Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN

SKRINING PASIEN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TRIKORA SALAKAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karuniaNya
sehingga penyusunan Panduan Skrining Pasien dapat terselesaikan.
Terimakasih diucapkan kepada seluruh pihak terkait yang telah berperan
dalam membantu penyusunan Panduan Skrining Pasien ini.
Permohonan maaf disampaikan kepada semua pihak apabila dalam
penyusunan Panduan Transportasi Pasien ini masih terdapat kekurangan dan
kekeliruan. Mudah-mudahan semua pihak dapat memaklumi serta dapat
memberikan masukan untuk perbaikan dan kesempurnaan.
Demikian kata pengantar ini kami sampaikan, semoga Panduan
Transportasi Pasien ini dapat berguna dalam upaya meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan di RSUD Trikora Salakan.

Salakan, Oktober 2018


Direktur RSUD Trikora Salakan

dr. James H.D Pinontoan


NIP 1977012005011007
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

KATA PENGANTAR.............................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................... iii

SURAT KEPUTUSAN............................................................................ iv

BAB I DEFINISI........................................................................... 1

BAB II RUANG LINGKUP............................................................ 3

BAB III TATA LAKSANA................................................................ 8

BAB IV DOKUMENTASI................................................................ 15
PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN
RSUD TRIKORA SALAKAN
Jl. Trans Peling Km 5 No. 01 Salakan Kode Pos 94785
Telepon (0462) 2222118, Faks (0462) 2222118
Email : rsudtrikorasalakan@gmail.com
PERATURAN DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TRIKORA SALAKAN
TENTANG
PEDOMAN SKRINING PASIEN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TRIKORA SALAKAN
TAHUN 2018
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM TRIKORA SALAKAN

Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu


pelayanan kepada masyarakat, memberikan
kepastian dan perlindungan hukum kepada para
petugas dalam melaksanakan tugas, perlu dibuat
dokumen di Rumah Sakit Umum Daerah Trikora
Salakan yang memenuhi kaidah hukum yang
berlaku di Indonesia
2. Bahwa untuk mewujudkan skrining pasien di
lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Trikora
Salakan, dipandang perlu membuat suatu
Panduan;
3. Bahwa acuan sebagaimana dimaksud dalam huruf
b di atas, disusun dalam bentuk Pedoman skrining
pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Trikora
Salakan yang ditetapkan Direktur Utama Rumah
Sakit Umum Daerah Trikora Salakan.

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9


Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 191/MENKES/PER/VIII/2011
Tentang Skrining Pasien Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun
2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269Tahun
2008 tentang Rekam Medis
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 374/Menkes/SK/V/2009
tentang Sistem Kesehatan Nasional

.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Kesatu: Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Trikora Salakan
tentang Panduan Skrining Pasien di Rumah Sakit Daerah Trikora Salakan
Kedua: Panduan Skrining Pasien Rumah Sakit Daerah Trikora Salakan
tercantum dalam lampiran kebijakan ini
Ketiga: Panduan Skrining Pasien sebagaimana dimaksud dalam diktum
kedua dipergunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan di Rumah Sakit
Daerah Trikora Salakan dalam meningkatkan mutu dan skrining pasien.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Salakan
Pada tanggal 1 Oktober 2018
Direktur RSUD Trikora Salakan

dr. James H. D Pinontoan


Direktur RSUD Trikora Salakan
JAMES H.D PINONTOAN

LAMPIRAN: PANDUAN SKRINING PASIEN

Nomor : 00 / / RST /ARK/ 2018

Tanggal : OKTOBER 2018

Direktur RSUD Trikora Salakan

JAMES H. D PINONTOAN

PANDUAN

SKRINING PASIEN
BAB I

LATAR BELAKANG

Rumah sakit seharusnya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah sakit


merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional
dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu
kontinuitas pelayanan. Pelayanan yang terintegrasi ini bertujuan untuk menyelaraskan
kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di
rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan
tindakan selanjutnya. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien selain
meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga, juga akan meningkatkan mutu pelayanan
serta mengoptimalkan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit
dan biaya pelayanan.
Skrining merupakan metode untuk mengetahui kebutuhan pelayanan pasien
secara cermat dan tepat. Untuk itu, dibutuhkan pengumpulan informasi yang memadai
di saat pasien pertama kali mengakses pelayanan baik pre-hospital maupun intra-
hospital. Informasi yang dikumpulkan saat proses skrining pasien membantu dalam
pengambilan keputusan yang sesuai tentang kriteria pasien, yaitu mana yang dapat
dilayani dan mana yang tidak mampu dilayani, dengan mempertimbangkan fasilitas
yang dimiliki di rumah sakit Trikora Salakan.
Skrining dibagi dalam dua cara, yaitu pra-hospital dan intra-hospital. Keputusan
untuk menerima pasien yang melewati skrining pra-hospital ini harus disertai kepastian
bahwa pasien akan mendapatkan pelayanan di rumah sakit yang dituju, dengan
identifikasi pelayanan yang ada di rumah sakit tujuan, sehingga akan dapat
meminimalisir rujukan berulang ke rumah sakit lainnya kembali, menurunkan
keterlambatan pelayanan, mengurangi mortalitas dan morbiditas, mengurangi biaya
yang dibebankan kepada pasien, serta meningkatkan kenyamanan pasien.
Skrining intra-hospital bisa dilakukan saat pasien telah mencapai rumah sakit.
Baik pada pasien rawat jalan maupun gawat darurat. Dalam melakukan proses skrining
bagi pasien yang membutuhkan pelayanan gawat darurat dilaksanakan dengan metode
triage yang didalamnya terdapat pemeriksaan fisik, psikologik dan diagnostik
penunjang. Dokter melakukan pelayanan medis, identifikasi kebutuhan pelayanan
khusus, menerima konsultasi dan penilaian keputusan pasien apakah di rawat inap-kan,
dipulangkan atau dirujuk.
BAB II
RUANG LINGKUP

Skrining diambil dari kata dalam bahasa inggris yaitu screening yang
mempunyai makna pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat
dari orang yang memiliki keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai
resiko tinggi (Kamus Dorland ed. 25:974). Sehingga skrining dapat dikatakan sebagai
suatu upaya mengidentifikasi penyakit atau kelainan pasien melalui serangkaian tes
berupa pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara tepat sehingga
didapatkan keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien saat kontak pertama,
apakah benar-benar membutuhkan pelayanan sesuai diagnosa dan kondisi pasien.
Keterangan hasil skrining digunakan untuk mengambil keputusan untuk menerima
pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya
dengan menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit.
Skrining dibagi dalam dua area, yaitu pra-hospital dan intra-hospital. Skrining
pra-hospital bisa dilakukan saat pasien belum mencapai rumah sakit, sebelum dirujuk
dari fasilitas kesehatan lain, atau saat akan dilakukan transportasi dengan ambulan dari
luar rumah sakit.
Skrining intra-hospital bisa dilakukan saat pasien telah mencapai rumah sakit.
Baik pada pasien rawat jalan maupun gawat darurat. Pada area rawat jalan, baik tenaga
medis maupun paramedis wajib untuk segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan
bagi pasien yang membutuhkan, baik saat pasien mendaftar di poliklinik maupun
menunggu di ruang tunggu. Skrining pada kasus emergensi atau instalasi gawat darurat
dilaksanakan melalui metode triage, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan
fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imaging sebelumnya. Pengkajian
riwayat pasien dalam proses skrining dilakukan melalui autoanamnesa dan
heteroanamnesa.

