Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Furunkel (boil) dan karbunkel merupakan tonjolan yang nyeri dan berisi nanah
yang terbentuk dibawah kulit ketika bakteri menginfeksi dan menyebabkan inflamasi
pada satu atau lebih folikel rambut. Furunkel yang berdekatan dapat bergabung
membentuk karbunkel. Karbunkel merupakan beberapa furunkel yang membentuk
kelompok (cluster). Karbunkel memiliki lesi inflamasi yang lebih luas, dasarnya dalam,
dan ditandai dengan nyeri yang luar biasa pada tempat lesi yang biasanya ditemui pada
tengkuk, punggung atau paha. Penyebab dari furunkel atau karbunkel ini biasanya
bakteri Stafilokokus aureus.

Furunkel atau karbunkel dapat muncul dimana saja pada kulit, tetapi terutama
muncul pada wajah, leher, ketiak, pantat atau paha – area yang terdapat rambut dan
banyak mengeluarkan keringat atau mengalami gesekan. Walaupun setiap orang
memiliki potensi untuk terkena furunkel atau karbunkel, beberapa orang dengan
diabetes, sistem imun yang lemah, jerawat atau problem kulit lainnya memiliki resiko
lebih tinggi.

Karbunkel merupakan penyakit yang agak jarang. Belum ada data yang spesifik
yang menunjukkan prevalensi penyakit ini. Statistik Departemen Kesehatan Inggris
menunjukkan bahwa pada tahun 2002 dan 2003 terdapat sekitar 0,19% atau 24.525
penderita berobat ke Rumah Sakit Inggris dengan diagnosa furunkel abses kutaneus dan
karbunkel.

Karbunkel dapat memberikan komplikasi melalui bakteremia yang terjadi bila


bakteri S.aureus masuk kedalam aliran darah. Karbunkel dapat meyebabkan syok septik
yang bila tidak ditangani dengan serius dapat menyebabkan kematian. Bakteremia
S.aureus dapat menimbulkan infeksi pada organ lain yang disebut dengan infeks
metastasis. Infeksi metastasis ini antara lain endokarditis, osteomielitis, vaskulitis, atau
abses otak. Mengingat kasus karbunkel ini memiliki komplikasi yang cukup serius dan
pentingnya pengobatan lebih dini diharapkan tinjauan pustaka ini dapat menjadi salah
satu sumber referensi.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian karbunkel?
2. Apakah etiologi karbunkel?
3. Apa saja manifestasi dari karbunkel?
4. Bagaimanakah patofisiologi karbunkel?
5. Apa saja komplikasi dari karbunkel?
6. Bagaimana penatalaksanaan karbunkel?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian karbunkel
2. Agar mahsiswa dapat mengetahui etiologi dari karbunkel
3. Agar mahasiswa mengetahui manifestasi karbunkel
4. Agar mahasiswa mengetahui patofisiologi karbunkel
5. Agar mahasiswa mengetahui komplikasi dari karbunkel
6. Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan karbunkel

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. DEFINISI
Karbunkel adalah abses pada kulit dan jaringan subkutan yang merupakan
beberapa frunkle yang membentuk kelompok (cluster). Karbunkle memiliki lesi inflamasi
yang ebih luas, dasarnya dalam, dan ditandai dengan nyeri yang luar biasa pada tempat
lesi yang biasanya ditemui pada tengkuk, punggung atau paha. Karbunkel adalah satu
kelompok beberapa folikel rambut yang terinfeksi oleh Staphylococcus aureus, yang
disertai oleh keradangan daerah sekitarnya dan juga jaringan dibawahnya termasuk lemak
bawah kulit.
Karbunkel adalah satu kelompok beberapa folikel rambut yang terinfeksi oleh
Staphylococcus aureus, yang disertai oleh keradangan daerah sekitarnya dan juga jaringan
dibawahnya termasuk lemak bawah kulit. Karbunkel adalah kumpulan folikel rambut
yang terinfeksi dilapisan dermis dan subkutis. Dapat terbentuk abses apabila sel-sel imun
mengelilingi infeksi. Pada karbunkel : penderita diabetes mellitus, malnutrisi, gagal
jantung, penyakit kulit yang menyeluruh dan berat misalnya eritoderma, pemfigus dan
pengobatan steroid lama, walaupun dapat pada orang sehat. Tersering pada laki-laki, usia
menengah dan usia tua.
Karbunkel merupakan abses pada kulitdan jaringan subkutan yang
menggambarkan perluasan sebuah furunkel yang telah menginvasi beberapa buah folikel
rambut, karbunkel berukuran besar dan memiliki letak yang dalam. Biasanya keadaan ini
disebabkan oleh infeksi stapilococcus. Karbunkel paling sering ditemukan didaerah yang
kulitnya tebal dan tidak elastis. Bagian posterior leher dan bokong merupakan lokasi yang
sering. Pada karbunkel, inflamasi yang luas sering tidak diikuti dengan pengisolasian
infeksi tersebutsehingga terjadi absorpsi yang mengakibatkan panas tinggi, rasa
nyeri, leikositosis dan bahkan penyebaran infeksi kedalam darah.

