SKENARIO
1
BAB II
KATA KUNCI
2
BAB III
PROBLEM
1. Apa penyebab nyeri hidung kanan pada Ny. Ika Wulansari 32 tahun ?
2. Bagaimana terjadinya nyeri hidung kanan pada Ny. Ika Wulansari 32 tahun?
4. Bagaimana menegakan diagnosa pasti dari nyeri hidung kanan pada Ny. Ika
Wulansari 32 tahun?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien nyeri hidung kanan Ny. Ika Wulansari
32 tahun?
7. Bagaimana cara mencegah nyeri hidung kanan Ny. Ika Wulansari 32 tahun?
3
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Batasan
Bengkak adalah pembesaran atau protuberansi pada tubuh, termasuk
tumor. Bengkak merupakan salah satu dari lima ciri utama pada peradangan,
bersama dengan rasa sakit, panas, warna kemerahan, dan disfungsi. Menurut
penyebabnya, bengkak dapat bersifat kongenital, traumatik, radang,
neoplastik, dan lain-lain.
Nyeri dapat digambarkan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang
terjadi bila kita mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh kita. Nyeri dapat
terasa sakit, panas, gemetar, kesemutan seperti terbakar, tertusuk, atau ditikam.
1. Gigitan serangga
2. Alergi, misalnya terhadap makanan atau obat
3. Kalazion, akibat peradangan di dalam kelenjar kulit
4. Blefaritis, akibat infeksi bakteri atau gangguan kelenjar minyak
4.2 Anatomi
4
2. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya
mengelilingi fissure palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian
otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal;
bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar
palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus
facialis. (maharani, 2013)
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan
lapis subaponeurotik dari kujlit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan
fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas
jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di
kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah). (maharani, 2013)
5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra
dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior
dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan
Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang
bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll
adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris
dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan
sepanjang tepian ini terdapat muaramuara kecil dari kelenjar sebasesa
yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal). Punktum
lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.
Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis. (maharani, 2013)
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus
5
lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut
tajam. Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis
orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi
sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu
dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum
orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior. Retraktor palpebrae
berfungsi membuka palpebra. (maharani, 2013)
Di palpebra superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra
superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan
bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam
yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis
superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus
inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus
meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus
inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi
oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh
nervus okulomotoris. Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae
adalah a. Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari
ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua
nervus V. (maharani, 2013)
4.3 Patofisiologi
Secara histologi, hordeolum terdapat kumpulan leukosit PMN dan
debris nekrotik seperti abses. Adanya stasis sekresi di kelenjar meibom dan
zeis memicu infeksi sekunder dari staphylococcus aureus. Bedanya dengan
kalazion, kalazion merupakan reaksi inflamasi non infeksius. Secara histologi,
kalazion terlihat reaksi granulomatosa seperti histiosit, dan multinucleated
giant cell. Pada hordeolum merupakan proses fokal infeksi.
6
4.4 Patomekanisme
mengendarai Terkontaminasi
Mata terasa gatal
motor setiap hari debu
Terkontaminasi Menggosok-gosok
bakteri mata
Stapylococcus
aureus
Sehari-hari
menggunakan Terinfeksi
kosmetik di
daerah mata
Hordeolum
7
BAB V
A. Hordeolum
Hordeolum adalah suatu peradangan supuratif pada satu atau
beberapa kelenjar di tepi atau di bawah kelopak mata.kelenjar Zeis, kelenjar
Moll (hordeolum eksterternum) atau kelenjar Meibom (Hordeolum
internum). Insidensi kejadian hordeolum masih tinggi. Penyakit ini
merupakan infeksi fokal (biasanya disebabkan staphylococcal) yang bersifat
akut. Bisa terbentuk lebih dari 1 hordeolum pada saat yang bersamaan.
Hordeolum biasanya timbul dalam beberapa hari dan bisa sembuh secara
spontan. Gambaran horedolum biasanya berupa benjolan yang terasa sangat
nyeri, kemerahan dan terlokalisir. Hordeulum juga bisa menimbukan
pembengkakan pada kelopak mata. Pada hordeolum yang externa, isi dari
eksudat purulen akan tampak di garis tumbuhnya bulu mata, sedangkan
yang interna eksudat supuratif akan mengenai permukaan konjungtiva yang
dekat kelopak mata. (maharani, 2013)
1. Etiologi
Organisme staphylococcus adalah kuman penyebab infeksi pada
kelopak mata yang paling sering, namun organism lain juga dapat
menyebabkan infeksi pada kelopak mata. (maharani, 2013)
8
2. Faktor Resiko
a. Penyakit kronik.
b. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
c. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
d. Diabetes
e. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
f. Riwayat hordeolum sebelumnya
g. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih
h. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.