BAB III
TATA LAKSANA

1. Skrining Pra-Hospital
Untuk skrining pra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
maupun Instalasi Rawat Jalan (IRJ) melalui interaksi per telepon. Interaksi telepon bisa
datang dari pasien atau keluarga pasien yang mencari informasi dengan melakukan
panggilan ke nomor rumah sakit, atau dari fasilitas kesehatan luar rumah sakit yang
berencana merujuk pasien ke RSUD Trikora Salakan.
Langkah-langkah skrining pra hospital :
A. Instalasi Rawat Jalan
1. Pasien atau keluarga pasien dapat mengakses informasi ketersediaan pelayanan
RSUD Trikora Salakan via telepon ke bagian pendaftaran (Front office)
2. Bagian pendaftaran menginformasikan jenis pelayanan yang ada di IRJ beserta jam
pelayanan, mengidentifikasi dan menginformasikan pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pasien.dan bagaimana cara mengakses pelayanan tersebut /
pendaftaran.
3. Tenaga medis dan paramedis setelah menerima telepon segera mengidentifikasi
kebutuhan pelayanan bagi calon pasien (yang belum terdaftar sebagai pasien)
maupun pasien lama, untuk merencanakan tindak lanjut.
B. Instalasi Gawat Darurat
1. Petugas medis / paramedis yang menerima panggilan telepon dari fasilitas
kesehatan perujuk melakukan skrining per-telepon dengan mencatat semua
informasi yang diperlukan mulai dari kondisi pasien sampai dengan riwayat
penyakit saat ini dan / terdahulu serta rencana tindakan lanjutan yang direncanakan.
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka dilanjutkan dengan proses
pelayanan lanjutan, yaitu pertimbangan fasilitas yang dimiliki oleh rumah sakit
untuk identifikasi kebutuhan pelayanan yang sesuai serta konsultasi dokter jaga
IGD kepada DPJP kasus terkait.
3. Pada kondisi lain, proses skrining pra hospital dilakukan dimulai saat permintaan
penjemputan pasien melalui komunikasi via telepon ataupun keluarga pasien datang
memberikan informasi di Instalasi Gawat Darurat kepada petugas ambulance dan
paramedis serta medis. Skrining dilakukan untuk menentukan tingkat emergensi
dalam persiapan SDM tim ambulance yang akan melakukan penjemputan, maupun
menentukan peralatan yang dibutuhkan dalam penjemputan.
4. Skrining dilakukan setelah tiba di lokasi penjemputan dengan berpatokan pada
penilaian pre transport pasien, dengan menggunakan form transfer pasien. Pada
keadaan khusus dan emergensi seperti kasus kecelakaan dan kondisi pasien tidak
stabil, hasil skrining oleh petugas ambulance dan paramedis yang melakukan
penjemputan pasien dilaporkan via telepon ke petugas medis ( dokter jaga) di
Instalasi Gawat Darurat agar tim di IGD dapat melakukan rencana penanganan
yang dibutuhkan sesuai kebutuhan dan kondisi pasien.
5. Skrining lanjutan yaitu triage, dilakukan setelah tiba di IGD dengan berpatokan
pada pengkajian kondisi pasien. ‘

2. Skrining Intra Hospital

1. Petugas Non Medis (Satpam, Administrasi, dan Petugas lain)


a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Mengamati pasien yang masuk ke dalam ruang lingkup RSUD Trikora Salakan,
bila melihat ada pasien yang terlihat kegawatan seperti ; sesak, nyeri perut hebat,
lemas, pucat, muntah-muntah dll. Maka petugas membantu pasien dan
mengarahkan ke IGD untuk dilakukan Triage di IGD.
c. Bila ada pasien membutuhkan bantuan, petugas non medis menanyakan keluhan
pasien tersebut (sambil melihat apakah ada kegawatan atau tidak pada pasien).
Bila ada kegawatan pasien dibantu dan diarahkan ke IGD dan bila tidak ada
kegawatan dan pasien ingin berobat diarahkan ke bagian pendaftaran.
d. Bila petugas melihat kegawatan yang berhubungan dengan kehamilan seperti;
ketuban pecah, perdarahan, kontraksi dll, maka petugas membantu pasien agar
dapat dibawa ke IGD dan ditindak lanjuti oleh bidan atau dokter yang bertugas.
e. Bila terdapat pasien kecelakaan, maka petugas diharapkan membantu pasien
hingga sampai ke IGD atau petugas menghubungi perawat IGD agar perawat
IGD dapat mengevakuasi pasien dengan benar.

