Anda di halaman 1dari 13

STUDI PEMILIHAN PENGERJAAN BETON

ANTARA PRACETAK DAN KONVENSIONAL


PADA PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG
DENGAN METODE AHP

Zainul Khakim1), M. Ruslin Anwar2), M. Hamzah Hasyim3)


1)
PT. Beton Sarana Teknik Surabaya
2,3)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang
Jl. MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail : zainul_api@yahoo.com

ABSTRAK

Pemilihan suatu metode sangat penting dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi karena metode
pelaksanaan yang tepat dapat memberikan hasil yang maksimal terutama jika ditinjau dari segi biaya
maupun waktu. Salah satu usaha yang dilakukan oleh pengelola proyek adalah mengganti cara - cara
konvensional menjadi lebih modern, yaitu dengan cara penerapan beton pracetak. Tujuan dari
penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui kriteria utama yang menjadi dasar pertimbangan dalam
pemilihan metode pengerjaan beton di Kota Surabaya. (2) mengetahui metode pengerjaan beton yang
paling banyak dipilih dengan mempertimbangkan beberapa kriteria pada pelaksanaan konstruksi
gedung di Kota Surabaya. Penelitian ini dilakukan melalui metode survei kuesioner serta wawancara
dengan beberapa perusahaan kontraktor, konsultan perencana, perusahaan beton pracetak (precaster),
perusahaan beton konvensional (readymix) dan pemilik proyek (owner) di Kota Surabaya, Propinsi
Jawa Timur. Dari 55 kuesioner yang disebarkan, yang berhasil dikumpulkan adalah 46 kuesioner.
Penelitian ini menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Kriteria yang digunakan
dalam pemilihan pengerjaan beton adalah biaya pekerjaan, waktu pelaksanaan, mutu hasil pekerjaan,
perencanaan, keselamatan kerja, bentuk bangunan, kekuatan struktur, keindahan bangunan, perubahan
cuaca, kemampuan kontraktor. Hasil analisis menunjukkan bahwa kriteria keselamatan kerja
merupakan kriteria dengan nilai bobot/prioritas tertinggi yaitu 16,4%, kemudian kekuatan struktur
(13,6%), mutu hasil pekerjaan (12,7%), biaya pelaksanaan (11,8%), waktu pelaksanaan (9,7%),
perencanaan (8,6%), kemampuan kontraktor (7,4%), bentuk bangunan (7,3%), keindahan bangunan
(6,9%), dan kriteria perubahan cuaca (5,7%). Untuk metode pengerjaan beton yang paling banyak
dipilih pada pelaksanaan konstruksi gedung di Kota Surabaya ditetapkan menggunakan metode beton
pracetak dengan nilai persentase sebesar 64,9%, Sedangkan untuk beton konvensional memiliki nilai
persentase sebesar 35,1%.
Kata kunci: AHP, beton pracetak, beton konvensional, metode pengerjaan beton.

