SKRINING PASIEN
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karuniaNya
sehingga penyusunan Panduan Skrining Pasien dapat terselesaikan.
Terimakasih diucapkan kepada seluruh pihak terkait yang telah berperan
dalam membantu penyusunan Panduan Skrining Pasien ini.
Permohonan maaf disampaikan kepada semua pihak apabila dalam
penyusunan Panduan Transportasi Pasien ini masih terdapat kekurangan dan
kekeliruan. Mudah-mudahan semua pihak dapat memaklumi serta dapat
memberikan masukan untuk perbaikan dan kesempurnaan.
Demikian kata pengantar ini kami sampaikan, semoga Panduan
Transportasi Pasien ini dapat berguna dalam upaya meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan di RSUD Trikora Salakan.
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
SURAT KEPUTUSAN............................................................................ iv
BAB I DEFINISI........................................................................... 1
BAB IV DOKUMENTASI................................................................ 15
PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN
RSUD TRIKORA SALAKAN
Jl. Trans Peling Km 5 No. 01 Salakan Kode Pos 94785
Telepon (0462) 2222118, Faks (0462) 2222118
Email : rsudtrikorasalakan@gmail.com
PERATURAN DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TRIKORA SALAKAN
TENTANG
PEDOMAN SKRINING PASIEN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TRIKORA SALAKAN
TAHUN 2018
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM TRIKORA SALAKAN
.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Kesatu: Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Trikora Salakan
tentang Panduan Skrining Pasien di Rumah Sakit Daerah Trikora Salakan
Kedua: Panduan Skrining Pasien Rumah Sakit Daerah Trikora Salakan
tercantum dalam lampiran kebijakan ini
Ketiga: Panduan Skrining Pasien sebagaimana dimaksud dalam diktum
kedua dipergunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan di Rumah Sakit
Daerah Trikora Salakan dalam meningkatkan mutu dan skrining pasien.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di Salakan
Pada tanggal 1 Oktober 2018
Direktur RSUD Trikora Salakan
JAMES H. D PINONTOAN
PANDUAN
SKRINING PASIEN
BAB I
LATAR BELAKANG
Skrining diambil dari kata dalam bahasa inggris yaitu screening yang
mempunyai makna pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat
dari orang yang memiliki keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai
resiko tinggi (Kamus Dorland ed. 25:974). Sehingga skrining dapat dikatakan sebagai
suatu upaya mengidentifikasi penyakit atau kelainan pasien melalui serangkaian tes
berupa pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara tepat sehingga
didapatkan keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien saat kontak pertama,
apakah benar-benar membutuhkan pelayanan sesuai diagnosa dan kondisi pasien.
Keterangan hasil skrining digunakan untuk mengambil keputusan untuk menerima
pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya
dengan menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit.
Skrining dibagi dalam dua area, yaitu pra-hospital dan intra-hospital. Skrining
pra-hospital bisa dilakukan saat pasien belum mencapai rumah sakit, sebelum dirujuk
dari fasilitas kesehatan lain, atau saat akan dilakukan transportasi dengan ambulan dari
luar rumah sakit.
Skrining intra-hospital bisa dilakukan saat pasien telah mencapai rumah sakit.
Baik pada pasien rawat jalan maupun gawat darurat. Pada area rawat jalan, baik tenaga
medis maupun paramedis wajib untuk segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan
bagi pasien yang membutuhkan, baik saat pasien mendaftar di poliklinik maupun
menunggu di ruang tunggu. Skrining pada kasus emergensi atau instalasi gawat darurat
dilaksanakan melalui metode triage, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan
fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imaging sebelumnya. Pengkajian
riwayat pasien dalam proses skrining dilakukan melalui autoanamnesa dan
heteroanamnesa.
BAB III
TATA LAKSANA
1. Skrining Pra-Hospital
Untuk skrining pra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
maupun Instalasi Rawat Jalan (IRJ) melalui interaksi per telepon. Interaksi telepon bisa
datang dari pasien atau keluarga pasien yang mencari informasi dengan melakukan
panggilan ke nomor rumah sakit, atau dari fasilitas kesehatan luar rumah sakit yang
berencana merujuk pasien ke RSUD Trikora Salakan.
Langkah-langkah skrining pra hospital :
A. Instalasi Rawat Jalan
1. Pasien atau keluarga pasien dapat mengakses informasi ketersediaan pelayanan
RSUD Trikora Salakan via telepon ke bagian pendaftaran (Front office)
2. Bagian pendaftaran menginformasikan jenis pelayanan yang ada di IRJ beserta jam
pelayanan, mengidentifikasi dan menginformasikan pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pasien.dan bagaimana cara mengakses pelayanan tersebut /
pendaftaran.
