Anda di halaman 1dari 7

Artikel Penelitian

UJI RELIABILITAS DIAGNOSIS MIKROSKOPIS MALARIA


TENAGA LABORATORIUM PUSKESMAS DI DAERAH
ENDEMIK KOTA SAWAHLUNTO SUMATERA BARAT

Nurhayati, Hasmiwati, Selfi Renita Rusjdi

Abstrak
Pemeriksaan mikroskopis masih merupakan diagnosis pilihan untuk malaria karena mu-
dah dan murah, tetapi kesalahan diagnosis mikroskopik sangat sering terjadi karena kurang
keterampilan dan pengalaman pemeriksa. Penelitian ini bertujuan untuk menilai reliabilitas ha-
sil pemeriksaan mikroskopis malaria yang dilakukan oleh tenaga laboratorium pada tiga pus-
kesmas di daerah Sawahlunto; Sei Durian (SDR), Silungkang (SLK) dan Talawi (TLW). Desain
penelitian adalah cross sectional study. Populasi adalah mikroskopis yang terdapat pada ke-
tiga puskesmas tersebut. Reliabilitas dinilai dengan nilai Kappa yang ditetapkan dengan uji
kesepakatan hasil pemeriksaan dari 3 mikroskopis puskesmas dan satu mikroskopis standar.
Nilai Kappa yang diterima adalah 0,61-1. Reliabilitas diagnosis malaria vivax mikroskopis SDR
dan SLK tidak bisa dinilai karena jumlah malaria vivax sedikit, sedangkan reliabilitas diagnosis
mikroskopis TLW bernilai kurang (Kappa=0,253). Reliabilitas diagnosis falciparum mikrosko-
pis Puskesmas SDR, SLK, TLW berturut-turut adalah jelek, jelek dan kurang (Kappa 0,022;
0,006 dan 0,200). Sedangkan reliabilitas diagnosis mikroskopis malaria positif dan negatif
SDR, SLK dan TLW adalah berturut-turut jelek, jelek dan sedang (Kappa 0,024; 0,008 dan
0,442). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kompetensi ketiga mikroskopis tersebut
masih diragukan.
Kata kunci: reliabilitas, diagnosa, malaria, mikroskopis

Abstract

Microscopic test is still the best option for malaria diagnostic because of simple and
less expensive. However, fault in diagnosis frequently happen because of lack of skills and
experience. This study determined reliability of microscopic tests conducted by microscopists
in three public health centres in Sawahlunto; SDR, SLK, and TLW. This was a cross sectional
study. The reliability is determined by Kappa value which is stated by agreement test of 3
microscopists of the three public health centres and 1 standardized microscopist. The Kappa
value was 0,61-1. The reliability of malaria vivax microscopic tests of SDR and SLK could
not be determined because of small number of cases, and the reliability of TLW was fair. The
reliability of malaria falciparum microscopic tests of SDR, SLK and TLW were poor, poor and
fair (Kappa value 0,022; 0,006 and 0,200). The reliability based on positivity and negativity of
parasite existence were poor, poor and moderate (Kappa value 0,024; 0,008 and 0,442). This
study concluded that the competencies of microscopists in these three area were questionable.
Keywords: reliability, diagnosis, malaria, microscopist

Afiliasi penulis: Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Korespondensi: Selfi Renita
Rusjdi, Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Jl Perintis Kemerdekaan No. 94 PO BOX 49
Padang 25127, Email:drselfirenita_rusjdi@yahoo.co.id, Telp/HP: +6281363151969