PENDAHULUAN Salah satu usaha yang dilakukan


Pemilihan suatu metode sangat oleh pengelola proyek adalah
penting dalam pelaksanaan suatu mengganti cara - cara konvensional
proyek konstruksi karena metode menjadi lebih modern, yaitu dengan
pelaksanaan yang tepat dapat cara penerapan beton pracetak.
memberikan hasil yang maksimal Penggunaan beton pracetak diharapkan
terutama jika ditinjau dari segi biaya mampu menjawab tantangan
maupun waktu. Dengan adanya industrialisasi yang menuntut hasil
kemajuan teknologi yang semakin kerja yang efektif, efisien, bermutu dan
pesat dalam dunia konstruksi, ekonomis.
memungkinkan pengelola proyek Pada umumnya penggunaan
untuk memilih salah satu metode beton pracetak dianggap lebih
pelaksanaan konstruksi tertentu dari ekonomis dibandingkan dengan
beberapa alternatif metode pelaksanaan pengecoran di tempat dengan alasan
konstruksi yang ada. mengurangi biaya pemakaian
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 2 – 2011 ISSN 1978 – 5658 95
bekisting, mereduksi durasi Proyek memiliki ciri-ciri (Soeharto,
pelaksanaan proyek sehingga overhead 1999) :
yang dikeluarkan menjadi lebih kecil. 1. Memiliki tujuan yang khusus
Selain itu, bekerja di permukaan tanah produk akhir atau hasil kerja akhir;
jauh lebih mudah dan lebih aman 2. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta
untuk dilakukan, seperti cetakan, kriteria mutu dalam proses
pengecoran, perapian permukaan, mencapai tujuan;
perawatan dan penggunaan bekesting 3. Bersifat sementara dalam arti
yang dapat berulang kali (Wulfram I.E, umumnya dibatasi oleh selesainya
2006). tugas;
Penggunaan beton pracetak 4. Non rutin, tidak berulang-ulang
hanya akan ekonomis apabila dalam arti jenis dan intensitas
ukurannya seragam dan volumenya kegiatan berubah sepanjang proyek
yang besar. Oleh karena itu lebih berlangsung
cocok untuk struktur yang sifatnya
repetitif seperti lantai, balok, dan panel Sistem Beton Pracetak
dinding. Sampai saat ini pro dan kontra Sistem beton pracetak dapat
penggunaan beton pracetak masih diartikan sebagai suatu proses produksi
berlangsung. Pemilihan teknologi elemen struktur/arsitektural bangunan
beton yang digunakan juga harus pada suatu tempat/lokasi yang berbeda
memperhitungkan kriteria-kriteria dengan tempat/lokasi di mana elemen
yang berhubungan dengan setiap struktur/arsitektural tersebut akan
teknologi yang akan dipertimbangkan. digunakan (Wulfram I.E, 2006).
Masing-masing teknologi beton Pembuatan elemen beton pracetak
memiliki keuntungan dan kelebihan dapat dilakukan di pabrik maupun di
yang bermacam-macam, tergantung lapangan. Pembuatan elemen di pabrik
dari proses konstruksi dan teknologi itu biasanya bersifat permanen dan dapat
sendiri. Pertimbangan seperti ini dilaksanakan dengan berbagai metode
merupakan hal yang tidak bisa yang menyangkut proses produksi dan
diabaikan begitu saja, sehingga harus peralatan yang digunakan. Metode
diperhitungkan dalam membuat suatu yang digunakan disesuaikan dengan
keputusan. jumlah elemen yang akan diproduksi,
Penelitian ini dilakukan dengan agar didapat suatu produk yang
tujuan untuk: ekonomis. Sedangkan pada
1. Mengetahui kriteria utama yang pelaksanaan di lapangan, kerena
menjadi dasar pertimbangan dalam bersifat sementara maka metode yang
pemilihan metode pengerjaan digunakan juga terbatas.
beton di Kota Surabaya.
2. Mengetahui metode pengerjaan Sistem Beton Konvensional
beton yang paling banyak dipilih Sistem konstruksi beton
dengan mempertimbangkan konvensional (cast in situ atau cast in
beberapa kriteria pada pelaksanaan place) adalah sistem konstruksi dari
konstruksi gedung di Kota suatu bangunan yang pengecorannya
Surabaya. dilakukan di tempat dimana elemen-
Proyek konstruksi adalah suatu elemen struktur tersebut harus berada.
kegiatan yang berlangsung sementara Untuk bangunan bertingkat
dalam jangka waktu tertentu yang di banyak di Indonesia, biasanya
dalamnya melibatkan sejumlah sumber kontraktor pelaksana mensub-
daya dan membutuhkan organisasi. kontraktorkan pekerjaan ini kepada
perusahaan beton ready-mix. Jarang
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 2 – 2011 ISSN 1978 – 5658 96
sekali kontraktor mau mengerjakan perbandingan berpasangan (Tabel 1)
