Anda di halaman 1dari 8

Adam Smith dikenal sebagi pencetus pertama mengenai free-market capitalist,

kebijaksanaan laissez-faire sekaligus merupakan Bapak ekonomi modern. An Inquiry into the
Nature and Causes of the Wealth of Nations, atau yang biasa disingkat “The Wealth of Nation”
adalah buku terkenal oleh Adam Smith yang berisi tentang ide-ide ekonomi yang sekarang
dikenal sebagai ekonomi klasik. Inspirasi dari buku ini tidak lain berasal dari gurunya sewaktu
menuntut ilmu di Universitas Glasgow yakni Francis Hutcheson dan teman kuliahnya David
Hume (Becker, 2007).

2.1 Latar Belakang atau Alasan Munculnya Pemikiran Klasik (Adam Smith)
Pemikiran-pemkiran tentang ekonomi sudah sangat berkembang pada abad ke 15, saat
terjadi revolusi pertanian di Eropa. Akan tetapi pengakuan terhadap ilmu ekonomi sebagai
cabang ilmu tersendiri baru diberikan pada abad ke 18, setelah Adam Smith muncul. Adam
Smith merupakan tokoh utama aliran ekonomi yang dikenal sebagai aliran klasik.
Aliran atau mazhab yang dikembangkan Adam Smith disebut mazhab klasik karena
gagasan-gagasan yang ia tulis sebetulnya sudah banyak dibahas dan dibicarakan oleh pakar-
pakar ekonomi jauh sebelumnya. Misalnya, soal paham individualisme tidak banyak berbeda
dengan paham hedonisme yang dikembangkan oleh Epicurus masa Yunani kuno. Begitu juga
dengan pendapatnya agar pemerintah melakukan campur tangan seminimal mungkin dalam
perekonomian (Laissez faire laissez passer) sudah dibicarakan oleh Francis Quesnai sebelumnya.
Adam Smith sebagai pendiri paham klasik hidup pada tahap awal revolusi industri di
Inggris. Situasi yang ada pada saat itu, menjadi acuan bagi Adam Smith dalam mengembangkan
pemikirannya. Pandangan-pandangannya yang optimis tentang kekayaan bangsa-bangsa tidak
orisinal, tetapi dia telah berhasil mengutuhkan berbagai pandangan yang relevan dengan
pembahasannya. Pembahasan teori ongkos produksi, upah, laba, dan sewa. Di samping itu, teori
pembangunannya telah memperhitungkan pertumbuhan penduduk, pembagian kerja dan
akumulasi modal.
Pada sekitar tahun 1776, kepulauan Inggris masih dalam tahap transisi. Dunia
perdagangan baik di dalam maupun keluar negeri telah berkembang, sedangkan sektor industri
dan pertanian mulai menampakkan perbaikan. Dengan pandangan-pandangannya itu sebenarnya
Smith menentang arus. Pemikiran merkantilis masih berkembang pada masa itu. Paham
merkantilis menekankan pada peranan negara dalam kegiatan ekonomi.
Pendekatan Adam Smith, bila dibandingkan dengan pemikiran-pemikiran paham
sebelumnya, lebih terpadu, konsisten, mendalam, dan bersifat lebih umum. Membicarakan
kekayaan sangat penting, karena itulah subyek pengkajian ekonomi. Dia menantang pandangan
kaum Merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan itu terdiri dari uang dan logam-logam
mulia. Perdagangan internasional bukan semata-mata untuk mendapatkan logam-logam mulia,
tetapi untuk pertukaran komoditi yang diperlukan, memperluas pasar, dan hal ini akan
meningkatkan pembagian kerja.
2.2 Pokok Pemikiran Klasik (Adam Smith)
Paham filsafat naturalis merupakan landasan pemikiran Adam Smith. Tulisan Smith
terdiri dari penjelasan menyeluruh megenai berbagai tulisan merkantilis dan fisokrat yang
disentiskan dengan baik menjadi satu bahan kajian ekonomi. Perbedaan pendapat antara Smith
dan kaum fisiokrat salah satunya mengenai faktor yang menentukan kemakmuran, dimana kaum
fisiokrat percaya bahwa alam dan lahan yang menentukan tingkat kemakmuran. Sedangkan
menurut Smith, penentuan tingkat kemakmuran adalah kemampuan manusia sendiri sebagai
faktor produksi.
