Anda di halaman 1dari 10

KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN

Pengertian Kemitraan
Secara teoritis, Eisler dan Montuori (1997) membuat pernyataan yang menarik yang berbunyi
bahwa “memulai dengan mengakui dan memahami kemitraan pada diri sendiri dan orang
lain, dan menemukan alternatif yang kreatif bagi pemikiran dan perilaku dominator
merupakan langkah pertama ke arah membangun sebuah organisasi kemitraan.” Dewasa
inigaya-gaya seperti perintah dan kontrol kurang dipercaya. Di dunia baru ini, yang
dibicarakan orang adalah tentang karyawan yang “berdaya”, yang proaktif, karyawan yang
berpengetahuan yang menambah nilai dengan menjadi agen perubahan.
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari
berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003),
kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Ada berbagai
pengertian kemitraan secara umum (Promkes Depkes RI) meliputi:
a. kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal antara dua
pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra” atau ”partner”.
b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan yang saling
menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.
c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok
masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan
bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing.
d. Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasi untuk
bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta membagi tugas,
menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang
hubungan masing-masing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila
diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2004)
Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga
pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan
bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing, dengan demikian untuk
membangun kemitraan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu persamaan perhatian,
saling percaya dan saling menghormati, harus saling menyadari pentingnya kemitraan, harus
ada kesepakatan misi, visi, tujuan dan nilai yang sama, harus berpijak padalandasan yang
sama, kesediaan untuk berkorban.
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari
berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003),
”kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok
atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata mitra adalah teman, kawan kerja,
pasangan kerja, rekan. Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai
mitra.Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama
dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok.
Unsur-unsur Kemitraan
Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :
1. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
2. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
3. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut
4. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.

Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus
didasarkan pada hal-hal berikut :
a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,
b. Saling mempercayai dan saling menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.

Prinsip Kemitraan
Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu kemitraan oleh
masing-masing anggota kemitraan yaitu:
a. Prinsip Kesetaraan (Equity)
Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus
merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang
disepakati.
b. Prinsip Keterbukaan
Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota serta
berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua itu harus diketahui oleh anggota lain.
Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan
saling keterbukaan ini akan menimbulkan saling melengkapi dan saling membantu diantara
golongan (mitra).
c. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit)
Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan memperoleh manfaat
dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan kontribusi masing-masing. Kegiatan atau
pekerjaan akan menjadi efisien dan efektif bila dilakukan bersama.

Beberapa prinsip kemitraan yang lainnya yaitu:


1. Saling menguntungkan (mutual benefit)
Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi, yaitu dilihat dari
kebersamaan atau sinergisme dalam mencapai tujuan.
2. Pendekatan berorientasi hasil
Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan berorientasi pada
tindakan. Hal ini membutuhkan koordinasi yang berorientasi hasil dan berbasis pada
kemampuan efektif dan kapasitas operasional yang konkrit.
3. Keterbukaan (transparansi)
Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan tiapanggota mitra harus diketahhui oleh
anggota yang lain Transparansi dicapai melalui dialog (pada tingkat yang setara) dengan
menekankan konsultasi dan pembagian informasi terlebih dahulu. Komunikasi dan
transparansi, termasuk transparansi finansial, membantu meningkatkan kepercayaan antar
organisasi.
4. Kesetaraan
Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi
tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain. Kesetaraan membutuhkan
rasa saling menghormati antar anggota kemitraan tanpa melihat besaran dan kekuatan. Para
peserta harus saling menghormati mandat kewajiban dan kemandirian dari anggota yang lain
serta memahami keterbatasan dan komitmen yang dimiliki satu sama lain. Sikap saling
menghormati tidak menghalangi masing-masing organisasi untuk terlibat dalam pertukaran
pendapat yang konstruktif.
5. Tanggung Jawab
Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama lain dalam
menempuh tugas-tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas dan cara yang relevan
dan tepat. Organisasi kemanusiaan harus meyakinkan bahwa mereka hanya akan
berkomitmen terhadap sesuatu kegiatan ketika mereka memang memiliki alat, kompetensi,
keahlian dan kapasitas untuk mewujudkan komitmen tersebut. Pencegahan yang tegas dan
jelas terhadap penyelewengan yang dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus menjadi
usaha yang berkelanjutan.
6. Saling Melengkapi
Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun atas kelebihan-
kelebihan komparatif dan saling melengkapi kontribusi yang satu dengan yang lain. Kapasitas
lokal adalah salah satu aset penting untuk ditingkatkan dan menjadi dasar pengembangang.
Ketika memungkinkan, organisasi-organisasi kemanusiaan harus berjuang untuk menjadikan
aset lokal sebagai bagian integral dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan budaya dan
bahasa harus diatasi.