3. Tenaga medis dan paramedis setelah menerima telepon segera mengidentifikasi
kebutuhan pelayanan bagi calon pasien (yang belum terdaftar sebagai pasien)
maupun pasien lama, untuk merencanakan tindak lanjut.
B. Instalasi Gawat Darurat
1. Petugas medis / paramedis yang menerima panggilan telepon dari fasilitas
kesehatan perujuk melakukan skrining per-telepon dengan mencatat semua
informasi yang diperlukan mulai dari kondisi pasien sampai dengan riwayat
penyakit saat ini dan / terdahulu serta rencana tindakan lanjutan yang direncanakan.
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka dilanjutkan dengan proses
pelayanan lanjutan, yaitu pertimbangan fasilitas yang dimiliki oleh rumah sakit
untuk identifikasi kebutuhan pelayanan yang sesuai serta konsultasi dokter jaga
IGD kepada DPJP kasus terkait.
3. Pada kondisi lain, proses skrining pra hospital dilakukan dimulai saat permintaan
penjemputan pasien melalui komunikasi via telepon ataupun keluarga pasien datang
memberikan informasi di Instalasi Gawat Darurat kepada petugas ambulance dan
paramedis serta medis. Skrining dilakukan untuk menentukan tingkat emergensi
dalam persiapan SDM tim ambulance yang akan melakukan penjemputan, maupun
menentukan peralatan yang dibutuhkan dalam penjemputan.
4. Skrining dilakukan setelah tiba di lokasi penjemputan dengan berpatokan pada
penilaian pre transport pasien, dengan menggunakan form transfer pasien. Pada
keadaan khusus dan emergensi seperti kasus kecelakaan dan kondisi pasien tidak
stabil, hasil skrining oleh petugas ambulance dan paramedis yang melakukan
penjemputan pasien dilaporkan via telepon ke petugas medis ( dokter jaga) di
Instalasi Gawat Darurat agar tim di IGD dapat melakukan rencana penanganan
yang dibutuhkan sesuai kebutuhan dan kondisi pasien.
5. Skrining lanjutan yaitu triage, dilakukan setelah tiba di IGD dengan berpatokan
pada pengkajian kondisi pasien. ‘
3. Case Manager
a. Menginformasikan jenis pelayanan yang tersedia di Rumah Sakit Trikora
Salakan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan pasien.
b. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan pelayanan khusus berdasarkan
prioritas kegawatan dan mengkoordinasikan dengan petugas medis.
c. Mengidentifikasi, melakukan komunikasi, dan memberikan solusi jika adanya
hambatan pelayanan kepada pasien dan keluarga pasien.
d. Mengkoordinasikan pembagian ruangan berdasarkan identifikasi ketersediaan
kamar bagi pasien yang membutuhkan rawat inap.
4. Perawat
a. Skrining medis dilakukan oleh tenaga medis (perawat) yang berkontak pertama
dengan pasien
b. Skrining medis oleh perawat dilakukan oleh perawat poli ibu, poli anak, poli
lain-lain, serta perawat yang kontak pertama kali dengan pasien.
c. Ketika kontak pertama kali oleh pasien maka perawat menanyakan keluhan
pasien, sembari melihat kondisi pasien apakah ada kegawatan atau tidak.
d. Berdasarkan keluhan dan kondisi pasien yang didapat maka perawat dapat
mengarahkan apakah pasien dapat melanjutkan untuk memperoleh pelayanan di
poliklinik, perlu memperoleh prioritas pelayanan atau tidak, atau mengarahkan
dan mengantar pasien ke Instalasi Gawat Darurat apabila didapatkan tanda
kegawatan.
5. Dokter
a. Skrining medis dilakukan oleh dokter yang berkontak pertama dengan pasien.
b. Melalui proses skrining diharapkan dapat mengurangi morbiditas atau mortalitas
penyakit dengan penanganan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan.
c. Skrining medis dilakukan melalui kriteria anamnesis, pemeriksaan fisik,
psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing.
d. Pasien hanya diterima apabila rumah sakit dapat menyediakan pelayanan dan
fasilitas yang dibutuhkan pasien rawat inap dan rawat jalan dengan tepat.
Skrining rawat jalan dilakukan oleh dokter dan perawat di rawat jalan. Skrining rawat
jalan meliputi :
a. Kondisi umum pasien
Dinilai dari kesadaran, jalan nafas, pernfasan, dan sirkulasi
o Kesadaran dinilai apakah pasien dalam kondisi sadar penuh (composmentis),
atau apakah pasien mengalami penurunan kesadaran (mulai gelisah, sangat
mengantuk, sampai penurunan kesadaran lebih lanjut)
o Jalan nafas dinilai apakah bebas dari sumbatan, adakah gangguan ataukah ada
kondisi potensial yang akan mengacam patensi jalan nafas.
Contoh kondisi yang mengancam jalan nafas :
1. Pasien bayi/ balita datang dengan batuk pilek, batuk berulang sangat
mengganggu diikuti suara mengorok.
