Anda di halaman 1dari 39

TUGAS AKHIR

PENGARUH LAMA RENDAMAN PADA TANAH RETAK TERHADAP


NILAI SUDUT

GESER INTERNAL DAN KOHESI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 pada


Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Lambung Mangkurat

Dibuat:

Dwy Rizky Armando

NIM. H1A113245

Pembimbing:

Dr. Hutagamissufardal, S.T., M.T.

NIP. 19700212 199502 1 001

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL

BANJARBARU

2018
LEMBAR ASISTENSI

i
DAFTAR ISI
LEMBAR ASISTENSI ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 2
1.5. Batasan Masalah................................................................................................ 3
1.6. Foto Lereng ........................................................................................................ 3
BAB II ................................................................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 5
2.1. Tanah .................................................................................................................. 5
2.2. Tanah Lempung................................................................................................. 6
2.3. Kekuatan Geser Tanah ..................................................................................... 6
2.4. Kadar Air ........................................................................................................... 8
2.5. Berat Isi .............................................................................................................. 8
2.6. Kuat Tekan Bebas ............................................................................................. 9
2.8. Karakteristik Sifat Fisik Tanah ..................................................................... 10
2.9. Berat Jenis ........................................................................................................ 12
2.10. Analisa Saringan.............................................................................................. 13
2.11. Analis Hidrometer ........................................................................................... 13
2.12. Batas-batas Atterberg’s .................................................................................. 13
BAB III............................................................................................................................. 16
METODE PENELITIAN ............................................................................................... 16
3.1. Lokasi Penelitian ............................................................................................. 16
3.2. Bahan dan Alat ................................................................................................ 16
3.3.1. Pengambilan Sampel Tanah di Lapangan ............................................... 20
3.3.2. Prosedur Penelitian Pengujian Tanah yang Belum Retak ..................... 20
3.3.3. Prosedur Penelitian Uji Geser Tanah Berdasarkan Perambatan Bidang
23
Retak 23
3.4. Diagram Alur Penelitian ................................................................................. 27
BAB IV ............................................................................................................................. 28

ii
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................................. 28
4.1. Sifat Fisik dan Mekanis Tanah ...................................................................... 28
4.1.1. Pengujian Kadar Air Tanah (Water Content, Wc) .................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kelongsoran merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi pada
lereng- lereng alami maupun lereng buatan secara pelan-pelan atau tiba-tiba dengan
atau tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya. salah satu penyebab Kelongsoran adalah
karena menurunnya kuat geser tanah kohesi (c) dan sudut geser dalam (ϕ) yang
selanjutnya menyebabkan kelongsoran.
Pada realita di lapangan bahwa terjadi pergeseran tanah tidak serta merta
disebabkan oleh perilaku jenis tanah tersebut secara umum. Retak tanah di lereng
dapat disebabkan oleh adanya gerakan tanah, melapuknya akar tanaman, dan
tercabutnya akar pohon yang tumbang. Pada saat hujan lebat retak tanah diisi oleh
air hujan sehingga terjadi tegangan air pori yang mengakibatkan kelongsoran lereng
(Hutagamissufardal, 2013).
Mochtar ( 2010 dan 2011 ) telah melakukan beberapa observasi dilapangan
dan menjumpai bahwa asumsi yang paling memungkinkan terjadinya kelongsoran
adalah bahwa pada lapisan tanah dalam lereng tersebut memang telah terjadi retak-
retak sebelumnya, keretakan ini dapat berupa retak-retak akibat susut pada
permukaan tanah, atau keretakan akibat pergerakan tanah-pergerakan massa tanah
di masa yang lalu. Retak-retak tersebutlah nantinya yang akan menjadi penentu
kestabilan lereng.
Dari asumsi Mochtar (2010 dan 2011), maka dilakukanlah pengujian kuat
geser tanah dengan menggunakan pendekatan bidang retak, untuk mendapatkan
nilai kuat geser tanah dengan parameter kohesi (c) dan sudut geser dalam (ϕ),
Pengujian tanah yang dipakai untuk mendapatkan parameter kuat geser pada
penelitian ini adalah uji geser langsung (direct shear test).
Penelitian Uji Geser Langsung (Direct Shear Test) dengan perambatan
bidang retak di laboratorium yang sudah dilakukan, mendapatkan hasil, semakin
besar rambatan retak berpotensi mengurangi parameter kuat geser tanah yag
ditunjukan dengan penurunan nilai kohesi (c) yang signifikan. Sedangkan untuk
nilai sudut gesek internal () retakan tidak berpengaruh, ditunjukan dengan

1
perubahan nilai yang tidak signifikan atau relatif konstan (Riyannor Wahyudi
2017).
Oleh karena itu untuk mengetahui nilai kohesi (c) dan sudut gesek internal (ɸ)
pada bidang retak dengan pengaruh posisi retak terhadap rendaman yang belum
dilakukan. Maka dicoba pendekatan pendekatan Uji Geser Langsung ( Direct Shear
Test) dengan tingkat keretakan dan dengan varian rendaman. Dengan demikian
penelitian ini mencoba membahas mengenai “Pengaruh lama rendaman pada tanah
retak terhadap nilai sudut geser internal (ɸ) dan kohesi (c)”.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh lama rendaman pada retakan terhadap nilai kohesi (c)
pada pengujian kuat geser tanah dilaboratorium?
2. Bagaimana pengaruh lama rendaman pada retakan terhadap sudut gesek
internal (ɸ) pada pengujian geser tanah dilaboratorium?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh lama rendaman pada retakan nilai kohesi (c) tanah.
2. Mengetahui pengaruh lama rendaman retakan sudut gesek internal (ɸ) tanah.

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
khususnya dibidang geoteknik terutama berkaitan dengan didapatkannya metode
pengujian di laboratorium menggunakan pendekatan bidang retak, sehingga nilai
parameter tanah untuk analisis kestabilan lereng akan mendekati nilai parameter
tanah di lapangan dan menghasilkan analisis stabilitas lereng yang lebih akurat.
2. Dengan tercapainya tujuan diatas maka dapat memberikan informasi mengenai
pengaruh tingkat keretakan jenis tanah terhadap parameter kuat geser tanah, dimana
dalam perhitungan telah menggunakan parameter-parameter kuat geser hasil
pengujian menggunakan metode retak, sehingga pembangunan dapat dilakukan

2
dengan lebih waspada terhadap bahaya kelongsoran yang mungkin akan terjadi
dimasa yang akan datang.