MKA, Volume 37, Nomor 1, April 2014


MKA, Volume 37, Nomor 1, April 2014 http://mka.fk.unand.ac.id/

PENDAHULUAN berian obat yang tidak sesuai dengan spesies


Plasmodium. Penderita malaria vivax akan
Malaria merupakan penyakit tropis
terjadi relaps dan penderita dapat kehilangan
yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
pendapatan selama terjadi relaps.
dan disebarkan melalui gigitan nyamuk. Di-
perkirakan 247 juta penduduk dunia terin- Tjokrosonto (1994) menemukan kesa-
feksi malaria dan sebanyak 881.000 orang lahan baca mikroskopis di Banjarnegara
meninggal setiap tahun.1 Penyakit ini sudah untuk kesalahan positif palsu sebanyak 41%
dikenal lebih dari 100 tahun yang lalu akan dan 33,3% dan hasil negatif palsu sebanyak
tetapi masih merupakan penyakit yang men- 21, 65% dan 19,1% masing-masing untuk
dapat perhatian oleh WHO agar dapat di- mikroskopis puskesmas dan mikroskopis ka-
kendalikan melalui gerakan yang disebut se- bupaten. Kesalahan identifikasi positif palsu
bagai Roll Back Malaria (RBM). Salah satu akan memberikan dampak kerugian materi
butir pelaksanan RBM ialah diagnosis dini bagi puskesmas yaitu dalam pemberian
dan pengobatan yang tepat untuk eradikasi obat malaria kepada penderita yang
malaria.2 sesungguhnya bukan malaria. 7
Penyakit malaria di Indonesia dilapor- Kesalahan negatif palsu dapat me-
kan tersebar di seluruh kepulauan nusan- nyebabkan risiko penularan yang terus-
tara. Malaria sudah tersebar di 6.053 desa menerus terjadi, penderita akan beresiko
pada 226 kabupaten di 30 propinsi tahun menjadi malaria berat, dan akan kehilangan
2003.3 Berdasarkan data Dinas Kesehatan pendapatan selama sakit serta pengeluaran
Sumatera Barat, jika dilihat dari annual mala- yang terus meningkat untuk biaya pe-
ria inciden (AMI), kasus malaria pada tahun ngobatan kembali. Begitu pula halnya
2006 sekitar 0,47 per 1000 penduduk dan ta- jika terjadi salah identifikasi infeksi ganda
hun 2007 meningkat menjadi 1,77 per 1000 menjadi satu spesies.5,7
penduduk.4 Kebijakan pengobatan malaria di Indo-
Salah satu upaya untuk menekan ting- nesia menggunakan artemisinin combination
kat mortalitas dan morbiditas malaria adalah base therapy (ACT) tidak lagi boleh diberi
ketepatan diagnosis dan pengobatannya. berdasarkan gejala klinis saja, termasuk
Manifestasi klinis demam malaria sering di Sumatera Barat.8 Puskesmas sebagai
tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi pusat penggerak pengembangan kesehatan
lain, sehingga menyulitkan para klinisi un- pada tingkat kecamatan bertanggung ja-
tuk mendiagnosis malaria berdasarkan mani- wab menyelenggarakan pembangunan ke-
festasi klinis saja, selain itu pilihan terapi sehatan. Puskesmas sudah seharusnya
untuk masing-masing spesies tidaklah sama, memiliki tenaga laboratorium yang terampil
sehingga diagnosis yang direkomendasikan dan berpengalaman dalam mendiagnosis
adalah berdasarkan penemuan parasit. Un- parasit malaria.3
tuk itu diperlukan pemeriksaan laboratorium Sumatera Barat terdapat beberapa
untuk diagnosis sedini mungkin dan ke- daerah endemik malaria seperti Kepulauan
tepatan pengobatan. Mentawai, Pasaman Barat, Pesisir Selatan
Sampai saat ini diagnosis laboratorium dan Sawahlunto. Data yang telah mengikuti
yang paling tepat adalah berdasarkan kepada pelatihan tenaga laboratorium puskesmas di
hasil pembacaan sediaan hapus darah tebal daerah ini yang secara umum hanya 20%.4
dan tipis dengan mikroskop setelah dilakukan Sawahlunto merupakan salah satu
pewarnaan giemsa. Kemampuan seorang daerah di Sumatera Barat dengan kasus
mikroskopis baik dalam membuat sediaan malaria tergolong rendah dari tahun 2004-
darah, mewarnai dan memeriksanya sangat 2007 berturut-turut 24, 39, 28, 29 kasus. Pada
menentukan ditemukannya parasit malaria.5 akhir tahun 2008 terjadi KLB malaria dengan
Meski pemeriksaan malaria tergolong mu- kematian sebanyak tiga orang. Hal tersebut
dah dan murah, akan tetapi kesalahan mendapat perhatian yang serius dari berbagai
diagnosis mikroskopik sangat sering terjadi pihak. Puskesmas bersama Dinas Kesehatan
dikarenakan kurangnya keterampilan dan Propinsi melakukan survei darah jari kepada
pengalaman pemeriksa.6 penduduk, sehingga sampai akhir tahun
Kerugian yang akan dialami bila terjadi 2008 ditemukan kasus malaria sebanyak
salah identifikasi spesies adalah dalam pem- 248 orang, suatu peningkatan kasus yang

20
Nurhayati dkk, Uji Reliabilitas Diagnosis Mikroskopis Malaria Tenaga Laboratorium Puskesmas

sangat signifikan bila dibandingkan dengan satu sampel dalam suatu periode tertentu,
empat tahun sebelumnya. Sejak Januari sehingga rancangan penelitian adalah cross
sampai pertengahan April 2009 telah tercatat sectional study.
kasus malaria sebanyak 143 orang.4 Penelitian telah dilakukan pada bulan
Bila diamati dari pencatatan tersebut, Juli-Oktober 2009. Lokasi penelitian yang
banyak hal yang bisa dicurigai sebagai dipilih adalah tiga puskesmas di wilayah Kota
faktor penyebab peningkatan kasus ma- Sawahlunto dengan kejadian malaria tertinggi
laria, salah satunya adalah kemampuan pada awal penelitian yaitu Puskesmas Sei
tenaga laboratorium puskesmas. Bisa ja- Durian (SDR), Puskesmas Silungkang (SLK)
di meningkatnya laporan kasus karena dan Puskesmas Talawi (TLW).
perhatian yang lebih serius dan karena Populasi penelitian ini adalah semua
ikutnya tenaga laboratorium propinsi untuk slide malaria yang dibuat dari tersangka
pemeriksaan malaria di daerah tersebut. penderita malaria dengan keluhan demam
Sejauh ini belum ada kegiatan atau program yang datang ke puskesmas semua umur,
yang mengevaluasi tenaga mikroskopis laki-laki dan perempuan.
puskesmas di Sumatera Barat termasuk
Kriteria inklusi ialah satu sampel ter-
mikroskopis puskesmas di Sawahlunto.9
diri dari dua jenis sediaan, yaitu sediaan da-
Penelitian ini bertujuan menilai reliabi- rah tebal dan sediaan darah tipis. Kriteria
litas diagnosis malaria secara mikroskopik esklusi ialah kedua sediaan rusak dan atau
oleh tenaga laboratorium puskesmas di da- kedua sediaan tidak memiliki bagian yang
erah endemik malaria Sawahlunto. Hasil pe- dapat dinilai. Besar sampel pada penelitian
nelitian ini akan bermanfaat untuk instansi ini menggunakan rumus Lemeshow et al,
terkait dalam kebijakan pemberantasan ma- 1990.10
laria karena kemampuan mikroskopis mala-
Dengan asumsi bahwa sensitifitas dan
ria sangat menentukan diagnosis dan pen-
spesifisitas hasil pemeriksaan mikroskopis
gobatan yang tepat.
95% dan 90%. Ketepatan absolut yang
diinginkan 5% serta Confidence interval
METODE 95%, Z1-a/2=1,645, maka jumlah sampel mi-
Ini adalah suatu penelitian uji diagnostik nimal sebesar 164 ditambah drop-out 10 %,
oleh dua atau lebih tenaga laboratorium pada sehingga menjadi 181.

Tabel 1. Rumus Perhitungan Nilai Kappa

Pemeriksa II
Total
Hasil positif Hasil negatif
Hasil positif A b N1
Pemeriksan I
Hasil negatif C d N2
Total N3 N4 N

Keterangan:
Nilaiobservasi = [(a + d )/N] x 100% = x %
Nilai yang diharapkan atas dasar kebetulan = [(N3 x N1)]/N + [(N4 x N2)]/N x 100 % = y %
N
Nilai aktual di luar dari kebetulan = (x-y)% = z %
Nilai potensial di luar dasar kebetulan = (100-y) %
Kappa= Nilai aktual di luar dari kebetulan = z/ (100-y)
Nilai potensial di luar dasar kebetulan

Uji reliabilitas diagnosis mikroskopis sertifikasi. Hasil ini dinyatakan dengan nilai
dilakukan dengan perhitungan nilai Kappa Kappa. Nilai Kappa yang dipakai merupakan
diantara hasil dua pemeriksa yaitu tenaga suatu tes diagnostik seperti yang dianjurkan
laboratorium puskesmas dan tenaga la- oleh Landis dan Koch.11
boratorium P2M Depkes yang telah mendapat

