Anda di halaman 1dari 16

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kontrasepsi
1. Pengertian
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma

(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke

dinding rahim. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam

kontrasepsi. Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun yang efektif

secara menyeluruh. Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih

efektif dibandingkan metode lainnya. Efektifitas metode kontrasepsi

yang digunakan bergantung pada kesesuaian pengguna dengan intruksi.

Perbedaan keberhasilan metode juga tergantung pada tipikal penggunaan

(yang terkadang tidak konsisten) dan penggunaan sempurna (mengikuti

semua intruksi dengan benar dan tepat) (Nugroho, 2014).


2. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi
Jenis kontrasepsin yang banyak digunakan di Indonesia, yaitu:
a. Spermisida
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia

(non oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma. Jenis

Spermisida terbagi menjadi:


1) Aerosol (busa)
2) Tablet Vagina, suppositoria atau dissolvable film
3) Krim
b. Cervical Cap
Merupakan kontrasepsi wanita, terbuat dari bahan latex, yang

dimasukkan kedalam liang kemaluan dan menutupi leher rahim

(serviks), Efek sedotan menyebabkan cap berfungsi sebagai barier

(penghalang) agar sperma tidak masuk kedalam rahim sehingga tidak

terjadi kehamilan. Setelah berhubungan ML cap tidak boleh dibuka


11

minimal selama 8 jam. Agar efektif, cap biasanya dicampur

pemakaiannya dengan jeli spermisidal (pembunuh sperma).


c. Suntik
Suntikan kontrasepsi diberikan setiap 3 bulan sekali. Suntikan

kontrasepsi megandung hormon progestogen yang menyerupai

hormon progesteron yang diproduksi oleh wanita selama 2 minggu

pada setiap awal siklus menstruasi. Hormon tersebut mencegah wanita

untuk melepaskan sel telur sehingga memberikan efek kontrasepsi .

banyak klinik kesehatan yang menyarankan penggunaan kondom pada

minggu pertama saat kontrasepsi. Sekitar 3 dari 100 orang yang

menggunakan kontrasepsi suntik dapat mengalami kehamilan pada

tahun pertama pemakaiannya.


d. Implan
Implan atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi yang

berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang di dalamnya

terdapat hormon progesteron, implan ini kemudian dimasukkan

kedalam kulit dibagian lengan atas. Hormon tersebut kemudian akan

dilepaskan secara perlahan dan implan ini dapat efektif sebagai alat

kontrasepsi selama 3 tahun. Sama seperti pada kontrasepsi suntik, maka

disarankan menggunakan kondom untuk minggu pertama sejak

pemasangan implan kontrasepsi tersebut.


e. Metode Amenorea Laktasi ( MAL)
Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah metode kontrasepsi

sementara yang mengandalkan air susu ibu (ASI) secara ekslusif,

artinya hanya diberikan asi saja tanpa tambahan makanan dan minuman

lainnya. Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational


12

Amenorrhea Method (LAM) dapat dikatakan sebagai metode keluarga

berencana alamiah (KBA) atau natural family planning, apabila

dikonbinasikan dengan metode kontrasepsi lain.


f. Kontrasepsi Darurat Hormonal
Morning after pill adalah hormonal tingkat tinggi yang diminum

untuk mngkontrol kehamilan sesaat setrlah melakukan hubungan seks

yang beresiko. Pada perinsipnya pil tersebut bekerja dengan cara

mnghalangi sperma berenang memasuki sel telur dan memperkecil

terjadinya pembuahan.
g. Kontrasepsi Patch
Patch didesain dengan melepaskan 20 µg ethinyl estradiol dan

150 µg norelgestromin. Mencegah kehamilan dengan cara yang sama

seperti kontrasepsi oral (pil). Digunakan selama 3 minggu, dan 1

minggu bebas patch untuk siklus menstruasi.


h. Pil Kontrasepsi
Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon

estrogen dan progesteron) ataupun hanya berisi progesteron saja. Pil

kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah terjadinya ovulasi dan

mencegah terjadinya penebalan dinding rahim. Apabila pil kontrasepsi

ini digunakan secara tepat maka angka kejadian kehamilannya hanya 3

dari 100 wanita. Disarankan penggunaan kontrasepsi lain (kondom)

pada minggu pertama pemakaian pil kontrasepsi..


i. Kontrasepsi Sterilisasi
Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metoda Oprasi

Wanita) atau tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan

saluran telur agar sel telur tidak dibuahi oleh sperma. Kontrasepsi

mantap pada pria atau MOP (Metoda Operasi Pria) atau vasektomi,
13

yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran benih agar tidak

keluar dari buah zakar,


j. Kondom
Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik.

