Parasit Drh. Sasti
Parasit Drh. Sasti
Uji Efek Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) Sebagai Obat Luar Terhadap
Skabies Pada Kucing Yang Disebabkan Oleh Sarcoptes scabiei
Disusun oleh:
i
Daftar isi
Halaman Sampul........................................................................................... i
Daftar isi....................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1
Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 1
1.3 Tujuan........................................................................................... 2
1.4 Luaran yang diharapkan............................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
2.1 Skabies ........................................................................................ 3
2.1.1 Etiologi dan Deskripsi Skabies................................................. 3
2.1.2 Patogenesis Skabies.................................................................. 4
2.1.3 Gejala Klinis Skabies............................................................... 4
2.2.4 Pengobatan Skabies................................................................. 5
2.2 Lidah Buava................................................................................. 6
2.2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Lidah Buaya (Aloe vera)................ 6
2.2.2 Kandungan Lidah Buaya ........................................................ 6
2.3 Prosedur Kerja ........................................................................... 7
2.3.1 Persipan Tanaman ................................................................. 7
2.3.2 Pembuatan gel lidah buaya........................................................ 7
2.3.3 Pengamatan Pada Luka ........................................................... 8
BAB 3 PENUTUP........................................................................................ 9
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 9
3.2 Saran............................................................................................ 9
Daftar Pustaka................................................................................................ 10
ii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular
hewan ke hewan, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat menyerang semua
ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau Sarcoptesscabiei.
Prevelansi skabies di seluruh Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6%-12,95% dan
skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Penyakit ini sulit
untuk disembuhkan karena tungau tersebut berkembang biak di dalam lapisan kulit
dan merusak kulit. Berbagai jenis hewan termasuk hewan kesayangan kelinci,
anjing, dan kucing dapat diserang oleh tungau tersebut. Penyakit ini menimbulkan
kegatalan, menurunkan kesehatan kulit juga menggangu kesehatan masyarakat
(Sulistiawati, 2011).
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman
hayati terutama pada jenis berbagai tumbuhan yang diantaranya mempunyai potensi
sebagai tanaman obat namun belum banyak dikembangkan. Di Indonesia dikenal
lebih dari 20.000 jenis tumbuhan obat, namun baru 1000 jenis tanaman telah terdata
dan baru sekitar 300 jenis yang sudah dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional
(Sewta, 2015).
Salah satu tanaman obat yang memiliki khasiat obat adalah lidah buaya
(Aloe vera). Lidah buaya digunakan sebagai bahan obat sejak beberapa ribu tahun
yang lalu untuk mengobati luka bakar, rambut rontok, infeksi kulit, peradangan
sinus, dan rasa nyeri pada saluran cerna. Beberapa peneliti terdahulu telah
membuktikan bahwa Aloe vera berkhasiat sebagai antiinflamasi, antipiretik,
antijamur, antioksidan, antiseptik, antimikroba, serta antivirus. Oleh sebab itu
inovasi baru mengenai potensi dari ekstrak lidah buaya yang memiliki potensi
sebagai tindakan penyembuhan terhadap penyakit skabies (Rohmah, 2012).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Apakah ekstrak lidah buaya (Aloe vera) dapat menyembuhkan penyakit
skabies pada kucing?
1.2.2 Bagaimana ekstrak lidah buaya (Aloe vera) dapat menyembuhkan penyakit
skabies pada kucing?
2
1.2.3 Bagaimana mengolah lidah buaya untuk dijadikan gel sebagai obat
penyembuh skabies pada kucing?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui efek penyembuhan ekstrak lidah buaya (Aloe vera) dalam
menggobati penyakit skabies pada kucing.
1.3.2 Mengetahui mekanisme ekstrak lidah buaya (Aloe vera) dapat
menyembuhkan penyakit skabies pada kucing?
1.3.2 Dapat mengolah lidah buaya untuk dijadikan gel sebagai obat penyembuh
skabies pada kucing?
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skabies
2.1.1 Etiologi dan Deskripsi Skabies
Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh ektoparasit
berupa tungau Sarcoptesscabiei. Menurut (Sulistiawati, 2011) klasifikasi dari
tungau Sarcoptes scabiei sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Arachnida
Subclass : Acari
Family : Sarcoptidae
Genus and Species : Sarcoptes scabiei Gambar 1. Kucing yang terserang skabies
penampilan klinis pada kucing penderita skabies dapat dilihat pada gambar 1. (Tan,
2017).
Gejala klinis skabies pada benimpa gatal-gatal, dengan erupst kulit berupa
ertemia, makula, papula, vestkel. Rasa gatal bertambah bila hewan berada dalam
keadaan hangat. Hewan yang terjnteksl akan menggesek, menggaruk atau mencakar
dan menggigit kulitnya. Akibatnya kulit menjadi luka sehingga mudah terinfeksi
sekunder oleh bakteri, dan tidak nafsu makan karena nyeri pada mulut. Keadaan ini
dapat menyebabkan kematian. Pada keadaan krinis, lesio skabies dapat berupa
dermatitis lokal seperti kulit besisik, menebal, dan belipat-lipat.
Secara histopatologi, bentuk skabies ditandai dengan adanya terowongan
dalam epidermis yang berisi chitinous, dan basofil yang mengotori tubuh tungau.
Selain itu, terjadi acanthosis (kelainan kulit karena terjadinya penebalan lapisan
spinosum) dengan udema intra dan interseluler dalam lapisan spinosum. Sedangkan
pada lapisan dermis memperlihatkan adanya infiltrasi zat inflamasi yang terdiri dari
limfosit dan eosinofil (Tan, 2017).
2.2.4 Pengobatan Skabies
Pada skabies, jika diagnosis pasti sudah ditetapkan. maka pengobatannya
akan menjadi sederhana. Pengobatan tidak hanya dipusatkan pada tungaunya saja,
tetapi harus diarahkan secara keseluruhan terhadap faktor-faktor yang memicu
terjadinya imunosupresi (rendahnya daya tahan tubuh), seperti kurangnya nutrisi,
situasi manajemen pemeliharaan yang penuh dengan tekanan (Rohmah, 2012). Ada
beberapa macam pengobatan yang dapat diberikan, antara lain dengan pengobatan
yang sifatnya supportif, pengobatan dengan antibiotic, serta dengan penggunaan
anti inflanutsi (Tan, 2017).
Pengobatan dapat dilakukan dengan cara sistemik maupun topical.
Pengobatan sistemik dilakukan dengan menggunakan ivermectin, sedangkan secara
topical dapat digunakan sulfur, amitraz, lindanc, benzyl benzoate. Tetapi amitraz
dan benzyl benzoate harus dgunakan secara hati-hati (Rohmah, 2012). Dalam
pengobatan skabies, dianjurkan ivcrmcctin menjadi pilihan pertama, dan dapat
dikombinasikan dengan lime sulfur 2% (mandi). Pengobatan dilakukan 1 minggu
sekali selarna 4 minggu dan terbukti dengan pengobatan ini gejala tidak muncul
6
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospetxnae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Liliflorae
Suku : Liliceae
Genus : Aloe
Gambar 2. Lidah buaya (Aloe vera)
Spesies : Aloe vera
berbusa setelahnya. Lalu gel tersebut dituangkan ke dalam botol kaca bersih yang
telah disterilkan.
2.3.3 Pengamatan Pada Luka
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Posttest Onlv Control
Group Design. Sampel yang digunakan adalah 5 kucing yang terserang Sarcoptes
scabiei. Sampel dibagi menjadi kelompok perlakuan 2 kucing dikontakkan dengan
gel ekstrak etanol daun Iidah buaya, 2 kucing sebagai kontrol positif diberi
ivertnectin 1% dan 1 ekor kucing yang tidak diberi perlakuan sebagai kontrol
negatif.
9
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lidah buaya (Aloe vera) memiliki khasiat sebagai antiinflamasi,
antipiretik, antijamur, antioksidan, antiseptik, antimikroba, serta antivirus. Inovasi
baru mengenai potensi dari ekstrak lidah buaya yang memiliki potensi sebagai
tindakan penyembuhan terhadap penyakit skabies. Kegiatan ini dapat menjadi salah
satu produk inovatif di dunia medis kedokteran hewan khususnya dalam
pengobatan skabies.
3.2 Saran
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan oleh penulis
agar karya ini menjadi lebih baik lagi.
10
Daftar Pustaka
Arifin, Ryan. 2014. Efek Hepatoprotektor Ekstrak Etanol Lidah Buaya (Aloe vera)
Terhadap Aktivitas Enzim Alanin Aminotransfere (ALT) dalam Plasma
Rattus norvegicus Jantan Galur Wistar yang diinduksi Paracetamol.
Universitas Tanjungpura
Jatnika, A, Saptoningsih. 2009. 1001 Obat Herbal cetakan 1. Jakarta. Agro Media
Pustaka.
Rohmah, Yuyun Mawaddatur. 2012. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Lidah
Buayaa (Aloe vera) Sebagai Antiskabies Secara In Vitro. Jember.
Universitas Negeri Jember.
Sulistiawati N. 2011. Pemberian ekstrak daun lidah buaya(Aloe vera) konsentrasi
75% lebih menurunkan jumlah makrofag daripada konsentrasi 50% dan
25% pada radang mukosa mulut tikus putih jantan. Denpasar. Universitas
Udayana
Sewta, Christian, Christi Mambo, Jane Wuisan. 2015. Uji Efek Ekstrak Daun Lidah
Buaya (Aloe vera l.) Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Kulit Kelinci
(Oryctolagus cuniculus). Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 1.
Manado. Universitas Sam Ratulangi.
Tan, Sukmawati Tansil, Jessica Angelina, Krisnataligan. 2017. Scabies: Terapi
Berdasarkan Siklus Hidup. CDK-254/ vol. 44 no. 7. Jakarta. Universitas
Tarumanegara