 Instalasi Rawat Jalan


2. Front Office (FO)
a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Menanyakan tujuan kedatangan pasien dan memberikan penjelasan tentang
jenis-jenis pelayanan, waktu pelayanan dan nama dokter praktek di RSUD
Trikora Salakan
c. Melakukan skrining berdasarkan atas keluhan pasien, atau secara visual
dicurigai ada kegawatan dan mendokumentasikan dalam lembar skrining pasien
rawat jalan pada rekam medis
d. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perhatian khusus semisal usia
lanjut, handicap/berkebutuhan khusus dan mengkoordinasikan dengan case
manager.
e. Bila ada kegawatan diminta untuk segera masuk ke IGD agar dapat ditindak
lanjuti oleh perawat atau dokter jaga yang bertugas saat itu (Triage).
f. Bila pasien hamil dan mempunyai keluhan di sekitar kehamilan dan
menunjukkan tanda membutuhkan pelayanan segera, contoh; Ketuban pecah,
kontraksi, perdarahan dll, maka pasien diminta untuk ke IGD agar dapat
ditindaklanjuti oleh bidan atau dokter jaga yang bertugas saat itu.
g. Bila terdapat pasien kecelakaan, maka petugas menghubungi perawat IGD agar
perawat IGD dapat mengevakuasi pasien dengan benar.

3. Case Manager
a. Menginformasikan jenis pelayanan yang tersedia di Rumah Sakit Trikora
Salakan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan pasien.
b. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan pelayanan khusus berdasarkan
prioritas kegawatan dan mengkoordinasikan dengan petugas medis.
c. Mengidentifikasi, melakukan komunikasi, dan memberikan solusi jika adanya
hambatan pelayanan kepada pasien dan keluarga pasien.
d. Mengkoordinasikan pembagian ruangan berdasarkan identifikasi ketersediaan
kamar bagi pasien yang membutuhkan rawat inap.

4. Perawat
a. Skrining medis dilakukan oleh tenaga medis (perawat) yang berkontak pertama
dengan pasien
b. Skrining medis oleh perawat dilakukan oleh perawat poli ibu, poli anak, poli
lain-lain, serta perawat yang kontak pertama kali dengan pasien.
c. Ketika kontak pertama kali oleh pasien maka perawat menanyakan keluhan
pasien, sembari melihat kondisi pasien apakah ada kegawatan atau tidak.
d. Berdasarkan keluhan dan kondisi pasien yang didapat maka perawat dapat
mengarahkan apakah pasien dapat melanjutkan untuk memperoleh pelayanan di
poliklinik, perlu memperoleh prioritas pelayanan atau tidak, atau mengarahkan
dan mengantar pasien ke Instalasi Gawat Darurat apabila didapatkan tanda
kegawatan.

5. Dokter
a. Skrining medis dilakukan oleh dokter yang berkontak pertama dengan pasien.
b. Melalui proses skrining diharapkan dapat mengurangi morbiditas atau mortalitas
penyakit dengan penanganan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan.
c. Skrining medis dilakukan melalui kriteria anamnesis, pemeriksaan fisik,
psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing.
d. Pasien hanya diterima apabila rumah sakit dapat menyediakan pelayanan dan
fasilitas yang dibutuhkan pasien rawat inap dan rawat jalan dengan tepat.

6. Petugas Laboratorium, Radiologi dan Fisioterapi.


a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Mengamati setiap pasien yang mau melakukan pemeriksaan laboratorium dan
rontgen, petugas dapat melakukan pemeriksaan pasien seperti suhu dan nadi,
bila pasien terlihat kegawatan seperti; nyeri hebat, pucat, lemas, sesak, demam,
nadi lemah dll, maka tanyakan keluhan pasien dan sudah berobat atau belum.
c. Bila pasien belum berobat dan datang hanya untuk pemeriksaan maka sarankan
pasien agar berobat ke IGD agar mendapatkan pengobatan dan tindak lanjut di
IGD.
d. Bila pasien telah berobat, maka sarankan pasien ke IGD untuk penanganan
kegawatannya, sehingga dokter IGD dapat berkoordinasi dengan DPJP untuk
kegawatan pasien agar dapat ditindaklanjuti.
e. Setiap pasien yang diarahkan ke IGD, petugas diharapkan membantu pasien
hingga sampai ke IGD, dengan menggunakan kursi roda bila diperlukan.