Kondom mencegah kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan

cara menghentikan sperma untuk masuk kedalam vagina. Kondom pria

dapat terbuat dari bahan latex (karet), polyuretthane (pelastik),

sedangkan kondom wanita terbuat dari polyurethane. Pasangan yang

mempunyai alergi terhadap latex dapat mnggunakan kondom yang

tebuat dari polyurethane. Efektifitas kondom pria antara 85-98%

sedangkan efektifitas kondom wanita antara 79-95%. Harap

diperhatikan bahwa kondom pria dan wanita sebaiknya jangan

digunakan secara bersamaan.


k. IUD
Alat kontrasepsi dalam rahim merupakan alat berukuran kecil,

terbuat dari pelastik elastis yang dimasukkan dalam rahim. IUD atau

AKDR ditempatkan selama 5-10 tahun, tergantung pada tipe atau

samapai wanita tersebut ingin agar alat tersebut dilepas. IUD harus

dimasukkan dan dilepaskan oleh dokter atau praktisi kesehatan lainnya.

Pemasukkan IUD hanya membutuhkan waktu beberapa menit.

Pelepasannya juga cepat dan biasanya hanya sedikit menimbulkan

ketidaknyamanan (Nugroho, 2014).


IUD merupakan alat kecil berbentuk seperti huruf T yang lentur

dan diletakkan di dalam rahim untuk mencegah kehamilan, efek

kontrasepsi didapatkan dari lilitan tembaga yang ada di badan IUD.

IUD merupakan salah satu kontrasepsi yang paling banyak digunakan


14

di dunia. Efektivitas IUD sangat tinggi sekitar99,2-99,9% tetapi IUD

tidak memberikan perlindungan bagi penularan penyakit menular

seksual (Walyani, 2014).


Di indonesia terdapat dua tipe IUD. Tipe pertama yaitu IUD

pelepas progestin (levenogestrel), memiliki masa efektif selama 5

tahun. Selama periode 5 tahun tersebut, hanya sekitar 0.5 % wanita

mengalami kehamilan. Tipe yang kedua adalah IUD yangn melepaskan

tembaga, yang memiliky efektivitas sekitar 10 tahun. Selama waktu

tersebut, kurang dari 2% wanita hamil. Satu tahun setelah IUD dilepas,

80 sampai 90% yang ingin hamil, bisa hamil. IUD yang dimasukan 1

minggu setelah terjadi 1 kali hubungan seksual tanpa pengaman,

efektifitasnya menjadi 100% seperti pada kontrasepsi darurat. IUD

tidak mempunyai efek sistemik ( tidak mempengaruhi seluruh tubuh).

Rahim bisa saja terkontaminasi bakteri pada saat pemasukan IUD,

namun infeksi jarang ditemukan. Benang IUD tidak menyebabkan

masuknya bakteri. IUD meningkatkan resiko infeksi panggul hanya

pada bulan pertama penggunaan (Nugroho, 2014).


Perdarahan dan nyeri merupakan alasan utama yang menyebakan

wanita melepas IUD nya (lebih dari separuh wanita melepaskan IUD

sebelum waktunya). IUD yang melepas tembaga meningkatkan

perdarahan menstruasi. Sebaliknya, IUD pelepas progestin mengurangi

terjadinya perdarahan menstruasi. Setelah 1 tahun, perdarahan

menstruasi akan berhenti pada sekitar 20% wanita. Sekitar 5% IUD

terlepas/ keluar pada tahunpertama pemasangan, bahkan pada beberapa


15

minggu pertama. Terkadang wanita tidak menyadari terlepasnya IUD

(Nugroho, 2014).

B. METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG


Menurut Niken (2010) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Metode

Kontrasepsi jangka panjang adalah cara kontrasepsi berjangka panjang yang

dalam penggunanya mempunyai efektivitas dan tingkat kelangsungan

pemakaiannya yang tinggi dengan angka kegagalan yang rendah. Yang

termasuk dalam Metode Kontrasepsi Jangka Panjang yaitu : IUD, Implant,

Medis Operasi Pria dan Medis Operasi Wanita.