1.5. Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian dilakukan pada sampel tanah yang belum retak dan yang sudah
retak menggunakan alat uji geser langsung (direct shear test) dengan
pendekatan bidang retak pada variasi prosentasi 0%, 25%, 50%, 75% dan
100%.
2. Sampel yang digunakan merupakan sampel tanah tidak terganggu
(undisturbed sample) berjenis lanau atau lempung yang diambil pada daerah
potensial longsor yang berada di Provinsi Kalimantan Selatan.
3. Pada penelitian ini tegangan air pori dan tingkat kejenuhan kadar air tidak
diukur pada setiap benda uji.

1.6. Foto Lereng


Lereng yang dipilih sebagai tempat pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah lereng alami yang terletak di desa Aranio Kec. Aranio Kalimantan Selatan.
Foto lereng dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar1.1 Lereng tampak atas Lereng tampak bawah

3
Gambar1.2 Sketsa Lereng

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanah
Tanah adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas
mineral dan bahan organik. Tanah merupakan salah satu penunjang yang membantu
kehidupan semua mahluk hidup yang ada di bumi. Tanah sangat mendukung
terhadap kehidupan tanaman yang menyediakan hara dan air di bumi. selain itu,
Tanah juga merupakan tempat hidup berbagai mikroorganisme yang ada di bumi
dan juga merupakan tempat berpijak bagi sebagian mahluk hidup yang ada di darat.
Dari segi klimatologi , tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan
mencegah terjadinya erosi. Meskipun tanah sendiri juga bisa tererosi.

Secara umum dari hasil survey lapangan dan test laboratorium tanah memiliki
sifat-sifat sebagai berikut (Braja M Das, 1998):

a. Permeabilitas tanah
b. Kemampatan dan konsolidasi tanah
c. Kekutan tegangan geser tanah
d. Klasifikasi Tanah
Secara umum tanah dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan sifat
lekatnya, yaitu tanah kohesif, tanah tidak kohesif (granular) dan tanah organik.
Sifat-sifat tanah kohesif adalah sebagai berikut:

1. Tanah Kohesif adalah tanah yang mempunyai sifat lekatan antara butir-
butirnya seperti tanah lempung.
2. Tanah Non Kohesif adalah tanah yang tidak mempunyai atau sedikit sekali
lekatan antara butir-butirnya atau hampir tidak mengandung lempung misal
pasir.
3. Tanah Organik adalah tanah yang sifatnya sangat dipengaruhi oleh bahan-
bahan organik (sifat tidak baik) seperti sisa-sisa hewani maupun tumbuh-
tumbuhan.

5
2.2. Tanah Lempung
Tanah lempung merupakan jenis tanah berbutir halus. Lempung merupakan
agregat partikel-partikel berukuran mikroskopis dan submikroskopik yang berasal
dari pembusukan kimiawi unsur-unsur penyusun batuan, dan bersifat plastis dalam
selang kadar air sedang sampai luas. Dalam keadaan kering sangat keras, dan tak
mudah terkelupas hanya dengan jari tangan. Permeabilitas lempung sangat rendah
(Karl Terzaghi; Raplh B. Peck 1967). Plastisitas merupakan karakteristik yang
penting dalam hal tanah berbutir halus. Istilah plastisitas melukiskan kemampuan
tanah untuk berdeformasi pada volume tetap tanpa terjadi retakan atau remahan.
Plastisitas terdapat pada tanah yang memiliki mineral lempung atau bahan organik
(Craig, 1986).

Tanah-tanah yang banyak mengandung lempung mengalami perubahan


volume ketika kadar air berubah. Pengurangan kadar air menyebabkan lempung
menyusut, dan sebaliknya bila kadar air bertambah lempung mengembang. Derajat
pengembangan bergantung pada beberapa faktor, seperti: tipe dan jumlah mineral
lempung yang ada didalam tanah, luas spesifik lempung, susunan tanah, konsentrasi
garam dalam air pori, valensi kation, sementasi, adanya bahan-bahan organik dan
sebagainya. Perubahan tanah yang besar membahayakan bangunan (Hardiyatmo,
C., Hary., 2010).

2.3. Kekuatan Geser Tanah


Kekuatan geser dalam suatu massa tanah adalah kemampuan internal tanah
persatuan luas dalam menahan kelongsoran dan gelincir yang terjadi di sepanjang
bidang longsor dalam massa tanah tersebut. Parameter kekuatan geser tanah
digunakan untuk analisis stabilitas lereng, tekanan lateral pada tembok penahan dan
daya dukung.

Teori tentang kekuatan geser tanah telah dikembangkan oleh Mohr (1900)
dengan mengambil pendekatan teori keruntuhan suatu material. Berdasarkan teori
keruntuhan material, maka sebuah material akan mengalami keruntuhan yang
merupakan kombinasi kritis antara tegangan normal dan tegangan geser. Sehingga
hubungan fungsional antara tegangan normal dan tegangan geser pada sebuah
bidang longsor dapat dinyatakan dalam persamaan (2.1).

6
 = f () ………………………………………………………...…….. ( 2.1)

dimana  adalah tegangan geser dan σ adalah tegangan normal pada bidang runtuh.
Persamaan 2.6 diatas selanjutnya disempurnakan lagi dengan mengambil kenyataan
bahwa pada sebagian besar masalah mekanika tanah tegangan geser pada bidang
runtuh merupakan fungsi linier dari tegangan normal (Coloum, 1776). Jadi
Persamaan (2.1) di atas menjadi

 = f () = c +  ’ tan  ………………….…………….…….......….… (2.2)

dimana c adalah kohesi tanah  adalah sudut gesek internal tanah. Persamaan (2.2)
selanjutnya dinamakan persamaan kriteria keruntuhan Mohr – Coloumb.
Pernyataan secara grafis dari persamaan (2.1) dan Persamaan (2.2) dapat dilihat
pada Gambar 2.1.

 Selubung
Keruntuhan
 Mohr
Tegangan geser ()

Kriteria Keruntuhan
c Morh-Coulomb
)
Tegangan normal ()
(a b)

Gambar 2.5. Selubung Keruntuhan Mohr dan Kriteria Keruntuhan Mohr Coloumb
pada Kondisi Tanah Jenuh, Persamaan (2.2) dapat ditulis.(Das, Mekanika Tanah
2,1993)

 = c + ( ̶ u) tan  = c + ’ tan  ……………………….………..… (2.3)

Untuk uji geser langsung yang dilakukan tegangan normal dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.4
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
𝜎 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖 ……………………….............................. (2.4)

7
Tegangan geser yang terjadi untuk setiap pergeseran dihitung menggunakan
persamaan 2.5
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟
𝜏 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖 ………………………….………...….... (2.5)

2.4. Kadar Air


Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air tanah, yaitu
perbandingan antara berat air yang terkandung dalam massa tanah terhadap berat
butiran tanah (tanah kering) dan dinyatakan dalam persen.