Pernafasan dinilai apakah pernafasan pasien normal atau ada masalah, bahkan
ada resiko distress nafas. Pasien dengan pernafasan yang layak mendapatkan
pelayan di UGD adalah:
1. Penggunaan otot bantu nafas contoh : penggunaan otot sternocleidomastoidea
saat bernafas posisi tripod.
2. Jika dihitung laju pernafasan pasien > 30x/menit untuk pasien dewasa dan
frekuensi pernafasan melebihi normal sesuai batas normal frekuensi
pernapasan sesuai usia pada bayi dan anak.
o Sirkulasi diilai apakah normal atau ada maslah. Pasien dengan sirkulasi drop
yang layak mendapatkan pelayanan di UGD adalah :
1. Pasien yang sangat pucat
2. Pasien yang datang dengan keringat dingin, nadi teraba lemah.
3. Akral dingin
4. Pasien dengan nyeri dada kiri, curiga iskemik jantung
5. Pasien dengan nyeri ulu hati, disertai keringat dingin, nadi lemah
6. Pasien dengan perdarahan sedang – hebat di dalamnya perdarah pervaginam
b. Penilaian nyeri
Penilaian nyeri menggunakan wong baker face pain sating scale. Pasien dengan nilai
nyeri ≥ 8 layak mendapakan pelayanan UGD
c. Skrining batuk
Pasien di wawancara sederhana apakah sedang batuk, berapa lama pasien batuk, apakah
sedang dalam pengobatan TBC atau tidak. Pasien yang batuk semua diberikan masker
wajah, sedangkan pasien yang batuk ≥ dua minggu diarahkan untuk memperoleh
prioritas pelayanan untuk mengurangi resiko penularan infeksi air bone. Pasien yang
dengan TBC diarahkan ke jalur fast track ke poli.
d. Skrining pasien jatuh
Skrining resiko jatuh dilakukan menggunakan alat bantu Get Up and Go Test:
1. Pengkajian
No Penilaian Pengkajian YA TIDAK
1. Cara berjalan pasien (salah satu/lebih)
1. Tidak seimbang/ sempoyongan/limbung
2. Jalan mengguanakan alat bantu
( tripod /kursi roda/ orang lain)
2. Menompang saat akan duduk: tampak
memegang pinggiran kursi/ meja/ benda lain
2. Hasil
No Pengkajian Hasil Tindakan
1 Jika 1 dan 2 Tidak Resiko rendah Tidak ada tindakan
2 Jika 1 atau 2 YA Resiko sedang Edukasi
3 Jika 1 dan 2 YA Resiko tinggi Edukasi dan pasang
gelang resiko jatuh
Empiema
Efusi pleural massif
Sesak nafas berat TB paru
milier
Meningitis TB
Rehabilitatif
Adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi
/ mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang baru sembuh
dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan kecacatan
(tertiary prevention)
Contoh tindakan rehabilitative adalah fisioterapi
Tindakan fisioterapi bias dilakukan dengan rawat jalan (tidak memerlukan
rawat inap), kecuali pada terdapat kasus penyerta sebagai contoh pengerjaan
fisioterapi untuk pemulihan pasca operasi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam melengkapi proses skrining :
1. Kasus Anak
a. Pemeriksaan Hematologi : Darah Tepi (Hemoglobin, Hematrokrit, Leukosit,
Trombosit, HitungJenis)
b. Pemeriksaan Urinalisa
c. Widal (sesuai kasus)
2. Kasus Umum
a. Hematologi/Darah Lengkap : Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit,
Trombosit, Eritrosit, dan Hitung Jenis.
b. Glukosa darah sewaktu ( sesuai kasus )
c. Kimia Klinik Standar : Creatinin, SGPT ( Sesuai kasus )
d. Urinalisis Lengkap (sesuai kasus)
e. EKG (untuk pasien jantung , pasien dewasa usia > 40 tahun & sesuai
indikasi )
f. Pemeriksaan Radiologi : Foto Rontgen Thorax (sesuai kasus)
3. Perawatan Geriatri
a. Darah Tepi (Hemoglobin, Hematrokrit, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis)
b. Glukosa darah sewaktu
c. Kimia Klinik Standar : Creatinin, SGPT
d. Urinalisis Lengkap (sesuai kasus)
e. EKG, Rontgen Thorax (sesuai kasus)
4. Perawatan Perinatologi
a. Hematologi Rutin & Golongan darah (sesuai indikasi)
b. Glukosa darah sewaktu ( sesuai indikasi )
c. Radiologi : Thoracoabdomen. ( sesuai indikasi )
DOKUMENTASI
1. Rekam medis
2. Formulir skrining pasien rawat jalan
3. SPO skrining pasien rawat jalan
4. SPO skrining pasien rawat inap
5. SPO Rujukan pasien