1. Intras Uterin Device (IUD)
a. Pengertian
IUD (Intras Uterin Device) atau nama lain adalah AKDR (Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan kontrasepsi yang

dimasukkan melalui serviks dan di pasang di dalam uterus. AKDR

memiliki benang yang menggantung sampai liang vagina, hal ini

dimaksudkan agar keberadaannya bisa diperiksa oleh akseptor

sendiri.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD (Intra Uterine

Device) atau Spiral dalam bahasa sehari-hari yang digunakan di

dalam masyarakat adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan

ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka

panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif

untuk tujuan kontrasepsi (Handayani, 2010).


Alat kontrasepsi dalam rahim merupakan alat berukuran

kecil, terbuat dari pelastik elastis yang dimasukkan dalam rahim.

IUD atau AKDR ditempatkan selama 5-10 tahun, tergantung


16

pada tipe atau samapai wanita tersebut ingin agar alat tersebut

dilepas. IUD harus dimasukkan dan dilepaskan oleh dokter atau

praktisi kesehatan lainnya. Pemasukkan IUD hanya

membutuhkan waktu beberapa menit. Pelepasannya juga cepat

dan biasanya hanya sedikit menimbulkan ketidaknyamanan

(Nugroho, 2014).
IUD merupakan alat kecil berbentuk seperti huruf T yang

lentur dan diletakkan di dalam rahim untuk mencegah kehamilan,

efek kontrasepsi didapatkan dari lilitan tembaga yang ada di

badan IUD. IUD merupakan salah satu kontrasepsi yang paling

banyak digunakan di dunia. Efektivitas IUD sangat tinggi

sekitar99,2-99,9% tetapi IUD tidak memberikan perlindungan

bagi penularan penyakit menular seksual (Walyani, 2014).


b. Manfaat
Progresteron dan AKDR yang mengandung lebonorgestrel teranyar

mengurangi darah haid dan bahkan dapat digunakan untuk

mengobati menoragia. Selain itu, berkurangnya pengeluaran darah

sering disertai oleh berkurangnya dismenorea. Wanita yang

mempunyai kontraindikasi terhadap kontrasepsi oral kombinasi dan

norplant sering dapat menggunakan kontrasepsi ini. Setelah

penghentian penggunaan, kesuburan tidak berkurang (Leveno,

2009).

2. Implan
a. Pengertian
17

Susuk (Implant) adalah suatu alat kontrasepsi bawah kulit yang

mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastik

silicon (polydimethyl siloxane) yang berisi hormon golongan

progesteron yang dimasukkan dibawah kulit lengan kiri atas bagian

dalam yang berfungsi untuk mencegah kehamilan


b. Manfaat
1) Efektivitas tinggi
2) Perlindungan jangka panjang (5 tahun)
3) Pengembalian kesuburan yang cepat setelah pencabutan
4) Tidak memerlukan periksa dalam
5) Bebas dari pengaruh ekstrogen
6) Tidak mengganggu kegiatan seggama
7) Tidak mengganggu produksi ASI
8) Akseptor perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
9) Biasa mempengaruhi haid
10) Dapat di cabut setiap saat sesuai kebutuhan
11) Tidak melindungi IMS/HIV (Saefuddin, 2003).
3. Medis Operasi Pria dan Medis Operasi Wanita
Kontrasepsi ini bisa disebut juga kontrasepsi mantap pada wanita

disebut tubektomi, yaitu tindakan memotong tuba fallopi. Tubektomi

merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterine dengan

maksud tertentu untuk tidak mendapatkan keturuan dalam jangka

panjang sampai seumur hidup (Hartanto, 2004).


Faktor-faktor yang mempengaruhi metode kontrasepsi jangka panjang

(Hartono, 2004) adalah :


1. Motivasi
Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang

yang ditandai dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencapai

tujuan (Mc Donald dalam Oemar H, 1992). Pengertian lain dari

motivasi atau disebut juga dorongan oleh Purwanto Ngalim (2011)

adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang

mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan atau perangsang.


18

Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan

dari luar individu (Nana Syaodin S, 2003).


Pada umumnya motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang

bersumber dari dalam (motivasi intrinsik) dan dari luar individu

(motivasi ekstrinsik). Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang

menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena

dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya,

maka ia akan seara sadar melakukan sesuatu kegiatan yang tidak

memerlukan motivasi dari luar dirinya. Sedangkan motivasi ekstrinsik

adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan

dari luar. Motivasi peserta KB dikatakan ekstrinsik bila akseptor KB

menempatkan tujuan ber KB diluar faktor-faktor situasi paksaan.

