Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Kelopak mata atau palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri atas kulit, otot,
dan jaringan fibrosa, yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan.
Palpebra sangat mudah digerakkan karena kulitnya paling tipis diantara kulit di
bagian tubuh lain. Kelopak mata merupakan bagian mata yang sangat penting.
Kelopak mata mempunyai fungsi melindungi bola mata dan mengeluarkan sekresi
kelenjar yang membentuk air mata di depan kornea. Kelopak merupakan alat
menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma
sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mata mempunyai lapisan kulit yang tipis
pada bagian depan, sedang dibagian belakang ditutupi selaput lender tarsus yang
disebut konjungtiva tarsal. 1,2 Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan
air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum
lakrimalis. Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari
tumor jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi, maupun masalah struktur
seperti ektropion, entropion dan blefaroptosis. Untungnya, kebanyakan dari
kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.3
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.
Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada kelopak mata.
Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion akut. Data
Epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum adalah kelainan pada
kelopak mata yang sering ditemukan dikalangan masyarakat. Insidensi tidak
bergantung pada ras dan jenis kelamin. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja
tanpa memandang usia, angka kejadian paling banyak ditemukan pada anak usia
sekolah.4,5
Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal,
merah, serta nyeri bila ditekan. Nyeri yang dirasakan berupa rasa terbakar, menusuk
atau hanya berupa perasaan tidak nyaman. Kadang mata berair dan peka terhadap
sinar.Adakalanya nampak bintik berwarna keputihan atau kekuningan disertai
dengan pembengkakan kelopak mata. Hordeolum dapat membentuk abses di
kelopak mata dan pecah dengan mengeluarkan nanah.1,6

1
Hordeolum merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif kelenjar
kelopak mata. Pada umumnya hordeolum yang biasanya merupakan infeksi
Staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak biasanya sembuh sendiri (self-
limited). Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal dan
antibiotik topikal maupun obat antibiotika sistemik. Jika tidak membaik perlu
dilakukan insisi pada daerah abses dengan fluktuasi terbesar. Hordeolum dapat
dicegah dengan cara mencuci tangan terlebih dahulu ketika hendak menyentuh
mata atau kelopaknya.6,7 Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum
internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut
hordeolum eksternum.3
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus dengan diagnosis hordeolum
eksternus pada pasien di poliklinik Mata RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Palpebra
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi
kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis
mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.1
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke
dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan
areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva
pelpebrae).1
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.5
2. Musculus orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra.Serat ototnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati
tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang
terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal dan bagian
diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut
bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.1
3. Jaringan areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kulit kepala.1
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas
dan 20 buah di kelopak bawah).1

3
5. Konjungtiva palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.1

Gambar 1. Anatomi Palpebra1


Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan)
menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata,
glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea
kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula
Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris
dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan
sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang
telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).8
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.8
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka.Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus
lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut
tajam. Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis
orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi
sebagai sawar antara palpebra orbita.9

4
Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator
palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu
dengan tarsus inferior.9
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra
superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal
dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah
aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot
polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior,
retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan
fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke
dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari
retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus
rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.10
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus
V (Trigeminus), sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V
(Trigeminus).10

B. Definisi
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom
yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna.
Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan superfisial adalah
infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.10

C. Klasifikasi
Dikenal 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum.
Penjelasannya adalah sebagai berikut :2
1. Hordeolum eksternum
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll
dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum
eksternum, nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah

5
kulit, ikut dengan pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah
sendiri ke arah kulit (Gbr.2).11

Gambar 2. Hordeolum Eksternum 11


Sumber :Ophthalmology – A Short Textbook 2015

2. Hordeolum internum
Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak
di dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal.
Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan
hordeolum eksternum. Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke
arah konjungtiva dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta
jarang mengalami supurasi dan tidak memecah sendiri (Gbr.3).

Gambar 3. Hordeolum Internum11


Sumber : Ophthalmology – A Short Textbook 2015

D. Epidemiologi
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering
ditemukan pada praktek kedokteran. Insidensi tidak tergantung pada ras dan
jenis kelamin.11

6
E. Etiologi
Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.5

F. Faktor risiko
Faktor risiko hordeolum adalah sebagai berikut :8
1. Penyakit kronik.
2. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
4. Diabetes.
5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
6. Riwayat hordeolum sebelumnya.
7. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih.
8. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.

G. Manifestasi klinis
1. Gejala 4,5
a. Pembengkakan.
b. Rasa nyeri pada kelopak mata.
c. Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata.
2. Tanda 2,8
a. Eritema.
b. Edema.
c. Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata.
d. Seperti gambaran absces kecil.

H. Patofisiologi
Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar
Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar
Meibom yang terletak di dalam tarsus.10
Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus
dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi
blefaritis.10

7
I. Penatalaksanaan
Biasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari.
Non medikamentosa3
1. Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
2. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau
sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat
mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup.
3. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan
infeksi yang lebih serius.
4. Hindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi
penyebab infeksi.
5. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea.

Medikamentosa3
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam
tidak ada perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah
hordeolum.
1. Antibiotik topikal
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10
hari. Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus hordeolum
eksterna dan hordeolum interna ringan.
2. Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda
pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus hordeolum internum
dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau
dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin
atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari
selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.

8
Pembedahan9
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur
pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal
dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain
atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila:
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
pada margo palpebra.
- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase
seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan
salep antibiotik.

J. Prognosis
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada
hordeolum bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan
kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada
mata yang sakit serta terapi yang sesuai.6

K. Komplikasi
Komplikasi hordeolum adalah mata kering, simblefaron, abses, atau
selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di
depan septum orbita dan abses palpebra.11

9
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : FM
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 23 tahun
Suku : Minahasa
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Desa Palareng Lindongan 1
Pekerjaan : Mahasiswa

B. Anamnesis
1. Keluhan utama : Benjolan pada kelopak mata kiri

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Benjolan pada kelopak mata kiri dialami


pasien sejak 4 hari sebelum ke IGD mata. Benjolan pada kelopak mata kiri juga
nyeri saat ditekan. Nyeri dirasakan terus menerus dan tidak hilang maupun
berkurang saat tidur. Kemudian kurang lebih 4 jam sebelum masuk rumah sakit
saat bangun tidur pasien merasa mata kiri mengeluarkan nanah. Pasien belum
pernah menderita sakit seperti ini. Rasa gatal pada benjolan disangkal. Riwayat
digigit serangga disangkal. Riwayat trauma disangkal. Demam disangkal
pasien.

2. Riwayat keluarga : Hanya pasien yang pernah sakit seperti ini.


3. Riwayat kebiasaan : Riwayat mengucak mata tanpa mencuci
tangan.
4. Riwayat Penyakit dahulu : Diabetes Melitus (-), Hipertensi (-), Asam
Urat (-).

5. Riwayat alergi : Tidak Ada

10
C. Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum : baik
Kesadaran : kompos mentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit Suhu : 36,2 °C
Thorax : Jantung : BI-II regular, gallop (-), murmur (-)
Paru : Sp. Vesikuler, rh (-), wh (-)
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal.
Extremitas : Hangat

D. Pemeriksaan Oftalmologi
Status Lokalis Okulus Dextra Okulus Sinistra

Pemeriksaan Objektif
Visus 6/20 6/12
Tekanan Intra N/palpasi N/palpasi
Okuli
Segmen Anterior
Supersilia Rontok (-) Rontok(-)
Palpebra Hiperemis (-), Edema (-), Hiperemis (-), Edema (+)
Sekret (-), Massa (-) Sekret (+), Benjolan (+), Pus
(+) nyeri pada palpebra
Konjungtiva Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-), sekret
(+)
Sklera Normal Normal
Kornea Jernih Jernih
COA Dalam Dalam
Pupil Bulat, Refleks Bulat, Refleks
cahayalangsung/tidak cahayalangsung/tidak
langsung (+/+) diameter langsung (+/+) diameter pupil
pupil 3mm 3mm

11
Iris Normal Normal
Lensa Jernih Jernih
Segmen Posterior
Refeks Fundus (+) Uniform (+) Uniform
Papil Bulat, batas tegas, warna Bulat, batas tegas, warna vital,
vital, CDR 0,3 CDR 0,3
Retina Perdarahan (-) Perdarahan (-)
Makula Refleks fovea (+) normal Refleks fovea (+) normal

Gambar 3. Hordeolum Internum


(Sumber : dokumentasi sendiri)

12
E. Resume Masuk
Seorang Laki - laki, umur 23 tahun datang ke Instalasi gawat darurat
ilmu kesehatan mata RSUP Prof. dr. R.D Kandou Manado tanggal 18
Februari 2018, dengan keluhan utama benjolan pada kelopak mata kiri sejak
4 hari yang lalu. Benjolan terasa nyeri saat ditekan dan nyeri bersifat terus
menerus. Benjolan bersifat mobile dan tidak gatal. Kurang lebih 4 jam
sebelum masuk rumah sakit saat bangun tidur pasien merasa mata kiri
mengeluarkan nanah. Riwayat gigitan serangga (-), trauma (-), alergi
makanan (-). Di keluarga, hanya pasien yang mengalami sakit ini. Pada
riwayat kebiasaan, pasien sering mengucak mata tanpa mencuci tangan.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum baik, kesadaran kompos
mentis, tanda-tanda vital dalam batas normal, jantung dan paru tidak ada
kelainan, abdomen dalam batas normal dan ekstremitas hangat. Pada status
oftalmologis oculus dextra tidak didapatkan kelainan. Pada oculus sinistra,
visus 6/6, suprasilia tidak rontok, palpebra hiperemis (-), benjolan hiperemis
(+), sekret (+), pus (+), injeksi konjungtiva (-). Pada sklera, kornea, COA,
pupil, iris, dan lensa tidak ditemukan adanya kelainan.

F. Diagnosis
Hordeoulum Internum Palpebra Superior Okulus Sinistra

G. Diagnosis banding
 Hordeolum Eksternum
 Kalazion
 Insect bite

H. Terapi
Non farmakologi :
- Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 10 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
- Menggunakan helm dengan kaca saat mengendarai motor

13
- Menjaga hygine mata. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau
pun dengan sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti
sabun bayi.
- Tidak mengucek mata, bila mata berair dibersihkan dengan
menggunakan tissue bersih.

Farmakologi:
- Gentamisin 2x1 app OS
- Doksisiklin 2x1 PO
- Artificial tears ED 4 x gtt 1 OS

I. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam

14
BAB IV
PEMBAHASAN

Hordeolum ialah suatu infeksi supuratif (akut) kelenjar kelopak mata,


biasanya disebabkan oleh stafilokokus. Pembentukan nanah terdapat dalam lumen
kelenjar. Biasa mengenai kelenjar meibom, zeis, dan moll. Apabila yang terkena
kelenjar meibom, pembengkakan agak besar, disebut hordeolum internum. Jika
yang terkena kelenjar zeis dan moll, penonjolan ke arah kulit palpebra, disebut
hordeolum eksternum. Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar zeis
atau moll dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak mata dan nanah
dapat keluar dari pangkal rambut sesuai dengan anatomi tepian palpebra anterior
yang terdiri dari bulu mata, glandula zeis dan moll. Kelenjar zeis adalah modifikasi
kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
Kelenjar moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu
baris dekat bulu mata. Sedangkan hordeolum internum adalah infeksi pada kelenjar
meibom yang berada pada bagian tarsus dan biasanya lebih besar dari hordeolum
eksternum. 2, 5
Pada kasus ini pasien di diagnosis dengan Hordeolum Internum Palpebra
Superior Okulus Sinistra. Proses terjadinya hordeolum yaitu diawali oleh
pembentukan nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus dan
mengenai kelenjar meibom. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis hasil
sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus
aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Pada gejala klinis
hordeolum adalah berupa benjolan kecil yang berwarna kemerahan yang disertai
nyeri bila tertekan, kalau menunduk rasa sakit bertambah, terasa ada yang
mengganjal pada kelopak mata, terlihat suatu benjolan setempat pada palpebra,
warna kemerahan dan mengkilat.2,10 Dari anamnesis pada pasien ini didapatkan
berupa adanya benjolan pada kelopak mata kiri atas. Benjolan muncul sejak 4 hari
yang lalu dan dirasakan nyeri saat ditekan. Dari pemeriksaan oftalmologi
konjungtiva, sklera, kornea, COA, pupil, iris, dan lensa tidak ditemukan adanya
kelainan, kecuali pada bagian palpebral superior okulus sinistra didapatkan adanya
benjolan dengan nyeri tekan. Penanganan pada pasien adalah pemberian antibiotika

15
salep dan peroral untuk mengobati infeksi. Pasien juga diberikan obat tetes artificial
tears (mengandung air mata buatan) yang berfungsi seperti lapisan air mata alami
yang memberi efek protektif sehingga mata senantiasa terasa nyaman.2
Prognosis pada penderita ini baik, asalkan kebersihan daerah mata tetap
dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.
Pada penderita juga dianjurkan untuk menghindari terlalu banyak menyentuh
daerah yang sakit dan menjaga kebersihan daerah mata untuk mempercepat
penyembuhan penyakit dan mencegah terjadinya infeksi sekunder. Penderita
dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik mata untuk memantau perkembangan
penyakit dan keberhasilan terapi.6

16
BAB V
KESIMPULAN

Telah dilaporkan sebuah kasus Hordeolum Internum Palpebra


Superior Okulus Sinistra, seorang laki - laki usia 23 tahun. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Tatalaksana yang diberikan untuk Hordeolum Eksternum
Palpebra Superior Okulus Sinistra adalah Gentamisin salep 2x1 app OS,.
Doksisiklin 100 mg 2x1 PO, dan Artificial tears ED 4x gtt 1 OS. Pada
penderita dianjurkan untuk menjaga kebersihan daerah mata dan dilakukan
kompres hangat pada mata yang sakit. Penderita juga dianjurkan untuk
menghindari terlalu banyak menyentuh daerah yang sakit dan menjaga
kebersihan daerah mata untuk mempercepat penyembuhan penyakit dan
mencegah terjadinya infeksi sekunder. Penderita dianjurkan untuk kontrol
ke poliklinik mata untuk memantau perkembangan penyakit dan
keberhasilan terapi.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, D.G Oftalmologi Umum. Edisi 17. Cetakan III. Widya Medika,
Jakarta. 2010.
2. SidartaI, SR Yulianti.Ilmu Penyakit Mata. Cetakan IV. Balai Penerbit FK
UI. Jakarta. 2011: Hal1-2 ; 92-94.
3. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology A Synopsis. Butterworth-Heinemann.
Boston.2009.
4. Wijan N. Palpebra. Dalam : Ilmu Penyakit Maka. Cetakan V. Jakarta, 2010.
5. The Merck Manual Of Diagnosis And Therapy. McKinley heart Center
University Of Illionis. 17th Edition. 2010.
6. Ehrenhaus M.P MD. Hordeolum Treatment, Management & Clinical
Presentation. 2012.
7. Bessette M. Hordeolum and Stye. Taken from : www.emedicine.com. 2010.
8. Kanski JJ. Clinical Ophthalmogi A Synopsis. Butterworth-Heinemann.
Bosto. 2011.
9. Ilyas S. Penuntun Umum Penyakit Mata. Edisi V. Jakarta : Penerbit FKUI.
2014.h. 28-9.
10. Santen S. Chalazion. Taken from : www.emedicine.com. 2010.
11. Lang G. Ophthalmology – A Short Textbook. Thieme. Stuttgart. New York.
2015.

18

Anda mungkin juga menyukai