Pembahasan Smith lebih banyak bersifat mikro dengan penekanan pada penentuan harga
yang dilakukan dengan pendekakatan deduktif beserta dengan penjelasan historisnya. Smith
berpandangan optimis tentang masa depan dunia. Fokus utamanya adalah peningkatan individu
melalui kesederhanaan dan perilaku yang baik, menabung dan berinvestasi, perdagangan dan
pembagian kerja, pendidikan dan pembentukan kapital, serta pembuatan teknologi baru. Beliau
lebih tertarik untuk meningkatkan kemakmuran ketimbang membagi-bagi kemakmuran (Becker,
2007).
Salah satu pemikiran Smith yang tertuang dalam buku-bukunya, menghasilkan sebuah
pemikiran mengenai sistem ekonomi kapitalisme. Pemikiran kapitalisme adalah sebuah sistem
ekonomi yang filsafat sosial dan politiknya didasarkan kepada azas pengembangan hak milik
pribadi dan pemeliharaannya serta perluasan faham kebebasan. Roh pemikiran ekonomi Adam
Smith adalah perekonomian yang berjalan tanpa campur tangan pemerintah. Model pemikiran
Adam Smith ini disebut Laissez Faire yang berasal dari bahasa Perancis, digunakan pertama kali
oleh para fisiokrat di abad ke 18 sebagai bentuk perlawanan terhadap intervensi pemerintah
dalam perdagangan. Laissez-faire menjadi sinonim untuk ekonomi pasar bebas yang ketat
selama awal dan pertengahan abad ke-19 (Skousen, 2005).
Secara umum, istilah Laissez Faire dimengerti sebagai sebuah doktrin ekonomi yang
tidak menginginkan adanya campur tangan pemerintah dalam perekonomian. “In economics,
Laissez-faire means allowing industry to be free of government restriction, especially restrictions
in the form of tariffs and government monopolies.” Adam Smith memandang produksi dan
perdagangan sebagai kunci untuk membuka kemakmuran. Agar produksi dan perdagangan
maksimal dan menghasilkan kekayaan universal, Smith menganjurkan pemerintah memberikan
kebebasan ekonomi kepada rakyat dalam bingkai perdagangan bebas baik dalam ruang lingkup
domestik maupun internasional (Skousen, 2005).
Dalam bukunya The Wealth of Nations, Smith juga mendukung prinsip “kebebasan
alamiah”, yakni setiap manusia memiliki kebebasan untuk melakukan apa yang diinginkannya
tanpa campur tangan pemerintah. Ini mengandung pengertian negara tidak boleh campur tangan
dalam perpindahan dan perputaran aliran modal, uang, barang, dan tenaga kerja.
Berbicara mengenai arti nilai dalam ekonomi, Smith mengidentifikasikan barang
memiliki dua nilai yakni nilai guna (value in use) dan nilai tukar (value in exchange). Nilai tukar
barang akan ditentukan oleh jumlah tenaga (labor) yang diperlukan selama menghasilkan barang
tersebut, sedangkan nilai guna adalah nilai kegunaan atau fungsi barang itu sendiri (Deliarnov,
2010). Contoh nilai tukar barang dapat dilihat dari tingkat keterampilan ataupun lama waktu
yang digunakan dalam proses pembuatan barang yang nantinya dipakai dalam menentukan
harga. Menurut Smith, hubungan antara nilai tukar dan nilai guna bersifat relatif. Hal ini terlihat
dari perumpamaan air dan intan yang ia jelaskan sebagai contoh kasus dimana air yang notabene
memiliki nilai guna lebih tinggi, tidak memiliki harga yang lebih tinggi pula dibandingkan intan
yang sebenarnya tidak memiliki nilai guna. Teori nilai Smith sebenarnya merupakan salah satu
kelemahan dari teori klasik yang tidak mengedepankan nilai utilitas, namun persoalan paradoks
ini selanjutnya mampu dipecahkan oleh murid Smith yakni Alfred Marshall (Deliarnov, 2010).
Perbedaan utama mengenai teori ekonomi klasik dan neoklasik dapat dilihat dari konsep
utility. Dalam ekonomi klasik, utilitas tidak menjadi kajian dalam pelbagai teori yang dibawa
olehnya baik dari segi nilai, labor ataupun pertumbuhan. Dalam teori klasik, nilai
keseimbanganlah yang menjadi patokan harga dibandingkan nilai-nilai penawaran dan
permintaan (supply and demand). Sedangkan dalam neoklasik, nilai keperluan menjadi prioritas
utama disamping nilai kesetimbangan yang juga digunakan dalam mengontrol supply and
demand (Button, 2014).