3. Manifestasi Klinis
Gejala subyektif : dirasakan menggamjal pada kelopak mata rasa
sakit yang bertambah kalau menunduk, dan nyeri bila ditekan. Mata
mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan penderita merasa ada
sesuatu di matanya. Gejala obyektif : tampak suatu benjolan pada
kelopak mata atas/bawah yang berwarna merah dan sakit bila ditekan,
berada didekat pangkal bulu mata. Secara umum gambaran ini sesuai
dengan suatu abses kecil, pseudoptosis, ptosis, dan kadang disertai
pembesaran kelenjar preaurikular. Biasanya hanya sebagian kecil daerah
kelopak mata yang membengkak, meskipun kadang seluruh kelopak
mata membengkak. Di tengah daerah yang membengkak seringkali
terlihat bintik kecil yang berwarna kekuningan. Bisa terbentuk abses
(kantong nanah) yang cenderung pecah dan melepaskan sejumlah nanah.
(maharani, 2013) Hordeolum terbagi atas 2 jenis, yaitu :
1. Horedeolum eksternum
Adalah infeksi yang terjadi dekat kelenjar zeis dan moll, tempat
keluarnya bulu mata (pada batas palpebra dan bulu mata).
2. Hordeolum internum
9
Adalah infeksi pada kelenjar meibom sebasea. Hordeolum yang
terbentuk pada kelenjar yang lebih dalam. Gejalanya lebih berat dan
jarang pecah sendiri, karena itu biasanya dokter akan menyatnya
supaya nanah keluar.
B. Blefaritis
Blefaritis adalah peradangan kelopak mata yang biasanya terjadi di
area pertumbuhan bulu mata dan bisa memengaruhi kedua kelopak mata.
Blefaritis umumnya muncul saat kelenjar minyak kecil yang terletak di
dekat dasar bulu mata tersumbat. Kondisi ini akan menyebabkan mata iritasi
dan merah.
Peradangan pada kelopak mata biasanya mengganggu penampilan,
juga dapat mengiritasi mata dan kemungkinan memengaruhi penglihatan.
Gejala dari peradangan meliputi:
10
BAB VI
6.1 Identitas
Nama : Nn. Ika Wulansari
Umur : 32 tahun
Alamat : Jl. Dukuh Pakis Surabaya
Pekerjaan : Sekretaris
Pendidikan : S1
Status : Menikah
Agama : Islam
6.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama : Kelopak mata kanan atas bengkak
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
a. Sejak 5 hari yang lalu
b. Itensitasnya awalnya kecil dan gatal lama-lama membesar, muncul
kemerahan, terasa nyeri
c. Nyeri terbakar, rasanya mengganjal, bila menunduk lebih terasa
nyeri
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Sebelumnya belum pernah sakit seperti ini.
b. Tidak menderita tekanan darah tinggi.
c. Tidak punya riwayat kencing manis.
d. Tidak ada alergi.