21
MKA, Volume 37, Nomor 1, April 2014 http://mka.fk.unand.ac.id/

Tabel 2. Nilai Reliabilitas ngan karakteristik 1 orang analis dari SDR


berpendidikan D3 analis dan 2 orang dari
Nilai Kappa Nilai reliabilitas puskesmas SLK dan TLW berpendidikan
<0 Sangat jelek Sekolah Menengah Analis Kimia (SMAK).
Dalam dua tahun terakhir, masing-masing
0-0,20 Jelek
mikroskopis telah mendapat pelatihan mala-
0,21-0,40 Kurang ria sebanyak 2 kali. Hanya mikroskopis SLK
0,41-0,60 Sedang
yang baru bekerja 2 tahun, sedangkan mi-
kroskopis dari puskesmas SDR dan TLW
0,61-0,80 Baik telah bekerja selama 11 dan 14 tahun (tabel
0,81-1 Sangat baik 4).

Nilai Kappa yang dapat diandalkan untuk dipakai Tabel 3. Distribusi Slide Berdasarkan
adalah 0,61-1.
Spesies Plasmodium
Nama
HASIL DAN PEMBAHASAN Spesies
SDR SLK TLW Jumlah
Slide malaria yang dievaluasi pada P.falciparum 115 56 4 175
penelitian ini berjumlah 211 slide, masing- P.vivax 1 2 15 18
masing SDR 119 slide, SLK 63 slide dan
TLW 29 slide (tabel 3). Slide tersebut di- Parasit (-) 3 5 10 18
periksa oleh mikroskopis puskesmas de- Jumlah 119 63 29 211

Tabel 4. Karakteristik Mikroskopis Puskesmas

Asal Mikroskopis Pendidikan Lama bekerja tahun Pelatihan Buku panduan

SDR D3 Analis 11 2x ada


SLK SMAK 2 2x tidak
TLW SMAK 14 2x ada

Setelah dilakukan evaluasi terhadap Tabel 6. Kualitas Sediaan Darah yang


logistik yang berhubungan dengan diagnosis Diperiksa
malaria, didapatkan semua logistik yang di-
gunakan pada Puskesmas SDR, SLK dan TLW Kualitas
SDR SLK TLW
bernilai baik kecuali Giemsa pada Puskesmas Sediaan
SLK bernilai kurang baik (tabel 5). Baik 95 (80%) 60 (92%) 28 (97%)
Kurang
24 (20%) 5 (8%) 1 (3%)
Baik
Tabel 5. Mutu Logistik Laboratorium
Jumlah 119 65 29
Jenis Logistik SDR SLK TLW
Mikroskop Baik Baik Baik Reliabilitas diagnosis mikroskopis pada
211 slide ditentukan dengan uji kesepakatan
Giemsa Baik Tidak baik Baik
hasil pemeriksaan dari 3 puskesmas dan
Alat dan bahan Baik Baik Baik satu mikroskopis standar. Kesepakatan hasil
diagnosis tersebut adalah sebagai berikut:
Kualitas sediaan darah Puskesmas Kesepakatan dalam diagnosis malaria vivax
SDR 20% bernilai kurang baik sedangkan mikroskopis SDR, SLK dengan standar tidak
Puskesmas TLW hanya satu slide yang bisa dinilai karena jumlah malaria vivax sedikit,
bernilai kurang baik (tabel 6) sedangkan kesepakatan antara mikroskopis

