Anda di halaman 1dari 38

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, karunia, serta hidayah-Nya kepada penulis.sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Teknik Instrumen Bedah Digesti (
Herniotomi dan Kolesistektomi)”. Adapun maksud dari penyusunan tugas
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah komunikasi keperawatan.

Sebagaimana judul makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan


kepada pembaca khususnya kepada masyarakat agar mengetahui bagaimana
Gedget dapat mempengaruhi pertumbuhan anak .

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan


makalah ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
demi perbaikan makalah ini. Demikian besar harapan penulis agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Singkawang, 09 Oktober 2017

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................ 1
B. PERUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 2
C. TUJUAN ..................................................................................................................... 2
D. MANFAAT ................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 4
A. HERNIOTOMI ........................................................................................................... 4
1. Pengertian ............................................................................................................... 4
2. Komplikasi .............................................................................................................. 4
3. Prosedur Operasi Yang Harus Di Perhatikan .......................................................... 6
4. Persiapan Pasien...................................................................................................... 8
5. Persiapan Alat ......................................................................................................... 8
6. Asuhan Keperawatan ............................................................................................ 13
B. KOLESISTEKTOMI ................................................................................................ 18
1. Pengertian ............................................................................................................. 18
2. Tujuan ................................................................................................................... 19
3. Indikasi.................................................................................................................. 19
4. Komplikasi ............................................................................................................ 19
5. Prosedur Operasi Yang Harus Di Perhatikan ........................................................ 20
6. Persiapan Pasien.................................................................................................... 21
7. Persiapan Alat ....................................................................................................... 21
8. Asuhan Keperawatan ............................................................................................ 23

ii
iii

BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 30


A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 30
B. SARAN ..................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 32

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang
mencakup tiga fase pembedahan, yaitu preoperative phase, intraoperative
phase dan post operative phase. Masing- masing fase dimulai pada waktu
tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang
membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang
perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat
dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan.
Disamping perawat kegiatan perioperatif ini juga memerlukan dukungan dari
tim kesehatan lain yang berkompeten dalam perawatan pasien sehingga
kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan prima.
Keperawatan preoperatif merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Sedangkan tindakan keperawatan preoperatif merupakan
tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien
untuk dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan untuk menjamin
keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun pemeriksaan
penunjang serta persiapan mental sangat diperlukan karena kesuksesan suatu
tindakan pembedahan klien berawal dari kesuksesan persiapan yang
dilakukan selama tahap persiapan. Kesalahan yang dilakukan pada saat
tindakan preoperatif apapun bentuknya dapat berdampak pada tahap-tahap
selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara masing-masing
komponen yang berkompeten untuk menghasilkan outcome yang optimal,
yaitu kesembuhan pasien secara paripurna.

1
2

Kegiatan keperawatan yang dapat dilakukan sesuai peran perawat


perioperatif antara lain mengidentifikasi factor – factor yang mempengaruhi
resiko pelaksanaan operasi, mengkaji kebutuhan fisik dan psikologis dan
memfasilitasi persiapan fisik dan psikologis selama masa pra pembedahan
Peran perawat dalam perawatan klien adalah pemberi pelayanan, pendidik,
konselor, manager, peneliti dan kolaborator. Adapun implementasi
keperawatan yang diselenggarakan dapat berupa melakukan tindakan,
mendelegasikan tindakan, melakukan pengajaran, memberikan konseling,
melakukan pencatatan dan pelaporan serta tetap menjalankan pengkajian
berkelanjutan.

B. PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan herniotomi dan kolesistektomi ?
2. Apa sajakah persiapan pasien sebelum tindakan herniotomi dan
kolesistektomi?
3. Apa sajakah persiapan alat sebelum tindakan herniotomi dan
kolesistektomi?
4. Apakah komplikasi yang dapat terjadi setelah pembedahan herniotomi
dan kolesistektomi ?
5. Bagaimanakah prosedur operasi herniotomi dan kolesistektomi ?
6. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan herniotomi dan
kolesistektomi ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian herniotomi dan kolesistektomi
2. Mengetahui apa saja persiapan pasien sebelum melakukan tindakan
herniotomi dan kolesistektomi
3. Mengetahui persiapan alat untuk tindakan herniotomi dan kolesistektomi
4. Mengetahui komplikasi yang terjadi
5. Mengetahui prosedur operasi herniotomi dan kolesistektomi
6. Mengetahui asuhan keperawatan herniotomi dan kolesistektomi

2
3

D. MANFAAT
Sebagai referensi yang dapat digunakan dalam pebuatan makalah
selanjutnya. Selain menambah wawasan, penulis juga ingin makalah dipakai
sebagai referensi, mengembangkan ide-ide yang dirasa menarik yang dapat
digunakan dalam pebuatan makalah selanjutnya. Makalah sebagai bahan
referensi dan menambah masukan untuk mengembangkan tugas selanjutnya.