B. ETIOLOGI
Karbunkel biasanya terbentuk ketika satu atau beberapa folike rambut terinfeksi
oleh bakteri staphyilococcus (S.aureus). bakteri ini merupakan flora normal pada kulit
dan terkadang terdapat pada tenggorokan dan saluran hidung. Sekitar 25-30% populasi
membawa bakteri ini pada hidungnya tanpa menjadi sakit dan 1% populasi membawa
methicillin resistant staphylococcus aureus (MRSA). MRSA merupakan strai dari
S.aureus yang resistant terhadap antibiotic, termasuk methicillin , penisilin, amoksisilin,
oxacillin dan nafcillin sehingga sering menyebabkan infeksi karbunkle yang serius dan
sering berulang.

3
Bakteri S.aureus berbentuk bulat (coccus), memiliki diameter 0,5-1,5 cm, memiliki
susunan bergerombol seperti anggur, tidak memiliki kapsul, nonmotil, katalase positif dan
pada perwarnaan gram tampak berwarna ungu. Bakteri ini bertanggung jawab untuk
sejumlah penyakit- penyakit serius seperti pneumonia, meningitis, osteomielitis dan
endokarditis. Bakteri ini juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial dan
penyakit yang didapat dari makanan.

C. MANIFESTASI KLINIS
Pada permulaan infeksi terasa sangat nyeri dan tampak benjolan merah, permukaan halus,
bentuk seperti kubah dan lunak.
1. Beberapa hari ukuran membesar 3 – 10 cm.
2. Supurasi terjadi setelah 5 – 7 hari dan pus keluar dari banyak lubang fistel.
3. Setelah nekrosis tampak modul yang menggaung atau luka yang dalam dengan
dasar yang purulen.

D. PATOFISIOLOGI
Karbunkel dapat muncul dimana saja pada kulit,terutama pada wajah,
leher,ketiak,bokong,paha,dan terutama pada area yang terdapat rambut,serta banyak
mengeluarkan keringatatau mengalami gesekan. Walaupun setiap orang memiliki potensi
untuk terkena furunkel atau karbunkel. Beberapa orang dengan diabetes, sistem imun
yang lemah, jerawat, atau masalah kulit lainnya juga memiliki resikolebih tinggi. Pada
karbungkel, inflamasi yang luas sering tidak diikuti dengan pengisolasian total infeksi
tersebut sehingga terjadi absorpi yang mengakibatkan panas tinggi,rasa nyeri,
leukositosis, dan bahan penyebaran infeksi ke dalam darah.
Karbunkel dapat mememberikan komplikasi melalui bakteremia yang terjadi bila
bakteri S.aureus masuk ke dalam aliran darah. Karbunkel dapat menyebabkan syok septik
di mana bila tidak ditangani dengan serius dapat menyebabkan kematian. Bakterimea
S.aureus dapat menimbulkan infeksi pada orang lain yang disebut dengan infeksi
metastasis. Infeksi metastasis ini antara lain endokarditis, osteomielitis,vaskulitis, atau
abses otak.

E. KOMPLIKASI
Masalah utama pada furunkel dan karbunkel adalah penyebaran bakteremia dari
infeksi dan masalah rekurensi. Bakteri dari furunkel atau karbunkel dapat masuk
kedalam aliran darah dan berkelana menuju bagian tubuh yang lain. Manipulasi pada
lesi dapat memfasilitasi penyebaran infeksi ini melalui aliran darah. Infeksi yang

4
menyebar, umumnya diketahui sebagai septikemia dapat dengan cepat mengancam
nyawa.
Awalnya, septikemia memberikan tanda dan gejala seperti menggigil, demam
disertai gelisah, denyut jantung yang cepat dan perasaan menderita sakit sangat berat.
Tetapi kondisi ini dapat dengan cepat berkembang menjadi syok, yang ditandai dengan
turunnya tekanan darah dan temperatur tubuh, bingung, serta manifestasi kelainan
pembekuan dan pendarahan pada kulit. Septikemia merupakan keadaan emergensi
medis yang bila tidak ditangani dapat menyebabkan kematian. Invasi bakteri kedalam
aliran darah biasanya terjadi kapan saja, tidak dapat ditebak, menyebabkan infeksi
metastasis seperti endokarditis, vertebral osteomyelitis/discitis, septik arthritis, abses
splenik, mycotic aneurysms, meningitis, atau abses jaringan. Frekuensi infeksi
metastasis selama bakteremia diperkirakan sekitar 31%.
Manipulasi pada lesi berbahaya dan dapat memfasilitasi penyebaran infeksi melalui
aliran darah. Untungnya, komplikasi seperti ini jarang. Infeksi metastasis seperti
endokarditis merupakan akibat tersering dari bakteremia akibat S.aureus. Insidensi
endokarditis disebabkan S.aureus meningkat selama 20 tahun terakhir dan sekarang
menjadi penyebab utama endokarditis di seluruh dunia, terhitung sekitar 25-30% kasus.
Peningkatan ini disebabkan karena peningkatan penggunaan alat TEE
(Transesophageal Echocardiography) yang dikatakan memiliki insidensi 25% dari
seluruh kasus S.aureus bakteremia dan penggunaan kateter intrvasular. Faktor lain yang
terkait dengan peningkatan resiko endokarditis adalah penggunaan obat injeksi,
hemodialisa, penggunaan alat prosetetik intrvaskular dan keadaan system imun tubuh
yang lemah.
Lesi pada bibir dan hidung menyebabkan bakteremia melalui vena-vena emisaria
wajah dan sudut bibir yang menuju sinus kavernosus. Komplikasi yang jarang berupa
trombosis sinus kavernosus dapat terjadi. Masalah serius lainnya adalah timbulnya
resistensi obat pada strain Stafilokokus aureus. Stafilokokus aureus yang resisten
methicillin (methicillin-resistant Staphylococcus aureus / MRSA) sekarang meningkat
jumlahnya, terutama didapatkan pada siswa militer, penghuni penjara, atlet, bahkan
anak-anak. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, sekitar 1 persen orang
amerika membawa MRSA pada tubuh mereka.
MRSA sangat menular dan menyebar dengan cepat pada daerah yang padat atau
tidak higienis atau dimana handuk atau peralatan atletik dipakai bersama-sama.
Walaupun MRSA memiliki respon baik terhadap beberapa antibiotik, MRSA resisten

5
terhadap penisilin dan sulit untuk diobati. Furunkulosis rekuren menjadi masalah yang
dapat berlanjut betahun-tahun.

F. PENATALAKSANAAN
1. Kompres hangat
2. Antibiotik topikal atau sistemik.
3. Abses mungkin memerlukan insisi dan drainase.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN KARBUNKEL

A. PENGAKJIAN
1. Data subyektif :

6
Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada
kulit, terdapat luka pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan kondisi
sakitnya, dan mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya.
2. Data obyektif :
Suhu tubuh meningkat melebihi 38 derajat celcius, ekspresi wajah meeringis,
menggaruk-garuk di kulit, gelisah tidak bias tidur, menutup diri/menarik diri, porsi
makan tidak dihabiskan, kulit tampak lecet/luka, mual-muntah, pasien bertanya
tentang penyakitnya

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi lokal sekunder dari kerusakan
saraf perifer kulit
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
4. Kebutuhan pemenuhan informasi berhubungan dengan tidak adekuatnya
sumber informasi, ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi lokal sekunder dari kerusakan
saraf perifer kulit
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam nyeri klien dapat
berkurang
Kriteria Hasil :
a. Nyeri berkurang atau dapat diadaptasi . skala nyeri 0-1
b. Dapat mengidentivikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
c. Klien tidak gelisah
Intervensi :
a. Kaji nyeri dengan pendekatan PQRS
Menjadi parameter dasar untuk megetahui sejauh mana rencana intervensi yang
diperlukan dan sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi manajemen nyeri
keperawatan.
b. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan
noninvasif
Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah
menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
c. Beri kompres hangat. Lakukan 3 x sehari
Untuk mempercepat pematangan karbunkel, kompres dengan kain basah dan
hangan sekitar 20 menit.
d. Ajarkan klien dengan teknik distraksi pada saat nyeri
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi endorfrin dan enkefalin yang dapat memblok

7
reseptor nyeri untuk tidak di kirimkan ke kortex serebri sehingga menurunkan
persepsi nyeri.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik.
Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan :setelah dilakukan tindakan selama 1 x 24 jam diharapkan suhu tubuh menjadi
normal
Kriteria Hasil :
a. Membran mukosa lembab
b. Kulit hangat dan lembab
Intervensi :
a. Ciptakan hubungan yang baik dan saling percaya
Agar terjalin hubungan yang baik dan saling percaya
b. Observasi TTV dan KU
Untuk melihat perkebangan klien
c. Lakukan kompres air dingin
Agar panas dapat segera turun
d. Anjurkan memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
Mempermudah proses evaporasi dan mengurangi iritasi pada kulit
e. Beri minum sedikit tapi sering
Menjaga kestabilan cairan dalam tubuh serta mengurangi resiko dehidrasi.
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antipiretik
Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 1 x 24 jam pasien dapat mempertahankan
integritas kulit.
Kriteria Hasil :
a. CRT > 3 detik
b. Kulit klien lembab
Intervensi
a. Ciptakan hubungan yang baik dan saling percaya
Agar terjalin hubungan yang baik dan saling percaya
b. Kaji/catat ukuran atau warna, kedalaman luka dan kondisi sekitar luka
Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan dan petunjuk tentang sirkulasi
c. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan kulit dengan cara mandi sehari 2
kali
Menjaga kebersihan kulit dan mencegah komplikasi
d. Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi
Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan perluasan
kelainan primer
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat topical
Mencegah atau mengontrol infeksi

8
4. Kebutuhan pemenuhan informasi berhubungan dengan tidak adekuatnya
sumber informasi, ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan.

Tujuan: terpenuhinya pangetahuan klien tentang kondisi penyakit

Kriteria Hasil :

a. Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi,tindakan yang di butuhkan


dengan kemungkinan komplikasi
b. Mengenal perubahan gaya hidup atau tingkah laku untuk mencegah terjadinya
komplikasi

Intervensi

a. Ciptakan hubungan yang baik dan saling percaya


Agar terjalin hubungan yang baik dan saling percaya
b. Beritahukan pasien/orang terdekat mengenai dosis,aturan, dan efek
pengobatan.
Informasi dibutuhkan untuk meningkatkan perawatan diri,untuk menambah
kejelasan efektivitas pengobatan dan mencegah komplikasi.
c. Jelaskan tentang pentingnya pengobatan antibakteri.
Pemberian antibakteri dirumah dibutuhkan untuk mengurangi invansi bakteri
pada kulit.
d. Ajarkan perawatan kulit

Perawatan kulit secara umum,tujuannya adalah mengurangi jumlah S.aureus pada


kulit.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah perawat mengimplementasikan intervensi-intervensi yang
terdapat dalam rencana perawatan. Menurut Allen (1998) komponen dalam tahap
implementasi meliputi tindakan keperawatann mandiri, kolaboratif, dokumentasi, dan
respon pasien terhadap asuhan keperawatan.
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat memberikan
intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien. (Potter & Perry,
2009 : Fundamental Of Nursing )

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat
untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi
klien. (Potter & Perry, 2009 Fundamental Of Nursing).

9
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Karbunkel merupakan abses pada kulitdan jaringan subkutan yang
menggambarkan perluasan sebuah furunkel yang telah menginvasi beberapa buah
folikel rambut, karbunkel berukuran besar dan memiliki letak yang dalam. Biasanya
keadaan ini disebabkan oleh infeksi stapilococcus.
Karbunkel paling sering ditemukan didaerah yang kulitnya tebal dan tidak elastis.
Bagian posterior leher dan bokong merupakan lokasi yang sering. Pada karbunkel,
inflamasi yang luas sering tidak diikuti dengan pengisolasian infeksi tersebutsehingga
terjadi absorpsi yang mengakibatkan panas tinggi, rasa nyeri, leikositosis dan bahkan
penyebaran infeksi kedalam darah.
Pada karbunkel : penderita diabetes mellitus, malnutrisi, gagal jantung, penyakit
kulit yang menyeluruh dan berat misalnya eritoderma, pemfigus dan pengobatan steroid
lama, walaupun dapat pada orang sehat. Tersering pada laki-laki, usia menengah dan
usia tua

10
DAFTAR PUSTAKA

Craft N, Lee PK, Zipoli MT, Weinberg AN, Swartz MN, Johnson RA. Superficial Cutaneus
Infections and Pyodermas. In: Wolff K, Goldsmith LA, et al (eds). Fitzpatrick’s Dermatology
in General Medicine 7th ed. New York: McGraw Hill Medical, 2008; 1694-1709.
Hunter J, Savin J, Dahl M. Clinical Dermatology 3rd ed. New York: Blackwell Science;
2002.
Gawkrodger DJ. Dermatology an Illustrated Colour Text 3rd ed. New York: Churchill
Livingstone; 2003.

11

Anda mungkin juga menyukai