22
Nurhayati dkk, Uji Reliabilitas Diagnosis Mikroskopis Malaria Tenaga Laboratorium Puskesmas

puskesmas TLW dengan standar bernilai jarnegara dan Purworejo hanya berkisar
kurang (Kappa = 0,253). Kesepakatan dalam 33,3%-41% dan 6,9-17,7%. Hasil negatif
diagnosis malaria falciparum mikroskopis palsu yang didapatkan dari penelitian ini
Puskesmas SDR, SLK, dan TLW dengan juga sangat tinggi yaitu mencapai 97% yang
standar secara berturut-turut adalah; jelek, berasal dari Puskesmas SLK, walaupun
jelek dan kurang (Kappa 0,022, 0,006 dan puskesmas SDR dan TLW mempunyai hasil
0,200). Bila reliabilitas dinilai hanya ber- negatif palsu 1-2%.
dasarkan diagnosis malaria positif dan ne-
gatif saja tanpa melihat spesiesnya, maka
Tabel 8. Penilaian Jenis Kesalahan Hasil
mikroskopis SDR, SLK dan TLW mendapat
Diagnosis Mikroskopis
nilai kurang, jelek dan sedang (Kappa 0,024,
0,008, 0,442) dapat dilihat pada tabel 7. SDR SLK TLW
Jenis
f (%) f (%) f (%)
Tabel 7. Reliabilitas Hasil Diagnosis Salah
1 (0,008) 0 1 (0,03)
Malaria Mikroskpis spesies
Positif 52 (0,44) 6 (0,21)
0
palsu
Reliabilitas SDR SLK TLW Negatif
1 (0,008) 61 (97) 2 (0,06)
0,442 palsu
D/ malaria Benar 65 (0,55) 2 (3) 20 (77)
0,024 0,008
(+) atau (-)
0,022 0,200 Jumlah 119 63 29
D/ malaria
0,006
falciparum
Tidak Kesalahan hasil baca terjadi antara
D/ malaria Tidak bisa
bisa 0,253 lain akibat kesalahan dalam melakukan
vivax dinilai
dinilai identifikasi spesies malaria, P.vivax disangka
sebagai P.falciparum atau sebaliknya. Ke-
Kesalahan baca sediaan yang dila- salahan lain adalah kesalahan baca po-
kukan adalah sebagai berikut: Salah iden- sitif palsu dan negatif palsu. Dari analisis,
tifikasi spesies SDR, SLK dan TLW masing- kesalahan lebih besar terjadi pada keadaan
masing 1 sediaan, tidak ada dan 1 sediaan. sediaan darah baik, terutama pada kesalahan
Kesalahan baca positif palsu 52 sediaan positif palsu dan negatif palsu.
(44%), tidak ada dan 6 sediaan 0,21%). Hal yang sangat merugikan yang
Kesalahan baca negatif palsu 1 sediaan terjadi pada kesalahan identifikasi spesies
(0,008%), 61 sediaan (97%) dan 2 sediaan adalah kesalahan pemberian obat yang tidak
(0,06%). Jumlah pemeriksaan yang benar sesuai dengan spesies parasit malaria. Jika
adalah SDR 65 sediaan (55%), SLK 2 sedia- seseorang menderita malaria falciparum tapi
an (3%) dan TLW 20 sediaan (77%). Dari didiagnosis sebagai malaria vivax, maka
tabel 7 dan 8 terlihat TLW bernilai lebih baik penderita ini akan diterapi dengan klorokuin
dibanding yang lain. dan primakuin.
Kesepakatan hasil diagnosis yang di- Pengobatan ini tidak akan menyembuh-
dapat pada penelitian ini sangat kurang kan pasien karena P.falciparum sudah resis-
bila dibandingkan dengan hasil penelitian di ten dengan klorokuin.12 Puskesmas juga akan
tempat lain seperti penelitian di Banjarnegara mengalami kerugian karena memberikan
mendapatkan reliabilitas diagnosis malaria obat yang tidak perlu seperti primakuin.
falciparum dan malaria vivax berkisar se- Hal yang sama juga akan terjadi pada
dang-baik. penderita malaria vivax yang didiagnosis se-
Penelitian di Purworejo mendapatkan bagai malaria falciparum yang yang hanya
sedang-baik sedangkan penelitian ini men- diberikan obat golongan skizontosida darah
dapatkan hasil kurang-jelek. Penelitian ini saja. Pasien penderita malaria vivax ini tidak
juga terdapat hasil positif palsu yang tinggi akan sembuh dan akan terjadi relaps karena
mencapai 44%, sedangkan penelitian Ban- seharusnya pasien mendapat pengobatan

23
MKA, Volume 37, Nomor 1, April 2014 http://mka.fk.unand.ac.id/

berupa skizontosida darah dan skizontosida Ditinjau dari segi Sumber Daya
jaringan.2 Manusia (SDM) mikroskopis terlihat bahwa
Kesalahan negatif palsu merupakan mikroskopis SLK yang bekerja selama 2
kesalahan yang terbanyak dilakukan oleh tahun, tamatan SMAK, meski telah men-
mikroskopis SLK. Hal tersebut bisa berakibat dapat pelatihan tetapi tidak mempunyai
fatal karena pasien tidak mendapat obat kemampuan mendiagnosis malaria, hal
sedangkan penyakit terus berlanjut, bah- tersebut terlihat dari nilainya yang rendah
kan malaria falciparum yang berat bisa dibandingkan nilai mikros-kopis lain. Ren-
menyebabkan komplikasi malaria serebral dahnya kemampuan tersebut diperburuk
yang berakhir dengan kematian. Meskipun dengan tidak tersedianya buku panduan
tidak jatuh ke keadaan malaria serebral, standar yang dimiliki.
pasien tetap akan dirugikan secara materi Sementara Mikroskopis TLW memiliki
karena sakit yang lama akan mengurangi kemampuan yang lebih baik dibandingkan
produktifitas kerja sehingga akan meng- dengan yang lain. Keadaan ini didukung oleh
akibatkan berkurangnya pendapatan bahkan masa kerja yang paling lama dari yang lain,
hilangnya mata pencaharian. Parasit yang sehingga pengalaman untuk mendiagnosis
tidak termusnahkan dari tubuh penderita ini malaria lebih banyak. Namun demikian
akan beresiko untuk menular ke orang lain. secara umum kemampuan mikroskopis
Kesalahan positif palsu merupakan ketiga puskesmas ini untuk membaca
kesalahan yang terbanyak dilakukan oleh sediaan jauh dari yang diharapkan.
Puskesmas SDR. Keadaan tersebut mem-
berikan dampak berupa kerugian materi bagi SIMPULAN
puskesmas karena tidak memberikan obat
kepada orang yang tepat. Penelitian ini dapat simpulkan bahwa
Kesalahan baca terjadi pada sediaan reliabilitas diagnosis malaria positif dan
darah yang baik dan kurang baik. Hasil ini negatif mikroskopis Puskesmas SDR, SLK
menunjukkan bahwa kesalahan bukan hanya dan TLW adalah; jelek, jelek dan sedang.
disebabkan faktor teknis persiapan darah saja Reliabilitas mikroskopis ketiga puskesmas
tetapi juga kemampuan mikroskopis walau- ini tidak dapat diterima.
pun sudah pernah mendapat pelatihan.

DAFTAR RUJUKAN

1. World Malaria Report 2008. Diakses Puskesmas Lembasada, dan Puskes-


dari:http://www.who.int/malaria/publica- mas Kulawi, Provinsi Sulawesi Tengah.
tions/atoz/9789241563697/en/index.html Jurnal Ekologi Kesehatan 2006;5(1):385-
tanggal 25 Juli 2009. 94.
2. Harijanto PN. Gejala klinik malaria. 6. Sri UB, Supriyanto S, Ekowatiningsih R.
Dalam Harijanto PN, penyunting. Malaria Gambaran kesepakatan hasil diagnosis
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi malaria mikroskopis di Kabupaten Pur-
Klinis dan Penanganan. Jakarta; EGC worejo, Jawa Tengah. Buletin Penelitian
2006. Kesehatan 2002;30(4):153-60.
3. Depkes RI, Direktorat Jendral Pemberan- 7. Tjokrosonto S. Disagreement in micros-
tasan Penyakit Menular dan Penyehatan copy in an estabilished malaria control
Lingkungan Pemukiman. Malaria: peme- program. Berkala epidemiologi klinik dan
riksaan parasit malaria secara mikrosko- biostatistika Indonesia 1994;1(1):13-6.
pik. DepKes RI 2004. 8. Tjitra E. Artemisinin combination therapy
4. Dinas Kesehatan Sumatera Barat. Mala- for malaria. Buletin Penelitian Kesehatan
ria di Sumatera Barat. Diakses dari www. 2005;32(2):53-61.
dinkes-sumbar.org. 2008 tanggal 20 De- 9. Ermawati. Kegiatan pemberantasan ma-
sember 2009. laria di kota Sawahlunto. Workshop be-
5. Chadijah S, Labatjo Y, Garjito TA, Wijaya rantas malaria dalam rangka Hari Malaria
Y, Udin Y.Efektifitas diagnosis mikrosko- Sedunia, Padang 25 April 2009.
pis malaria di Puskesmas Donggala, 10. Lemeshow S, Hoemer DW, Klar J, Lwan-

24
Nurhayati dkk, Uji Reliabilitas Diagnosis Mikroskopis Malaria Tenaga Laboratorium Puskesmas

ga SK. Adequacy of sample size in health 12. Wichmana O, Eggelte TA, Gellert S, et
studies. Geneva; WHO 1990. al. High residual chloroquine blood levels
11. Landis JR, Koch GG. The measurement in African children with severe malaria
of observer agreement for categorical seeking health care. Trans Royal Soc
data. Biometrics 1977;33:159-74. Trop Med Hyg 2007;101:637-42.

25

Anda mungkin juga menyukai