Anda di halaman 1dari 3

 Target atau sasaran inflasi merupakan tingkat inflasi yang harus

dicapai oleh Bank Indonesia, berkoordinasi dengan Pemerintah.


Penetapan sasaran inflasi berdasarkan UU mengenai Bank Indonesia
dilakukan oleh Pemerintah. Dalam Nota Kesepahaman antara
Pemerintah dan Bank Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan untuk tiga
tahun ke depan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK).
Berdasarkan PMK No.93/PMK.011/2014 tentang Sasaran Inflasi tahun
2016, 2017, dan 2018 tanggal 21 Mei 2014 sasaran inflasi yang
ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2016 – 2018, masing-
masing sebesar 4%, 4%, dan 3,5% , dengan deviasi masing-masing
±1%. Sementara, sasaran inflasi 2019-2021 ditetapkan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan No. 124/PMK.010/2017, masing-masing
sebesar 3,5%, 3,0% dan 3,0%, dengan deviasi masing-masing ±1%.

Sasaran inflasi tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi


pelaku usaha dan masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya
ke depan sehingga tingkat inflasi dapat diturunkan pada tingkat yang
rendah dan stabil. Bank Indonesia dan Pemerintah senantiasa
berkomitmen untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan tersebut
melalui koordinasi kebijakan yang konsisten dengan sasaran inflasi
tersebut. Salah satu upaya pengendalian inflasi menuju inflasi yang
rendah dan stabil adalah dengan membentuk dan mengarahkan
ekspektasi inflasi masyarakat agar mengacu (anchor) pada sasaran
inflasi yang telah ditetapkan (Lihat Peraturan Menteri Keuangan
tentang sasaran inflasi 2016, 2017, dan 2018 dan Peraturan Menteri
Keuangan tentang sasaran inflasi 2019, 2020, dan 2021)

Angka target atau sasaran inflasi dapat dilihat pada web site
Bank Indonesia atau web site instansi Pemerintah lainnya seperti
Departemen Keuangan, Kantor Menko Perekonomian, atau Bappenas.
Sebelum UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, sasaran
inflasi ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sementara setelah UU
tersebut, dalam rangka meningkatkan kredibilitas Bank Indonesia
maka sasaran inflasi ditetapkan oleh Pemerintah.
Berdasarkan data Pasar Palmerah, sejak 14 Agustus 2018, harga daging sapi
has dan daging sapi murni masing-masing Rp120.000 per kg dan Rp115.000
per kg. Harga tersebut masih belum berubah hingga tanggal 21 Agustus
2018 lalu.

"Kalau ada peningkatan paling tinggi itu Rp10.000 hingga Rp15.000 per kg,
[dan itu terjadi dua tahun lalu], tapi untuk tahun ini ngak terjadi, karena
pasokan dan permintaan aman," katanya.

Lagipula, Mahardika mengatakan, masyarakat kelas menengah bawah


Jakarta tidak akan mendapat gejolak yang begitu besar karena telah
memiliki Kartu Jakarta Pintar (KJP), yang mana mereka bisa menarik
daging, ikan, ayam, beras, susu dan telur.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang


Penting Kementerian Perdagnagan Ninuk Rahayuningrum mengatakan, tidak
akan ada kenaikan harga pada daging sapi.

Menurutnya, harga normal daging saat ini sudah tergolong tinggi, dan sulit
untuk naik lebih tinggi lagi. "Harga akan stabil pasca-Iduladha, tetapi
memang dia stabil tinggi," katanya.

Khusus pasca-Iduladha, dia menjelaskan, rumah pemotongan hewan (RPH)


akan lebih sedikit memotong daging. Hal tersebut dikarenakan hampir
seluruh masyarakat sudah memiliki pasokan daging yang cukup.

"Jika ada kenaikan harga karena memang RPH mengurangi pasokan,


lagipula permintaan daging masyarakat pasca lebaran akan turun, jadi tidak
akan ada masalah," tuturnya.

Jenis Sapi Harga (PerKG)


primary cut kualitas bagus Rp 120.000 – Rp130.000
daging dadu, dan daging giling Rp 40.000 – Rp 60.000
daging variasi Rp 65.000 – Rp 100.000 per kg.
Source by : infopasar.com 18 september 2018
Berikut proyeksi pemerintah atas kinerja APBN selama semester II-2018:

- Pertumbuhan Ekonomi APBN 5,4%, proyeksi semester II-2018 5,3% maka


satu tahun penuh sebesar 5,2%

- Inflasi APBN 3,5%, realisasi proyeksi II-2018 3,5% maka satu tahun penuh
sebesar 3,5%

- Nilai Tukar APBN, Rp 13.400, proyeksi semester II-2018 rata-rata Rp


14.200 per US$ maka sampai akhir tahun Rp 13.973 per US$

- SPN 3 bulan APBn 5,2%, proyeksi semester II-2018 5,6% maka satu tahun
penuh 5,0%

- Harga minyak dunia APBN US$ 48 per barel, proyeksi semester II-2018
rata-rata US$ 73 per barel maka satu tahun penuh US$ 70 per barel

- Lifting minyak APBN 800 ribu barel per hari (bph), proyeksi semester II-
2018 792 ribu bph maka satu tahun penuh 775 ribu bps

- Lifting gas APBN 1,20 juta barel setara minyak, proyeksi semester II-2018
1,08 juta barel setara minyak maka satu tahun penuh 1,11 juta barel setara
minyak.

Anda mungkin juga menyukai