Skrining rawat jalan dilakukan oleh dokter dan perawat di rawat jalan. Skrining rawat
jalan meliputi :
a. Kondisi umum pasien
Dinilai dari kesadaran, jalan nafas, pernfasan, dan sirkulasi
o Kesadaran dinilai apakah pasien dalam kondisi sadar penuh (composmentis),
atau apakah pasien mengalami penurunan kesadaran (mulai gelisah, sangat
mengantuk, sampai penurunan kesadaran lebih lanjut)
o Jalan nafas dinilai apakah bebas dari sumbatan, adakah gangguan ataukah ada
kondisi potensial yang akan mengacam patensi jalan nafas.
Contoh kondisi yang mengancam jalan nafas :
1. Pasien bayi/ balita datang dengan batuk pilek, batuk berulang sangat
mengganggu diikuti suara mengorok.
Pernafasan dinilai apakah pernafasan pasien normal atau ada masalah, bahkan
ada resiko distress nafas. Pasien dengan pernafasan yang layak mendapatkan
pelayan di UGD adalah:
1. Penggunaan otot bantu nafas contoh : penggunaan otot sternocleidomastoidea
saat bernafas posisi tripod.
2. Jika dihitung laju pernafasan pasien > 30x/menit untuk pasien dewasa dan
frekuensi pernafasan melebihi normal sesuai batas normal frekuensi
pernapasan sesuai usia pada bayi dan anak.
o Sirkulasi diilai apakah normal atau ada maslah. Pasien dengan sirkulasi drop
yang layak mendapatkan pelayanan di UGD adalah :
1. Pasien yang sangat pucat
2. Pasien yang datang dengan keringat dingin, nadi teraba lemah.
3. Akral dingin
4. Pasien dengan nyeri dada kiri, curiga iskemik jantung
5. Pasien dengan nyeri ulu hati, disertai keringat dingin, nadi lemah
6. Pasien dengan perdarahan sedang – hebat di dalamnya perdarah pervaginam
b. Penilaian nyeri
Penilaian nyeri menggunakan wong baker face pain sating scale. Pasien dengan nilai
nyeri ≥ 8 layak mendapakan pelayanan UGD

c. Skrining batuk
Pasien di wawancara sederhana apakah sedang batuk, berapa lama pasien batuk, apakah
sedang dalam pengobatan TBC atau tidak. Pasien yang batuk semua diberikan masker
wajah, sedangkan pasien yang batuk ≥ dua minggu diarahkan untuk memperoleh
prioritas pelayanan untuk mengurangi resiko penularan infeksi air bone. Pasien yang
dengan TBC diarahkan ke jalur fast track ke poli.
d. Skrining pasien jatuh
Skrining resiko jatuh dilakukan menggunakan alat bantu Get Up and Go Test:
1. Pengkajian
No Penilaian Pengkajian YA TIDAK
1. Cara berjalan pasien (salah satu/lebih)
1. Tidak seimbang/ sempoyongan/limbung
2. Jalan mengguanakan alat bantu
( tripod /kursi roda/ orang lain)
2. Menompang saat akan duduk: tampak
memegang pinggiran kursi/ meja/ benda lain

2. Hasil
No Pengkajian Hasil Tindakan
1 Jika 1 dan 2 Tidak Resiko rendah Tidak ada tindakan
2 Jika 1 atau 2 YA Resiko sedang Edukasi
3 Jika 1 dan 2 YA Resiko tinggi Edukasi dan pasang
gelang resiko jatuh