4. Riwayat Keluarga : Dirumah tidak ada yang sakit seperti ini
5. Riwayat Obat-obatan : -
6. Riwayat Penyakit sosial :
a. Suka memakai make up di daerah mata
b. Naik sepeda motor terkena debu lalu menyebabkan iritasi
11
c. Kebiasaan ngucek mata
d. Sering menggunakan soft lens
e. Kualitas tidur : berlebihan
4. Kepala :
a. Inspeksi : Simetris, benjolan (-), jejas (-) dan lainnya DBN
b. palpasi : nyeri (-) dan lainnya DBN
5. Rambut :
a. Inspeksi : warna : hitam ; lain-lain : DBN
b. Palpasi : mudah dicabut (-); lain-lain : DBN
6. Mata : tidak simetris
Kanan Kiri
Inspeksi:
Kesan umum Asimetris Asimetris
Jejas + -
Benjolan + -
Merah + -
Nyeri gerak + -
Icterus - -
Palpasi:
12
Bengkak + -
Nyeri tekan + -
Anemi - -
Status oftalmikus:
a. Visus : Okulo dextra et sinistra (ODS) : 6/6
b. Palpebral superior OS benjolan (+), hiperemia (+), nyeri
tekan (+)
c. Konjungtiva palpebral sinistra : hiperemi (+)
d. Konjungtiva bulbi ODS : normal
e. Kornea Jernih
f. Iris dan pupil : bulat, regular, sentral
g. Refleks pupil +/+, diameter 3 mm
h. Lensa tampak jernih
i. Tekanan intra okuler : normal (palpasi)
j. Gerak bola mata- : bebas kesemua arah (+)
7. Hidung :
Inspeksi : Bentuk simetris, previtasi (-), benjolan (-), kemerahan (-),
dibsnu (-) ,dan yang lainnya DBN
Palpasi : nyeri (-) dan lainnya dalam DBN
8. Mulut :
Inspeksi : sianosis (-) dan yang lain DBN
Palpasi : nyeri (-) dan lainnya DBN
9. Leher :
a. Kesan Umum
Inspeksi : bentuk : simetris; jejas (-); benjolan (-); Lain-lain :DBN
Palpasi : nyeri (-); lain-lain :DBN
b. Tiroid :
Inspeksi : Benjolan (-) ;lain-lain : DBN
Palpasi : Nyeri (-); Lain-lain : DBN
13
Auskultasi : Bruit (-)
c. KGB :
Inspeksi : Benjolan (-), Lain-Lain : DBN
Palpasi : Nyeri (-), Lain-lain : DBN
10. Thorax :
a. Paru :
Inspeksi : gerak nafas simetris (+/+) Lain-lain : DBN
Palpasi : Fremitus raba: simetris (+/+) ; lain-lain : DBN
Perkusi: sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronchii (-/-) , wheezing (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : ictus cordis (-), trill (-) ; Lain-lain :DBN
Palpasi : ictus cordis (-), trill (-); lain-lain : DBN
Perkusi: batas jantung : DBN
Auskultasi : S1 S2 tunggal normal; murmur (-),wheezing (-)
11. Abdomen :
a. Kesan Umum :
Inspeksi : bentuk : simetris; jejas (-); benjolan (-); Lain-lain :DBN
Palpasi : nyeri (-); lain-lain :DBN
Perkusi : timpani
Auskultasi : Bising usus : DBN; Lain-lain : DBN
b. Hepar :
Inspeksi : jejas (-); benjolan (-); Lain-lain :DBN
Palpasi : nyeri (-); ukuran : DBN; lain-lain :DBN
c. Lien :
Inspeksi : jejas (-); benjolan (-); Lain-lain :DBN
Palpasi :Nyeri (-); Ukuran : DBN; Lain-lain : DBN
d. Ginjal :
Inspeksi : jejas (-); benjolan (-); Lain-lain :DBN
Palpasi :Nyeri (-); bimanual: DBN; Lain-lain : DBN
14
e. Organ lain : DBN
12. Ekstremitas Atas dan Bawah:
a. Ekstremitas Atas
Kesan Umum :
(1) Inspeksi : bentuk : simetris; jejas (-); benjolan (-); Lain-lain :DBN
(2) Palpasi : nyeri (-); lain-lain :DBN
(3) Perkusi : Pekak
(4) Auskultasi : DBN
b. Ekstremitas Bawah
Kesan Umum :
(5) Inspeksi : bentuk : simetris; jejas (-); benjolan (-); Lain-lain :DBN
(6) Palpasi : nyeri (-); lain-lain :DBN
(7) Perkusi : Pekak
(8) Auskultasi : DBN
15
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)
16
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
Identitas
Anamnesa
Nama : Nn. Ika Wulansari
Keluhan Utama : Kelopak mata
Umur : 32 tahun
kanan atas bengkak disertai
Alamat : Jl. Dukuh Pakis