Tabel 2. 1 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Kadar Air (Braja M. Das,Mekanika


Tanah I, 1988)
Soil Type Natural Water Content in a
Saturated State (%)
Loose Uniform Sand 30
Dense Uniform Sand 16
Loose Angular – Grained Silty Sand 25
Dense Angular – Grained Silty Sand 15
Stiff Clay 21
Soft Clay 30 – 50
Loess 25
Soft Organic Clay 90 – 120
Glacial Till 10

2.5. Berat Isi


Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mengetahui berat isi tanah (ɣ) dalam
keadaan tidak terganggu. Berat isi dari suatu massa tanah adalah perbandingan
antara berat total tanah terhadap isi total tanah dan dinyatakan dalam notasi gr/cm3.
Berdasarkan pekerjaan ini, tanah dapat dikalsifikasikan sebagai berikut:

8
Macam Tanah n e w γd γb
2 3
(%) (%) (kN/m ) (kN/m )

Pasir seragam, tidak padat 46 0,85 32 14,3 18,9


Pasir seragam, padat 34 0,51 19 17,5 20,9
Pasir berbutir campuran, tidak padat 40 0,67 25 15,9 19,9
Pasir berbutir campuran,padat 30 0,43 16 18,6 21,6
Lempung lunak sedikit organik 66 1,90 70 - 15,8
Lempung lunak sangat organik 75 3,00 110 - 14,3
Tabel 2.2 Nilai n, e, w, γd, γb untuk tanah keadaan asli di lapangan
(Hardiyatmo, Mekanika Tanah I, 2002)

2.6. Kuat Tekan Bebas


Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tekan bebas (tanpa
ada tekanan horizontal-tekanan samping), qu dalam keadaan asli maupun buatan
(remoulded) disamping itu untuk menentukan derajat kepekaan tanah atau
sensitivity (St).

Tabel 2.3 Konsistensi Kohesif Tanah Berdasarkan Nilai qu (Braja M. Das, 2000)

Konsistensi qu (kg/cm2)
Very Soft 0 – 0,244
Soft 0,244 – 0,488
Medium 0,488 – 0,976
Stiff 0,976 – 1,953
Very Stiff 1,953 – 3,906

Tabel 2.4 Berdasarkan Derajat Kepekaan Tanah (Braja M. Das, 2000)

St Deskripsi
1–2 Slightly Sensitive
2–4 Medium Sensitivity
4–8 Very Sensitive
8 – 16 Slightly Quick

9
16 – 32 Medium Quick
32 – 64 Very Quick
> 64 Extra Quick

2.7. Uji Kuat Geser Laboratorium


Berbagai uji kuat geser tanah sering dilakukan di Laboratorium adalah:
1. Uji Geser Langsung(Direct Shear Test)
2. Uji Tiga Paksi (Triaxial Test)
3. Uji Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)

2.8. Karakteristik Sifat Fisik Tanah


Suatu massa tanah yang ada di alam ini secara umum terdiri dari tiga partikel,
yaitu butiran tanahnya sendiri, air dan udara. Air dan udara ini terdapat dalam
ruangan antara butiran butiran tanah yang disebut pori (voids). Dalam keadaan di
alam, pori ini dapat memiliki 3 kondisi yaitu: pori tidak terisi air seluruhnya, pori
terisi air seluruhnya, pori terisi air dan udara.

Keadaan pori tanah dalam kondisi tidak ada air sama sekali, terjadi apabila
sudah benar-benar kering. Akan tetapi keadaan semacam ini jarang ditemukan pada
tanah yang masih dalam keadaan asli di lapangan. Air dalam butiran tanah hanya
dapat dihilangkan sama sekali apabila tanah tersebut diperlakukan secara khusus,
misalnya dengan memanaskan di dalam oven.

Sebaliknya sering ditemukan suatu keadaan dimana pori tanah tidak


mengandung sama sekali udara, yang menyebabkan ruang pori terisi penuh dengan
air. Keadaan seperti ini disebut jenuh air. Keadaan jenuh air semacam ini terjadi
apabila tanah terdapat di bawah muka air.

Untuk memudahkan analisa, maka selanjutnya struktur tanah dapat


digambarkan dalam beberapa fasa yang kemudian disebut diagram fasa seperti pada
Gambar 2.2.

10
Sumber: Soedarmo, Djatmiko dan Purnomo. 1993

Gambar 2.6. Diagram Fasa Tanah

Seperti terlihat pada gambar di atas, bahwa volume total (V) butiran tanah
adalah terdiri dari volume padat (Vs) dan volume pori (Vv). Volume pori (Vv)
terdiri dari voume air (Vw) dan volume udara (Va). Sedangkan berat total (W)
merupakan penjumlahan antara berat partikel padat (Ws) dan berat air (Ww), dalam
hal ini berat udara diabaikan.

Dari struktur butiran tanah, kemudian berkembang parameter-parameter fisis


tanah yang bermacam-macam. Parameter fisis yang dimaksud adalah:

 Berat isi tanah (unit weight of density) (γ) adalah perbandingan berat tanah
seluruhnya dengan volume tanah seluruhnya.
𝑊
γ= .................................................................................................... (2.6)
𝑉

 Berat isi air (unit weight of water) (γw) adalah perbandingan antara berat air
dengan volume air.
 Berat isi tanah basah (submerged density) (γsub) adalah perbandingan antara
berat butir tanah basah dengan volume tanah seluruhnya.
γsub = γ’ = γsat - γw ……............................................................................... (2.7)
 Berat isi tanah kering (dry density) (γd) adalah perbandingan antara berat butir
tanah kering dengan volume tanah seluruhnya.

11
γ
γd = 1+𝑤 .................................................................................................... (2.8)
Gs.γw
γd = .................................................................................................... (2.9)
1+𝑒

 Berat jenis (spesific gravity) (Gs) adalah perbandingan antara berat butir tanah
dan berat air suling dengan volume yang sama, pada suhu tertentu.
𝑊𝑠
Gs = 𝑉𝑠.γw ................................................................................................. (2.10)

 Kadar air (water content) (w) adalah perbandingan antara berat air dengan berat
butir tanah dinyatakan dalam persentase.
𝑊𝑤
w= 𝑥 100% ...................................................................................... (2.11)
𝑊𝑠

 Angka pori (Voids ratio) (e) adalah perbandingan antara volume pori dengan
volume butiran tanah.
Vv
e = 𝑉𝑠 𝑥 100% (angka pori dinyatakan dalam persen) ........................ (2.12)

 Porositas (porosity) (n) adalah perbandingan antara volume pori dengan


volume tanah seluruhnya.
Vv
n= 𝑥 100% (porositas dinyatakan dalam persen) ........................... (2.13)
V

 Derajat kejenuhan (degree of saturation) (Sr) adalah perbandingan antara


volume air massa tanah dengan volume pori seluruhnya.
Vw
Sr = 𝑥 100% (derajat kejenuhan dinyatakan dalam persen) ............. (2.14)
Vv

2.9. Berat Jenis


Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat jenis butiran tanah (Gs).
Berat jenis tanah adalah perbandingan antara antara berat butir-butir tanah dengan
berat air destilasi di udara dengan volume yang sama pada temperature tertentu.
Biasanya diambil pada temperature 27,5˚. Berdasarkan niai Gs tersebut dapat
diketahui apakah tanah organis atau anorganis.