Menjadi akseptor KB karena hendak mencapai tujuan diluar hal yang

diketahui, misalnya : untuk mencapai hidup yang sejahtera. Motivasi

ekstrinsik diperlukan agar akseptor KB mau belajar (Syaiful Bahri D,

2012).
2. Sosial Budaya
Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah yang

merupakan bentuk jamak dari kata buddhi atau akal. Jadi, budaya

diartikan sebagai hal-hal yan bersangkutan dengan akal manusia.

Kebudayaan merupakan hal yang kompleks yang mencakup

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,

kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan olehh manusia

sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu


19

yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normaif, artinya mencakup

segala cara-cara atau pola berfikir, merasakan dan bertindak (Soekanto,

2002).
Masyarakat Indonesia dewasa ini umumnya telah menerima

gagasan KB meskipun dalam kenyataan ada sebagian yang belum dapat

menerimanya, tapi karena keinginan menyatu atau rasa solidaritas,

akhinya mereka terpaksa berusaha menerima atau tetap belum

menerima namun tidak memperhatikan sikap tersebut pada anggota

masyarakat lain. Faktor lingkungan lain tidak kalah penting adalah

kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, bahwa pemerintah

adalah tokoh-tokoh masyarakat akan berusaha membawa masyarakat

kearah kehidupan yang lebih baik. Keterlibatan tokoh masarakat akan

semakin meningkat keikutsertaan akseptor dalam gerakan KB (Erfand,

2008).
Faktor sosial budaya yang berhubungan dengan alat kontrasepsi

IUD antara lain yaitu belum biasanya masyarakat setempat dalam

penggunaan kontrasepsi IUD, pandangan bahwa IUD dapat

mempengauhi kenyamanan dalam hubungan seksual, pandangan dari

agama-agama tertentu melarang atau mengharamkan penggunaan IUD.

Faktor tradisi, adanya tradisi hanya anak laki-laki yang dapat

melanjutkan keturunan sehingga perempuan hamil beberapa kali dan

jumlah anaknya melebihi anjuran program. Masyarakat percaya bahwa

roh leluhur hanya bisa renkarnasi pada anak lakilaki, sehingga

perempuan berusaha hamil mempunyai anak laki-laki (Erfand, 2008).


20

C. AKSEPTOR KB
Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS)

yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)


Pasangan usia subur adalah pasangan suami isteri yang isterinya

berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun, atau pasangan suami istri yang

istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih

dari 50 tahun, tetapi masih haid (datang bulan). PUS yang menjadi peserta

KB adalah pasangan usia subur yang suami/istrinya sedang memakai atau

menggunakan salah satu alat atau cara kontrasepsi modern pada tahun

pelaksanaan pendataan keluarga (BKkBN, 2011).


Pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat

tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara

15 tahun sampai dengan 44 tahun. Batasan umur yang digunakan disini

adalah 15 sampai 44 tahun dan bukan 15–49 tahun. Hal ini tidak berarti

berbeda dengan perhitungan fertilitas yang menggunakan batasan 15–49,

tetapi dalam kegiatan keluarga berencana mereka yang berada pada

kelompok 45–49 bukan merupakan sasaran keluarga berencana lagi. Hal ini

dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa mereka yang berada pada kelompok

umur 45–49 tahun, kemungkinan untuk melahirkan lagi sudah sangat kecil

sekali (Prawihardjo, 2011).

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN

METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP)


1. Motivasi
Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang

yang ditandai dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencapai tujuan

(Mc Donald dalam Oemar H, 1992). Pengertian lain dari motivasi atau
21

disebut juga dorongan oleh Purwanto Ngalim (2011) adalah suatu

pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan

tingkah laku terhadap suatu tujuan atau perangsang. Motivasi terbentuk

oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan dari luar individu

(Nana Syaodin S, 2003).


Pada umumnya motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang

bersumber dari dalam (motivasi intrinsik) dan dari luar individu (motivasi

ekstrinsik). Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila seseorang

telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia akan seara sadar

melakukan sesuatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar

dirinya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi peserta KB

dikatakan ekstrinsik bila akseptor KB menempatkan tujuan ber KB diluar

faktor-faktor situasi paksaan. Menjadi akseptor KB karena hendak

mencapai tujuan diluar hal yang diketahui, misalnya : untuk mencapai

hidup yang sejahtera. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar akseptor KB

mau belajar (Syaiful Bahri D, 2012).