 Instalasi Gawat Darurat


Skrining berdasarkan triase berbasis bukti yang akan dibahas secara khusus pada
panduaan triase pasien.
 Instalasi Rawat Inap
 Kebutuhan pasien yang berkenaan dengan pelayanan preventif, kuratif,
rehabilitative dan paliatif dan isolasi diprioritaskan
 Skrining pasien indikasi rawat inap dapat dilakukan oleh dokter umum melalui
UGD/Poliklinik umum dan oleh dokter spesialis
 pasien akan masuk pada criteria kuratif, preventif, rehabilitative, pasien indikasi
rawat inap, memerlukan kamar isolasi atau dapat berobat jalan.
Kuratif:
Upaya merupakan serangkaian kegiatan pengobatan yang ditunjukan untuk
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit. Pasien kuratif
indikasi rawat inap:
Diagnosa Indikasi
Epistaksis 1. Perdarahan massif
2. Hipertensi tak terkontrol
3. observasi perdarahan lanjut
Prolonged pregnancy Hamil ≥ 41 minggu
Myoma uteri 1. Ukuran myoma uteri ≥ 8 cm
2. Telah terjadi perdarahan berulang
3. Hb ≤ 8,0 mg/dl
Pre eclampsia 1. Tekanan darah ≥ 160/110
2. Proteinuria ≥ + 2
3. Terdapat tanda awal kejang
4. IUGR
5. Peningkatan SGPT/SGOT
Abortus 1. Perdarahan ≥ 150 cc
2. Keluar jaringan
3. Syok hemoragis
Hiperemesis gravidarum 1. Keton urin +
2. Keadaan umum lemah
3. Intake makan tidak adekuat
Abnormal uterine bleeding 1. Hb ≤ 8 mg/dl
Atau di atas 8 mg/dl dengan
perdarahan yang masih aktif
DBD 1. Trombosit < 100.000
2. Tekanan darah < 100/70 mmHg
(presyok)
3. Perdarahan spontan
4. Muntah
Dispepsia 1. Muntah
2. Nyeri dada karena gastro esophageal
reflux desease
3. Dehidrasi
Diare 1. Dehidrasi Ringan – sedang pada
anak yang disertai muntah
2. Dehidrasi sedang – berat
3. Muntah sampai tidak ada obat yang
bias masuk
4. Pre-syok TD <100/60
Asma 1. Keluhan tidak membaik dengan 2x
nebulizer
2. Respirasi rate >30 pada dewasa,
frekuensi pernafasan melebihi normal
sesuai batas normal frekuensi
pernapasan sesuai usia pada bayi dan
anak.
 Pasien yang memerlukan tindakan kuratif tapi tidak masuk indikasi rawat
inap, dokter wajib memberikan pendidikan kesehatan dan didokumentasikan
dalam form instruksi pasien pulang
 Selanjutkan form tersebut akan dibawa pulang dan menjadi pedoman
perawatan pasien dan keluarga dirumah
Preventif:
Preventif adalah upaya mencegah suatu penyakit / deteksi dini factor resiko:
- Pemeriksaan kesehatan dilakukan berkala (pemeriksaan kehamilan, balita)
- Deteksi dini kasus, factor resiko maternal dan balita
- Imunisasi/vaksin pada bayi, anak, hamil dan dewasa
Dokter atau perawat wajib memberikan informasi penjadwalan control/imunisasi
lanjutan.
Paliatif:
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup. Pasien
paliatif yang masuk indikasi rawat inap:
Diagnosa Indikasi
Congestif heart failure 1. Edema perifer
2. Dyspneu
3. Pembesaran hati
4. Emboli paru
5. kardiomiopati
6. Disritmia
Chronic kidney disease/CKD 1. Mual, muntah berlebihan
2. Perubahan status mental
3. Sesak nafas
4. Asidosis

Skrining dilakukan oleh dokter umum di poliklinik umum atau IGD atau dokter
spesialis
o Jika ada indikasi rawat inap, perawat wajib melakuakn konfirmasi ke dokter
apakah pasien memerlukan ruang khusus ICU, Isolasi
o Perawat menghubungi bagian pendaftar rawat inap, melakukan konfirmasi
ketersediaan ruang yang dibutuhkan pasien.
o Jika ruang perawatan positif tersedia, perawat mengarahkan keluarga pasien
untuk mendaftar rawat inap.
Isolasi / indikasi masuk rumah sakit:
 Ruang isolasi adalah ruangan khusus di rumah sakit yang merawat pasien
dengan kondisi medis tertentu, terpisah dari pasien lain untuk mencegah
penyebaran penyakit dan mengurangi resiko terhadap pemberian pelayanan
kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau
memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas
kesehatan.
 Perawat wajib melakukan konfirmasi bagian pendaftaran rawat inap
ketersediaan ruang isolasi
 Jiaka ruang khusus isolasi tidak tersedia, maka pasien indikasi rawat inap
dengan isolasi harus ditempatkan di ruang yang setidaknya hanya 1 pasien
dalam satu kamar.
 Ruang isolasi yang setelah digunakan oleh pasien dengan resiko penularan
infeksi tinggi, tidak bisa digunakan pada pasien immucompromise sebelum
ruang dinyatakan steril.
Diagnosa Kriteria
TBC
 Batuk berdarah
 Keadaan umum buruk
 Pneumothoraks

 Empiema
 Efusi pleural massif
 Sesak nafas berat TB paru
milier
 Meningitis TB

Tetanus Semua grade tetanus


Pasien immunodefisiensi dan
penyakit menular lainnya
 Demam
Kondisi pasien immunocompromise (  Ada infeksi tumpangan
ex: pansitopenia, keganasan post
kemoterapi)

Rehabilitatif
 Adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi
/ mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang baru sembuh
dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan kecacatan
(tertiary prevention)
 Contoh tindakan rehabilitative adalah fisioterapi
 Tindakan fisioterapi bias dilakukan dengan rawat jalan (tidak memerlukan
rawat inap), kecuali pada terdapat kasus penyerta sebagai contoh pengerjaan
fisioterapi untuk pemulihan pasca operasi

Skrining sebelum dirujuk


 Dokter dan perawat melakukan penilaian visual, anamnesa, dan melakukan
vital sign
 Perawat dan dokter memastikan apakah fasilitas RS dapat mendukung upaya
pertolongan pasien
 Dokter melakukan pemeriksaan penunjang minimal sebelum diputuskan
rawat inap atau rujuk
 Jika pasien memenuhi criteria untuk dirujuk, maka dokter atau perawat
wajib memastikan apakah pasien dalam keadaan stabil untuk dirujuk
 Perawat memsatikan adanya ruang/tempat di RS rujukan
 Dokter dan perawat melengkapi rekam medis pasien yang kemudian harus
dibawa saat merujuk pasien
 Perawat memastikan kesiapan ambulan berserta peralatan medis yang
diperlukan untuk merujuk pasien
 Petugas yang mengantar pasien ketempat rujukan adalah petugas yang
terampil dalam batuan hidup dasar, transport pasien dan skrining pasien
 Semua kegiatan harus terdokumentasi dengan baik

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam melengkapi proses skrining :
1. Kasus Anak
a. Pemeriksaan Hematologi : Darah Tepi (Hemoglobin, Hematrokrit, Leukosit,
Trombosit, HitungJenis)
b. Pemeriksaan Urinalisa
c. Widal (sesuai kasus)
2. Kasus Umum
a. Hematologi/Darah Lengkap : Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit,
Trombosit, Eritrosit, dan Hitung Jenis.
b. Glukosa darah sewaktu ( sesuai kasus )
c. Kimia Klinik Standar : Creatinin, SGPT ( Sesuai kasus )
d. Urinalisis Lengkap (sesuai kasus)
e. EKG (untuk pasien jantung , pasien dewasa usia > 40 tahun & sesuai
indikasi )
f. Pemeriksaan Radiologi : Foto Rontgen Thorax (sesuai kasus)
3. Perawatan Geriatri
a. Darah Tepi (Hemoglobin, Hematrokrit, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis)
b. Glukosa darah sewaktu
c. Kimia Klinik Standar : Creatinin, SGPT
d. Urinalisis Lengkap (sesuai kasus)
e. EKG, Rontgen Thorax (sesuai kasus)
4. Perawatan Perinatologi
a. Hematologi Rutin & Golongan darah (sesuai indikasi)
b. Glukosa darah sewaktu ( sesuai indikasi )
c. Radiologi : Thoracoabdomen. ( sesuai indikasi )

5. Perawatan Pre Operatif


a. Untuk Golongan Operasi Kecil / Sedang :
- Hematologi Rutin,
- Gula darah sewaktu
- CT/BT ( sesuai indikasi )
b. Untuk Golongan Operasi Besar :
- Hematologi Rutin
- Golongan Darah dan Rhesus
- CT/BT
- Creatinin (sesuai indikasi)
- SGOT /SGPT (sesuai indikasi)
- Glukosa Darah sewaktu
- Urine Lengkap (sesuai indikasi)
- Rontgen : Foto Thorax
- EKG
- Konsul Pre Operatif : dokter Spesialis penyakit dalam (sesuai indikasi)
& dokter Spesialis Anestesi
BAB IV

DOKUMENTASI

Adapun dokumentasi untuk skrining pasie adalah :

1. Rekam medis
2. Formulir skrining pasien rawat jalan
3. SPO skrining pasien rawat jalan
4. SPO skrining pasien rawat inap
5. SPO Rujukan pasien

Anda mungkin juga menyukai