Anda di halaman 1dari 22

BAB I

SKENARIO

Ny. Ika Wulansari 32 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan utama


kelopak mata kanan atas bengkak disertai rasa nyeri.

1
BAB II
KATA KUNCI

1. Kelopak mata kanan atas bengkak


2. Rasa nyeri
3. Umur 32 tahun.

2
BAB III
PROBLEM

1. Apa penyebab nyeri hidung kanan pada Ny. Ika Wulansari 32 tahun ?

2. Bagaimana terjadinya nyeri hidung kanan pada Ny. Ika Wulansari 32 tahun?

3. Penyakit-penyakit atau kelainan-kelainan apa saja yang menyebabkan nyeri


hidung kanan pada Ny. Ika Wulansari 32 tahun?

4. Bagaimana menegakan diagnosa pasti dari nyeri hidung kanan pada Ny. Ika
Wulansari 32 tahun?

5. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien nyeri hidung kanan Ny. Ika Wulansari
32 tahun?

6. Kapan merujuk Ny. Ika Wulansari 32 tahun?

7. Bagaimana cara mencegah nyeri hidung kanan Ny. Ika Wulansari 32 tahun?

3
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Batasan
Bengkak adalah pembesaran atau protuberansi pada tubuh, termasuk
tumor. Bengkak merupakan salah satu dari lima ciri utama pada peradangan,
bersama dengan rasa sakit, panas, warna kemerahan, dan disfungsi. Menurut
penyebabnya, bengkak dapat bersifat kongenital, traumatik, radang,
neoplastik, dan lain-lain.
Nyeri dapat digambarkan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang
terjadi bila kita mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh kita. Nyeri dapat
terasa sakit, panas, gemetar, kesemutan seperti terbakar, tertusuk, atau ditikam.

Beberapa penyebab mata bengkak diantaranya:

1. Gigitan serangga
2. Alergi, misalnya terhadap makanan atau obat
3. Kalazion, akibat peradangan di dalam kelenjar kulit
4. Blefaritis, akibat infeksi bakteri atau gangguan kelenjar minyak

4.2 Anatomi

4.2.1 Anatomi Palpebra


Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit
yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip
melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior
berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra
terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat
lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).
(maharani, 2013)
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.

4
2. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya
mengelilingi fissure palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian
otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal;
bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar
palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus
facialis. (maharani, 2013)
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan
lapis subaponeurotik dari kujlit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan
fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas
jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di
kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah). (maharani, 2013)
5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra
dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior
dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan
Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang
bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll
adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris
dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan
sepanjang tepian ini terdapat muaramuara kecil dari kelenjar sebasesa
yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal). Punktum
lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.
Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis. (maharani, 2013)
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus

5
lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut
tajam. Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis
orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi
sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu
dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum
orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior. Retraktor palpebrae
berfungsi membuka palpebra. (maharani, 2013)
Di palpebra superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra
superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan
bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam
yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis
superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus
inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus
meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus
inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi
oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh
nervus okulomotoris. Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae
adalah a. Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari
ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua
nervus V. (maharani, 2013)

4.3 Patofisiologi
Secara histologi, hordeolum terdapat kumpulan leukosit PMN dan
debris nekrotik seperti abses. Adanya stasis sekresi di kelenjar meibom dan
zeis memicu infeksi sekunder dari staphylococcus aureus. Bedanya dengan
kalazion, kalazion merupakan reaksi inflamasi non infeksius. Secara histologi,
kalazion terlihat reaksi granulomatosa seperti histiosit, dan multinucleated
giant cell. Pada hordeolum merupakan proses fokal infeksi.