pekerjaan ini sendiri. Hal ini dilakukan dengan menggunakan skala tertentu
untuk mengurangi resiko yang bisa agar dapat dihasilkan bobot masing-
timbul akibat beton tidak sesuai masing alternatif keputusan.
dengan spesifikasi yang diharapkan.
Selain itu juga untuk menghindari Perhitungan Bobot Elemen
penumpukan material beton (semen, Pada formula matematis pada
pasir dan kerikil) di lokasi proyek. model AHP dilakukan dengan
menggunakan suatu matriks. Misalnya
Analytic Hierarchy Process ( AHP ) dalam suatu subsistem operasi terdapat
Method n elemen operasi A1, A2,....,An, maka
Metode AHP (analytic hasil perbandingan secara berpasangan
Hierarchy Process) adalah suatu elemen operasi tersebut akan
teknik pengambilan keputusan yang membentuk matriks perbandingan
memasukkan kriteria ganda, baik yang berpasangan dimana nilai-nilai Wi/Wj
bersifat nyata (tangible), tak nyata dengan i,j = 1,2,...,n didapat dari
(intangible), kualitatif maupun partisipan, yaitu orang-orang yang
kuantitatif, yang juga berkompeten dalam masalah yang
memperhitungkan adanya konflik dianalisis.
ataupun perbedaan pendapat (Saaty, A1 A2 ... An
1993).
A1
Metode ini dikenalkan oleh
Thomas L. Saaty dari Amerika, dengan A2
tujuan utama adalah untuk menentukan ...
keputusan bagi kasus multi kriteria An
yang menggabungkan faktor kualitatif
dan kuantitatif di dalam keseluruhan Matriks perbandingan berpasangan
evaluasi alternatif-alternatif yang ada. preferensi tersebut diolah dengan
Keluaran akhir dari metode AHP melakukan perhitungan pada setiap
adalah prioritas bagi alternatif- barisnya dengan menggunakan rumus :
alternatif yang ada untuk memenuhi
........... (1)
tujuan utama dari permasalahan yang
dihadapi. Perhitungan dilanjutkan dengan
Dalam pengambilan keputusan mencari nilai eigen vector yang juga
umumnya akan dijumpai persoalan merupakan bobot dari masing-masing
menentukan bobot disetiap aktivitas kriteria dengan rumus :
menurut tingkat kepentingannya.
Tingkat kepentingan ini dinyatakan ...................................... (2)
dengan beberapa kriteria yang dapat
dipenuhi oleh aktivitas menurut tingkat Nilai eigen vektor terbesar (λmaks)
yang berbeda-beda. Pembobotan diperoleh dari rumus :
aktivitas berdasarkan tingkat ...........................(3)
kepentingan ini merupakan proses Penyimpangan dari konsistensi
pengambilan keputusan dengan kriteria dinyatakan dengan indeks konsistensi,
majemuk yang merupakan pengukuran dengan persamaan :
dan penyusunan struktur hirarki
aktivitas - aktivitas tersebut. Dalam .............................. (4)
menentukan penilaian diantara
Dimana λ merupakan eigen value dan
alternatif-alternatif di bawah kriteria
n adalah ukuran matriks. Consistency
tertentu, maka digunakan
Index (CI) tersebut dapat diubah ke
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 2 – 2011 ISSN 1978 – 5658 97
dalam bentuk Consistency Ratio (CR) kriteria yang akan digunakan dalam
dengan membaginya dengan suatu pengambilan keputusan dengan metode
Random Index (RI). AHP : kriteria biaya pekerjaan, waktu
pelaksanaan, mutu hasil pekerjaan,
CR=CI/RI ..................................... (5) perencanaan pekerjaan, keselamatan
kerja, bentuk bangunan, kekuatan
Penentuan Kriteria struktur, keindahan bangunan,
Kriteria merupakan ukuran, perubahan cuaca, dan kemampuan
peraturan dan standar yang dijadikan kontraktor.
acuan bagi pengambil keputusan dapat
menggunakan atribut, sasaran maupun METODE
tujuan (goal) sebagai acuan. Bagan Alir Penelitian
Yang pertama dilakukan adalah Langkah - langkah Penelitian
melakukan studi pustaka dan seperti pada Gambar 1.
wawancara dengan para ahli yang
berkompeten dibidang pengerjaan Lokasi Penelitian
beton pracetak dan konvensional untuk Penelitian ini mengambil lokasi
mengetahui mengenai kriteria-kriteria di Kota Surabaya, untuk data primer
apa saja yang mungkin digunakan didapat melalui penyebaran kuesioner.
dalam merencanakan pemilihan Sedangkan data sekunder mengenai
penggunaan beton dalam data kontraktor serta data pendukung
pembangunan gedung dan selanjutnya lainnya diperoleh dari GAPENSI dan
menanyakan pada responden melalui INKINDO Kota Surabaya.
kuesioner dan wawancara. Ada 10

