vaginal, dan bercak kering, rambut (baik rambut lengkap dengan akarnya atau hanya batang
rambut), epitel bibir (misal pada puntung rokok), sel buccal, tulang, gigi, saliva dengan
nukleus (pada amplop, perangko, cangkir), urine, feces, kerokan kuku, jaringan otot,
ketombe, sidik jari, atau pada peralatan pribadi dapat digunakan untuk sampel tes DNA,
tetapi yang sering digunakan adalah darah, rambut, usapan mulut pada pipi bagian dalam
(buccal swab), dan kuku. Untuk kasus-kasus forensik, sampel sperma, daging, tulang, kulit,
air liur atau sampel biologis lain yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dapat
dijadikan sampel tes DNA.
Tahapan Pemeriksaan DNA Profiling:
1. Ekstraksi/ Isolasi DNA
Jika jumlah jaringan sedikit, seperti darah, rambut atau kulit, bila perlu dilakukan
penggandaan dengan “Polimerase Chain Reaction” (PCR).
Proses penghancuran sel (lysis) secara kimia dilakukan dengan pemanfaatan senyawa
kimia seperti EDTA (ethilendiamin tetraasetat) sebagai penghancur sel dengan
mengikat ion magnesium, serta SDS (sodium dodesil sulfat) yang merupakan sejenis
deterjen, dapat digunakan unntuk merusak membran sel.
Debris sel yang ditimbulkan akibat proses penghancuran sel dapat dibersihkan dengan
sentrifuge, sehingga yang tertinggal di dasar tabung hanya DNA dan RNA serta
protein (molekul nukleotida). Protein dapat dihilangkan dengan enzim proteinase, dan
RNA dengan RNAase, sehingga DNA dapat diisolasi seutuhnya.
5. Sekuensing
Merupakan proses mengurutkan nukleotida-nukleotida dari hasil amplifikasi PCR.
Sumber :
- Soekry Erfa Kusuma, Ahmad Yudianto., Forensik Molekuler, Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Ed. Kedelapan., FK Unair, 2012.
- Elza Ibrahim., Aplikasi Analisis DNA Dalam Bidang Forensik, FKG UI, 1995