6
4.4 Patomekanisme

mengendarai Terkontaminasi
Mata terasa gatal
motor setiap hari debu

Terkontaminasi Menggosok-gosok
bakteri mata
Stapylococcus
aureus

Sehari-hari
menggunakan Terinfeksi
kosmetik di
daerah mata

Hordeolum

7
BAB V

HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)

5.1 Deferntial Diagnosis


Dari hasil analisa kelompok kami berdasarkan identifikasi terhadap
gejala klinis, pemeriksaan fisik penyakit, pemeriksaan penunjang penyakit
pada jenis-jenis penyakit yang berhubungan, kami memilih dua hipotesa awal
atau Differential Diagnosis, yaitu

A. Hordeolum
Hordeolum adalah suatu peradangan supuratif pada satu atau
beberapa kelenjar di tepi atau di bawah kelopak mata.kelenjar Zeis, kelenjar
Moll (hordeolum eksterternum) atau kelenjar Meibom (Hordeolum
internum). Insidensi kejadian hordeolum masih tinggi. Penyakit ini
merupakan infeksi fokal (biasanya disebabkan staphylococcal) yang bersifat
akut. Bisa terbentuk lebih dari 1 hordeolum pada saat yang bersamaan.
Hordeolum biasanya timbul dalam beberapa hari dan bisa sembuh secara
spontan. Gambaran horedolum biasanya berupa benjolan yang terasa sangat
nyeri, kemerahan dan terlokalisir. Hordeulum juga bisa menimbukan
pembengkakan pada kelopak mata. Pada hordeolum yang externa, isi dari
eksudat purulen akan tampak di garis tumbuhnya bulu mata, sedangkan
yang interna eksudat supuratif akan mengenai permukaan konjungtiva yang
dekat kelopak mata. (maharani, 2013)

1. Etiologi
Organisme staphylococcus adalah kuman penyebab infeksi pada
kelopak mata yang paling sering, namun organism lain juga dapat
menyebabkan infeksi pada kelopak mata. (maharani, 2013)

8
2. Faktor Resiko
a. Penyakit kronik.
b. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
c. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
d. Diabetes
e. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
f. Riwayat hordeolum sebelumnya
g. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih
h. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.

3. Manifestasi Klinis
Gejala subyektif : dirasakan menggamjal pada kelopak mata rasa
sakit yang bertambah kalau menunduk, dan nyeri bila ditekan. Mata
mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan penderita merasa ada
sesuatu di matanya. Gejala obyektif : tampak suatu benjolan pada
kelopak mata atas/bawah yang berwarna merah dan sakit bila ditekan,
berada didekat pangkal bulu mata. Secara umum gambaran ini sesuai
dengan suatu abses kecil, pseudoptosis, ptosis, dan kadang disertai
pembesaran kelenjar preaurikular. Biasanya hanya sebagian kecil daerah
kelopak mata yang membengkak, meskipun kadang seluruh kelopak
mata membengkak. Di tengah daerah yang membengkak seringkali
terlihat bintik kecil yang berwarna kekuningan. Bisa terbentuk abses
(kantong nanah) yang cenderung pecah dan melepaskan sejumlah nanah.
(maharani, 2013) Hordeolum terbagi atas 2 jenis, yaitu :

1. Horedeolum eksternum
Adalah infeksi yang terjadi dekat kelenjar zeis dan moll, tempat
keluarnya bulu mata (pada batas palpebra dan bulu mata).

2. Hordeolum internum

9
Adalah infeksi pada kelenjar meibom sebasea. Hordeolum yang
terbentuk pada kelenjar yang lebih dalam. Gejalanya lebih berat dan
jarang pecah sendiri, karena itu biasanya dokter akan menyatnya
supaya nanah keluar.