Tabel 1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan

Sumber : Saaty, 1993

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 2 – 2011 ISSN 1978 – 5658 98


untuk dipilih menjadi anggota sampel,
dengan teknik yang digunakan adalah
Proportionate stratified random
sampling yaitu pengambilan sampel
dari anggota populasi secara acak dan
berstrata tsecara proporsional,
dilakukan sampling ini apabila anggota
populasi heterogen (tidak sejenis)
(Riduwan,2008).
Sehingga jumlah sampel untuk
masing-masing kualifikasi, yaitu untuk
kontraktor grade 6 sebanyak 19
responden, dan untuk kontraktor grade
7 sebanyak 12 responden. Sedangkan
sebagai data tambahan/penunjang,
untuk sampel pemilik proyek diambil
sejumlah 2 responden, untuk produsen
beton pracetak dan beton konvensional
masing-masing diambil sampel 4
responden, serta perusahaan konsultan
perencana kualifikasi grade 4 sejumlah
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian 5 responden. Sehingga total jumlah
sampel dalam penelitian ini sebanyak
Populasi Penelitian 45 responden.
populasi dari penelitian ini
adalah perusahaan pelaksana jasa Teknik Analisis Data
konstruksi kualifikasi golongan usaha Data yang diperoleh dari hasil
besar (Grade 6 dan Grade 7) yang kuesioner akan diolah dengan Analisa
terdaftar pada Gabungan Pelaksana Hirarki Proses (AHP) dan analisanya
Konstruksi Nasional Indonesia memakai program Microsoft Excel.
(GAPENSI) Kota Surabaya, pemilik Prosedur analisis yang digunakan dari
proyek (Owner), perusahaan produsen metode AHP ini meliputi beberapa
beton pracetak (precaster) dan beton tahap, antara lain :
konvensional (readymix) di Kota 1. Langkah pertama adalah memberi
Surabaya, serta perusahaan konsultan bobot untuk setiap kriteria dengan
perencana kualifikasi Grade 4 yang perbandingan berpasangan. Pada
terdaftar pada Ikatan Nasional penelitian ini pemberian bobot
Konsultan Indonesia (INKINDO) Kota diambil 5 skala penilaian, yaitu
Surabaya. sangat penting, lebih penting, sama
penting, kurang penting, dan tidak
Sampel Penelitian penting (Tabel 2).
Oleh karena populasi dalam
penelitian ini berstrata, maka Tabel 2. Skala Penilaian
sampelnya juga berstrata. Dengan Kepentingan
demikian, masing-masing pengambilan Skala Tingkat
No Skor
Kepentingan
sampel untuk tingkat kualifikasi 1 Sangat penting 5
menggunakan metode Probability 2 Lebih penting 3
Sampling yaitu teknik pengambilan 3 Sama penting 1
sampel yang memberikan peluang 4 Kurang penting 1/3
yang sama bagi setiap unsur populasi 5 Tidak penting 1/5
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 2 – 2011 ISSN 1978 – 5658 99
2. Langkah kedua adalah mencari adalah 100% responden berjenis
nilai Priority Vector (PV) dari kelamin laki-laki, dan tidak ada
masing-masing kriteria yang responden yang berjenis kelamin
dibandingkan. Setelah itu mencari perempuan, hal ini menunjukan
nilai λmaks. Langkah berikutnya minimnya keterlibatan perempuan
adalah mencari CI (Consistency dalam persiapan dan pelaksanaan
Index) yang bertujuan untuk proyek konstruksi.
mencari CR (Consistency Ratio). Gambar 2 menunjukkan bahwa
3. Tahap ketiga adalah memberi terdapat 17 responden dengan umur 25
penilaian utilitas pada masing- - 35 tahun dan merupakan responden
masing alternatif kriteria dengan terbanyak dengan persentase 37%,
perbandingan berpasangan. Dalam dilanjutkan 14 responden dengan umur
penilaian ini, nilai normalisasi yang 46 - 55 tahun (30%), dan 13 responden
dipilih adalah Additivity dengan umur 36 - 45 tahun (28%) serta
constrant,dengan persamaan : ada dua responden dengan usia ≥ 56
nilai tahun dan merupakan responden yang
Nilai normalisasi = ........ (6) paling sedikit dengan persentase 4%.
Σ nilai
Gambar 3 menunjukan bahwa
4. Tahap terakhir melakukan terdapat 14 responden dengan jabatan
interpretasi dari hasil analisis sebagai Site Manager dan merupakan
penelitian sehingga bisa diketahui responden terbanyak dengan
kriteria utama yang menjadi dasar persentase 30%, dilanjutkan 12
pertimbangan dalam pemilihan responden dengan jabatan sebagai
pengerjaan beton serta diketahui Project Manager (26%), dan 9
metode pengerjaan beton yang responden dengan jabatan sebagai
paling banyak dipilih pada Kepala Bagian (20%). Selanjutnya
pelaksanaan konstruksi gedung di terdapat 6 responden dengan jabatan
Kota Surabaya. Direktur Teknik (13%), dan ada 3
responden dengan jabatan Supervisor
(7%). Serta ada 2 responden dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN jabatan sebagai Site Engineer dan
Karakteristik Responden merupakan responden yang paling
Gambaran umum profil sedikit dengan persentase 4%.
responden penelitian dibagi atas jenis Gambar 4 menunjukkan bahwa
kelamin, umur responden, jabatan terdapat 22 responden dengan
responden, lama pengalaman kerja pengalaman kerja di bidang konstruksi
responden dibidang konstruksi, dan selama ≥ 11 tahun dan merupakan
pendidikan terakhir responden. responden terbanyak dengan
Responden dalam hal ini adalah para persentase 47,8%, dilanjutkan 15
kontraktor grade 6 dan grade 7, responden dengan pengalaman kerja di
konsultan perencana, perusahaan beton bidang konstruksi selama 5 - 7 tahun
pracetak (precaster), perusahaan beton (32,6%), serta 9 responden dengan
konvensional (readymix), dan pemilik pengalaman kerja di bidang konstruksi
proyek (owner) di Kota Surabaya, selama 8 - 10 tahun dan merupakan
Propinsi Jawa Timur. Selanjutnya responden yang paling sedikit dengan
karakteristik responden dapat dilihat persentase 19,6%.
pada Gambar 2 - Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan bahwa
Dari data kuesioner yang untuk pendidikan terakhir Sarjana (S1)
dikumpulkan diketahui bahwa terdapat 39 responden dan merupakan
sebanyak 46 kuesioner penelitian responden terbanyak dengan
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 2 – 2011 ISSN 1978 – 5658 100
persentase 84,8%, dilanjutkan 7
responden dengan pendidikan terakhir
Pascasarjana (S2) atau sebesar 15,2%.

