Anda di halaman 1dari 10

BAB I

Ilmu Filsafat
1.1. Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu berasal dari dua kata, yaitu filsafat dan ilmu. Dua kata ini memiliki arti
masing-masing.Apabila kedua kata ini digabungkan pun akan memiliki arti tersendiri.
Filsafat dari asal bahasanya sendiri diambil dari bahasa Yunani, yaitu gabungan dari
kata philo yang artinya cinta, suka dan shopia yang berarti kebijaksanaan, hikmah (wisdow) atau
pengetahuan yang mendalam. Menurut istilah, filsafat adalah berfikir secara sistematis, radikal
dan universal untuk mengetahui tentang hakikat sesuatu yang ada. Dengan kata lain filsafat
adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakekat kebenaran segala sesuatu.
Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua yakni filsafat ilmu dalam arti luas dan filsafat
ilmu dalam arti sempit.
1. Filsafat ilmu dalam arti luas, yaitu menampung permasalahan yang menyangkut berbagai
hubungan keluar dari kegiatan ilmiah, seperti:
- Implikasi ontologik-metafisik dari citra dunia yang bersifat ilmiah;
- Tata susila yang menjadi pegangan penyelenggara ilmu;
- Konsekuensi pragmatik-etik penyelenggara ilmu dan sebagainya.
2. Filsafat ilmu dalam arti sempit, yaitu menampung permasalahan yang bersangkutan dengan
hubungan kedalam yang terdapat didalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan
ilmiah, dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.
Tempat kedudukan filsafat didalam lingkungan filsafat adalah sebagai berikut :

Being Knowing Axiologi


(tahu)
(ada) (nilai)
Epistemologi logika
Ontologi Etika
dan Metodologi
Metafisika Estetika
filsafat ilmu

Tempat kedudukan filsafat ilmu ditentukan oleh dua lapangan penyelidikan filsafat ilmu
yakni :
1. Sifat pengetahuan ilmiah. Dalam bidang ini filsafat ilmu berkaitan erat dengan epistemologi
yang mempunyai fungsi menyelidiki syarat pengetahuan manusia dan bentuk pengetahuan
manusia.
2. Menyangkut cara-cara mengusahakan dan mencapai pengetahuan ilmiah. Dalam bidang ini
filsafat ilmu berkaitan erat dengan logika dan metodologi. Ini berarti cara-cara mengusahakan
dan memperoleh pengetahuan ilmiah berkaitan erat dengan susunan logis
dan metodologis serta tata urutan berbagai langkah dan unsur yang terdapat dalam kegiatan
ilmiah pada umunya.

1.2 Ruang Lingkup Filsafat Ilmu


1.Objek Material :
Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu,
atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek materialnya adalah pengetahuan itu
sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah
tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.
2. Objek Formal :
Objek formal adalah suatu pandang dari mana sang subjek menelaah objek
materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan,
bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia.
Problem inilah yang akan dikaji dalam pengembangan ilmu pengetahuan sebagi
landasan ontologi, epistemologi dan aksiologi.

Apa hakikat ilmu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang


Ontologi Ilmu koheren dengan pengetahuan ilmiah. Filsafat ini menjawab apa
dan bagaimana objek apa yang ada (being : objek sebenarnya
dapat berupa objek material dan formal)
Epistemologi Ilmu Sumber, sarana dan tata cara menggunakan sarana tersebut untuk
mencapai pengetahuan ilmiah. Perbedaan dalam
menentukan ontologi akan menentukan sarana yang dipilih.
Aksiologi Ilmu Nilai manfaat yang bersifat normatif dalam memberikan makna
terhadap hasil kajian epistemologi atau kebenaran sebagaimana
dijumpai dalam kehidupan. Makna ilmu dapat bersifat
teleologis, etis, dan integrative

1.3 Objek Filsafat Ilmu


Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu lainnya juga memiliki dua
macam objek yaitu objek material dan objek formal.
Objek filsafat ilmu
1. Objek Material Filsafat Ilmu
Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu,. Objek
material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah di susun
secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan
kebenarannya secara umum.
2. Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya.
Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih
menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu
pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagi
manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan
yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.

1.4 Metode Filsafat Ilmu

Sebenarnya jumlah metode filsafat hampir sama banyaknya dengan defenisi dari para ahli
dan filsuf sendiri karena metode ini adalah suatu alat pendekatan untuk mencapai hakikat sesuai
dengan corak pandangan filsuf itu sendiri. Penjelasan secara singkat metode-metode filsafat yang
khas adlah sebagai berikut:

1. Metode Kritis : Socrates dan plato


Metode ini bersifat analisis istilah dan pendapat yang di kemukakan orang. Merupakan
hermeneutika, yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan.Dengan jalan
bertanya (berdialog), membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak yang akhirnya di
temukan hakikat.

2. Metode Intuitif : Plotinus dan bergson

Dengan jalan metode intropeksi intuitif dan dengan pemakaian simbol-simbol di


usahakan membersihkan intelektual sehingga tercapai suatu penerangan pemikiran. Sedangkan
bergson dengan jalan pembauran antara kesadaran dan proses perubahan, tercapai pemahaman
langsung mengenai kenyataan.

3. Metode Skolastik : aristoteles, thomas aquinas, filsafat abad pertengahan.

Metode ini bersifat sintetis-deduktif dengan bertitik tolak dari defenisi atau prinsip yang
jelas dengan sendirinya di tarik kesimpulan-kesimpulan.

4. Metode Geometris : rene descartes dan pengikutnya

Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks di capai intiuisi akan hakikat-hakikat


sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain), dari hakikat-hakikat itu di dedukasikan secara
matematis segala pengertian lainnya.

5. Metode Empiris :Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume

Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian (ide-ide )


dalam intropeksi di bandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian di susun
bersama secara geometris.

6. Metode Transendental : Immanuel Kant dan Neo skolastik

Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis di
selidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian demikian.
7. Metode fenomenologis : Husserl, Eksistensialisme

Yakni dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi atau fenomin
dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni. Fenomelogi adalah suatu aliran
yang membicarakan tentang segala sesuatu yang menampakkan diri, atau yang membicarakan
gejala.

8. Metode Dialektis : Hegel dan Mark

Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri menurut triade tesis,
antitetis, sistesis di capai hakikat kenyataan. Dialektis itu di ungkapkan sebagai tiga langkah,
yaitu dua pengertian yang bertentangan kemudian di damaikan (tesis-antitesis-sintesis).

9. Metode Non-positivistis

Kenyataan yang di pahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-


aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta).

10. Metode analitika bahasa : Wittgenstein

Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-
ucapan filosofis. Metode ini di nilai cukup netral sebab tidak sama sekali mengendalikan salah
satu filsafat. Keistimewaannya adalah semua kesimpulan dan hasilnya senantiasa di dasarkan
kepada penelitian bahasa yang logis.

1.5 Kegunaan filsafat


Pada umumnya dapat dikatakan bahawa dengan belajar filsafat semakin menjadikan
orang mampu untuk menangani berbagai pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak
dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi filsafat membantu untuk mendalami berbagai
pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan lingkup tanggung jawabnya. Kemampuan
itu dipelajarinya dari dua jalur yakni secara sistematis dan historis.
BAB II

Perkembangan Pemikiran Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan dari Jaman Kuno Sampai
Zaman
A. Pengantar
Pemikiran filsafat banyak dipengaruhi oleh lingkungan.namun pada dasarnya filsafat baik
dibarat, india dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Pembagian secara periodesasi filsafat
barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern dan masa kini. Periodesasi
filsafat cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman neokonfusionisme dan zaman
modern. Untuk cina adalah periode weda, biracarita, sutra-sutra dan sekolastik. Dalam filsafat
india yang penting adalah bagaimana manusia bisa berteman dengan dunia bukan untuk
menguasai dunia. Adapun filsafat islam hanya ada 2 periode yaitu: periode mutakalimin dan
filsafat islam.
Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak
melainkan berlangsung secara bertahap. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu
mau tidak mau harus melakukan pembagian secara periode yang menampilkan ciri khas tertentu.
Zaman yunani kuno
1. Zaman keemasan yunani
Zaman yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini
orang memiliki kebebasan untuk menguingkapkan ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu
dianggap sebagai gudang ilmu, karena yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-
mitologi.
2. Masa Helinistis Romawi
Pada masa ini muncul beberapa aliran yaitu sebagai aliran sebagai berikut:
a. stoisisme, menurut paham ini jagad raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut logos. Oleh
karena itu segala kejadian menurut ketetpan yang tidak dapat dihindari.
b. epikurisme, segala-galanya terdiri dari atom-atom.
c. skepisisme, mereka berfikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran
d. eklektisisme, suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur filsafat dari aliran-
aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.
e. neoplatoisme, yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat plato.
Zaman Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan mengalami 2 periode, yaitu:
1. periode patriktis mengalami 2 tahap:
a. Permulaan agama kristen
b. Filsafat agustinus; yang terkenal pada masa patristik
2. periode skolastik menjadi 3 tahap yakni:
a. Periode awal, ditandai dengan pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat
antara agama dan filsafat
b. Periode puncak, ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh aristoteles akibat kedatangan
ahli filsafat arab dan yahudi
c. Periode akhir, ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang kearah nominalisme.
Zaman Modern
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu
pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance.

BAB III
Hubungan Antara Ilmu Pengetahuan Agama dan Kebudayaan

3.1. Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Agama dan kebudayaan


Hubungan antara ilmu dan kebudayaan yaitu keduanya saling menunjang satu sama
lain, sebagaimana diungkapkan oleh (Jujun,2003:272) bahwa ilmu dan budaya merupakan dua
aspek yang saling mempengaruhi dan saling tergantung. Ketidak terlepasan itu terlihat dari
pernyataan bahwa ilmu merupakan bagian dari kebudayaan, sedangkan eksistensi suatu budaya
juga ditunjang dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu tersebut. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ilmu dan kebudayaan dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang logam yang tidak
dapat terpisahkan keberadaannya.
Antara ilmu, budaya keduanya memiliki keterkaitan. Hubunga antara ilmu, dan budaya
adalah saling mempengeruhi. budaya mempenagruhi Ilmu dan budaya, ilmu memepengaruhi
budaya mempengaruhi ilmu dan budaya. Ilmu dan budaya semuanya dikembangkan manusia.
Ilmu dirumuskan menusia, budaya dibentuk manusia. Dan juga keduanya memberikan
sumbangan terhadap manusia.

3.2. Dampak Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Terhadap Agama dan Kebudayaan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang berdampak
positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industri,
komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Tapi di sisi lain, tidak jarang
iptek berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat
manusia. Kecuali ilmu merupakan unsur dari kebudayaan, antara ilmu dan kebudayaan yang ada
hubunganannya dengan timbal baliknya.
Perkembangan ilmu tergantung pada perkembangan kebudayaan, sedangkan
perkembangan ilmu dapat memberikan pengaruh pada kebudayaan. Keadaan social dan
kebudayaan saling tergantung dan saling mendukung. Pada beberapa kebudaayaan ilmu dapat
berkembang dengan subur disini ilmu mempunyai peran ganda yakni :

1. Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan.


2. Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak bangsa. ( Materi
Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V hlm, 141)

3.3 Peranan Ilmu Pengetahuan Dalam Pengembangan Kebudayaan di Indonesia


Pengembangan kebudayaan di Indonesia Pada hakikatnya adalah perubahan dari
kebudayaan yang sekarang bersifat konvensional kea rah situlah kebudayaan lebih
mencerminkan aspirasi tujuan nasional. Dalam menghadapi dunia modern sekarang ini
diperlukan cara- cara yang terkandung nilai nilai ilmiah. Langkah langkah yang sistematik
menurut Ending Daruni Asdi (1991) adalah
1. Ilmu dan kegiatan keilmuan disesuaikan dengan kebudayaan yang adadalam
masyarakat, dengan mendekatkan edukatif dan persuasive dan menghindari konflik
konflik.
2. Menghindari scientime dan pendasaran terhadap akan sebagai satu-satunya sumber
kebenaran.
3. Meningkatkan integritas ilmuan dan lembaga keilmuan, dan melaksanakan dengan
konsekuen kaidah moral kegiatan keilmuan.
4. Pendidikan keilmuan sekaligus dikaitkan dengan pendidikan moral. Etika dalam
kegiatan keilmuan mempunyai kaidah imperative.
5. Pengembangan ilmu disertai pengembangan bidang filsafat. Filsafat ilmu hendaknya
diberikan dipendidikan tinggi. Walaupun demikian kegiatan ilmiah tidak berarti lepas
dari control pemerintah dan control masyarakat.

3.4 Menerapkan Ilmu Etika Keilmuan


Etika secara etimologi berasal dari kata Yunani ethos berarti watak kesusilaan atau
adat. Secara terminology etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau
perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk. Yang dapat dinilai baik buruk adalah
sifat manusia yang menyangkut perbuatan , tingkah laku, gerakan gerakan , kata-kata. Adapun
motif , watak suara hati sulit untuk di nilai. Perbuatan atau tingkah laku di kerjakan dengan
kesadaran sajalah yang dapt nilai, sedangkan yang dikerjakan dengan tidak sadar tidak dapat di
nilai baik buruknya.
Menurut Sunoto (1982) etika dapatdi bagi menjadi 2 yaitu
1. Etika Deskriptif hanya melukiskan , menggambarkan , menceritakan apa adanya , tidak
memberikan penilaian , tidak mengajarkan bagaimana seharusnya berbuat.
2. Etika Normatif dapat di bagi menjadi 2 yaitu
a. Etika Umum membicarakan prinsip umum seprti apakah nilai, motivasi suatu
perbuatan, suara hati.
b. Etika Khusus pelaksanan prinsip umum, seperti pergaulan , etika dalam pekerjaan dan
sebagainya ( Sunoto, 1982,hlm.6)
Ilmu dan moral termasuk genus pengetahuan yang mempunyai karakteristik masing-
masing. Tiap komponen pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang
penyangga tubuh pengetahuan yang di susunnya komponen itu adalah Ontologi merupakan asas
dalam menetapkan batas atau ruang lingkup yang menjadi objek penelaahan serta penafsiran
tentang hakikat rialitas dari objek penelaahan tersebut. Epistemologis asas mengenai cara
bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan .
Aksiologi merepakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun
dalam tubuh pengetahuan tersebut namun sebelum pembelajajari dari tiga dah tersebut harus
mengetahui dan memahami tentang etika, moral, norma dan kesusilaan.

Anda mungkin juga menyukai