Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Pada 5 Juni 1981, kasus pertama AIDS dilaporkan di Los Angeles pada
lima orang laki-laki homoseksual yang menderita Pneumonia Pneumocystis
carinii (PPC) dan infeksi opotunistik lainnya (Stine, 2000). Pada tahun 1983,
ilmuwan Prancis, Luc Montagnier (Institut Pasteur, Paris) mengisolasi virus dari
pasien dengan gejala limfadenopati dan menemukan virus HIV dan virus ini
dinamakan lymphadenopathy assosiated virus (LAV). Pada tahun 1984, Gallo
(National Institute of Health, USA) menemukan virus human T lymphotropic virus
(HTLV-III) yang juga menyebabkan AIDS. LAV dan HTLV-III adalah virus
penyebab HIV yang sama dan dikenal sebagai HIV-1. (Phair et al 1997).
Virion HIV matang memiliki bentuk hampir bulat. Selubung luarnya, atau
kapsul viral, terdiri dari lemak lapis ganda yang banyak mengandung tonjolan
protein. Duri-duri ini terdiri dari dua glikoprotein; gp120 dan gp41. Terdapat
Di dalam kapsid terdapat dua untai RNA identik dan molekul preformed
reverse transcriptase, integrase dan protease yang sudah terbentuk. Reverse
transcriptase adalah enzim yang mentranskripsikan RNA virus menjadi DNA
setelah virus masuk ke sel sasaran (Lan, 2005).
Penularan utama HIV dapat melalui beberapa cara yaitu melalui hubungan
seksual, pemindahan darah atau produk darah, proses penyuntikan dengan alat-
alat yang yang terkontaminasi darah dari penderita HIV dan juga melalui
transmisi vertikal dari ibu ke anak. Sekali terinfeksi, maka orang tersebut akan
tetap terinfeksi dan dapat menjadi infeksius bagi orang lain (Rook et al, 2005).
1. Penularan seksual
4. Petugas Kesehatan
5. Maternofetal
Sebelum ditemukan HIV, banyak anak yang terinfeksi dari darah ataupun
produk darah atau dengan penggunan jarum suntik secara berulang. Sekarang ini,
hampir semua anak yang menderita HIV/AIDS terinfeksi melalui transmisi
vertikal dari ibu ke anak. Diperkirakan hampir satu pertiga (20-50%) anak yang
lahir dari seorang ibu penderita HIV akan terinfeksi HIV. Peningkatan penularan
berhubungan dengan rendahnya jumlah CD4 ibu. Infeksi juga dapat secara
transplasental, tetapi 95% melalui transmisi perinatal (Rook et al, 1998).
6. Pemberian ASI
Saat ini AIDS adalah penyebab kematian utama di Afrika sub Sahara,
dimana paling banyak terdapat penderita HIV positif di dunia (26,4 juta orang
yang hidup dengan HIV/AIDS), diikuti oleh Asia dan Asia Tenggara dimana
terdapat 6,4 juta orang yang terinfeksi. Lebih dari 25 juta orang telah meninggal
sejak adanya endemi HIV/AIDS (Narain, 2004).
Sampai dengan akhir Maret 2005, tercatat 6.789 kasus HIV/AIDS yang
dilaporkan. Jumlah itu tentu masih sangat jauh dari jumlah sebenarnya.
Departemen Kesehatan RI pada tahun 2002 memperkirakan jumlah penduduk
Indonesia yang terinfeksi HIV adalah antara 90.000 sampai 130.000 orang
(Djoerban, Djauzi , 2007) .
Baru-baru ini ditemukan bahwa dua koreseptor permukaan sel, CCR5 atau
CXCR4 diperlukan, agar gp120 dan gp41 dapat berikatan dengan reseptor CD4+.
Koreseptor ini menyebabkan perubahan-perubahan konformasi sehingga gp41
Sel-sel lain yang mungkin rentan terhadap infeksi HIV mencakup monosit
dan makrofag. Monosit dan makrofag yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai
reservoar untuk HIV tetapi tidak dihancurkan oleh virus. HIV bersifat politrofik
dan dapat menginfeksi beragam sel manusia, seperti sel natural killer (NK),
limfosit B, sel endotel, sel epitel, sel Langerhans, sel dendritik, sel mikroglia dan
berbagai jaringan tubuh (Lan, 2005).