3
4

BAB II

PEMBAHASAN

A. HERNIOTOMI

1. Pengertian
Herniotomi adalah operasi pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong hernia dibuka dan isi hernia dibebaskkan kalau ada
perlengketan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setingggi
mungkin lalu dipotong.
Herniotomi merupakan suatu tindakan pembedahan dengan cara
memotong kantong hernia, menutup defek. Benjolan di daerah inguinal
dan dinding depan abdomen yang masih bisa dimasukan kedalam cavum
abdomen
2. Indikasi dan kontraindikasi
Indikasi:
– Hernia reponibel
– Hernia irreponibel
– Hernia inkaserata
– Hernia strangulata
Kontraindikasi:
Khusus ( adanya peninggian tekanan intra abdomen: hipertrofi prostat, kelainan
paru-paru)

3. Komplikasi
Beberapa komplikasi dapat terjadi pasca bedah. Komplikasi yang paling
umum terjadi adalah:
a. Failure to awaken
b. Nausea-vomiting, kadang-kadang dipersulit oleh dehidrasi.
c. “Chest” atau komplikasi pada paru
d. Trombosis vena tungkai, kadang-kadang dipersulit oleh emboli

4
5

e. Retensi karbon dioksida


f. Nyeri Pasca Bedah
g. Trauma mekanis
h. Efek toksik lambat dari obat anasthesi
i. Hipertermi atau hipotermi
j. Agitation
k. Bleeding – hypovolemia

5
5

l. Hypertension
m. Hypervolemia

Oleh sebab beberapa komplikasi tersebut maka pasien pasca operasi


harus memperhatikan hal-hal berikut :
a. Pernafasan
Gangguan sistem pernafasan cepat menyebabkan kematian
karena hipoksia, sehingga harus diketahui sedini mungkin dan harus
segera diatasi. Penyebab yang paling sering dijumpai sebagai
penyulit pernafasan adalah sisa obat anestetik (penderita tidak sadar
kembali) dan sisa obat pelemas otot yang belum dimetabolisme
dengan sempurna. Disamping itu lidah yang jatuh kebelakang dapat
menyebabkan obstruksi hipofaring.
b. Sirkulasi
Diagnosis penyulit sirkulasi juga harus dilakukan secara dini.
Penyulit yang sering dijumpai adalah hipotensi, syok dan aritmia.
c. Regurgitasi
Muntah dan regurgitasi disebabkan oleh hipoksia selama
anestesi, anestesi yang terlalu dalam, rangsang anestetik, misalnya
pada eter, langsung pada pusat muntah di otak, dan tekanan lambung
yang tinggi karena lambung penuh atau karena tekanan dalam
rongga perut yang tinggi misalnya karena ileus.
d. Gangguan faal lain
Pemanjangan masa pemulihan kesadaran dapat disebabkan
oleh gangguan metabolisme yang berpengaruh pada metabolisme
otak seperti pada hipotermi, syok, gangguan faal hati, gangguan faal
ginjal, dan hiponatremia.
e. Penanggulangan nyeri
Nyeri pasca bedah harus segera diatasi. Nyeri ini bersifat
sangat individual.

5
6

f. Terapi cairan
Pengaruh hormonal yang masih menetap beberapa hari pasca
bedah dan dapat mempengaruhi keseimbangan air dan elektrolit
harus diperhatikan dalam menentukan terapi cairan tersebut. Bila
penderita sudah dapat minum secepatnya diberikan peroral. Apabila
penderita tidak boleh peroral, maka pemberian secara parenteral
diteruskan

4. Prosedur Operasi Yang Harus Di Perhatikan


a. Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum. Dapat
ditambah dengan kaudal blok.
b. Dilakukan aseptik dan antiseptik pada lapangan operasi
c. Lapangan operasi ditutup dengan doek steril
d. Dilakukan insisi transversal 1/3 tengah pada skin crease abdomino
inguinal sejajar ligamentum inguinale
e. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE
f. Aponeurosis MOE dibuka secara tajam
g. Funikulus spermatikus diidentifikasi kemudian mencari kantong
hernia di antromedial
h. Sisi hernia dimasukan ke dalam cavum abdomen
i. Kantong hernia dipotong pada jembatan kantong proximal dan distal.
j. Kemudian kantong proximal diikat setinggi lemak preperitonium
k. Perdarahan dirawat, dilanjutkan menutup luka operasi lapis demi
lapis.
l. Sebelum pembedahan dijalankan,dokter anestesi haruslah melakukan
anestesi spinal pada pasien.
m. Selama masa pembedahan,dokter bedah haruslah memastikan
tiadanya perdarahan yang berlaku. Kerjasama dengan dokter anestesi
amat diperlukan bagi memonitor keadaan pasien.Sepanjang proses
pembedahan,dokter anestesi haruslah memonitor kondisi pasien.

6
7

Tujuan monitoring pasien adalah untuk perkiraan kemungkinan terjadi


kegawatan serta untuk mengevaluasi hasil suatu tindakan. Antara
perkara yang harus dimonitor oleh dokter anestesi adalah:
- Oksigenasi : Dilakukan dengan menggunakan alat analisa
oksigen,pulse oximetry dan analisa gas darah. Pada pemeriksaan
fisik dilihat jenis pernapasan, retraksi, suara pernapasan
tambahan, serta warna kulit.
- Ventilasi : Menggunakan alat kapnografi atau
kapnometri,spektoskopi,dan respirometer.Pada pemeriksaan fisik
dilihat pergerakan dinding dada,pergerakan reservoir bag dan
auskultasi suara napas.
- Sirkulasi: menggunakan alat NIBP,IABP,EKG,USG,dan pulse
oxymetry.Pada pemeriksaan fisik dilihat palpasi denyut nadi,dan
auskultasi jantung.
- Denyut nadi: dilakukan melalui palpasi arteri
temporalis,radialis,femoralis,dan carotis.Seterusnya auskultasi
dengan stetoskop.
- Suhu tubuh:dengan meraba suhu kulit dan menggunakan alat
thermometer,
- Central Venous pressure(CVP) : dilakukan bagi penanganan
hipovolemia dan syok,jalur pemberian obat dengan osmolalitas
tinggi,pasien dengan nutrisi parenteral,aspirasi emboli
udara,memasukkan pacing transkutaneous,serta akses intravena
bagi [asien dengan akses perifer yang kurang baik.
- Produksi urin: dengan pemasangan kateter urin.Produksi urin
normal adalah 0.5-1cc/KgBB/jam.
- Perdarahan: melakukan penilaian terhadap warna darah.Jumlah
perdarahan diukur dengan cara
- Jumlah perdarahan = calorimeter terbaca X vol.pelarut (ml)
- 200 X kadar Hb (gr%)

7
8

5. Persiapan Pasien
Sebelum operasi dimulai, pasien operasi hernia inguinal terbuka
pada umumnya diberikan bius atau anestesi lokal. Artinya pasien tetap
terjaga selama operasi, namun daerah yang akan dibedah mengalami mati
rasa sehingga pasien tidak akan merasakan sakit. Dalam beberapa kasus,
anestesi umum (pasien tertidur selama operasi dan tidak akan merasa
sakit) juga bisa dilakukan.
Setelah efek anestesi bekerja, dokter ahli bedah membuat sayatan
tunggal sepanjang 6-7 cm di atas benjolan hernia. Jaringan lemak atau
usus yang menonjol kemudian ditempatkan kembali ke dalam perut.
Selanjutnya, selembar jaring sintetis ditempatkan di dinding perut,
tepatnya di lokasi hernia tadi. Jaring sintetis ini diletakkan guna
memperkuat titik dinding yang lemah dan mengurangi risiko hernia akan
terulang. Terakhir, perut akan ditutup kembali dengan jahitan.
Jika terjadi strangulata dan ada bagian usus yang rusak, bagian
tersebut mungkin perlu dipotong dan kedua ujung usus yang sehat
digabungkan kembali. Operasi hernia terbuka termasuk ke dalam
kategori operasi yang lebih besar. Oleh karena itu pasien harus menginap
di rumah sakit selama 4-5 hari dengan waktu pemulihan sekitar 3
minggu.

6. Persiapan Alat
a. Peralatan Penunjang Herniotomy
 Meja operasi & alas meja ( Perlak & Underpad )
 Mesin Suction
 Mesin Diathermi / Electro
 Cutter dan Ground Couter
 Lampu Operasi
 Meja Mayo / Instrument

8
9

 Meja Linen
 Standart Infus
 Tempat Sampah
 Tempat Linen Kotor
 Schort
 HypafixGunting Verband / Bandage Scissors

b. Persiapan Meja Linen


(Linen Set Steril)
 Handuk Lap Kecil [3]
 Jas/Gaun Operasi [3]
 Linen Besar [2]
 Linen Kecil [4]
 Sarung Meja Mayo [1]
 Nierbekken / Bengkok Kecil [1]
 Kom Kecil [2]
 Slang Suction [1]
 Kabel Couter [1]

c. Bahan Penunjang Operasi


( Bahan Habis Pakai ) :
 Hand Schoen No.6,5/7/7,5/8
 Cairan Desinfektan Betadine 1 %, Alkohol 70 %
 Cairan NaCl 0,9 %
 Sufratulle
 Mess No. 23
 Mess Hernia
 Underpad
 Kassa Steril
 Kassa deppers kecil untuk mengait membebaskan kantong
hernia

9
10

 Benang Heatting Herniotomi :


- Kantung Hernia/Peritonium Gut Cromic No. 1/0/2-0
- Hernioplasty dgn Mesh Prolene/Dermalon/Dafilon/Nylon
No. 2-0
- Facia Gut Cromic No. 1/0/2-0
- Jaringan Lemak/Sub Cutis Plain Catgut No. 0/2-0 atau Gut
Cromic No. 1/0/2
- Kulit
Aff Heatting :
Dermalon/Prolene/Dafilon/Nylon/Silk No. 3-0/2-0
Aff Subcuticular :
Dermalon/Prolene/Dafilon/Nylon No. 2-0
Subcuticular Suture :
Monosyn/Polysorb/Vicryl No. 3-0

d. Persiapan Meja Instrument


( Set Herniotomy ) :
 Washing & Dressing Forcep ( Desinfeksi Klem )

 Towel Clamps/Doek Klems [5]

 Handvad mess no. 3 [1]

10
11

 Gunting metzembaum [1]

 Gunting mayo/kasar [1]

 Pinset chirurgis [2]


 Pinset anatomis [2]
 Mosquito klem [2]

 Arteri klem lurus [4]


 Arteri klem bengkok [4]
 Arteri klem kecil [2]
 Needle Holder [2]
 Gunting lurus [1]

11
12

 Alise klem/beckock [1]

 Peritoneum klem [4]

 Haak gigi tajam [2]

 U.S. Army Retractor/Langen beck [2]

 Canule suction [1]

12
13

7. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 1999) adalah meliputi :
1). Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal,
penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko
pembentukan trombus).
2). Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress
multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka
rangsang ; stimulasi simpatis.
3). Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ;
membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan /
periode puasa pra operasi).
4). Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5). Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan
larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik
dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker
terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi
anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-
obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah
/ reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6). Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic,
antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator,

13
14

diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau


tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan
rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal,
yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga
potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

b. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul


Periode post-operatif

1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan


diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
2) Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi
bedah/operasi.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Intervensi dan implementas
Diagnosa periode post-operatif
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil : klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang,
tanda-tanda vital normal, pasien tampak tenang dan rileks
Intervensi :
 pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan
tindakan keperawatan.
 Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
 Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan
mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.

14
15

 Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam


Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat
perasaan lebih nyaman
 Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri
sehingga pasien menjadi lebih nyaman.

2) Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi


bedah/operasi.
Tujuan : tidak ada infeksi
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus, luka
bersih tidak lembab dan kotor, Tanda-tanda vital normal
Intervensi :
 Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar
kemungkinan adanya gejala infeksi karena tubuh
berusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang
masuk maka terjadi peningkatan tanda vital.
 Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : perawatan luka dengan teknik aseptik
mencegah risiko infeksi.
 Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti
infus, kateter, drainase luka, dll.
Rasional : untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
 Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk
pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.
Rasional : penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit
dari normal membuktikan adanya tanda-tanda infeksi.
 Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : antibiotik mencegah perkembangan
mikroorganisme patogen.

15
16

3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post


operasi.
Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan kemampuan untuk
tidur, pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur, kualitas
dan kuantitas tidur normal.
Intervensi :
 Berikan kesempatan untuk beristirahat / tidur sejenak,
anjurkan latihan pada siang hari, turunkan aktivitas mental
/ fisik pada sore hari.
Rasional : Karena aktivitas fisik dan mental yang lama
mengakibatkan kelelahan yang dapat mengakibatkan
kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi
berlebihan yang meningkatkan waktu tidur.
 Hindari penggunaan ”Pengikatan” secara terus menerus
Rasional : Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi
dan menghambat waktu istirahat.
 Evaluasi tingkat stres / orientasi sesuai perkembangan hari
demi hari.
Rasional : Peningkatan kebingungan, disorientasi dan
tingkah laku yang tidak kooperatif (sindrom sundowner)
dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas.
 Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara teratur. Katakan
pada pasien bahwa saat ini adalah waktu untuk tidur.
Rasional : Pengatan bahwa saatnya tidur dan
mempertahankan kestabilan lingkungan. Catatan :
Penundaan waktu tidur mungkin diindikasikan untuk
memungkin pasien membuang kelebihan energi dan
memfasilitas tidur.