Prinsip-prinsip kemitraan menurut WHO untuk membangun kemitraan kesehatan


 Policy-makers (pengambil kebijakan)
 Health managers
 Health professionals
 Academic institutions
 Communities institutions
Adapun ruang lingkup kemitraan secara garis besar adalah :
a) Persiapan;
b) Inisiasi Kemitraan;
c) Pelaksanaan kerjasama;
d) Pelaporan;
e) Publikasi hasil pelaksanaan

Model-model Kemitraan dan Jenis Kemitraan


Secara umum, model kemitraan dalam sektor kesehatan dikelompokkan menjadi dua
(Notoadmodjo, 2003) yaitu:
a. Model I
Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja (networking) atau
building linkages. Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja saja. Masing-masing mitra
memiliki program tersendiri mulai dari perencanaannya, pelaksanaannya hingga evalusi.
Jaringan tersebut terbentuk karena adanya persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau
karakteristik lainnya.
b. Model II
Kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I. Hal ini karena setiap mitra
memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap program bersama. Visi, misi, dan
kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan direncanakan, dilaksanakan, dan
dievaluasi bersama.
Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipekemitraan yaitu:

a. Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi belum bekerja
bersama secara lebih dekat.
b. Nascent Partnership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak maksimal
c. Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan pengaruh melalui
perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap dan relatif terbatas seperti
program delivery dan resource mobilization.
d. Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan masalah
pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti advokasi
dan penelitian.

Bentuk-bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI


yaitu terdiri dari aliansi, koalisi, jejaring, konsorsium, kooperasi dan sponsorship. Bentuk-
bentuk kemitraan tersebut dapat tertuang dalam:
a. SK bersama
b. MOU (Memorantum of understanding)
c. Pokja
d. Forum Komunikasi
e. Kontrak Kerja/perjanjian kerja

Dasar Kemitraan
1. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan
Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harusmerasa mempunyai perhatian
dan kepentingan bersama. Tanpaadanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap
suatumasalah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu
menimbulkan perhatian terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan,
dengan upaya-upaya informasi dan advokasi secara intensif.
2. Saling mempercayai dan saling menghormati
Kepercayaan (trust) adalah modal dasar setiap relasi/hubungan antar manusia, kesehatan
harus mampu menimbulkan trust bagi partnernya.
3. Tujuan yang jelas dan terukur
Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk
menghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya,
kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan advokasi dan informasi.
4. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakatibersama, dan akan sangat
memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan
bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas lapangan.

Tahap – tahap Kemitraan


Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri atas 3 tahap
yaitu:
1. Kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri
2. Kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah
3. Membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor lintas bidang dan
lintas organisasi yang mencakup:
a) Unsur pemerintah
b) Unsur swasta atau dunnia usaha
c) Unsur LSM da organisasi massa
d) Unsur organisasi profesi

Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan


1. Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan
kewajiban bagi semua pihak.
2. Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain, seperti
masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan,
pemerintahan, dll.
3. Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan
semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut, khususnya kalangan
swasta.
4. Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta
diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan
meningkatkan produktivitas.
5. Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.
6. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan
manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari
dengan kesetaraan.

Tujuan Kemitraan
Tujuan umum :

 Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya


pembangunan pada umumnya.

Tujuan khusus :

 Meningkatkan saling pengertian


 Meningkatkan saling percaya
 Meningkatkan saling memerlukan
 Meningkatkan rasa kedekatan
 Membuka peluang untuk saling membantu
 Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan
 Meningkatkan rasa saling menghargai

Hasil yang diharapkan :

 Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan.

Perilaku Kemitraan
Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga
Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain,
khususnya swasta
6 langkah pengembangan kemitraan :
1. penjajagan/persiapan,
2. penyamaan persepsi,
3. pengaturan peran,
4. komunikasi intensif,
5. melakukan kegiatan, dan
6. melakukan pemantauan & penilaian.

Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi
setempat adalah :
1. Initiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi Indonesia
Sehat.
2. Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan bersama,
dll.
3. Fasilitator :memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan dapat berjalan
lancar.
4. Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
5. Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
6. Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan).
7. Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah dan
potensi yang ada.
Indikator keberhasilan dalam kemitraan

1. Indikator input : Jumlah mitra yang menjadi anggota.


2. Indikator proses :Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang
diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang dilakukan, keberlangsungan
kemitraan yang dijalankan.
3. Indikator output : Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan,
efektivitas dan efisiensi upaya yang diselenggarakan.
Contoh Kemitraan dalam Kesehatan
1. AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia)
2. Balai Keperawatan
3. Kemitraan antara bidan dengan dukun bayi
4. Paguyuban Penderita Tuberkulosis

Promosi Kesehatan
Suatu proses memberdayakan atau memandirikan masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan
kemampuan, serta pengembangan lingkungan sehat.
Five level of Prevention (Leavel & Clark):

Health Promotion (Promosi kesehatan)

Specific Protection (Perlindungan khusus)

Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis dini dan pengobatan segera)

Disability Limitation (Mengurangi terjadinya kecacatan)

Rehabilitation. (pemulihan)
Strategi Promosi Kesehatan (WHO, 1994) :
1. Advokasi (Advocacy)
2. Dukungan sosial (Social Support)
3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
STRATEGI BARU PROMOSI KESEHATAN (Ottawa Charter, 1986)

Kebijakan berwawasan kesehatan (Healthy public policy)

Lingkungan yang mendukung (Supportive environment)

Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health service)

Ketrampilan individu (personnel skill)

Gerakan masyarakat (community action)

Syarat dalam Kemitraan


1. Kesamaan perhatian ( common interest )
Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harus merasa mempunyai perhatian
dan kepentingan bersama. Tanpa adanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatu
masalah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu menimbulkan
perhatian terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan, dengan
upayaupaya informasi dan advokasi secara intensif.
2. Saling mempercayai dan menghormati
Kepercayaan (trust) _ modal dasar setiap relasi/hub antar manusia, kesehatan harus mampu
menimbulkan trust bagi partnernya.
3.Saling menyadari pentingnya arti kemitraan
Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk
menghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya,
kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan _ advokasi dan informasi.
4. Kesepakatan Visi, misi, tujuan dan nilai
Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakati bersama, dan akan sangat
memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan
bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas lapangan.
5. Berpijak pada landasan yang sama
Prinsip lain yang harus dibangun dalam kemitraan adalah bahwa kesehatan merupakan aspek
yang paling utama dalam kehidupan manusia. Sektor kesehatan harus mampu meyakinkan
kepada sektor lain bahwa “health is not everything, but without health everything is nothing”
disini Informasi dan Advokasi sangat penting.
6. Kesediaan untuk berkorban
Dalam kemitraan sangat memerlukan sumber daya, baik berupa tenaga, sarana dan dana yang
dapat berasal dari masing-masing mitra, tetapi dapat juga diupayakan bersama. Disinilah
dibutuhkan pengorbanan dalam bentuk tenaga, pikiran, dana, materi, waktu dsb.

Peran dalam Kemitraan


Beberapa contoh dibawah ini adalah peranan sektor atau ormas dalam membangun
kemitraan :
1. Sektor Kesehatan : sebagai penggerak, perumus standar/pedoman.
2. Sektor diluar kesehatan : pengembang kebijakan lingkungan dan perilaku sehat.
3. Organisasi profesi : memberi masukan, pengembangan, dukungan sumberdaya dan peran
aktif.
4. Ormas dan LSM : memberi masukan, pengembangan, dukungan sumberdaya dan peran
aktif.
5. Media masa : memberi masukan, penyebarluasan informasi.
6. Swasta : memberi dukungan sumber daya dalam bentuk sarana, dana, dan tenaga.
Sistem Kemitraan Kesehatan
Input
 Meliputi Jenis dan jumlah instansi/sektor yang akan diajak bermitra,mengkaji potensi
masing-masing sektor, yang meliputi :
a. Sumberdaya manusia
b. Keuangan
c. Tugas pokok dan fungsi masing-masing
d. Lainnya
 Prediksi peran masing-masing.
 Proses

 Diadakan pertemuan dengan tahapan :


a. Penjajakan
b. Sosialisasi / advokasi
c. Dibangun kesepakatan
 Pertemuan pendalaman dan penyusunan rencana kegiatan
 Output
 Tersusunnya rencana kerja yang berisi :
a. Program
b. Kegiatan
c. Penanggung jawab
d. Peran masing-masing
e. Lokasi
f. Waktu
g. Biaya
 Pelaksanaan Kegiatan
 Monitoring dan Evaluasi
 Outcome

 Indikator Kesehatan Membaik :


a) Angka kesakitan (ir, pr)
b) Angka kematian
c) Angka kelahiran
d) Umur harapan hidup
e) Perilaku kesehatan
f) Status gizi
TUGAS DASAR PROMOSI KESEHATAN
“KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN”

OLEH :

AGUSSEVENTINUS TAFONAO

DOSEN PENGAJAR : ROSDIANA, SKM, MKM

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT JALUR EKSTENSI


INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN
TAHUN AJARAN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai