Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DI
OLEH
SRI RAMAYANTI
ACEH TAMIANG
PENDAHULUAN
Pada dasarnya setiap manusia dalam aktifitasnya baik yang bersifat duniawi maupun
ukhrowi tidak lepas dari tujuan yang akan ia peroleh selepas aktifitas tersebut, dengan
berbagai macam perbedaan sudut pandang manusia terhadap esensi dari apa yang hendak ia
peroleh, maka tidak jarang dan sangat tidak menutup kemungkinan proses untuk menuju
tujuan yang ingin dicapainya menjadi bermacam-macam.
Dalam perbankan syariah kita telah mengenal bahwa didalamnya tidak memakai
prinsip bunga melainkan prinsip bagi hasil, yang mana prinsip bagi hasil dalam perbankan
syariah ini dapat dilakukan dalam empat akad, yaitu; al-musyarakah, al-mudharabah, al-
muzara’ah dan al-musaqah.
Didalam makalah ini akan dijelaskan tentang akad mudharabah. Melihat pada bahasan
singkat diatas penulis berminat untuk membahas lebih lanjut tentang konsep transaksi
Mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana
pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudharib) dengan suatu perjanjian di awal.
2. Rumusan Masalah
MUDHARABAH
1. Definisi Mudharabah
1. Al-Quran
اط ِل َب ْينَ ُك ْم أَ ْم َوالَ ُك ْم تَأْ ُكلُوا َل آ َمنُوا الَّذِينَ أَيُّ َها َيا
ِ ارة ت َ ُكونَ أ َ ْن ِإ َّل ِب ْال َب
َ ِم ْن ُك ْم ت ََراض َع ْن تِ َج
“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan sukarela di antaramu…”.
2. Al-Hadist
ص ْل ُح
ُّ ص ْلحا ِإلَّ ْال ُم ْس ِل ِمينَ َبيْنَ َجا ِئز اَل
ُ وط ِه ْم َعلَى َو ْال ُم ْس ِل ُمونَ َح َراما أ َ َح َّل أ َ ْو َحالَل َح َّر َم ُ َّأ َ َح َّل أَ ْو َحالَل َح َّر َم ش َْرطا ِإل
ِ ش ُر
َح َراما.
HR, Ibnu Majah, Daraquthni, dan yang lain dari Abu Sa’id alKhudri.
َ َار ل
ض َر َر ِ َ)الخدري سعيد أبي عن وغيرهما والدارقطني ماجه ابن رواه( َول
َ ض َر
3. Ijma’
Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib harta anak yatim
sebagai mudharabah dan tak ada seorang pun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu
dipandang sebagai ijma’ (Wahbah Zuhaily, al Fiqh al-Islami wa Adillatuhu,1989, 4/838).
4. Qiyas
5. Kaidah Fiqh
ص ُل ِ َتَحْ ِري ِْم َها َعلَى دَ ِليْل يَد ُ َّل أ َ ْن إِلَّ اْ ِإلبَا َحةُ ْال ُمعَا َمال
ْ ت فِى األ
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”
1. Jenis-Jenis Mudharabah
a. Mudharabah Muqayyadah
( Restricted Investment Account ), yaitu bentuk kerja sama antara dengan syarat-syarat dan
batasan tertentu. Dimana shahibul mal membatasi jenis usaha, waktu atau tempat usaha.
Dalam istilah ekonomi Islam modern, jenis mudharabah ini disebut Restricted Investment
Account. Batasan-batasan tersebut dimaksudkan untuk menyelamatkan modalnya dari resiko
kerugian. Syarat-syarat itu harus dipenuhi oleh si mudharib. Apabila mudharibmelanggar
batasan-batasan ini, maka ia harus bertanggung jawab atas kerugian yang timbul.
b. Mudharabah Muthlaqah
( Unrestricted Investment account ), yaitu bentuk kerja sama antara shahibul mal dan
mudharib tanpa syarat atau tanpa dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah
bisnis. Dalam bahasa Inggris, para ahli ekonomi Islam sering menyebut mudharabah
muthlaqah sebagai Unrestricted Investment Account (URIA). Maka apabila terjadi kerugian
dalam bisnis tersebut, mudharib tidak menanggung resiko atas kerugian. Kerugian
sepenuhnya ditanggulangi shahibul mal.
a. Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) Semua pihak yang terlibat
harus cakap hukum.
b. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
c. Modal
ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana kepada
mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:
sebagai perimbangan (muqabil) modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia
dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
3. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam tindakannya yang
berhubungan dengan mudhara-bah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam
aktifitas itu.
3. Ketentuan Mudharabah
2. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100
% kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai
mudharib atau pengelola usaha.
4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama
dan sesuai dengan syari’ah; dan LKS tidak ikut serta dalam managemen perusahaan
atau proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.
5. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan
bukan piutang.
6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah
kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau
menyalahi perjanjian.
7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar
mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib
atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
10. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat ganti rugi atau biaya yang
telah dikeluarkan.
2. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah kejadian di masa depan
yang belum tentu terjadi.
3. Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad
ini bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian,
atau pelanggaran kesepakatan.
4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan
di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
5. Skema Mudharabah
Keterangan:
Pemilik modal (shahibul mal) menyerahkan modalnya kepada pengelola dana (mudharib)
untuk diolah dalam sebuah proyek/usaha. Kemudian keduanya melakukan perjanjian bagi
hasil. jika untung, dibagi sesuai nisbah. jika rugi ditanggung pemilik dana.
BAB III
PENUTUP
1 Kesimpulan
Mudharabah, yaitu akad kerjasama suatu usaha antara dua pihak di mana pihak
pertama (malik, shahib al-mal, LKS) menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua
(‘amil, mudharib, nasabah) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di
antara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Dasar hukum mudharabah
ada al-quran, al-hadist, ijma’, qiyas, dan kaidha fiqh. Jenis-jenis mudharabah ada 2 yaitu
mudharabah muqayyadah yaitu bentuk kerja sama antara dengan syarat-syarat dan batasan
tertentu. dan mudharabah muthlaqah yaitu bentuk kerja sama antara shahibul mal dan
mudharib tanpa syarat atau tanpa dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah
bisnis. Rukun dan syarat mudharabah ada 5 antara lain penyedia dana (sahibul maal) dan
pengelola (mudharib) pernyataan ijab dan qabul modal keuntungan mudharabah kegiatan
usaha oleh pengelola (mudharib). Dan ada beberapa ketentuan terkait pembiayaan
mudharabah. Skema mudharabah yaitu pemilik modal (shahibul mal) menyerahkan modalnya
kepada pengelola dana (mudharib) untuk diolah dalam sebuah proyek/usaha. Kemudian
keduanya melakukan perjanjian bagi hasil. jika untung, dibagi sesuai nisbah. jika rugi
ditanggung pemilik dana.
DAFTAR PUSTAKA
Sabiq, Sayyid, Fiqhus Sunnah, Asep Sobari, Fiqih Sunah, (Jakarta : Al-I’tishom, 2008)