure tongue
b. Perluasan di atas permukaan

1. Papula : suatu massa yang menonjol pada kulit/mukosa, bulat/lonjong dengan


diameter < 1 cm. Contoh : Eritema multiformis, granula Fordyce

2. Plaque : suatu massa yang menonjol dengan atap yang rata, dengan permukaan
yang bias halus, kasar, atau pecah-pecah, ukuran lebih besar dari papula. Contoh :
Leukoplakia

3. Vesikel : benjolan bulat dan bening transparan berisi cairan limfe, darah, dan
serum. Ukuran < 1 cm. contoh : lesi herpetik, cacar air
4. Bulla : sama dengan vesikel, tetapi ukurannya lebih besar dari 1cm. contoh : Luka
bakar, pemphigus vulgaris

5. Pustula : sama dengan vesikel & bulla tetapi berisi cairan pus (purulent). Contoh :
acne vulgaris, penyakit impetigo (pada kulit berupa bisul-bisul kecil)

6. Nodul : suatu massa yang padat dan menonjol dengan dimensi perluasan ke
bawah, dengan ukuran < 1 cm. contoh : fibroma
7. Tumor : suatu massa padat yang menonjol bulat dengan perluasan ke bawah
dengan ukuran > 1 cm.

c. Datar
- Makula : suatu lesi datar, warna lebih gelap dari normal, berbatas jelas, ukurannya
mulai dari titik sampai bercak beberapa cm. Contoh : pigmentasi pada Addison’s
disease.

- Patch : sama seperti macula tetapi ukurannya lebih luas. Contoh : vitiligo
- Petechiae : Lesi datar bercak warna merah atau keunguan. Berasal dari darah yg
masuk ke subkutan. Lesi ini jika ditekan tetap warna kemerahan. Contoh : Scurvy

- Echimosis : Merupakan ptekie yang luas. Contoh : Trobositopenia Purpura


Tugas Responsi

STOMATITIS, KANDIDIASIS, ANGULAR CHEILITIS DAN VARIASI NORMAL

DALAM RONGGA MULUT

OLEH

ANDI RIZQA ARIFIN

NIM : J111 11 145

BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015
DAFTAR PUSTAKA

1. Harty, F.J. dan R. Ogston. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.
2. Wasiaatmaja, Syarif M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI
Press [halaman 11-15].
3. Langlais, Robert R. dan Craig S. Miller. 1998. Atlas Berwarna Kelainan
Rongga Mulut yang Lazim. Jakarta: Hipokrates.

Anda mungkin juga menyukai