1. Fase akut.
Fase ini ditandai dengan gejala nonspesifik yaitu nyeri tenggorok, mialgia,
demam, ruam dan kadang-kadang meningitis aseptik (Mitchell dan Kumar, 2007).
Pada fase ini terdapat produksi virus dalam jumlah yang besar, viremia dan
persemaian yang luas pada jaringan limfoid perifer, yang secara khas disertai
dengan berkurangnya sel T CD4+. Segera setelah hal itu terjadi, muncul respon
imun yang spesifik terhadap virus, yang dibuktikan melalui serokonversi
(biasanya dalam rentang waktu 3 hingga 17 minggu setelah pajanan) dan melalui
munculnya sel T sitotoksik CD8+ yang spesifik terhadap virus. Setelah viremia
mereda, sel T CD4+ kembali mendekati jumlah normal. Namun, berkurangnya
jumlah virus dalam plasma bukan merupakan penanda berakhirnya replikasi virus,
yang akan terus berlanjut di dalam makrofag dan sel T CD4+ jaringan (Mitchell
dan Kumar, 2007).
2. Fase kronis
Fase kronis menunjukan tahap penahanan relatif virus. Pada fase ini,
sebagian besar sistem imun masih utuh, tetapi replikasi virus berlanjut hingga
beberapa tahun. Para pasien tidak menunjukkan gejala ataupun menderita
limfadenopati persisten dan banyak penderita yang mengalami infeksi opotunistik
ringan, seperti sariawan (Candida) atau herpes zoster (Mitchell dan Kumar, 2007).
3. Fase kritis
1. Gejala Konstitusi
c. Radang kelenjar getah bening yang meliputi 2 atau lebih kelenjar getah bening
di luar daerah inguinal.
2. Gejala Neurologi
3. Gejala Infeksi
b. Tuberkulosis
c. Toksoplasmosis
d. Infeksi Mukokutan.
4. Gejala Tumor
Dewasa
Gejala Mayor
- Kandidiasis orofaringeal.
- Limfadenopati generalisata.
Anak
Definisi kasus AIDS terpenuhi bila ada sedikitnya 2 tanda mayor dan 2
tanda minor dan tidak terdapat sebab-sebab penekanan imun yang lain yang
diketahui, seperti kanker, malnutrisi berat atau sebab-sebab lain.
Gejala Mayor
Gejala Minor
- Limfadenopati generalisata
- Kandidiasis orofaringeal
2. Western Blot
Kegunaan PCR yakni sebagai tes HIV pada bayi, pada saat zat antibodi
maternal masih ada pada bayi dan menghambat pemeriksaan secara serologis
maupun status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok risiko tinggi dan
sebagai tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas ELISA rendah untuk HIV-2
(Kresno, 2001).
4. analisis kinetik atau siklus sel dan kandungan DNA atau RNA.
5. analisis fungsi atau aktivasi sel dengan mengukur produk yang disintesis oleh
sel setelah distimulasi.
Selain uji fungsi limfosit, uji fungsi fagositosis juga dapat dilakukan
dengan menggunakan flowcytometry.
1. Pengobatan untuk menekan replikasi HIV dengan obat anti retroviral (ARV).
3. Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi lebih baik dan
pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial dan dukungan agama
serta tidur yang cukup dan menjaga kebersihan.
- Efikasi obat
Stadium III menurut kriteria WHO dengan CD4 < 350 sel/ mm3
Kolom A Kolom B
Lamivudin + didadosin
Lamivudin + stavudin
Lamivudin + stavudin
Lamivudin + didadosin
Lamivudin + stavudin
Lamivudin + didadosin
Tabel 2.1. Kombinasi ART untuk Terapi inisial (Djoerban dan Djauzi, 2007)
*Tidak dianjurkan pada wanita hamil trimester pertama atau wanita yang
berpotensi tinggi untuk hamil
Tabel 2.2. Dosis ARV untuk penderita HIV/AIDS dewasa (Murtiastutik, 2007)
Tabel 2.3. Toksisitas Utama pada Regimen ARV lini pertama dan anjuran obat
penggantinya (Murtiastutik, 2007)
Tabel 2.4. Definisi Kegagalan Terapi secara klinis dan kriteria CD4 pada ODHA
dewasa (Murtiastutik, 2007)