nyeri
Surabaya
Riwayat Penyakit sekarang
Pekerjaan : Sekretaris
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pendidikan : S1
Riwayat Pengobatan
Status : Menikah
Riwayat Penyakit Keluarga
Agama : Islam
Riwayat Sosial
7. KGB
Inspeksi : Benjolan (+) Pemeriksaan Fisik
Palpasi :nyeri (-) KU : Baik
8. Thorax : DBN Kesadaran : Kompos mentis
9. Abdomen : DBN Kesan Umum :
10. Ekstremitas atas dan bawah : DBN 1. Kepala
Inspeksi : Bercak (-) lain lain DBN
Palpasi : DBN
2. Rambut
Inspeksi : DBN
Vital Sign
TD : 115/80 mmHg Palpasi : DBN
Nadi : 87 x/menit 3. Mata
RR : 28x/menit Inspeksi : Ikterus (-), benjolan (+),
Suhu : 36ᴼC merah (+), nyeri gerak (+)
Palpasi :Anemi (-), bengkak (+),
nyeri tekan (+)
4. Hidung
Pemeriksaan Penunjang
Inspeksi :Dypsneu (-), DBN
Palpasi :Krepitasi(-) , DBN
5. Mulut
Inspeksi : Cyanosis (-),DBN
Palpasi : DBN
Deferrential Diagnosis 6. Tonsil
1. Hordeolum eksterna
Inspeksi : Benjolan(-), Debris (-)
2. Blefaritis
7. Palpasi : Nyeri (-)Leher
Inspeksi : benjolan (-)
Palpasi : Nyeri (-)
Diagnosis : Hordeolum Eksterna
17
BAB IX
9.1 Penatalaksanaan
Hordeolum seringkali sembuh tanpa pengobatan dalam waktu 1-2
minggu. Namun kompres hangat akan membantu drainase sehingga
mempercepat penyembuhan. Kompres hangat dapat diterapkan 4-6 kali sehari
selama beberapa menit setiap sesinya. Jika drainase kelenjar mata tetap tidak
lancar atau dengan kata lain hordeolum tidak kunjung sembuh, maka
pengobatan dari dokter biasanya akan efektif.
Kondisi hordeolum yang berlarut-larut memang perlu mendapatkan
pengobatan dokter karena berpotensi menyebabkan infeksi semakin parah dan
menyebabkan gangguan lain, seperti selulitis. Selulitis terjadi ketika infeksi
sudah menyebar ke jaringan mata atau lebih jauh, yang merupakan suatu
kondisi darurat medis.Memberitahu pasien untuk tidak melakukan kontak
seksual hingga dinyatakan sembuh dan menjaga kebersihan genital.
Pada beberapa kasus hordeolum, diberikan antibiotik untuk
menghilangkan infeksi. Antibiotik untuk hordeolum ini dapat diberikan dalam
bentuk topikal (salep atau tetes mata) dan bentuk oral (diminum). Namun pada
sebagian kasus, antibiotik saja tidak efektif untuk mengatasi hordeolum.
Contoh antibiotik topikal dan oral untuk mengatasi hordeolum:
1. Antibiotik topikal: Gentamycin, Neomycin, Chloramphenicol, dan
Polimyxin B.
2. Antibiotik oral: Amoksisilin, Ampisilin, Eritromisin, Doksisiklin.
Jika hordeolum tidak kunjung sembuh, dokter biasanya melakukan
insisi (sayatan) pada hordeolum agar drainasenya lancar. Dengan insisi, nanah
atau isi dari hordeolum dapat dikuras, sehingga mempercepat proses
penyembuhan. Jangan pernah mencoba menusuk sendiri hordeolum tanpa
bantuan dokter, karena risiko kerusakan pada mata atau kelopak mata.
18
9.2 Prinsip Tindakan Medis
19
BAB X
PROGNOSIS & KOMPLIKASI
10.1 Komplikasi
Komplikasi tersering dari hordeolum adalah perubahan progresif
menjadi kalazion. Kalazion ini bisa menimbulkan keluhan kosmetik, iritasi
corneal hingga kadang membutuhkan operasi untuk membuang kalazion,
komplikasi akibat tekhnik drainase yang tidak tepat, dapat menimbulkan
gangguan pertumbuhan bulu mata, gangguan pada kelopak mata atau
terbentuk fistula pada kelopak mata, Selulitis palpebra., Abses palpebra.
20
10.3 Prognosis
Prognosis baik karena hordeolum biasanya sembuh spontan dalam
waktu 1-2 minggu. Resolusi lebih cepat dengan penggunaan kompres
hangat dan ditutup yang bersih.
21
DAFTAR PUSTAKA
22