Gambar 5. Pendidikan Terakhir


Responden

Pembobotan Kriteria
Pembobotan kriteria dilakukan
oleh perusahaan yang dianggap
berkepentingan dengan adanya
Gambar 2. Umur Responden pemilihan pengerjaan beton pada
pelaksanaan kontruksi gedung di Kota
Surabaya. Besarnya bobot/prioritas
dari masing-masing kriteria didapatkan
melalui perbandingan tingkat
kepentingan dari kriteria satu dengan
yang lainnya menurut masing-masing
responden.
Langkah-langkah perhitungan
besaran bobot kriteria dengan matriks
perbandingan berpasangan dapat
dilihat dalam Tabel 3.

Gambar 3. Jabatan Pekerjaan a= 10 a 11 x a 12 x ... x a 110 .................. (7)


Responden
b= 10 a 21 x a 22 x ... x a 210 .................. (8)

a
X1 = ............ (9)
a + b + c + d + e + ... + j
λmax = X1 Σ1 + X2 Σ 2 + ..... +X10 Σ 10 ..... (10)

Untuk menghitung nilai CI dan CR


bisa menggunakan Persamaan 4 dan
Persamaan 5.
Gambar 4. Pengalaman Kerja
Responden

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 2 – 2011 ISSN 1978 – 5658 101
Selanjutnya hasil pembobotan Zij = nilai bobot total
dari semua responden digabungkan perbandingan berpasangan
untuk mendapatkan nilai bobot total antara kriteria Ai dengan Aj
dari masing-masing kriteria. Rumus untuk n partisipan.
menghitung nilai bobot total adalah (aij)n = nilai perbandingan antara
sebagai berikut : kriteria Ai dengan Aj untuk
partisipan ke n, dengan n =
Zij = n (a ij )1 x (a ij ) 2 x ... x (a ij ) n 1,2,3,4,...,dst.
dengan : n = jumlah partisipan.

Tabel 3. Matriks Perhitungan Bobot Antar Kriteria


Eigen
Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Bobot
Value
1 1 a12 a13 a14 a15 a16 a17 a18 a19 a110 a X1
2 1/a12 1 a23 a24 a25 a26 a27 a28 a28 a210 b X2
3 1/a13 1/a23 1 c X3
4 1/a14 1/a24 1 d X4
5 1/a15 1/a25 1 e X5
6 1/a16 1/a26 1 f X6
7 1/a17 1/a27 1 g X7
8 1/a18 1/a28 1 h X8
9 1/a19 1/a29 1 i X9
10 1/a110 1/a210 1 j X10

Σ1 Σ2 Σ3 Σ4 Σ5 Σ6 Σ7 Σ8 Σ9 Σ10 λmax ...