Soil Type Range of Gs


Sand 2,63 – 2,67
Silts 2,65 – 2,7
Clay and silty clay 2,67 – 2,9
Organic soil Less than 2
Tabel 2.5 Batasan Umum Gs untuk Klasifiasi Tanah (Braja M. Das, 2000).

12
2.10. Analisa Saringan
Pengujian ini dimaksud untuk menentukan gradasi atau pembagian ukuran
butir tanah (grain size distribution) dari suatu sampel tanah dengan menggunakan
saringan di mana lubang-lubang saringan tersebut makin kecil secara berurutan.
Untuk standar saringan di Amerika Serikat, nomor saringan dan ukuran lubang
diberikan pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Standar Saringan Amerika Serikat

Sumber: (Das, Mekanika Tanah 1, 1988)

2.11. Analis Hidrometer


Analis hidrometer dapat dipergunakan untuk memperbesar batas kurva
distribusi ukuran butir dan untuk memperkirakan ukuran yang lebih kecil dari
saringan No. 200. Perkiraan “fraksi lempung” sebagai presentase yang lebih kecil
dari 0,002 mm dapat juga dilakukan. Analisis hidrometer tidak dilakukan secara
langsung pada sistem klasifikasi tanah yang mana saja.
2.12. Batas-batas Atterberg’s
Terzaghi (1925) dianggap sebagai ahli yang pertama kali menggunakan batas
cair dan batas plastis tanah sebagai nilai/indeks konsistensi yang dapat berguna

13
untuk klasifikasi tanah. Batas cair biasanya dilakukan pada tanah kohesif yang
kering udara, dihancurkan dan disaring melalui saringan No. 4, tanah kohesif
dimaksudkan apabila butiran-butiran tanah bersatu sesamanya sehingga sesuatu
gaya akan diperlukan untuk memisahkannya dalam keadaan kering. Klasifikasi ini
diperuntukkan kepada jenis tanah yang berbutir halus. Sebelum mengklasifikasikan
tanah ini maka harus diketahui terlebih dahulu batas konsistensi dari Atterberg.
Batas konsistensi dipengaruhi oleh kadar air dalam tanah. Keadaan tanah akan
berubah sesuai kadar airnya, sehingga dibedakan menjadi 4 keadaan yaitu: solid
(padat), semi solid (agak padat), plastic (plastis), dan cair. Konsistensi Atterberg’s
ini dapat terlihat seperti Gambar 2.3

Padat Setengah Plastis Cair


padat

Batas Susut Batas Plastis Batas Cair

Gambar 2.3 Batas-batas Atterberg’s.

Sumber: Raymound N. Young, Benno P. Wakentin, 1975, Soil Properties

and Behavior, Elsevier scientific publishing company Amsterdam,

Oxford, New York (hal. 18)

Dengan adanya sifat-sifat yang ditentukan oleh kadar air tadi sehingga terbagi
menjadi 4 keadaan, maka timbul 3 keadaan batas yang disebut batas-batas
Atterberg’s (Atterberg’s limit). Batas-batas Atterberg’s tersebut adalah:

1) Batas susut (shrinkage limit = SL)


2) Batas plastis (plastic limit = PL)
3) Batas cair (liquid limit = LL)

 Batas Susut (SL)

14
Adalah kadar air suatu contoh tanah, apabila dikeringkan contoh tanah tersebut
tidak mengalami penyusutan lagi. Dengan kata lain shrinkage limit adalah
kadar air maksimum, dimana kehilangan air tidak akan menyebabkan
pengurangan volume tanah.
 Batas Plastis (PL)
Adalah kadar air minimum dimana suatu tanah masih dalam keadaan plastis.
Kadar air pada suatu keadaan dimana contoh tanah tersebut dapat dirol (dengan
tangan diatas kaca), sehingga berbentuk silinder berukuran ø1/8” (3mm),
pada keadaan mulai timbul tanda-tanda retak.
 Batas Cair (LL)
Kadar air batas dimana suatu tanah berubah dari keadaan cair menjadi menjadi
plastis. Kadar air yang diperoleh melalui Flow Curve untuk nilai N=25, dimana
N menunjukkan jumlah ketukan.
Indeks plastisitas atau plasticity index merupakan selisih nilai antara liquid
limit (LL) dengan plastic limit (PL). Suatu tanah dengan nilai liquid limit (LL) yang
besar adalah kurang baik. Karena besarnya air yang dikandung oleh tanah tersebut
dapat menyebabkan daerah plastisitasnya semakin besar. Dengan semakin besarnya
daerah plastis, maka ini berati pula perubahan volume pada tanah tersebut semakin
besar.
Atterberg membedakan jenis tanah berdasarkan index plastisitas ke dalam 4
tingkat, seperti pada tabel 2.7

Tabel 2.7 Tingkat Plastisitas Menurut Atterberg Berdasarkan Jenis Tanahnya


Plasticity Indeks (PI) Tingkat Plastisitas Jenis Tanah
0 Non plastis Pasir
0 < PI < 7 Plastisitas rendah Lanau (silt)
Lempung kelanauan,
7 < PI < 17 Plastisitas sedang
Lanau Kelempungan
PI > 17 Sangat plastis Lempung

Sumber: Ma’mun, Ir, 1987, Pengantar Mekanika Tanah, Fakultas Teknik


Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin (hal. 57).

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas
Teknik Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Pengambilan sampel tanah
pada lokasi lerang alami di Desa Aranio Kec. Aranio Kab. Banjar Provinsi
Kalimantan Selatan.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis tanah lempung yang
diambil dari lokasi lereng alami di Desa Aranio, Kecamatan Aranio, Kabupaten
Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Topografi didaerah tersebut bervariasi antara
dataran tinggi dan dataran rendah atau terbentuk lereng yang sebagian besar
menjadi lereng jalan. Sampel tanah pada lokasi tersebut diambil menggunakan bor
tangan dengan cara pengambilan sampel untuk contoh tanah asli atau tidak
terganggu (undisturb). Selanjutnya sampel tanah tersebut dibawa ke laboratorium
Mekanika Tanah Universitas lambung Mangkurat untuk diuji kuat gesernya serta
diuji sifat fisik dan mekanisnya.

Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah uji geser langsung (direct
shear test). Alat uji direct shear test ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu setang
penekan dan pemberi beban, alat penggeser lengkap dengan cincin penguji (proving
ring) dan 2 buah arloji geser (extension meter), serta cincin pemeriksa yang terbagi
dua dengan penguncinya terletak dalam kotak. Selain alat direct shear test,
pengujian juga akan dilakukan menggunakan alat pengujian mekanis dan fisis
tanah. Alat tersebut tersedia di laboratorium mekanika tanah program studi Teknik
Sipil Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Adapun macam pemeriksaan
dan alat yang akan digunakan dalam mencapai tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:

16
1. Pemeriksaaan uji geser langsung (direct shear test)
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
 Sebuah cincin (direct shear test) dengan perlengkapannya
 Cincin pemeriksa 2 bagian dan 2 buah batu pori
 Stowatch
 Sebuah extruder dan pisau pemotong tanah
 cincin cetak benda uji, grease (gemuk), dll
 Suatu benda yang digunakan sebagai beban

2. Pemeriksaaan uji baling-baling


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
 Alat vane shear test
 Stang punter

3. Pemeriksaaan kuat tekan bebas


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
 Pesawat tekan bebas
 Ekstruder
 Alat pencetak sampel
 Pisau perata/spatula
 Neraca

4. Pemeriksaan kadar air (w)


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
 Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)oC
 Cawan kedap udara dapat dibuat dari gelas atau logam/aluminium
 Desikator
 Neraca dengan ketelitian 1 gram, 0,1 gram, dan 0,01 gram.

5. Pemeriksaan berat volume (γm)


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
 Ring sebanyak 2 buah (berat dan volumenya diketahui)
 Container 2 buah
 Ekstruder

17
 Timbangan
 Pisau/spatula

6. Pemeriksaan berat jenis (Gs)


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
 Picnometer sebanyak 2 buah dengan kapasitas 100 ml, atau botol ukuran
kapasitas 50 ml
 Desikator
 Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)oC
 Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
 Termometer ukuran 0oC-50oC dengan ketelitian 1 oC
 Saringan No 4, 10, 40 dan penadahnya (pan)
 Air suling
 Bak perendam
 Tungku listrik atau pompa hampa udara (vacum 1-1,5 pk)
 Gliserin.

7. Pemeriksaan gradasi butir dengan saringan


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
 Satu set saringan No 10, 20, 40, 60, 100 dan 200 (menurut standar ASTM)
 Timbangan dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji
 Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)oC
 Alat pemisah contoh
 Pengguncang saringan (sieve shaker)
 Talam-talam
 Kuas, sikat kuningan, sendok dan lain-lain.

8. Pemeriksaan gradasi butir dengan hydrometer


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
 ASTM soil hydrometer 152 H
 Tabung gelas dengan ukuran kapasitas 1000 ml, diameter ± 6,5 cm
 Termometer ukuran 0oC-5oC dengan ketelitian 0,1 oC
 Pengaduk mekanis dan mangkuk disperse

18
 Satu set saringan No 10, 20, 40, 60, 100 dan 200
 Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
 Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)oC
 Tabung-tabung gelas ukuran 50 ml dan 100 ml
 Batang pengaduk dari gelas
 Stop watch
 Bahan dispersi, Sodium Silikat atau Sodium Metaphospat.

9. Pemeriksaan batas cair (LL)


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
 Alat batas cair standar
 Alat pembuatan alur (grooving tools)
 Plat kaca 45x45x0,9 cm
 Neraca/timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
 Cawan untuk kadar air sebanyak 3 buah
 Spatula dengan panjang 12,5 cm
 Air suling
 Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)oC.

10.Pemeriksaan batas plastis (PL)


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
 Plat kaca 45x45x0,9 cm
 Spatula dengan panjang 12,5 cm
 Batang pembanding, diameter 3 mm sepanjang 10 cm
 Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
 Cawan untuk kadar air sebanyak 2 buah
 Air suling
 Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)oC.

11.Pemeriksaan batas susut (SL)


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
 Evaporating disk, porselin ± 4,5"

19
 Shrinkage disk, dasar rata dari porselin atau monel diameter 1,75" dan tinggi
0,5"
 Straight edge, panjang 12"
 Gelas cup permukaan rata, diameter a" tinggi 1"
 Graduate silinder 25 ml, tiap garis pembacaan ukuran volume 0,2 ml
 Balance dengan ketelitian 0,1 gram
 Mercury (air raksa).

3.3. Cara Pelaksanaan Penelitian


Prosedur penelitian dan data yang akan dihasilkan dalam tiap tahap kegiatan
penelitian dibagi dalam 4 (empat) bagian besar yaitu:

a) Pengambilan sampel tanah di lapangan,


b) Prosedur penelitian dan pengambilan data tanah di laboratorium,
c) Prosedur penelitian uji geser tanah berdasarkan bidang retak,
d) Cara analisis hasil penelitian.
Penjelasan dari tiap prosedur penelitian dan teknik pengambilan data itu
dijelaskan dalam uraian berikut:

3.3.1. Pengambilan Sampel Tanah di Lapangan


Pada tahap awal penelitian ini dilakukan persiapan, yaitu berupa pengambilan
sampel. Metode penelitian sampel tanah memakai standard ASTM D 1452-80
dengan menggunakan bor tangan (hand boring), pengeboran dilaksanakan sampai
kedalaman -02.00 meter. Waktu yang diperlukan dari persiapan hingga pelaporan
penelitian 5 bulan.

3.3.2. Prosedur Penelitian Pengujian Tanah yang Belum Retak


Kegiatan penelitian pengujian tanah yang belum retak di laboratorium
ditujukan untuk mendapatkan data fisik dan mekanis tanah. Pengujian yang
dilakukan terdiri atas:

a) Pemeriksaan uji geser langsung

20
Ada beberapa pengujian baik dilapangan maupun di laboratorium yang
bertujuan untuk mendapatkan kekuatan geser tanah. Pengujian kekuatan geser
tanah dilapangan antara lain adalah kipas geser (vhane shear test), sedangkan
pengujian kekuatan geser di laboratorium adalah uji geser langsung (direct shear
test) dan triaksial (triaxial test). Pada bagian ini yang akan dibahas hanya pengujian
kekuatan geser tanah menggunakan uji geser langsung (direct shear test). Direct
shear test bertujuan untuk menentukan harga kohesi (c) dan sudut geser dalam ().
Standart pemeriksaan yang dipakai adalah ASTM D 3080-4.

Skema pengujian geser laboratorium menggunkan alat direct shear test dapat
dilihat pada gambar 3.1, benda uji ditempatkan dalam sebuah kotak geser yang
terpisah menjadi dua bagian yang sama. Gaya normal diberikan dari atas benda uji
dan gaya geser diberikan pada setengah bagian atas benda uji dari arah samping.
Pada pengujian ini, bidang geser dipaksa terjadi pada setengah bagian benda uji.
Tergantung pada jenis alat uji, maka pengujian geser langsung dapat dilakukan
dengan mengontrol tegangan atau mengontrol regangan.

Gambar 3.1 Skema Pengujian Geser Langsung (Hardiyatmo, 2002)

b) Pemeriksaan uji baling-baling


Untuk menentukan tahanan geser tanah bisa diandalkan untuk kohesi tanah
air termampatkan (undrained). Standart pemeriksaan yang dipakai adalah ASTM
D 2573-67-T.

c) Pemeriksaan kuat tekan bebas

21
Untuk menentukan kekuatan tekan bebas (tanpa ada tekanan horizontal-
tekanan samping), qu dalam keadaan asli maupun buatan (remoulded) dan
menentukan derajat kepekaan tanah atau sensitivity (St). Standart pemeriksaan yang
dipakai adalah ASTM D 2166-66

d) Pemeriksaan kadar air (w)


Kadar air / water content (w) adalah perbandingan antara berat air di dalam
suatu massa tanah terhadap berat partikel padatnya, dinyatakan dalam persen.
Standart pemeriksaan yang dipakai adalah ASTM D 2216-71. Pemeriksaan
dilakukan terhadap sampel tanah asli untuk mengetahui keadaan asli di lapangan.

e) Pemeriksaan berat volume (γ)


Berat volume (γ) adalah perbandingan antara berat isi tanah terhadap volume
tanah yang bersangkutan. Pemeriksaan ini juga dilakukan terhadap sampel tanah
tidak terganggu dengan maksud untuk mengetahui keadaan asli di lapangan.
Standart pemeriksaan yang dipakai adalah ASTM D 2937-83.

f) Pemeriksaan berat jenis (Gs)


Berat jenis (Gs) adalah perbandingan antara berat butir tanah dan berat air
suling dengan volume yang sama pada suhu tertentu. Standart pemeriksaan yang
dipakai adalah ASTM D 854-58.

g) Pemeriksaan gradasi butir dengan saringan


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi butiran (gradasi)
dengan menggunakan saringan. Standart spesifikasi yang digunakan adalah ASTM
D 2487-69.

h) Pemeriksaan hidrometer
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui gradasi tanah yang lolos
saringan No 200. Standart spesifikasi yang digunakan adalah ASTM Soil
Hydrometer 152 H.

i) Pemeriksaan batas cair (LL)


Batas cair adalah kadar air sampel dimana tanah berubah dari keadaan cair
menjadi plastis. Standart pemeriksaan yang dipakai adalah ASTM D 423-66.

22
j) Pemeriksaan batas plastis (PL)
Batas plastis adalah kadar air minimum dimana untuk menentukan kadar air
suatu tanah pada keadaan plastis. Standart pemeriksaan yang dipakai adalah ASTM
D 424-59.

k) Pemeriksaan batas susut (SL)


Untuk menentukan kadar air tanah terhadap berat kering tanah setelah di
oven, dimana pengurangan volume massa tanah tidak terjadi walau terjadi
pengurangan kadar airnya, tetapi penambahan kadar air akan menyebabkan
penambahan volume tanah. Standart pemeriksaan yang dipakai adalah ASTM D
427-61.
No Jenis Pengujian Benda Uji
1 Pengujian sifat fisik tanah 1x1
2 Pengujian kuat tekan bebas 1x1
Total 2
Tabel 3.1 Sampel dan Benda Uji Penyelidikan di Laboratorium

3.3.3. Prosedur Penelitian Uji Geser Tanah Berdasarkan Perambatan Bidang


Retak

Prosedur pengujian uji geser tanah berdasarkan perambatan bidang retak


adalah kegiatan penelitian untuk mendapatkan nilai kohesi tanah (c) dan sudut
gesek internal () jika tanah dalam kondisi sudah mengalami retak.
Hutagamissufardal (2013) telah melakukan penelitian membuat bidang retak
dengan posisi tegak lurus arah geser. Riyannor Wahyudi dan Feisal Buyung (2017)
telah melakukan penelitian berdasarkan pendekatan bidang retak dengan
melakukan beberapa variasi persentase. Maka untuk lebih mendekati nilai
parameter tanah dilapangan penelitian ini dilakukan dengan variasi prosentasi
perambatan bidang retak 25%, 50%, 75% dan 100%.

Prosedur kerja sebagai berikut:

23
a. Contoh tanah dikeluarkan dari tabung langsung dimasukan kedalam cincin,
kemudian permukaan tanah diratakan dengan ring.
b. Masukan benda uji kedalam bagian bawah cincin pemeriksaan, kemudian retak
dengan posisi tegak lurus arah geseran. variasi prosentasi perambatan bidang
retak 25%, 50%, 75% dan 100% .
c. Setelah membuat bidang retak kemudian sampel direndam selang waktu ±
5jam.
d. Setelah dipotong sesuai dengan variasi perambatan bidang retak pasanglah
bagian atas cincin pemeriksaan yang telah terkunci menjadi satu dan pasanglah
batu pori pada bagian atas dan bawah benda uji.
e. Tuangkan air pada bak contoh benda uji
f. Hidupkan motor penggerak sehingga piston penggerak maju dan menyentuh
tangkai shear ring atas, lalu matikan kembali motor.
g. Atur proving dial pada skala nol.
h. Letakkan beban pada lengan beban dan turunkan batang penekan sehingga
menyentuh shear ring atas kembali.
i. Hidupkan motor penggerak dan catat pembacaan proving ring dial menurut
interval waktu tertentu.
j. Percobaan dihentikan jika benda uji telah mengalami keruntuhan geser, yaitu
apabila tegangan-tegangan atau gaya-gaya geser menurun meskipun deformasi
horizontal terus bertambah.
k. Ulangi tahapan-tahapan diatas untuk benda uji kedua dan ketiga, hanya
mengubah beban yang diletakkan pada lengan beban.

Keterangan : Alasan pengambilan sampel dengan menggunakan varian horizontal


dan vertikal 1/6, 2/6, 3/6, 4/6, 5/6 dan 6/6 karena sesuai arah diameternya 6 cm.