2. Sosial Budaya
Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah yang

merupakan bentuk jamak dari kata buddhi atau akal. Jadi, budaya diartikan

sebagai hal-hal yan bersangkutan dengan akal manusia. Kebudayaan

merupakan hal yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan serta kebiasaan-


22

kebiasaan yang didapatkan olehh manusia sebagai anggota masyarakat.

Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola

perilaku yang normaif, artinya mencakup segala cara-cara atau pola

berfikir, merasakan dan bertindak (Soekanto, 2002).


Masyarakat Indonesia dewasa ini umumnya telah menerima gagasan

KB meskipun dalam kenyataan ada sebagian yang belum dapat

menerimanya, tapi karena keinginan menyatu atau rasa solidaritas, akhinya

mereka terpaksa berusaha menerima atau tetap belum menerima namun

tidak memperhatikan sikap tersebut pada anggota masyarakat lain. Faktor

lingkungan lain tidak kalah penting adalah kepercayaan masyarakat

terhadap pemerintah, bahwa pemerintah adalah tokoh-tokoh masyarakat

akan berusaha membawa masyarakat kearah kehidupan yang lebih baik.

Keterlibatan tokoh masarakat akan semakin meningkat keikutsertaan

akseptor dalam gerakan KB (Erfand, 2008).


Faktor sosial budaya yang berhubungan dengan alat kontrasepsi IUD

antara lain yaitu belum biasanya masyarakat setempat dalam penggunaan

kontrasepsi IUD, pandangan bahwa IUD dapat mempengauhi kenyamanan

dalam hubungan seksual, pandangan dari agama-agama tertentu melarang

atau mengharamkan penggunaan IUD. Faktor tradisi, adanya tradisi hanya

anak laki-laki yang dapat melanjutkan keturunan sehingga perempuan

hamil beberapa kali dan jumlah anaknya melebihi anjuran program.

Masyarakat percaya bahwa roh leluhur hanya bisa renkarnasi pada anak

lakilaki, sehingga perempuan berusaha hamil mempunyai anak laki-laki

(Erfand, 2008).
23

E. Kerangka Teoritis

Bagan 2.1
Kerangka teori

Faktor-faktor Perilaku Kesehatan

Faktor Predisposisi
1
a. Pengetahuan
b. Sikap 6 5
2
c. Kepercayaan (sosial budaya)
d. Keyakinan
Faktor Pemungkin
e. Nilai
f. Motivasi Perilaku Kesehatan
a. Tersedianya fasilitas atau sarana 4
kesehatan 3
b. Akses sarana kesehatan
Faktor Pendorong
c. Masyarakat atau pemerintah
a. Keluarga
b. Petugas kesehatan
Sumber: Lawrence
c. Tokoh Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010)
masyarakat

Catatan: Garis utuh menunjukkan pengaruh langsung dan garis putus

menunjukkan akibat sekunder, nomor menunjukkan kira-kira urutan

terjadinya tindakan.
24

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A.H. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Tehnik Analisa Data. Jakarta:

Salemba Medika.

BKKBN. 2008. Peningkatan Akses dan Pelayanan KB. Bandung: BKKBN

BKKBN. 2011. Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2011. Jakarta : Badan

kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Direktorat Pelaporan

dan Statistik

BKKBN. 2015. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Cetakan ke-5. Jakarta

Pustaka Sinar Harapan

Irianto Koes. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : Alfabet

Kemenkes. 2014. Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan. Jakarta :

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetric Williams Panduan Ringkas. Jakarta : EGC

Manuaba, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta:

EGC

Maulana. 2013. Promosi Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta

Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan Dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta

Notoatmodjo. 2010. Ilmu perilaku kesehatan. Rineka cipta. Jakarta

Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta

Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Jakarta

Noviawati, D. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta : Nuha

Medika.
25

Nugroho, T, dkk. 2014. Buku Ajar Askeb1 Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Prawihardjo, 2011. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Yogyakarta

Rahmahayani. 2010. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian ASI di

Klinik Raskita Binjai 2010. Medan : Fakultas Kedokteran Sumatera

Utara.

Riyanto, Agus. 2013. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika.

Yogyakarta

Walyani, Elisabeth Siwi. 2014. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta;

Pustaka Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai