KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, karunia, serta hidayah-Nya kepada penulis.sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Teknik Instrumen Bedah Digesti (
Herniotomi dan Kolesistektomi)”. Adapun maksud dari penyusunan tugas
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah komunikasi keperawatan.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
ii
iii
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang
mencakup tiga fase pembedahan, yaitu preoperative phase, intraoperative
phase dan post operative phase. Masing- masing fase dimulai pada waktu
tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang
membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang
perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat
dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan.
Disamping perawat kegiatan perioperatif ini juga memerlukan dukungan dari
tim kesehatan lain yang berkompeten dalam perawatan pasien sehingga
kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan prima.
Keperawatan preoperatif merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Sedangkan tindakan keperawatan preoperatif merupakan
tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien
untuk dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan untuk menjamin
keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun pemeriksaan
penunjang serta persiapan mental sangat diperlukan karena kesuksesan suatu
tindakan pembedahan klien berawal dari kesuksesan persiapan yang
dilakukan selama tahap persiapan. Kesalahan yang dilakukan pada saat
tindakan preoperatif apapun bentuknya dapat berdampak pada tahap-tahap
selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara masing-masing
komponen yang berkompeten untuk menghasilkan outcome yang optimal,
yaitu kesembuhan pasien secara paripurna.
1
2
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan herniotomi dan kolesistektomi ?
2. Apa sajakah persiapan pasien sebelum tindakan herniotomi dan
kolesistektomi?
3. Apa sajakah persiapan alat sebelum tindakan herniotomi dan
kolesistektomi?
4. Apakah komplikasi yang dapat terjadi setelah pembedahan herniotomi
dan kolesistektomi ?
5. Bagaimanakah prosedur operasi herniotomi dan kolesistektomi ?
6. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan herniotomi dan
kolesistektomi ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian herniotomi dan kolesistektomi
2. Mengetahui apa saja persiapan pasien sebelum melakukan tindakan
herniotomi dan kolesistektomi
3. Mengetahui persiapan alat untuk tindakan herniotomi dan kolesistektomi
4. Mengetahui komplikasi yang terjadi
5. Mengetahui prosedur operasi herniotomi dan kolesistektomi
6. Mengetahui asuhan keperawatan herniotomi dan kolesistektomi
2
3
D. MANFAAT
Sebagai referensi yang dapat digunakan dalam pebuatan makalah
selanjutnya. Selain menambah wawasan, penulis juga ingin makalah dipakai
sebagai referensi, mengembangkan ide-ide yang dirasa menarik yang dapat
digunakan dalam pebuatan makalah selanjutnya. Makalah sebagai bahan
referensi dan menambah masukan untuk mengembangkan tugas selanjutnya.
3
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. HERNIOTOMI
1. Pengertian
Herniotomi adalah operasi pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong hernia dibuka dan isi hernia dibebaskkan kalau ada
perlengketan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setingggi
mungkin lalu dipotong.
Herniotomi merupakan suatu tindakan pembedahan dengan cara
memotong kantong hernia, menutup defek. Benjolan di daerah inguinal
dan dinding depan abdomen yang masih bisa dimasukan kedalam cavum
abdomen
2. Indikasi dan kontraindikasi
Indikasi:
– Hernia reponibel
– Hernia irreponibel
– Hernia inkaserata
– Hernia strangulata
Kontraindikasi:
Khusus ( adanya peninggian tekanan intra abdomen: hipertrofi prostat, kelainan
paru-paru)
3. Komplikasi
Beberapa komplikasi dapat terjadi pasca bedah. Komplikasi yang paling
umum terjadi adalah:
a. Failure to awaken
b. Nausea-vomiting, kadang-kadang dipersulit oleh dehidrasi.
c. “Chest” atau komplikasi pada paru
d. Trombosis vena tungkai, kadang-kadang dipersulit oleh emboli
4
5
5
5
l. Hypertension
m. Hypervolemia
5
6
f. Terapi cairan
Pengaruh hormonal yang masih menetap beberapa hari pasca
bedah dan dapat mempengaruhi keseimbangan air dan elektrolit
harus diperhatikan dalam menentukan terapi cairan tersebut. Bila
penderita sudah dapat minum secepatnya diberikan peroral. Apabila
penderita tidak boleh peroral, maka pemberian secara parenteral
diteruskan
6
7
7
8
5. Persiapan Pasien
Sebelum operasi dimulai, pasien operasi hernia inguinal terbuka
pada umumnya diberikan bius atau anestesi lokal. Artinya pasien tetap
terjaga selama operasi, namun daerah yang akan dibedah mengalami mati
rasa sehingga pasien tidak akan merasakan sakit. Dalam beberapa kasus,
anestesi umum (pasien tertidur selama operasi dan tidak akan merasa
sakit) juga bisa dilakukan.
Setelah efek anestesi bekerja, dokter ahli bedah membuat sayatan
tunggal sepanjang 6-7 cm di atas benjolan hernia. Jaringan lemak atau
usus yang menonjol kemudian ditempatkan kembali ke dalam perut.
Selanjutnya, selembar jaring sintetis ditempatkan di dinding perut,
tepatnya di lokasi hernia tadi. Jaring sintetis ini diletakkan guna
memperkuat titik dinding yang lemah dan mengurangi risiko hernia akan
terulang. Terakhir, perut akan ditutup kembali dengan jahitan.
Jika terjadi strangulata dan ada bagian usus yang rusak, bagian
tersebut mungkin perlu dipotong dan kedua ujung usus yang sehat
digabungkan kembali. Operasi hernia terbuka termasuk ke dalam
kategori operasi yang lebih besar. Oleh karena itu pasien harus menginap
di rumah sakit selama 4-5 hari dengan waktu pemulihan sekitar 3
minggu.
6. Persiapan Alat
a. Peralatan Penunjang Herniotomy
Meja operasi & alas meja ( Perlak & Underpad )
Mesin Suction
Mesin Diathermi / Electro
Cutter dan Ground Couter
Lampu Operasi
Meja Mayo / Instrument
8
9
Meja Linen
Standart Infus
Tempat Sampah
Tempat Linen Kotor
Schort
HypafixGunting Verband / Bandage Scissors
9
10
10
11
11
12
12
13
7. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 1999) adalah meliputi :
1). Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal,
penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko
pembentukan trombus).
2). Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress
multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka
rangsang ; stimulasi simpatis.
3). Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ;
membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan /
periode puasa pra operasi).
4). Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5). Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan
larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik
dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker
terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi
anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-
obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah
/ reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6). Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic,
antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator,
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
Intervensi :
Rencanakan periode istirahat yang cukup.
Rasional : mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan,
dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas
seperlunya secar optimal.
Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
Rasional : tahapan-tahapan yang diberikan membantu
proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat
tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai
kebutuhan.
Rasional : mengurangi pemakaian energi sampai
kekuatan pasien pulih kembali.
Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.
Rasional : menjaga kemungkinan adanya respons
abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.
B. KOLESISTEKTOMI
1. Pengertian
Kolesistektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara
mengangkat kandung empedu dan salurannya dengan cara membuka
dinding perut. Suatu tindakan operasi pengangkatan kantong empedu
18
19
2. Tujuan
Tujuan dari pengangkatan (pembuangan) kandung empedu adalah
mencegah terbentuknya kembali batu di kandung empedu, sehingga akan
mencegah kekambuhan, mencegah perjalan penyakit menjadi suatu
penyakit menahun.
3. Indikasi
Indikasi Kolesistektomi
Urgensi (dalam 24-72 jam) Elektif
• Kolesistitis akut • Diskinesia biliaris
• Kolesistitis emfisema • Kolesistitis kronik
• Empiema kandung empedu • Kolelitiasis simpomatik
• Perforasi kandung empedu
• Riwayat koledokolitiasis
4. Komplikasi
Komplikasi jarang terjadi, tapi ada prosedur tidak menjamin tidak adanya
risiko. Beberapa kemungkinan komplikasi yang terjadi
19
20
Kegemukan;
Merokok;
Malnutrisi;
Penyakit baru atau kronis;
Diabetes;
Masalah jantung atau paru-paru;
Pembekuan darah;
Alkohol dan penggunaan narkoba;
Penggunaan beberapa obat.
Teknik Operasi
Insisi dinding anterior abdomen subcostal kanan, dapat juga insisi
paramedian kanan
Eksplorasi untuk melihat adanya kelainan lain
20
21
6. Persiapan Pasien
Sebelum prosedur:
7. Persiapan Alat
a. Peralatan Penunjang Herniotomy
Meja operasi & alas meja ( Perlak & Underpad )
Mesin Suction
21
22
22
23
8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Data tergantung pada tipe,lokasi,durasi dari proses infektif
dan organ-organ yang terkena
1) Aktifitas I istirahat
Gejala : Malaise
23
24
2) Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal/sedikit dibawah jangkauan
normal (selama curah jantung tetap meningkat).
Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik);
lemah/lembut/mudah hilang, takikardi ekstrem (syok).
Suara jantung : disritmia dan perkembangan S3 dapat
mengakibatkan disfungsi miokard, efek dari
asidosis/ketidakseimbangan elektrolit. Kulit hangat,
kering, bercahaya (vasodilatasi), pucat, lembab, burik
(vasokonstriksi).
3) Eliminasi
Gejala : Diare
4) Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah.
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak
subkutan/masa otot (malnutrisi). Penurunan haluaran,
konsentrasi urine; perkembangan ke arah oliguria, anuria.
5) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, pusing, pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientasi,
delirium/koma.
6) Nyeri I/kenyamanan
Gejala : Kejang abdominal, lokalisasi nyeri/ketidaknyamanan,
urtikaria, pruritus umum.
7) Pemafasan
Tanda : Takipnea dengan penurunan kedalaman pemafasan,
penggunaan kortikosteroid, infeksi baru, penyakit viral.