24
Contoh penjelasan perambatan bidang retak 25% dari benda uji dengan diameter
sampel = 6 cm. Lihat Gambar 3.2.

a) b)

Gambar 3.2 Benda Uji dengan Perambatan Bidang Retak 25%

a) Benda uji tampak depan


b) Benda uji tampak atas

Banyaknya sampel dan benda uji untuk pengujian geser dengan perambatan
bidang retak dapat dilihat pada Tabel 3.2.

No Jenis pengujian geser bidang retak Benda Uji


1 Bidang retak 0% 1x3=3
1 Bidang retak 25% 1x3=3
2 Bidang retak 50% 1x3=3
3 Bidang retak 75% 1x3=3
4 Bidang retak 100% 1x3=3
Total 15

Tabel 3.2 Sampel dan Benda Uji Penyelidikan Kekuatan Geser pada Perambatan
Bidang Retak.

3.3.4. Prosedur Pengaruh Lama Rendaman


Prosedur pengaruh lama rendaman adalah kegiatan penelitian untuk
mendapatkan hasil nilai kohesi tanah (c) dan sudut gesek internal () jika tanah

25
dalam kondisi sudah mengalami retak kemudian turun hujan secara terus menerus.
Melihat kondisi dilapangan hujan secara terus menerus sekitar 3 sampai 4 jam dapat
menimbulkan kelongsoran. Maka untuk lebih mendekati nilai parameter tanah
dilapangan penelitian ini dilakukan dengan variasi lama rendaman dengan lama
rendaman 1jam, 2jam, 4jam.

26
3.4. Diagram Alur Penelitian

Adapun bentuk diagram alur dari langkah-langkah penelitian adalah:


Mulai

Studi literatur dan perencanaaan

Penentuan lokasi sampling

Pengambilan sampel

Tanah lempung

Pemeriksaan di laboratorium

Pengujian sifat fisik tanah Pengujian sifat mekanis


tanah

- Indeks mekanis tanah:


 Uji geser langsung
 Kuat tekan bebas
 Uji baling-baling

- Indeks Properties:
 Kadar air (w)
 Berat volume (γt) Pengujian geser Pengujian geser
 Berat jenis (Gs) langsung (direct langsung (direct shear
 Analisa saringan shear test) tanah test) tanah dengan
asli yang belum perambatan bidang
 Analisa hidrometer
retak retak

(total 3 benda uji) (total 20 benda uji)


Prosentasi perambatan
bidang retak (25%, 50%,
75%100%)

Proses lama rendaman sampel dengan


waktu 1jam,2jam,4jam

Analisis data hasil pengujian laboratorium

Kesimpulan

Gambar 3.4 Diagram Alur Metodologi Penelitian

27
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Sifat Fisik dan Mekanis Tanah

Pada penelitian tugas akhir ini telah dilakukan pengujian laboratorium yaitu
sifat fisik dan mekanis tanah yang bertujuan untuk mengetahui nilai karakteristik
tanah pada sampel tanah yang akan digunakan. Pengujian sifat fisik dan mekanis
tanah ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru. Dari hasil pengujian sifat fisik dan mekanis tanah
didapatkan nilai-nilai sebagai berikut.

4.1.1. Pengujian Kadar Air Tanah (Water Content, Wc)


Maksud dari pengujian kadar air tanah adalah mengetahui nilai perbandingan
antara berat air di dalam tanah dengan berat butiran tanah tersebut dalam satuan
persen.
Dari hasil pengujian kadar air tanah maka dapat diketahui tanah lempung
yang berasal dari lereng desa Aranio Kec. Aranio Kalimantan Selatan
mengandung kadar air sebesar 41,97%.

4.1.2. Pengujian Berat Volume Tanah (Volumetric Weight, γ)


Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui berat volume suatu sampel
tanah. berat volume tanah adalah nilai perbandingan berat tanah total termasuk air
yang terkandung didalamnya dengan volume tanah total. Hasil dari pengujian ini
dapat dilihat pada lampiran. Dari pengujian dan perhitungan didapat berat tanah
lempung sebesar 1.29 gr/cm3.

4.1.3. Pengujian Kipas Geser (Vane Shear Test)


Salah satu cara untuk mendapatkan parameter sifat mekanis tanah maka
dilakukan pengujian kuat geser dengan menggunakan uji kipas geser (vane shear
test). Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir

28
tanah terhadap desakan atau tarikan. Berdasarkan hasil pengujiannya menunjukkan
nilai kohesi Undrained (Su) untuk tanah lempung yang berasal dari lereng di desa
Aranio sebesar 85 kPa.

4.1.4. Pengujian Berat Jenis Tanah (Spesific Gravity, Gs)


Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya nilai perbandingan
antara berat butir-butir tanah dengan berat air destilasi di udara dengan volume
yang sama pada suhu tertentu, hasil pengujian berat jenis tanah ditunjukkan pada
lampiran. Dari hasil pengujian dapat diketahu berat jenis tanah tersebut sebesar
2,62. Hal ini menunjukan tanah tersebut termasuk tanah lempung anorganik

4.1.5. Pengujian Analisa Butiran


Uji analisa butiran yang dilakukan yaitu uji analisa saringan dan uji analisa
hydrometer. Analisa saringan untuk menentukan distribusi ukuran butir-butir tanah
tertahan saringan No.200. Sedangkan analisa hidrometer berperan dalam
menentukan distribusi ukuran butir-butir tanah yang lolos saringan No. 200. Hasil
pengujian analisis butiran tanah asli tercantum dalam lampiran. Adapun grafik
distribusi ukuran butir tanah ditunjukan pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi Ukuran Butiran

NO. PENGUJIAN HASIL UJI SATUAN


1 Berat Jenis 2,62
2 Analisa Saringan
a) Kerikil (>2 mm) 6,23 %
b) Pasir kasar (0.6-2.0 mm) 2,26 %
c) Pasir sedang (0.2-0.6 mm) 2,49 %
d) Pasir halus (0.05-0.2 mm) 3,54 %
e) Lanau dan lempung (0.002-0.05) 55,66 %
f) Lempung (<0.002 mm) 29,42 %

29
Gambar 4.1 Kurva distribusi ukuran butir tanah

Dalam Gambar 4.1 terlihat bahwa fraksi tanah didominasi oleh tanah
lempung, karena prosentasi fraksi lempung bernilai lebih dari 25%.

4.1.6. Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)


Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan bebas (unconfined compression test,
UCT) untuk sample undisturbed didapat nilai kuat tekan bebas (qu) yaitu 2,9150
kg/cm3, nilai regangan (ɛ) yaitu 9,17% dan nilai sensitifitas (St) yaitu 5,622. Grafik
UCT untuk sampel undisturbed dapat dilihat Gambar 4.2. Untuk tanah disturbed
didapat nilai kuat tekan bebas (qu) yaitu 0,5158 kg/cm3, nilai regangan (ɛ) yaitu
3,33% dan nilai sensitifitas (St) yaitu 5,622. Grafik UCT untuk sampel disturbed
dapat dilihat pada Gambar 4.3.