Dari segi nilai (value), ekonomi klasik dan neoklasik memiliki definisi yang sangat
berbeda. Dalam teori klasik, nilai suatu barang sama dengan harga yang digunakan dalam
produksi. Sedangkan dalam neoklasik, nilai suatu barang bertumpu pada fungsi supply and
demand. Maka dari itu, dalam ekonomi klasik, value bersifat inherent (tidak terpisahkan) dan
dalam neoklasik value bersifat perceived property (dirasakan). Dengan kata lain, dalam
neoklasik nilai merupakan harga sedangkan dalam neoklasik nilai berarti keperluan. Hal ini
selanjutnya menjadi permasalahan baru bagi ekonomi klasik dalam mendefinisikan profit dalam
kegiatan ekonomi. Apabila nilai sama dengan harga, maka darimanakah profit atau keuntungan
tersebut dapat diperoleh? Hal ini dikritik oleh para kaum neoklasik yang mendefinisikan profit
sebagai kelebihan dari pendapatan diatas biaya atau ongkos. Jadi, jika penawaran dan permintaan
untuk hasil barang dengan harga lebih tinggi dari tenaga kerja dan modal yang masuk ke dalam
biaya produksi, maka barang dan komponennya hanya memiliki harga keseimbangan juga
berbeda (Button, 2014).
Selanjutnya, dari segi rasionalitas neoklasiklah yang cenderung menekankan nilai-nilai
ini. Dalam neoklasik, individu memiliki pilihan rasional yang menjadi acuan dalam perilaku jual
beli, dimana individu cenderung untuk memaksimalkan keperluan mereka dan perusahaan
berusaha untuk memaksimalkan keuntungan. Sedangkan dalam teori klasik, tidak ada perbedaan
antara perusahaan dan individu mengenai prinsip rasionalitas. Yang ada hanya tingkat
pendapatan keuntungan yang sama antara perusahaan dan pekerja (salah satu keuntungan
ekonomi yang dikarenakan invisible hand dalam pasar bebas). Terakhir adalah mengenai konsep
keseimbangan. Bagi ekonomi klasik, keseimbangan (equilibrium) dapat dicapai apabila tabungan
sama dengan investasi, sedangkan bagi neoklasik keseimbangan terjadi dalam titik pertemuan
antara kurva penawaran dan permintaan. Hal ini merupakan perbedaan yang paling fundemantal
antar ekonomi klasik dan neoklasik, karena keduanya menggunakan komponen unsur yang
berbeda (Button, 2014).
Pemikiran yang ditulis Smith juga meliputi filsafat sosial dan politik, dan juga pemikiran
ekonomi yang diturunkan dari filsafat tersebut. Berikut adalah penjelasan dari pemikiran
tersebut:
1) Filsafat Sosial dan Politik
Adam Smith menyatakan bahwa pada hakekatnya perilaku manusia mempunyai enam
motif. Keenam motif itu antara lain: cinta diri sendiri (self-love), simpati, keinginan untuk
merdeka, mempunyai sopan santun, senang bekerja dan cenderung untuk saling menukar, barter
dengan barang-barang lain. Dengan dasar dan motif ini manusia bebas mempertimbangkan dan
memperoleh apa yang dia rasa patut untuk kepentingan dirinya.
Mencintai diri sendiri saling berkaitan dengan motif-motif lainnya, terutama dengan motif
simpati dimana akan dicapai keseimbangan alamiah perilaku manusia, yang menurut Smith
diatur oleh invisible hand. Konsekuensi dari motif tersebut adalah campur tangan pemerintah
yang terlalu jauh yang akan bersifat negatif. Tiga tugas utama pemerintah adalah: pertama, tugas
pertahanan dan keamanan; kedua, menjamin tegaknya keadilan; dan ketiga,
mempersiapkan public works dan hal-hal yang bersifat kelembagaan yang tidak dapat dilakukan
secara individu.
Kemudian, pertukaran akan mendatangkan kepuasan serentak bagi dua individu. Setiap
orang menghasilkan sesuatu yang dapat menguntungkan dirinya dan dipertukarkan dengan orang
lain. Ini berarti, pembuatan barang atau jasa telah mempertimbangkan kepentingan orang lain.
Smith tidak hanya melihat sektor pertanian sebagai sektor yang produktif, tetapi mempelajari
lebih luas hubungan perdagangan, industri dengan pertanian. Dengan mendorong investasi ke
sektor industri akan mengembangkan sektor pertanian dan menimbulkan kegiatan pertukaran. Ini
berarti memajukan perdagangan.
2) Teori Nilai
Menurut Smith, kekayaan suatu bangsa tergantung pada: pertama, tingkat produktivitas
tenaga kerja; dan kedua, jumlah penggunaan tenaga kerja, yakni tenaga kerja produktif yang
terpakai. Smith memulai pembahasan pembagian kerja karena hal ini menyangkut dasar
terjadinya transformasi dari bentuk tenaga kerja yang konkrit dan produktif yang menghasilkan
barang-barang (nilai guna) menjadikan tenaga kerja sebagai suatu unsur sosial. Secara abstrak,
inilah yang menjadi sumber kekayaan (nilai tukar). Pembagian kerja adalah dasar untuk
meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Smith juga berpendapat bahwa pada dasarnya tindak laku manusia berasal pada
kepentingan sendiri (self-interest) bukan belas kasihan ataupun perikemanusiaan (Deliarnov,
2010). Meskipun terdengar kurang baik, hal ini bukan berarti kita tidak dapat berhubungan
dengan sesama manusia, kita tetap bisa menjalankan bisnis dengan manusia. Namun, perlu
dingat bahwa manusia melakukan segala sesuatunya berdasar pada “self-interest” manusia itu
sendiri. Dalam pembagian kerja, Smith menyimpulkan bahwa produktivitas tenaga kerja akan
lebih maksimal apabila dilakukan pembagian kerja (division of labor) . Artinya, pembagian
melalui spesialisasi perorangan yang melakukan produksi akan menghasilkan output yang lebih
baik dan lebih efisien. Smith juga menjelaskan dengan menggunakan teknologi-teknologi baru
dalam sistem produksi akan meningkatkan hasil produksi pula. Maka dari itu, Smith percaya
pada kekuatan investasi dalam pembelian atau penggunaan teknologi.
3) Teori Modal dan Distribusi
Pada ekonomi yang lebih modern, telah terjadi akumulasi modal dan lahan dimiliki tuan
lahan, sedangkan pemilik modal mendapat laba. Dengan demikian terjadi pergeseran arti teori
nilai. Dengan demikian, nilai nyata suatu barang sama dengan ongkos produksi. Jadi, sumber
nilai bukan hanya tenaga kerja, tetapi juga lahan dan pemilik modal.
Hal ini menimbulkan pertanyaan “dari mana nilai surplus itu berasal?”. Smith menolak
pendapat yang menyatakan bahwa surplus berasal dari barang yang dijual dengan tingkat harga
di atas nilainya. Nilai itu katanya mengandung dua bagian yakni, kepada tenaga kerja di satu
pihak dan pemilik modal (termasuk lahan). Pengertian ini sejalan dengan paham Fisiokrat, tetapi
Fisiokrat berpendapat bahwa terjadi nilai tambah (value added) sebagai hasil tenaga kerja, bukan
hadiah dari alam. Dengan demikian, sulit mengatakan bahwa sumber nilai satu-satunya adalah
tenaga kerja.
Penjelasan Smith sebagian menyangkut teori distribusi yakni hasil dari setiap golongan
masyarakat. Pertama, kelompok kerja subsisten, dan kedua, hasil dari pemilik lahan, dan pemilik
modal. Inilah yang membuat teori ongkos produksi lebih relevan dari teori ongkos tenaga kerja.
Dengan demikian, laba merupakan bagian dari nilai barang yang dihasilkan merupakan milik
kapitalis. Hubungan upah dan laba berlawanan. Peningkatan persediaan modal karena persaingan
berakibat pada tingkat laba yang menurun sedangkan permintaan tenaga kerja meningkat.
Keadaan terakhir ini akan meningkatkan pula tingkat upah. Tingkat laba menurut Smith adalah
sekitar jumlah modal yang hilang dalam proses produksi ditambah jasa pemilik modal.
Tingkat laba memang berfluktuasi tetapi dengan kemajuan masyarakat, tingkat laba
cenderung turun. Akumulasi modal meningkatkan persaingan dan negara semakin banyak
penduduknya sedangkan lahan yang kurang subur akan digunakan semakin meluas. Berkenaan
dengan hal yang terakhir ini, Smith mengemukakan teori tentang rente sebagaimana juga laba
dan upah bagian dari nilai barang, tetapi efeknya terhadap harga barang tidak seperti efek laba
dan tingkat upah. Tinggi rendahnya laba dan upah menyebabkan tinggi rendahnya tingkat
barang.
Smith berpendapat bahwa rente tidak termasuk penentu tingkat harga. Rente bukanlah
sebab tetapi akibat, maka jika tingkat harga barang meningkat maka rente ikut meningkat. Jika
harga hasil pertanian hanya cukup untuk menutupi ongkos-ongkos kapitalis, maka lahan tidak
terkena beban sewa, tetapi jika tingkat harga meningkat, maka tuan lahan menjadi monopolis.
Sebenarnya, dari pandangan ini terlihat terjadi ketidakazasan teori rente.

Teori Keunggulan Mutlak/ Absolute Adam smith


Teori keunggulan mutlak (theory of absolute advantage) merupakan teori yang
dikemukakan oleh Adam Smith. Teori ini menyatakan bahwa setiap negara akan memperoleh
manfaat perdagangan internasional apabila melakukan spesialisasi pada produk yang mempunyai
efisiensi produksi lebih baik dari negara lain, dan melakukan perdagangan internasional dengan
negara lain yang mempunyai kemampuan spesialisasi pada produk yang tidak dapat diproduksi
di negara tersebut secara efisien.
Menurutnya, suatu negara dapat disebut memiliki keunggulan mutlak dari negara lain jika
negara tersebut memproduksi barang atau jasa yang tidak dapat diproduksi oleh negara lain.
Misalnya, Indonesia memproduksi keris dan tidak memproduksi satelit pemancar. Sebaliknya,
Jepang memproduksi satelit pemancar dan tidak memproduksi keris. Dengan demikian,
perdagangan internasional akan terjadi di antara keduanya bila Indonesia dan Jepang bersedia
bertukar satelit pemancar dan keris.
Teori absolut advantage (Keunggulan Mutlak) ini didasarkan pada beberapa asumsi pokok
antara lain:
 Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja saja.
 Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama.
 Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang.
 Biaya transpor ditiadakan.
The Wealth of Nations, edisi London 1776
The Wealth of Nations menjadi berpengaruh karena telah dengan keras membuat bidang
ekonomi dan perkembangannya ke dalam disiplin yang sistematis dan berdiri sendiri. Dalam
dunia barat, masih dibincangkan kalau ini merupakan buku paling berpengaruh dalam subyek
tersebut yang pernah diterbitkan.
Ketika buku tersebut menjadi manifestasi klasik melawan merkantilisme (teori di mana
cadangan besar dari logam mulia merupakan keharusan bagi suksesi ekonomis), muncul pada
tahun 1776, ada kesadaran kuat untuk perdagangan bebas baik di Inggris maupun Amerika.
Perasaan baru ini telah dilahirkan dari kesusahan keadaan ekonomi dan kemiskinan yang
diakibatkan oleh Perang kemerdekaan Amerika. Bagaimanapun, pada saat publikasinya, tidak
semua orang lantas yakin pada kelebihan perdagangan bebas: publik dan parlemen di Inggris
masih memakai sistem merkantilisme untuk beberapa tahun kedepannya.
Satu dari poin utama The Wealth of Nations adalah pasar bebas, ketika penampilannya
kacau dan tidak teratur, sebenarnya dipandu untuk membuat nilai yang benar dan bermacam
barang oleh "tangan-tangan tak terlihat" (sebuah imej yang dipakai Smith dalam Teory of Moral
Sentiments, tetapi pertama kali dipakai dalam esai miliknya, "Sejarah Astronomy"). Jika sebuah
kelangkaan produk terjadi, misalnya, maka harganya naik, membuat marjin keuntungan yang
membuat insentif bagi yang lain untuk masuk ke produksi tersebut, dan mengatasi kelangkaan.
Jika terlalu banyak produsen yang masuk ke pasar, kompetisi yang meningkat di antara
para manufaktur dan kenaikan penawaran akan menurunkan harga di produk tersebut sampai
titik di mana harga produksinya, harga natural. Bahkan jika keuntungan sampai kosong pada
"harga natural", maka akan ada insentif untuk memproduksi barang dan jasa, dan semua ongkos
produksi, termasuk kompensasi untuk buruh pemilik, juga dimasukkan dalam harga barang jual.
Jika harga jatuh di bawah keuntungan kosong, produsen akan keluar dari pasar, jika mereka
berada di atas keuntungan kosong, produsen akan masuk ke pasar. Smith percaya kalau motif
manusia seringkali egois dan tamak, kompetisi dalam pasar bebas akan bertujuan
menguntungkan masyarakat seluruhnya dengan memaksa harga tetap rendah, di mana tetap
membangun dalam insentif untuk bermacam barang dan jasa. Selain itu, dia cemas akan pebisnis
dan melawan formasi monopoli.

Anda mungkin juga menyukai