Tanda : Suhu umumnya meningkat (37,95°C atau lebih) tetapi
mungkin normal pada lansia mengganggu pasien, kadang sub
normal (dibawah 36,5°C), menggigil, luka yang sulit/lama
24
25
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan pasein 1. Mengetahui tingkat kecemasan
2. Berikan penjelasan yang akurat pasien
tentang kondisi penyakit saat ini 2. Pasien mengetahui secara pasti
25
26
2) Intra Operasi
a) Syoh Hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
Intervensi Rasional
1. Monitor keadaan umum 1. untuk monitor kondisi pasien
pasien selama perawatan terutama
2. Observasi vital sign setiap 3 saat terjadi Pendarahan.
jam atau lebih. 2. Perawat perlu terus
3. kolaborasi : Pemberian mengobservasi vital sign
26
27
3) Post Operasi
a) Nyeri berhubungan dengan agent cidera biologis (trauma
jaringan pembedahan)
Intervensi Rasional
1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui keadaan
secara komprehensif termasuk neri yang dialami klien dan
faktor pencetus, kualitas, lokasi, menentukan tindakan
27
28
Intervensi Rasional
1. Berikan perawatan luka operasi 1. Mencegah terjadinya infeksi
yang bersih. yang dapat membuat
2. Hindari terjadinya infeksi pada terjadinya kerusakan integritas
28
29
Intervensi Rasional
1. Kaji fungsi pernapasan (bunyi 1. Penurunan bunyi nafas
nafas, kecepatan, irama, menunjukkan atelektatis,
kedalaman dan penggunaan ronkhi menunjukkan
otot sensori) akumulasi sekret dan
2. Kaji kemampuan klien ketidakefektifan pengeluaran
mengeluarkan sekresi, catat sekresi yang selanjutnya
kateter sputum dapat menimbulkan
3. Berikan posisi yang nyaman penggunaan otot sesesori dan
(fowler/semi fowler) peningkatan kerja pernapasan
4. Ajarkan klien latihan napas 2. Pengeluaran sulit bila sekret
dalam dan batuk efektif sangat kental (efek infeksi
5. Berikan cairan sedikitnya dan hidrasi yang tidak
2500 ml/hari (kecuali adekuat)
kontraindikasi), tawarkan air 3. Posisi fowler memaksimalkan
hangat, daripada dingin. ekspansi paru dan
6. Kolaborasi dalam pemberian menurunkan upaya bernapas
obat ekspektoran 4. Ventislasi maksimal
membuka area atelektasis dan
meningkatkan gerakan sekret
kedalam jalan napas besar
untuk dikeluarkan
29
30
c. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses
keperawatan, adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Tahap awal tindakan keperawatan menunutut perawat
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan.
d. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah langkah final dari proses keperawatan, yaitu suatu
metode sistematik untuk mengorganisasi dan memberikan asuhan
keperawatan. Evaluasi juga adalah tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnose keperawatan, rencana tindakan danpelaksanaannya
sudah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selam tahap pengkajian,
analisa, perencanaan, dan pelaksaan tindakan. Hasil evaluasi yang
30
31
mungkin didapat.
31
30
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keperawatan preoperatif merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Sedangkan tindakan keperawatan preoperatif merupakan
tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien
untuk dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan untuk menjamin
keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun pemeriksaan
penunjang serta persiapan mental sangat diperlukan karena kesuksesan suatu
tindakan pembedahan klien berawal dari kesuksesan persiapan yang
dilakukan selama tahap persiapan. Kesalahan yang dilakukan pada saat
tindakan preoperatif apapun bentuknya dapat berdampak pada tahap-tahap
selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara masing-masing
komponen yang berkompeten untuk menghasilkan outcome yang optimal,
yaitu kesembuhan pasien secara paripurna.
Kegiatan keperawatan yang dapat dilakukan sesuai peran perawat
perioperatif antara lain mengidentifikasi factor – factor yang mempengaruhi
resiko pelaksanaan operasi, mengkaji kebutuhan fisik dan psikologis dan
memfasilitasi persiapan fisik dan psikologis selama masa pra pembedahan
Peran perawat dalam perawatan klien adalah pemberi pelayanan, pendidik,
konselor, manager, peneliti dan kolaborator. Adapun implementasi
keperawatan yang diselenggarakan dapat berupa melakukan tindakan,
mendelegasikan tindakan, melakukan pengajaran, memberikan konseling,
melakukan pencatatan dan pelaporan serta tetap menjalankan pengkajian
berkelanjutan.
30
31
B. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini semoga pengetahuan masyarakat
khususnya mahasiswa tentang materi Ventilator Mekanik dapat meningkat.
Dari yang belum tahu menjadi tahu, dan dari yang sudah tahu menjadi
semakin mengerti. Dan demi kesempurnaan makalah ini penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
http://familiamedika.net/referensi-tindakan-medis/operasi-pengangkatan-
kantung-empedu-kolesistektomi.html
http://www.njbariatricsurgeons.com/id/general-surgery/laparoscopic-
gallbladder-removal-nj/
https://www.scribd.com
Kapita Selekta Kedokteran. 2009. Jakarta : Media Aesculapius
Nanda.2015.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda definisi dan Klasifikasi
2015.Yogyakarta : MediAction
32