B. Blefaritis
Blefaritis adalah peradangan kelopak mata yang biasanya terjadi di
area pertumbuhan bulu mata dan bisa memengaruhi kedua kelopak mata.
Blefaritis umumnya muncul saat kelenjar minyak kecil yang terletak di
dekat dasar bulu mata tersumbat. Kondisi ini akan menyebabkan mata iritasi
dan merah.
Peradangan pada kelopak mata biasanya mengganggu penampilan,
juga dapat mengiritasi mata dan kemungkinan memengaruhi penglihatan.
Gejala dari peradangan meliputi:

1. Kelopak mata gatal


2. Kelopak mata bengkak
3. Kelopak mata merah atau inflamasi
4. Sensasi terbakar pada mata
5. Kelopak mata berminyak
6. Perasaan seperti ada sesuatu di dalam mata
7. Mata merah
8. Mata berair
9. Kerak pada bulu mata atau pada ujung mata
10. Sensitivitas terhadap cahaya

10
BAB VI

ANALISIS DARI DEFFERENTIAL DIAGNOSIS

6.1 Identitas
Nama : Nn. Ika Wulansari
Umur : 32 tahun
Alamat : Jl. Dukuh Pakis Surabaya
Pekerjaan : Sekretaris
Pendidikan : S1
Status : Menikah
Agama : Islam

6.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama : Kelopak mata kanan atas bengkak
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
a. Sejak 5 hari yang lalu
b. Itensitasnya awalnya kecil dan gatal lama-lama membesar, muncul
kemerahan, terasa nyeri
c. Nyeri terbakar, rasanya mengganjal, bila menunduk lebih terasa
nyeri
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Sebelumnya belum pernah sakit seperti ini.
b. Tidak menderita tekanan darah tinggi.
c. Tidak punya riwayat kencing manis.
d. Tidak ada alergi.
4. Riwayat Keluarga : Dirumah tidak ada yang sakit seperti ini
5. Riwayat Obat-obatan : -
6. Riwayat Penyakit sosial :
a. Suka memakai make up di daerah mata
b. Naik sepeda motor terkena debu lalu menyebabkan iritasi

11
c. Kebiasaan ngucek mata
d. Sering menggunakan soft lens
e. Kualitas tidur : berlebihan

6.3 Pemeriksaan Fisik


1. Kesan umum : baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Vital sign
a. Tensi : 115/80 mmHg
b. Nadi : 87x/menit
c. RR : 28x/menit
d. Suhu : 36oC
e. Tinggi Badan : 167 cm
f. Berat Badan : 64 kg

4. Kepala :
a. Inspeksi : Simetris, benjolan (-), jejas (-) dan lainnya DBN
b. palpasi : nyeri (-) dan lainnya DBN
5. Rambut :
a. Inspeksi : warna : hitam ; lain-lain : DBN
b. Palpasi : mudah dicabut (-); lain-lain : DBN
6. Mata : tidak simetris

Kanan Kiri
Inspeksi:
Kesan umum Asimetris Asimetris
Jejas + -
Benjolan + -
Merah + -
Nyeri gerak + -
Icterus - -
Palpasi:

12
Bengkak + -
Nyeri tekan + -
Anemi - -

Status oftalmikus:
a. Visus : Okulo dextra et sinistra (ODS) : 6/6
b. Palpebral superior OS benjolan (+), hiperemia (+), nyeri
tekan (+)
c. Konjungtiva palpebral sinistra : hiperemi (+)
d. Konjungtiva bulbi ODS : normal
e. Kornea Jernih
f. Iris dan pupil : bulat, regular, sentral
g. Refleks pupil +/+, diameter 3 mm
h. Lensa tampak jernih
i. Tekanan intra okuler : normal (palpasi)
j. Gerak bola mata- : bebas kesemua arah (+)

7. Hidung :
Inspeksi : Bentuk simetris, previtasi (-), benjolan (-), kemerahan (-),
dibsnu (-) ,dan yang lainnya DBN
Palpasi : nyeri (-) dan lainnya dalam DBN

8. Mulut :
Inspeksi : sianosis (-) dan yang lain DBN
Palpasi : nyeri (-) dan lainnya DBN

9. Leher :
a. Kesan Umum
Inspeksi : bentuk : simetris; jejas (-); benjolan (-); Lain-lain :DBN
Palpasi : nyeri (-); lain-lain :DBN
b. Tiroid :
Inspeksi : Benjolan (-) ;lain-lain : DBN
Palpasi : Nyeri (-); Lain-lain : DBN

13
Auskultasi : Bruit (-)
c. KGB :
Inspeksi : Benjolan (-), Lain-Lain : DBN
Palpasi : Nyeri (-), Lain-lain : DBN

10. Thorax :
a. Paru :
Inspeksi : gerak nafas simetris (+/+) Lain-lain : DBN
Palpasi : Fremitus raba: simetris (+/+) ; lain-lain : DBN
Perkusi: sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronchii (-/-) , wheezing (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : ictus cordis (-), trill (-) ; Lain-lain :DBN
Palpasi : ictus cordis (-), trill (-); lain-lain : DBN
Perkusi: batas jantung : DBN
Auskultasi : S1 S2 tunggal normal; murmur (-),wheezing (-)

11. Abdomen :
a. Kesan Umum :
Inspeksi : bentuk : simetris; jejas (-); benjolan (-); Lain-lain :DBN
Palpasi : nyeri (-); lain-lain :DBN
Perkusi : timpani
Auskultasi : Bising usus : DBN; Lain-lain : DBN
b. Hepar :
Inspeksi : jejas (-); benjolan (-); Lain-lain :DBN
Palpasi : nyeri (-); ukuran : DBN; lain-lain :DBN
c. Lien :
Inspeksi : jejas (-); benjolan (-); Lain-lain :DBN
Palpasi :Nyeri (-); Ukuran : DBN; Lain-lain : DBN
d. Ginjal :
Inspeksi : jejas (-); benjolan (-); Lain-lain :DBN
Palpasi :Nyeri (-); bimanual: DBN; Lain-lain : DBN

14
e. Organ lain : DBN
12. Ekstremitas Atas dan Bawah:
a. Ekstremitas Atas
Kesan Umum :
(1) Inspeksi : bentuk : simetris; jejas (-); benjolan (-); Lain-lain :DBN
(2) Palpasi : nyeri (-); lain-lain :DBN
(3) Perkusi : Pekak
(4) Auskultasi : DBN

b. Ekstremitas Bawah
Kesan Umum :
(5) Inspeksi : bentuk : simetris; jejas (-); benjolan (-); Lain-lain :DBN
(6) Palpasi : nyeri (-); lain-lain :DBN
(7) Perkusi : Pekak
(8) Auskultasi : DBN

6.4 Pemeriksaan Penunjang


1. Tidak ada

15
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)

Dengan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang


yang kami dapat, kami mengeluarkan hipotesis akhir bahwa penyakit Ny. Ika
Wulansari adalah Hordeolum Eksterna.

16
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS

Identitas
Anamnesa
Nama : Nn. Ika Wulansari
Keluhan Utama : Kelopak mata
Umur : 32 tahun
kanan atas bengkak disertai
Alamat : Jl. Dukuh Pakis
nyeri
Surabaya
Riwayat Penyakit sekarang
Pekerjaan : Sekretaris
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pendidikan : S1
Riwayat Pengobatan
Status : Menikah
Riwayat Penyakit Keluarga
Agama : Islam
Riwayat Sosial

7. KGB
 Inspeksi : Benjolan (+) Pemeriksaan Fisik
 Palpasi :nyeri (-) KU : Baik
8. Thorax : DBN Kesadaran : Kompos mentis
9. Abdomen : DBN Kesan Umum :
10. Ekstremitas atas dan bawah : DBN 1. Kepala
 Inspeksi : Bercak (-) lain lain DBN
 Palpasi : DBN
2. Rambut
 Inspeksi : DBN
Vital Sign
TD : 115/80 mmHg  Palpasi : DBN
Nadi : 87 x/menit 3. Mata
RR : 28x/menit  Inspeksi : Ikterus (-), benjolan (+),
Suhu : 36ᴼC merah (+), nyeri gerak (+)
 Palpasi :Anemi (-), bengkak (+),
nyeri tekan (+)
4. Hidung
Pemeriksaan Penunjang
 Inspeksi :Dypsneu (-), DBN
 Palpasi :Krepitasi(-) , DBN
5. Mulut
 Inspeksi : Cyanosis (-),DBN
 Palpasi : DBN
Deferrential Diagnosis 6. Tonsil
1. Hordeolum eksterna
 Inspeksi : Benjolan(-), Debris (-)
2. Blefaritis
7. Palpasi : Nyeri (-)Leher
 Inspeksi : benjolan (-)
 Palpasi : Nyeri (-)
Diagnosis : Hordeolum Eksterna

17
BAB IX

STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH

9.1 Penatalaksanaan
Hordeolum seringkali sembuh tanpa pengobatan dalam waktu 1-2
minggu. Namun kompres hangat akan membantu drainase sehingga
mempercepat penyembuhan. Kompres hangat dapat diterapkan 4-6 kali sehari
selama beberapa menit setiap sesinya. Jika drainase kelenjar mata tetap tidak
lancar atau dengan kata lain hordeolum tidak kunjung sembuh, maka
pengobatan dari dokter biasanya akan efektif.
Kondisi hordeolum yang berlarut-larut memang perlu mendapatkan
pengobatan dokter karena berpotensi menyebabkan infeksi semakin parah dan
menyebabkan gangguan lain, seperti selulitis. Selulitis terjadi ketika infeksi
sudah menyebar ke jaringan mata atau lebih jauh, yang merupakan suatu
kondisi darurat medis.Memberitahu pasien untuk tidak melakukan kontak
seksual hingga dinyatakan sembuh dan menjaga kebersihan genital.
Pada beberapa kasus hordeolum, diberikan antibiotik untuk
menghilangkan infeksi. Antibiotik untuk hordeolum ini dapat diberikan dalam
bentuk topikal (salep atau tetes mata) dan bentuk oral (diminum). Namun pada
sebagian kasus, antibiotik saja tidak efektif untuk mengatasi hordeolum.
Contoh antibiotik topikal dan oral untuk mengatasi hordeolum:
1. Antibiotik topikal: Gentamycin, Neomycin, Chloramphenicol, dan
Polimyxin B.
2. Antibiotik oral: Amoksisilin, Ampisilin, Eritromisin, Doksisiklin.
Jika hordeolum tidak kunjung sembuh, dokter biasanya melakukan
insisi (sayatan) pada hordeolum agar drainasenya lancar. Dengan insisi, nanah
atau isi dari hordeolum dapat dikuras, sehingga mempercepat proses
penyembuhan. Jangan pernah mencoba menusuk sendiri hordeolum tanpa
bantuan dokter, karena risiko kerusakan pada mata atau kelopak mata.

18
9.2 Prinsip Tindakan Medis

Tindakan medis adalah tindakan professional oleh dokter terhadap


pasien dengan tujuan memelihara, meningkatkan, memulihkan kesehatan, atau
menghilangkan atau mengurangi penderitaan. Suatu tindakan medis adalah
keputusan etik karena dilakukan oleh manusia terhadap manusia lain, yang
umumnya memerlu-kan pertolongan dan keputusan tersebut berdasarkan
pertimbangan atas beberapa alternatif yang ada.
Keputusan etik harus memenuhi tiga syarat, yaitu bahwa keputusan
tersebut harus benar sesuai ketentuan yang berlaku, juga harus baik tujuan dan
akibatnya, dan keputusan tersebut harus tepat sesuai dengan konteks serta
situasi dan kondisi saat itu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Guwandi
menyebutkan bahwa dokter dalam melakukan tindakan medis haruslah
berdasarkan empat hal, yaitu :
1. Adanya indikasi medis;
2. Bertindak secara hati-hati ;
3. Bekerja berdasarkan standar profesi medis dan prosedur operasional;
4. Ada persetujuan tindakan medis (Informed Consent).

19
BAB X
PROGNOSIS & KOMPLIKASI

10.1 Komplikasi
Komplikasi tersering dari hordeolum adalah perubahan progresif
menjadi kalazion. Kalazion ini bisa menimbulkan keluhan kosmetik, iritasi
corneal hingga kadang membutuhkan operasi untuk membuang kalazion,
komplikasi akibat tekhnik drainase yang tidak tepat, dapat menimbulkan
gangguan pertumbuhan bulu mata, gangguan pada kelopak mata atau
terbentuk fistula pada kelopak mata, Selulitis palpebra., Abses palpebra.

10.2 Peran Pasien untuk Penyembuhan


Meski bintitan sering dianggap sebagai penyakit penampilan,
namun bila dibiarkan dalam jangka panjang tak mustahil dapat berakibat
fatal. Boleh jadi bengkaknya kemps, tapi infeksi atau peradangannya tidak
sembuh-sembuh tuntas karena bolak-balik muncul dan muncul lagi. Selain
itu, pembengkakan yang relatif besar jelas akan mengganggu fungsi mata.
Artinya, kendati tidak sampai menimbulkan kebutaan, namun pandangan jadi
kabur karena terganggunya pembiasan cahaya. Berikut peran pasien untuk
penyembuhan :
1. Jaga kebersihan daerah mata dan daerah sekitarnya
2. Berikan pengobatan topical dengan kompres hangat untuk mengurangi
nyeri dan melunakkan bengkak
3. Jangan memencet hordeolum karena dapat menyebabkan infeksi
4. Periksakan ke dokter bila hordeolum besar sampai menyentuh bola mata
atau bila kambuh

20
10.3 Prognosis
Prognosis baik karena hordeolum biasanya sembuh spontan dalam
waktu 1-2 minggu. Resolusi lebih cepat dengan penggunaan kompres
hangat dan ditutup yang bersih.

10.4 Pencegahan Penyakit


Langkah terbaik untuk mencegah hordeolum adalah dengan
menjaga area mata dan kelopak mata tetap bersih. Terutama bagi yang
sering terkena hordeolum, biasakanlah mencuci tangan sebelum
menyentuh mata, dan hindari menggosok-gosok mata. Tidak ada metode
efektif untuk mencegah hordeolum, namun menerapkan perawatan yang
tepat merupakan langkah terbaik untuk mencegah hordeolum kambuh.
Jangan pernah memencet atau melukai hordeolum sendiri karena dapat
menyebabkan kerusakan dan infeksi yang lebih parah dan menyebar jauh
hingga terjadi kerusakan mata.

21
DAFTAR PUSTAKA

Agustina L T. 2010. Penggunaan Antibiotika Dalam Penatalaksanaan Hordeolum


Di Bagian Mata Rsup Dr. Kariadi Semarang Tahun 2010. (Onilne)
http://eprints.undip.ac.id/33397/1/Leonita.pdf. Diakses 25 Oktober 2108
pukul 17.11

Aziz WV. 2013. HORDEOLUM. (Online) http:// ocw.usu.ac. id/course


/download/1110000121-special-senses system/sss155_slide_hordeolum
.pdf. Di akses 25 Oktober 2108 pukul 17.00.

Dels, Rina. 2016. Bab 1 Laporan Kasus. Diakes dari


(www.academia.edu/28911145/BAB_I_LAPORAN_KASUS). Pada 24
oktober 2018, pukul 16.00 WIB.

Santiko, wiwid. 2014. "Hordeolum - Gejala, Penyebab dan Tatalaksana". Diakses


dari https://dokter muslim.com/hordeolum-gejala-penyebab-dan-
tatalaksana / pada tanggal 25 Oktober 2018 pukul 16.40 WIB.

22

Anda mungkin juga menyukai