16
17

 Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan


masase punggung.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dengan perasan
mengantuk
 Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan
berkemih sebelum tidur.
Rasional : Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk
pergi kekamar mandi/berkemih selama malam hari.
 Putarkan musik yang lembut atau ”suara yang jernih”
Rasional : Menurunkan stimulasi sensori dengan
menghambat suara-suara lain dari lingkungan sekitar
yang akan menghambat tidur nyeyak.
 Berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi, seperti
amitriptilin (Elavil); deksepin (Senequan) dan trasolon
(Desyrel).
Rasional : Mungkin efektif dalam menangani
pseudodimensia atau depresi, meningkatkan kemampuan
untuk tidur, tetapi anti kolinergik dapat mencetuskan dan
memperburuk kognitif dalam efek samping tertentu
(seperti hipotensi ortostatik) yang membatasi manfaat
yang maksimal.
 Koral hidrat; oksazepam (Serax); triazolam (Halcion).
Rasional : Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah
mungkin efektif dalam mengatasi insomia atau sindrom
sundowner.
 Hindari penggunaan difenhidramin (Benadry1).
Rasional : Bila digunakan untuk tidur, obat ini sekarang
dikontraindikasikan karena obat ini mempengaruhi
produksi asetilkon yang sudah dihambat dalam otak
pasien dengan DAT ini.

17
18

4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


umum.
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil : perilaku menampakan kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan diri, pasien mengungkapkan mampu
untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu, Koordinasi
otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

Intervensi :
 Rencanakan periode istirahat yang cukup.
Rasional : mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan,
dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas
seperlunya secar optimal.
 Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
Rasional : tahapan-tahapan yang diberikan membantu
proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat
tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
 Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai
kebutuhan.
Rasional : mengurangi pemakaian energi sampai
kekuatan pasien pulih kembali.
 Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.
Rasional : menjaga kemungkinan adanya respons
abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.

B. KOLESISTEKTOMI

1. Pengertian
Kolesistektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara
mengangkat kandung empedu dan salurannya dengan cara membuka
dinding perut. Suatu tindakan operasi pengangkatan kantong empedu

18
19

dengan cara invasive minimal melalui endoskopik (laparoskopik) atau


bedah terbuka.

2. Tujuan
Tujuan dari pengangkatan (pembuangan) kandung empedu adalah
mencegah terbentuknya kembali batu di kandung empedu, sehingga akan
mencegah kekambuhan, mencegah perjalan penyakit menjadi suatu
penyakit menahun.

3. Indikasi
Indikasi Kolesistektomi
Urgensi (dalam 24-72 jam) Elektif
• Kolesistitis akut • Diskinesia biliaris
• Kolesistitis emfisema • Kolesistitis kronik
• Empiema kandung empedu • Kolelitiasis simpomatik
• Perforasi kandung empedu
• Riwayat koledokolitiasis

4. Komplikasi
Komplikasi jarang terjadi, tapi ada prosedur tidak menjamin tidak adanya
risiko. Beberapa kemungkinan komplikasi yang terjadi

 Batu empedu, yang sengaja jatuh ke dalam rongga perut;


 Pendarahan;
 Infeksi;
 Kerusakan struktur atau organ lain di dekatnya;
 Reaksi terhadap anestesi umum;
 Gumpalan darah.

Beberapa faktor, yang dapat meningkatkan risiko komplikasi:

 Usia: 60 dan lebih tua;


 Kehamilan;

19
20

 Kegemukan;
 Merokok;
 Malnutrisi;
 Penyakit baru atau kronis;
 Diabetes;
 Masalah jantung atau paru-paru;
 Pembekuan darah;
 Alkohol dan penggunaan narkoba;
 Penggunaan beberapa obat.

5. Prosedur Operasi Yang Harus Di Perhatikan


Sebelum prosedur, dokter mungkin menunjuk tes berikut:

 Tes darah untuk menilai fungsi hati;


 Ultrasonografi untuk mendeteksi batu empedu;
 Kandung empedu scintigraphy (hepatobilier memindai asam
Iminodiacetic) – Tes X-ray, di mana zat kimia dimasukkan ke
kantong empedu, yang memungkinkan Anda untuk gambar hati,
kandung empedu, saluran dan usus kecil;
 Teknik pemindaian radiologi lainnya, untuk melihat lokasi
kantong empedu;
 EKG dada X-ray, Untuk memastikan, bahwa jantung dan paru-
paru cukup sehat, untuk menahan selama operasi.

Teknik Operasi
 Insisi dinding anterior abdomen subcostal kanan, dapat juga insisi
paramedian kanan
 Eksplorasi untuk melihat adanya kelainan lain

20
21

 3. Klem fundus kantong dan didorong keatas Hartmann-klem


pouch dan ditarik ke bawah
 Identifikasi dan isolasi arteri sistika dan duktus sistikus
 Setelah dibebaskan dari jaringan sekitarnya diikat dengan sutera
00 dan dipotong
 Kantong empedu dibebaskan dari hepar secara tajam dengan
gunting dengan merawat perdarahan secara cermat
 Evaluasi duktus koledokus – tak ada kelainan
 Luka laparotomi ditutup

6. Persiapan Pasien
Sebelum prosedur:

 Pasien mungkin diminta untuk berhenti minum obat-obat tertentu


seminggu sebelum prosedur,:
o Aspirin atau obat anti-inflamasi lainnya;
o Obat pengencer darah, seperti clopidogrel atau warfarin;
 Kita perlu untuk mengatur perjalanan ke rumah sakit dan kembali
setelah operasi, serta membantu di rumah setelah prosedur;
 Di malam hari sebelum operasi Anda bisa makan makanan
ringan. Anda tidak bisa makan atau minum apa pun setelah
tengah malam pada hari prosedur;
 Pasien dapat memberikan pencahar dan / atau enema, untuk
membersihkan usus;
 Mereka dapat diobati dengan antibiotik;
 Di pagi hari sebelum prosedur dapat diminta untuk mandi dengan
sabun antibakteri khusus.

7. Persiapan Alat
a. Peralatan Penunjang Herniotomy
 Meja operasi & alas meja ( Perlak & Underpad )
 Mesin Suction

21
22

 Mesin Diathermi / Electro


 Cutter dan Ground Couter
 Lampu Operasi
 Meja Mayo / Instrument
 Meja Linen
 Standart Infus
 Tempat Sampah
 Tempat Linen Kotor
 Schort
 HypafixGunting Verband / Bandage Scissors

b. Persiapan Meja Linen


(Linen Set Steril)
 Handuk Lap Kecil [3]
 Jas/Gaun Operasi [3]
 Linen Besar [2]
 Linen Kecil [4]
 Sarung Meja Mayo [1]
 Nierbekken / Bengkok Kecil [1]
 Kom Kecil [2]
 Slang Suction [1]
 Kabel Couter [1]

c. Bahan Penunjang Operasi


( Bahan Habis Pakai ) :
 Hand Schoen No.6,5/7/7,5/8
 Cairan Desinfektan Betadine 1 %, Alkohol 70 %
 Cairan NaCl 0,9 %
 Sufratulle
 Underpad
 Kassa Steril

22
23

 Kassa deppers kecil untuk mengait membebaskan kantong


hernia
 Benang Heatting

d. Persiapan Meja Instrument


( Set Herniotomy ) :
 Washing & Dressing Forcep ( Desinfeksi Klem )
 Towel Clamps/Doek Klems [5]
 Handvad mess no. 3 [1]
 Gunting metzembaum [1]
 Gunting mayo/kasar [1]
 Pinset chirurgis [2]
 Pinset anatomis [2]
 Mosquito klem [2]
 Arteri klem lurus [4]
 Arteri klem bengkok [4]
 Arteri klem kecil [2]
 Needle Holder [2]
 Gunting lurus [1]
 Alise klem/beckock [1]
 Peritoneum klem [4]
 Haak gigi tajam [2]
 U.S. Army Retractor/Langen beck [2]
 Canule suction [1]

8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Data tergantung pada tipe,lokasi,durasi dari proses infektif
dan organ-organ yang terkena
1) Aktifitas I istirahat
Gejala : Malaise

23
24

2) Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal/sedikit dibawah jangkauan
normal (selama curah jantung tetap meningkat).
Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik);
lemah/lembut/mudah hilang, takikardi ekstrem (syok).
Suara jantung : disritmia dan perkembangan S3 dapat
mengakibatkan disfungsi miokard, efek dari
asidosis/ketidakseimbangan elektrolit. Kulit hangat,
kering, bercahaya (vasodilatasi), pucat, lembab, burik
(vasokonstriksi).
3) Eliminasi
Gejala : Diare
4) Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah.
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak
subkutan/masa otot (malnutrisi). Penurunan haluaran,
konsentrasi urine; perkembangan ke arah oliguria, anuria.
5) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, pusing, pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientasi,
delirium/koma.
6) Nyeri I/kenyamanan
Gejala : Kejang abdominal, lokalisasi nyeri/ketidaknyamanan,
urtikaria, pruritus umum.
7) Pemafasan
Tanda : Takipnea dengan penurunan kedalaman pemafasan,
penggunaan kortikosteroid, infeksi baru, penyakit viral.
Tanda : Suhu umumnya meningkat (37,95°C atau lebih) tetapi
mungkin normal pada lansia mengganggu pasien, kadang sub
normal (dibawah 36,5°C), menggigil, luka yang sulit/lama

24
25

sembuh, drainase purulen, lokalisasi eritema, ruam eritema


makuler.
8) Sexualitas
Gejala : Perineal pruritus, baru saja menjalani kelahiran/aborsi
Tanda : Maserasi vulva, pengeringan vaginal purulen.
9) Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis/melemahkan misal: DM,
kanker, hati, jantung, ginjal, kecanduan alkohol. Riwayat
splenektomi. Baru saja menjalani operasi prosedur invasive,
luka traumatik.
10) Pertimbangan : Menunjukan lama hari rawat 7,5 hari.
11) Pemeriksaan Fisik
a) Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
b) Luka terbuka atau tertutup.
c) Organ / jaringan terinfeksi.
d) Massa eksudat dengan bermata.
e) Peradangan dan berwarna pink hingga kemerahan.
f) Abses superficial dengan ukuran bervariasi.
g) Rasa sakit dan bila dipalpasi akan terasa fluktuaktif.

b. Diagnosa Dan Intervensi keperawatan


1) Pre Operasi
a) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
peristiwa operasi

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan pasein 1. Mengetahui tingkat kecemasan
2. Berikan penjelasan yang akurat pasien
tentang kondisi penyakit saat ini 2. Pasien mengetahui secara pasti

25
26

dan proses terjadinya penyakit. apa yang sedang dihadapi saat


3. Bantu klien untuk ini.
mengidentifikasi cara memahami 3. Usaha memberikan koping
berbagai perubahan akibat adaptif.
penyakitnya. 4. Meningkatkan kekuatan diri
4. Beri dukungan untuk tindakan untuk berani menghadapi oprasi
operasi 5. Setelah pasien mengekpresikan
diharapkan pasien mampu
5. Biarkanpasienmengekspresikanpe mengkontrol ansietasnya
rasaanmereka. dikemudian.
6. Mengurangi factor terjadinya
6. Ciptakan lingkungan yang tenang kecemasan yang semakin
dan tidak menakutkan bagi mendalam
pasien.
7. Mengurangi kegelisahan pasien
7. Kolaborasi dengan tim medis pada saat operasi.
untuk tindakan pemberian obat
sedatif

2) Intra Operasi
a) Syoh Hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
Intervensi Rasional
1. Monitor keadaan umum 1. untuk monitor kondisi pasien
pasien selama perawatan terutama
2. Observasi vital sign setiap 3 saat terjadi Pendarahan.
jam atau lebih. 2. Perawat perlu terus
3. kolaborasi : Pemberian mengobservasi vital sign

26
27

cairan Intravena. untuk memastikan tidak


4. Kolaborasi : pemberian HB, terjadi presyok / syok.
PCV, trombosit 3. Cairan Intravena di perlukan
untuk mengatasi kehilangan
cairan tubuh secara hebat.
4. Untuk mengetahui tingakt
pembuluh darah yang dialami
pasien untuk acuan tindakan
lanjut

b) Resiko hipotermi berhubungan dengan berada


diruangan yang dingin
Intervensi Rasional
1. Kontrol temperatur ruangan 1.Membantu menstabilkan suhu
2. Atur pencahayaan ruangan 2.Supaya memudahkan tindakan

3) Post Operasi
a) Nyeri berhubungan dengan agent cidera biologis (trauma
jaringan pembedahan)
Intervensi Rasional
1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui keadaan
secara komprehensif termasuk neri yang dialami klien dan
faktor pencetus, kualitas, lokasi, menentukan tindakan

27
28

skala, durasi, dan frekuensi selanjutnya


nyeri 2. Membantu mengurangi nyeri
2. Lakukan pengajaran tentang yang dialami klien dengan
teknik distraksi pengalihan nyeri
3. Kolaborasi pemberian obat- 3. Membantu mengatsai nyeri
obatan analgetik untuk secara farmakologi
meredakan nyeri 4. Mengurangi stimulus nyeri
4. Tingkatkan istirahat 5. Membantu klien dalam
5. Berikan informasi tentang nyeri mengontrol nyeri yanag
seperti penyebab nyeri, berapa dialami
lama nyeri akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur

b) Resiko Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan


Proses Insisi

Intervensi Rasional
1. Berikan perawatan luka operasi 1. Mencegah terjadinya infeksi
yang bersih. yang dapat membuat
2. Hindari terjadinya infeksi pada terjadinya kerusakan integritas

28
29

luka operasi yang dapat kulit lebih lanjut.


membuat parahnya integritas 2.Adanya infeksi dapat membuat
kulit. kerusakan integritas kulit lebih
parah

c) Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas berhubungan dengan


penumpukkan sekret

Intervensi Rasional
1. Kaji fungsi pernapasan (bunyi 1. Penurunan bunyi nafas
nafas, kecepatan, irama, menunjukkan atelektatis,
kedalaman dan penggunaan ronkhi menunjukkan
otot sensori) akumulasi sekret dan
2. Kaji kemampuan klien ketidakefektifan pengeluaran
mengeluarkan sekresi, catat sekresi yang selanjutnya
kateter sputum dapat menimbulkan
3. Berikan posisi yang nyaman penggunaan otot sesesori dan
(fowler/semi fowler) peningkatan kerja pernapasan
4. Ajarkan klien latihan napas 2. Pengeluaran sulit bila sekret
dalam dan batuk efektif sangat kental (efek infeksi
5. Berikan cairan sedikitnya dan hidrasi yang tidak
2500 ml/hari (kecuali adekuat)
kontraindikasi), tawarkan air 3. Posisi fowler memaksimalkan
hangat, daripada dingin. ekspansi paru dan
6. Kolaborasi dalam pemberian menurunkan upaya bernapas
obat ekspektoran 4. Ventislasi maksimal
membuka area atelektasis dan
meningkatkan gerakan sekret
kedalam jalan napas besar
untuk dikeluarkan

29
30

5. Cairan khususnya yang


hangat mobilisasi dan
mengeluarkan sekret
6. menurunkan spasme bronkus
dengan mobilisasi sekret.
Analgetik diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan
menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus
digunakan secara hati-hati,
karena dapat menurunkan
upaya batuk/menekan
pernapasan.

c. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses
keperawatan, adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Tahap awal tindakan keperawatan menunutut perawat
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan.

d. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah langkah final dari proses keperawatan, yaitu suatu
metode sistematik untuk mengorganisasi dan memberikan asuhan
keperawatan. Evaluasi juga adalah tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnose keperawatan, rencana tindakan danpelaksanaannya
sudah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selam tahap pengkajian,
analisa, perencanaan, dan pelaksaan tindakan. Hasil evaluasi yang

30
31

mungkin didapat.

31
30

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keperawatan preoperatif merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Sedangkan tindakan keperawatan preoperatif merupakan
tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien
untuk dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan untuk menjamin
keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun pemeriksaan
penunjang serta persiapan mental sangat diperlukan karena kesuksesan suatu
tindakan pembedahan klien berawal dari kesuksesan persiapan yang
dilakukan selama tahap persiapan. Kesalahan yang dilakukan pada saat
tindakan preoperatif apapun bentuknya dapat berdampak pada tahap-tahap
selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara masing-masing
komponen yang berkompeten untuk menghasilkan outcome yang optimal,
yaitu kesembuhan pasien secara paripurna.
Kegiatan keperawatan yang dapat dilakukan sesuai peran perawat
perioperatif antara lain mengidentifikasi factor – factor yang mempengaruhi
resiko pelaksanaan operasi, mengkaji kebutuhan fisik dan psikologis dan
memfasilitasi persiapan fisik dan psikologis selama masa pra pembedahan
Peran perawat dalam perawatan klien adalah pemberi pelayanan, pendidik,
konselor, manager, peneliti dan kolaborator. Adapun implementasi
keperawatan yang diselenggarakan dapat berupa melakukan tindakan,
mendelegasikan tindakan, melakukan pengajaran, memberikan konseling,
melakukan pencatatan dan pelaporan serta tetap menjalankan pengkajian
berkelanjutan.

30
31

Herniotomi adalah operasi pembebasan kantong hernia sampai


ke lehernya, kantong hernia dibuka dan isi hernia dibebaskkan kalau
ada perlengketan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat
setingggi mungkin lalu dipotong. Sedangkan Kolesistektomi adalah
suatu tindakan pembedahan dengan cara mengangkat kandung
empedu dan salurannya dengan cara membuka dinding perut. Suatu
tindakan operasi pengangkatan kantong empedu dengan cara invasive
minimal melalui endoskopik (laparoskopik) atau bedah terbuka.

B. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini semoga pengetahuan masyarakat
khususnya mahasiswa tentang materi Ventilator Mekanik dapat meningkat.
Dari yang belum tahu menjadi tahu, dan dari yang sudah tahu menjadi
semakin mengerti. Dan demi kesempurnaan makalah ini penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA

http://familiamedika.net/referensi-tindakan-medis/operasi-pengangkatan-
kantung-empedu-kolesistektomi.html
http://www.njbariatricsurgeons.com/id/general-surgery/laparoscopic-
gallbladder-removal-nj/
https://www.scribd.com
Kapita Selekta Kedokteran. 2009. Jakarta : Media Aesculapius
Nanda.2015.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda definisi dan Klasifikasi
2015.Yogyakarta : MediAction

32

Anda mungkin juga menyukai