CI ...
CR ...

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 2 – 2011 ISSN 1978 – 5658 102
No Kriteria Bobot (%) responden. Hasil nilai prioritas/bobot
pada perbandingan berpasangan/pairwise
1 Keselamatan Kerja 0.164 16,4
comparison yang didapatkan kemudian
2 Kekuatan Struktur 0.136 13,6 dilakukan normalisasi data seperti pada
3 Mutu Hasil Pekerjaan 0.127 12,7 Persamaan 6.
4 Biaya Pekerjaan 0.118 11,8 Tabel 4. Nilai Bobot Total Antar Kriteria
5 Waktu Pelaksanaan 0.097 9,7
Dari data utilitas masing-masing
6 Perencanaan 0.086 8,6
alternatif dengan kriteria untuk setiap
7 Kemampuan Kontraktor 0.074 7,4 responden yang telah dinormalisasikan
8 Bentuk Bangunan 0.073 7,3 kemudian dilakukan pembobotan
9 Keindahan Bangunan 0.069 6,9 total/gabungan. Sehingga untuk 10
10 Perubahan Cuaca 0.057 5,7 (sepuluh) kriteria yang menjadi acuan
dalam pemilihan alternatif pengerjaan
Jumlah 1.000 100 beton dapat disimpulkan hasil sebagai
Keterangan : berikut :
• Kriteria 1 = Biaya pekerjaan
• Kriteria 2 = Waktu pelaksanaan Gambar 6 menunjukkan kriteria
• Kriteria 3 = Mutu hasil pekerjaan keselamatan kerja, responden sepakat
• Kriteria 4 =Perencanaan Pekerjaan beton pracetak memiliki keselamatan
• Kriteria 5 = Keselamatan Kerja kerja yang jauh lebih baik dibandingkan
• Kriteria 6 = Bentuk bangunan dengan beton konvensional. Kriteria
• Kriteria 7 = Kekuatan Struktur keselamatan kerja merupakan kriteria
• Kriteria 8 = Keindahan bangunan utama pertama yang menjadi prioritas
dalam pemilihan pengerjaan beton.
• Kriteria 9 = Perubahan cuaca
Persentase pemilihan beton pracetak jauh
• Kriteria 10 =Kemampuan Kontraktor
lebih tinggi daripada beton konvensional,
yaitu 75,3% untuk keunggulan beton
Tabel 4 memperlihatkan bahwa kriteria
pracetak, sedangkan beton konvensional
keselamatan kerja merupakan kriteria
(24,7%).
terpenting dalam pemilihan pengerjaan
beton pada pelaksanaan kontruksi gedung
Gambar 7 menunjukkan kriteria
di Surabaya dengannilai bobot/prioritas
kekuatan struktur, responden sepakat
16,4%, selanjutnya kekuatan struktur
beton pracetak memiliki kekuatan
(13,6%), mutu hasil pekerjaan (12,7%),
struktur yang lebih baik dibandingkan
biaya pekerjaan (11,8%), waktu
dengan beton konvensional. Kriteria
pelaksanaan (9,7%), perencanaan (8,6%),
kekuatan struktur menjadi kriteria utama
kemampuan kontraktor (7,4%), bentuk
kedua yang menjadi prioritas dalam
bangunan (7,3%), keindahan bangunan
pemilihan pengerjaan beton. Persentase
(6,9%), dan yang terakhir adalah
pemilihan beton pracetak jauh lebih
perubahan cuaca (5,7%).
tinggi daripada beton konvensional, yaitu
Penilaian Utilitas Maing-Masing 76,7% untuk keunggulan beton pracetak,
Alternatif sedangkan beton konvensional (23,3%).
Gambar 8 menunjukkan kriteria
Penilaian utilitas untuk masing- mutu hasil pekerjaan, responden sepakat
masing alternatif dengan kriteriabeton pracetak memiliki mutu yang lebih
didapatkan dari hasil data responden yang baik dibandingkan dengan beton
diperoleh di lapangan melalui pengisian konvensional. Persentase pemilihan beton
kuesioner dan wawancara dengan pracetak jauh lebih tinggi daripada beton
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 2 – 2011 ISSN 1978 – 5658 103
konvensional, yaitu 89,3% untuk
keunggulan beton pracetak, sedangkan
beton konvensional (10,7%).
Gambar 9 menunjukkan kriteria
kriteria biaya pekerjaan, responden
sepakat beton konvensional memiliki
harga yang lebih murah dibandingkan
dengan beton pracetak. Persentase Gambar 9. Nilai Utilitas Total Alternatif
pemilihan beton konvensional sedikit dengan Kriteria Mutu Hasil Pekerjaan
lebih tinggi daripada beton pracetak,
yaitu 58,9% untuk keunggulan beton Gambar 10 menunjukkan kriteria
konvensional, sedangkan beton pracetak waktu pelaksanaan, responden sepakat
(41,1%). beton pracetak memiliki waktu yang
lebih cepat dibandingkan dengan beton
konvensional. Persentase pemilihan beton
pracetak jauh lebih tinggi daripada beton
konvensional, yaitu 89,4% untuk
keunggulan beton pracetak, sedangkan
beton konvensional (10,6%).
Gambar 11 menunjukkan kriteria
perencanaan pekerjaan, responden
sepakat beton pracetak memiliki
Gambar 6. Nilai Utilitas Total Alternatif perencanaan yang lebih mudah
dengan Kriteria Keselamatan Kerja dibandingkan dengan beton
konvensional. Persentase pemilihan beton
pracetak lebih tinggi daripada beton
konvensional, yaitu 65,5% untuk
keunggulan beton pracetak, sedangkan
beton konvensional (34,5%).
Gambar 12 menunjukkan kriteria
kemampuan kontraktor, responden
sepakat untuk memilih beton
Gambar 7. Nilai Utilitas Total Alternatif konvensional daripada beton pracetak,
dengan Kriteria Kekuatan Struktur yaitu 72,6% untuk keunggulan beton
konvensional, sedangkan beton pracetak
(27,4%).
Gambar 13 menunjukkan kriteria
bentuk bangunan, responden sepakat
beton konvensional memiliki bentuk
bangunan yang jauh lebih fleksibel
dibandingkan dengan beton pracetak.
Persentase pemilihan beton konvensional
Gambar 8. Nilai Utilitas Total Alternatif lebih tinggi daripada beton pracetak,
dengan Kriteria Mutu Hasil Pekerjaan yaitu 69,4% untuk keunggulan beton
konvensional, sedangkan beton pracetak
(30,6%).
Gambar 14 menunjukkan kriteria
keindahan bangunan, responden sepakat
beton konvensional memiliki keindahan
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 2 – 2011 ISSN 1978 – 5658 104
bangunan yang lebih baik dibandingkan
dengan beton pracetak. Persentase
pemilihan beton konvensional lebih
tinggi daripada beton pracetak, yaitu
63,9% untuk keunggulan beton
konvensional, sedangkan beton pracetak
(36,1%).
Gambar 15 menunjukkan kriteria
Gambar 13. Nilai Utilitas Total
perubahaan cuaca, responden sepakat
Alternatif dengan Kriteria Bentuk
untuk memilih beton pracetak daripada
Bangunan
beton konvensional, yaitu 87% untuk
keunggulan beton pracetak, sedangkan
beton konvensional (13%).

Gambar 14. Nilai Utilitas Total


Alternatif dengan Kriteria Keindahan
Gambar 10. Nilai Utilitas Total Bangunan
Alternatif dengan Kriteria Waktu
Pelaksanaan

Gambar 15. Nilai Utilitas Total


Alternatif dengan Kriteria Perubahan
Cuaca
Gambar 11. Nilai Utilitas Total
Alternatif dengan Kriteria Perencanaan
Pekerjaan Penentuan Alternatif Terbaik
Penentuan alternatif pengerjaan
beton terbaik didapatkan dengan
mengalikan nilai bobot total antar kriteria
dengan nilai utilitas masing-masing
alternatif pengerjaan beton. Nilai terbesar
yang diperoleh dari perhitungan tersebut
menunjukkan pengerjaan beton terbaik
pada pelaksanaan konstruksi gedung di
Gambar 12. Nilai Utilitas Total Kota Surabaya.
Alternatif dengan Kriteria Kemampuan Gambar 16 dan Tabel 5,
Kontraktor menunjukkan bahwa metode beton
pracetak lebih banyak dipilih
dibandingkan dengan penggunaan beton

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 2 – 2011 ISSN 1978 – 5658 105
konvensional dalam pengerjaan beton bentuk bangunan, dan kriteria keindahan
pada pelaksanaan konstruksi gedung di bangunan.
kota Surabaya, yaitu 64,9% untuk
keunggulan beton pracetak, sedangkan KESIMPULAN DAN SARAN
presentase beton konvensional hanya Kesimpulan
sebesar 35,1%. Sesuai hasil analisis yang dilakukan
maka dapat disimpukan sebagai berikut:
1. Melalui Metode AHP, kriteria
keselamatan kerja merupakan kriteria
bobot/prioritas tertinggi yaitu 16,4%,
kemudian disusul kriteria kekuatan
struktur sebesar 13,6%, kriteria mutu
hasil pekerjaan sebesar 12,7%,
kriteria biaya pelaksanaan sebesar
11,8%, kriteria waktu pelaksanaan
sebesar 9,7%, kriteria perencanaan
sebesar 8,6%, kriteria kemampuan
Gambar 16. Penentuan Alternatif kontraktor sebesar 7,4%, kriteria
Pengerjaan Beton Terbaik bentuk bangunan sebesar 7,3%,
kriteria keindahan bangunan sebesar
6,9%, dan kriteria perubahan cuaca
sebesar 5,7%.
2. Nilai prioritas tertinggi dari hasil
Tabel 5. Penentuan Alternatif Pengerjaan perhitungan penentuan alternatif
Beton Terbaik terbaik menyatakan bahwa
pengerjaan metode beton pracetak
ditetapkan sebagai metode
pengerjaan beton yang paling banyak
dipilih pada pelaksanaan konstruksi
gedung di Kota Surabaya (64,9%).
Sedangkan untuk metode beton
konvensional memiliki nilai
persentase sebesar 35,1%.

Saran
1. Diperlukan penelitian lanjutan
Pengerjaan beton pracetak lebih banyak dengan melakukan implementasi ke
dipilih karena lebih unggul di 6 kriteria proyek yang menggunakan metode
yang ditunjukkan melalui Gambar 6 - beton pracetak dan konvensional di
Gambar 16, yaitu pada kriteria Kota Surabaya dengan mengambil
keselamatan kerja, kriteria kekuatan beberapa kriteria utama sebagai
struktur, kriteria mutu hasil pekerjaan, variabel pembanding untuk kedua
kriteria waktu pelaksanaan, kriteria alternatif tersebut.
perencanaan pekerjaan, dan kriteria 2. Perlunya memperhatikan
pengaruh perubahan cuaca. Sedangkan kompleksitas konstruksi gedung
untuk beton konvensional unggul di 4 untuk penelitian selanjutnya, seperti
kriteria, yaitu kriteria biaya pekerjaan, volume beton, bentuk bangunan dan
kriteria kemampuan kontraktor, kriteria nilai kontrak proyek.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 2 – 2011 ISSN 1978 – 5658 106
DAFTAR PUSTAKA Saaty, Thomas L.,1993. Pengambilan Keputusan
Arikunto, S. 1988. Prosedur Penelitian Suatu bagi Para Pemimpin. Penerbit Pustaka
Pendekatan Praktek, Cetakan ke-8. Binaman Pressindo, Jakarta
Penerbit Rineka Cipta, Yogyakarta Saaty, Thomas L. 1994. Decision Making In
Huda, M. 2001. The Application Of Value Economic, Political, Social And
Engineering Method On Structure Design Technological Environments With The
Of High Rise Building. Jurnal Aksial Analytic Hierarchy Process, University Of
Vol.3, No.2 Pitsburgh
Ikatan Ahli Pracetak dan Prategang Indonesia, Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek (Dari
Agustus 2008. Keraguan Akan Kualitas Konseptual Sampai Operasional) jilid 1.
Teknologi Beton Pracetak Untuk Penerbit Erlangga.,Jakarta
Rusunami Bertingkat tinggi Tidak Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek (Dari
Beralasan. IAPPI News, Edisi 11 Konseptual Sampai Operasional) jilid 2.
Monroe, 1990. The Advantages Of Prestressed Penerbit Erlangga, Jakarta
Concrete. Jurnal Internasional Cengage Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Bisnis.
Learning Penerbit Alfabetha, Bandung
Mulyono, T. 2004. Teknologi Beton. Penerbit Tajunnisa, Yuyun, dan A. Sigit, dkk, 2009.
Andi, Yogyakarta Seismic Design of Precast Concrete
House. Jurnal Institut Teknologi Sepuluh
November, Surabaya

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 2 – 2011 ISSN 1978 – 5658 107

Anda mungkin juga menyukai