PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Preoperasi merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan yang dimulai sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan
berakhir sampai pasien berada di meja bedah (Hidayat, 2006). Selanjutnya
Taylor (1997) dalam Setiawan dan Tanjung (2005) menyatakan bahwa
operasi merupakan masa kritis dan menghasilkan kecemasan. Tindakan
operasi sering menyebabkan kecemasan pada pasien. Menanggulangi atau
menurunkan kecemasan pasien adalah tugas perawat. Segala bentuk
prosedur pembedahan selalu didahului dengan suatu reaksi emosional
tertentu oleh pasien. Ansietas praoperatif kemungkinan merupakan suatu
respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien
sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh,
atau bahkan kehidupannya itu sendiri. Sudah diketahui bahwa pikiran yang
bermasalah secara langsung mempengaruhi fungsi tubuh. Kecemasan
adalah satu perasaan subjektif yang dialami seseorang terutama oleh
adanya pengalaman baru, termasuk pada pasien yang akan mengalami
tindakan invasive seperti pembedahan. Dilaporkan bahwa pasien
mengalami cemas karena hospitalisasi, pemeriksaan dan prosedur tindakan
medik yang menyebabkan perasaan tidak nyaman (Rawling, 1984;
Setiawan dan Tanjung, 2005).
Kecemasan merupakan sesuatu hal yang wajar oleh karena setiap
orang menginginkan segala sesuatunya dapat berjalan dengan lancar dan
terhindar dari segala marabahaya atau kegagalan. Kecemasan melibatkan
persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi fisiologis,
dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atas situasi yang dianggap
berbahaya (Trismiati, 2004; dalam Purba, Wahyuni, Daulay, Nasution,
2008). Sedangkan Corey (1995 Purba dkk, 2008) mengartikan ansietas
sebagai suatu keadaan tegang yang memaksa individu untuk berbuat
1
2
sesuatu. Akan tetapi, bila keadaan ini terus menerus berlangsung dapat
menyebabkan keadaan yang panik dimana seseorang tidak dapat lagi
melihat segala sesuatu dengan pikiran jernih karena lahan persepsinya
sangat menyempit. Oleh karena itu, di perlukan pemberian asuhan
keperawatan untuk mengurangi perasaan cemas pada klien.
Tingkat kecemasan pasien preoperasi yang relatif tinggi (berat atau
panik) disebabkan operasi yang dilakukan adalah operasi elektif atau
direncanakan dan pasien sudah terlebih dahulu diberitahu oleh tim medis
bahwa akan operasi. Selain itu rendahnya tingkat kecemasan pasien
preoperasi ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: pasien umumnya
merasa pasrah terhadap prosedur medis yang dihadapinya, pasien dengan
penyakit kronis yang akan melalui prosedur pembedahan merasa operasi
adalah hal yang wajar, selain itu juga aspek spiritual pasien preoperasi
meningkat sehingga lebih tenang menjalani operasi dan menganggap
operasi sebagai cara terbaik dan pasien yakin kepada Tuhan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Atkinson (1992) dalam Setiawan dan Tanjung (2005)
yang mengatakan bahwa kemampuan seseorang berbeda dalam
menghadapi situasi krisis dan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya faktor budaya, agama, dan sosial ekonomi. Praoperatif dapat
mengalami berbagai ketakutan. Takut terhadap anestesia, takut terhadap
nyeri atau kematian, takut tentang ketidaktahuan atau takut tentang
deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh dapat menyebabkan
ketidaktenangan atau ansietas (Brunner dan Suddarth, 2001).
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan umum:
Untuk mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan perioperative
2. Tujuan khusus:
a. Untuk mengetahui definisi Perioperatif
b. Untuk mengetahui etiologic Perioperatif
3
A. Defenisi
Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah
operasi berlangsung. Keperawatan perioperatif adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang
berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Keperawatan
perioperatif adalah fase penatalaksanaan pembedahan yang merupakan
pengalaman yang unik bagi pasien.
Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh .
Preoperatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi
atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja
operasi (Smeltzer and Bare, 2002).Perioprasi merupakan tahapan dalam
proses pembedahan yang dimulai prebedah (preoperasi), bedah
(intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi).Prabedah merupakan masa
sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan
pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah.
Intrabedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak
ditransfer ke meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang
pemulihan.Tindakan keperawatan adalah setiap terapi perawatan langsung
yang dilakukan perawat untuk kepentingan klien, terapi tersebut termasuk
terapi yang dilakukan perawat berdasarkan diagnosis keperawatan,
pengobatan yang dilakukan dokter berdasarkan diagnosis medis, dan
melakukan fungsi penting sehari –hari untuk klien yang tidak dapat
melakukannya. Tindakan keperawatan preoperatif merupakan tindakan
yang dilakukan oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien untuk
dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan untuk menjamin
keselamatan pasien intraoperatif.
4
5
B. Etiologi
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth ) seperti :
a. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi.
b. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat
apendiks yang inflamasi.
c. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipel. Memperbaiki luka
pada pasien diabetes
d. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah.
e. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki
masalah, contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk
mengkompensasi terhadap kemampuan untukmenelan makanan.
D. Klasifikasi
a. Kedaruratan/Emergency
Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin
mengancam jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan tanpa di tunda.
Contoh : perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur
tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sanagat luas.
b. Urgen
Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan
dalam 24-30 jam. Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal
atau batu pada uretra.
c. Diperlukan
Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat direncanakan
dalam beberapa minggu atau bulan. Contoh : Hiperplasia prostat tanpa
obstruksi kandung kemih. Gangguan tyroid, katarak.
d. Elektif
Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila
tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu membahayakan.
Contoh : perbaikan Scar, hernia sederhana, perbaikan vaginal.
e. Pilihan
8
E. Komplikasi
a. Syok
Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya berupa syok
hipovolemik. Tanda-tanda syok adalah : Pucat , Kulit dingin, basah,
Pernafasan cepat, Sianosis pada bibir, gusi dan lidah, Nadi cepat,
lemah dan bergetar , Penurunan tekanan darah, Urine pekat. Intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter
terkait dengan pengobatan yang dilakukan seperti terapi obat, terapi
pernafasan, memberikan dukungan psikologis, pembatasan
penggunaan energi, memantau reaksi pasien terhadap pengobatan, dan
peningkatan periode istirahat.
b. Perdarahan
Penatalaksanaannya pasien diberikan posisi terlentang dengan posisi
tungkai kaki membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur sementara
lutut harus dijag tetap lurus. Kaji penyebab perdarahan, Luka bedah
harus selalu diinspeksi terhadap perdarahan.
c. Trombosis vena profunda
Trombosis vena profunda adalah trombosis yang terjadi pada
pembuluh darah vena bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa
ditimbulkan adalah embolisme pulmonari dan sindrom pasca flebitis.
d. Retensi urin
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan
rektum, anus dan vagina. Penyebabnya adalah adanya spasme spinkter
kandung kemih. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah
10
F. FaktorResikoTerhadapPembedahan
a. Usia
Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut
mempunyai resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis
padausia tua sudah sangat menurun sedangkan pada bayi dan anak-
anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ.
b. Nutrisi
11
G. GambaranPasienPeriOperatif
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada
integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis
maupun psikologis. Menurut Long B.C (2001), pasien preoperasi akan
mengalami reaksi emosional berupa kecemasan. Berbagai alasan yang
dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi
pembedahan antara lain :
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
normal (body image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang
mempunyai penyakit yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal.
13
karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan
mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien
yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat
stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya
haid lebih awal.
b) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan
dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan
nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi
sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup
untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca
operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat
di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah
infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang
lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis
yang bisa mengakibatkan kematian.
c) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan
input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum
harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang
biasanya dilakukan pemeriksaan di antaranya adalah kadar
natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium
serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum
(0,70 – 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait
erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur
mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan
anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan
dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti
16
Hari pembedahan :
a. Mengecek bahwa bahan dan obat – obatan telah lengkap
b. Mengecek tanda – tanda vital
c. Mengecek inform consent
d. Melanjutkan persiapan nutrisi dan hidrasi
e. Melepaskan protese dan kosmetik
f. Melakukan perawatan mulut
g. Mengosongkan blas dan bowel
h. Mempersiapkan catatan yang diperlukan selama pre operasi
i. Memberikan obat –obatan yang perlu diberikan ( sesuai order dokter )
Kontraidikasi
Msal: Padapasien HB menurunmakatidakbolehdilakukan
I. AsuhanKeperawatanPeriOperatif
1) Pengkajian
Pemeriksaan fisik dan diagnostik yang dilakukan oleh perawat meliputi
pemeriksaan head to toe. Pada tahap preoperatif, data objektif dikumpulkan
dengan dua tujuan yaitu memperoleh data dasar untuk digunakan sebagai
pembanding data pada tahap intraoperatif dan tahap pascaoperatif dan
mengetahui masalah potensial yang memerlukan penanganan sebelum
pembedahan dilaksanakan (Baradero, Dayrit, Siswadi, 2009).
Pengkajian preoperasi mengenai kardiovaskuler, yang terpenting adalah
dari pasien dengan penyakit kardiovaskuler adalah kebutuhan untuk
menghindari perubahan posisi secara mendadak, imobilisasi berkepanjangan,
hipotensi atau hipoksia, dan terlalu membebani sistem sirkulasi dengan cairan
atau darah (Brunner & Suddarth, 2002).
a. Identitas pasien
a) Nama
b) Umur
c) Alamat
d) Diagnosa : misalnya G3 P1 A1( letak lintang )
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Pasien tampak cemas dan banyak BAK.
b) Riwayat kesehatan sekarang
29
a) Inspeksi
Bentuk, simetrisan, warna, ROM, dan elastisitas kulit.
b) Palpasi
Pulsasi arteri, edema, suhu, dan tonus otot
c) Kaji refleks patella, archilles dan babinski.
e. Dampingi klien
dan ajak
berkomunikasi
yang terapeutik
f. Berikan
kesempatan pada
klien untuk
mengungkapkan
perasaannya.
g. Ajarkan teknik
relaksasi
h. Bantu klien untuk
mengungkapkan
hal - hal yang
membuat cemas.
i. Kolaborasi
dengan tim
kesehatan lain
untuk pemberian
obat penenang.
Kurang pengetahuan Kriteria hasil : Pendidikan kesehatan
b/d keterbatasan a. Pasien mampu men : proses penyakit
informasi tentang jelaskan penyebab, a. Kaji tingkat
penyakit dan proses komplikasi dan cara pengetahuan
operasi pencegahannya klien.
b. Klien dan keluarga b. Jelaskan proses
kooperatif saat terjadinya
dilakukan tindakan penyakit, tanda
gejala serta
komplikasi yang
mungkin terjadi
33
c. Berikan informasi
pada keluarga
tentang
perkembangan
klien.
d. Berikan informasi
pada klien dan
keluarga tentang
tindakan yang
akan dilakukan.
e. Diskusikan
pilihan terapi
f. Berikan
penjelasan
tentang
pentingnya
ambulasi dini
g. Jelaskan
komplikasi kronik
yang mungkin
akan muncul
terapetik
d. Gunakan teknik
distraksi
e. Ciptkan
lingkungan yang
nyaman
f. Kolaboraasi
dengan dokter
untuk pemberian
analgetik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah
operasi berlangsung. Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien. Keperawatan perioperatif adalah fase
penatalaksanaan pembedahan yang merupakan pengalaman yang unik bagi
pasien. Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh .
Preoperatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi atau
pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi
(Smeltzer and Bare, 2002).
35
DAFTAR PUSTAKA
36