30
Gambar 4. 2 Grafik Pengujian UCT dengan Sampel Undisturbed

Gambar 4. 3 Grafik Pengujian UCT dengan Sampel disturbed

Berdasarkan pengujian Unconfined Compression Test didapat nilai kuat tekan


bebas (qu) untuk tanah yang tidak terganggu (undisturbed) sebesar 2,9150 kg/cm2
dan nilai regangan (ɛ) sebesar 9,17%. Hal ini berarti tanah tersebut termasuk
lempung sangat kaku dan memiliki nilai slightly quick lihat Tabel 4.2
Tabel 4.2 Konsistensi Kohesif Tanah Berdasarkan Nilai qu dan Berdasarkan
Derajat Kepekaan Tanah (Braja M. Das, 2000)

Konsistensi qu(kg/cm2) Sensitivity, St Description


Sangat Lunak 0 – 0,244
1-2 Slightly sensitivity
Lunak 0,244 – 0,488
Sedang 0,488 – 0,976 2-4 Medium sensitivity
Kaku 0,976 – 1,953 4-8 Very sensitive
Sangat Kaku 1,953 – 3,906
8-16 Slightly quick
16-32 Medium quick
32-64 Very quick
> 64 Extra quick

31
4.1.7. Pengujian Atterberg Limit
a) Pengujian Batas Cair (liquid limit)
Pengujian batas cair bertujuan untuk menetukan batas cair tanah dan untuk
mengetahui jenis serta sifat-sifat tanah dari bagian tanah yang empunyai ukuran
butir lolos saringan No.40. Berikut ini di paparkan Gambar 4.4 yang
menunjukkan grafik hubungan antara jumlah pukulan dan kadar air tanah asli
pada pengujian batas cair

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Antara Jumlah Pukulan dan Kadar Air Tanah.
Dari Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa pada ketukan ke-25 pengujian batas
cair didapatkan kadar air sebesar 81,25%.

b) Pengujian Plastis (plastic limit)


Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukann antara
daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan
diameter silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung. Dari hasil pengujian
maka didapatkan nilai batas plastis (PL) tanah lempung di Desa Aranio sebesar
35,86%.

c) Pengujian Indeks Plastisitas (Plasticity index)


Indeks plastisitas (PI) merupakan interval kadar air dimana tanah masih
bersifat plastis. Dari nilai batas cair (LL) dan batas plastis (PL) maka didapat
indeks plastisitas (IP) tanah lempung Sungai Tabuk sebesar:
PI = LL - PL
=81,25% - 35,86%.
= 45,39%.

32
Berdasarkan hasil pengujian atterberg limit didapat nilai batas cair (LL) pada
ketukan ke-25 yaitu 81,25%, nilai plastis (PL) yaitu 35,86% dan nilai indeks
plastisitas (PI) yaitu 47,10% yang menunjukan tanah tersebut termasuk kategori CH
seperti pada Gambar 4.5. CH yaitu lempung inorganik dengan plastisitas inorganic
clay high plasticity fat clays lihat pada Tabel 4.3.

Gambar 4.5 Grafik klasifikasi tanah hasil pengujian Atterberg Limit

Tabel 4.3 Klasifikasi tanah menurut USCS


Inorganic silt and very fine sand, rock flour, silty or clayey
ML
fine sand, or clayey silt with slight plasticity
Inorganic clay of low to medium plasticity, gravel clay, sand
CL
clay, silt clay, lean clays

OL Organic silt and organic silty clays of low plasticity

Inorganic silt, M icaceous or atomaceous fine sandy or silty


MH
soils, elastic silt

CH Inorganic clay or high plasticity fat clays

OH Organic clay of medium to high plasticity, organic silts

4.1.8. Kekuatan Geser Tanah


Kekuatan geser tanah merupakan perlawanan internal tanah per satuan luas
terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam tanah yang
dimaksud. Uji geser langsung dilakukan dengan tujuan untuk menentukan nilai
kohesi (c) dan nilai sudut gesek internal () tanah. Pada pengujian direct shear test
dilakukan pengujian tanah dengan variasi rambatan bidang retak 0%, 25%, 50%,

33
75%, 100% dan dengan varian rendaman 1jam, 2jam dan 4jam. Dari pengujian yang
dilakukan maka didapatkan hasil sebagai berikut.

34
DAFTAR PUSTAKA

Hutagamissufardal, 2013, Analisis parameter kekuatan geser tanah berdasarkan


pendekatan bidang retak pada peristiwa kelongsoran lereng, Disertasi Program
Doktor Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
Mochtar, I. B, 2010, Masalah Pergerakan Tanah dan Turap Baja di Lereng Tebing Dekat
Gedung Squash, Kota Balikpapan, Laporan Penyelidikan Tanah oleh Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat LPPM, ITS, untuk Pemda Kota
Balikpapan

Mochtar, I. B, 2011, Cara baru memandang konsep stabilitas lereng (Slope Stability)
berdasarkan kenyataan dilapangan, Makalah pada Seminar Nasional Geoteknik
Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI). Banjarmasin.

Riyannor Wahyudi, 2017, Analisi Pengaruh Retakan Terhadap Nilai Kohesi (c) Dan
Sudut Gesek Internal (ɸ), Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Sipil Universitas
Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Das, B.M., 1998, Mekanika tanah Jilid 1 Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis. Erlangga.
Jakarta.
Das.B.M, 1993, Mekanika Tanah Jilid 2, Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis, Erlangga.
Jakarta.
Mohr, O, 1900, Welche umstande bedingen die elastizitatsgrenze und den bruch eines
materiales, Zeitschrift des vereines deutscher ingenieure, vol. 44, pp. 1524-1530,
1572-1577.
Braja M. Das, 2000, Mekanika Tanah Jilid 1, Erlangga. Jakarta.
Soedarmo, D. dan Purnomo, E. 1993. Mekanika Tanah 1. Penerbit Kanisius. Malang.
Raymound N. Young, Benno P. Wakentin, 1975, Soil Propertie and Behavior, Elsevier
scientific publishing company Amsterdam, Oxford, New York.

Ma’mun, Ir, 1987, Pengantar Mekanika Tanah, Fakultas Teknik Universitas Lambung
Mangkurat. Banjarmasin.

Hardiyatmo, H. C. 2002. Mekanika Tanah I, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

35

Anda mungkin juga menyukai