Abstrak
Pemeriksaan mikroskopis masih merupakan diagnosis pilihan untuk malaria karena mu-
dah dan murah, tetapi kesalahan diagnosis mikroskopik sangat sering terjadi karena kurang
keterampilan dan pengalaman pemeriksa. Penelitian ini bertujuan untuk menilai reliabilitas ha-
sil pemeriksaan mikroskopis malaria yang dilakukan oleh tenaga laboratorium pada tiga pus-
kesmas di daerah Sawahlunto; Sei Durian (SDR), Silungkang (SLK) dan Talawi (TLW). Desain
penelitian adalah cross sectional study. Populasi adalah mikroskopis yang terdapat pada ke-
tiga puskesmas tersebut. Reliabilitas dinilai dengan nilai Kappa yang ditetapkan dengan uji
kesepakatan hasil pemeriksaan dari 3 mikroskopis puskesmas dan satu mikroskopis standar.
Nilai Kappa yang diterima adalah 0,61-1. Reliabilitas diagnosis malaria vivax mikroskopis SDR
dan SLK tidak bisa dinilai karena jumlah malaria vivax sedikit, sedangkan reliabilitas diagnosis
mikroskopis TLW bernilai kurang (Kappa=0,253). Reliabilitas diagnosis falciparum mikrosko-
pis Puskesmas SDR, SLK, TLW berturut-turut adalah jelek, jelek dan kurang (Kappa 0,022;
0,006 dan 0,200). Sedangkan reliabilitas diagnosis mikroskopis malaria positif dan negatif
SDR, SLK dan TLW adalah berturut-turut jelek, jelek dan sedang (Kappa 0,024; 0,008 dan
0,442). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kompetensi ketiga mikroskopis tersebut
masih diragukan.
Kata kunci: reliabilitas, diagnosa, malaria, mikroskopis
Abstract
Microscopic test is still the best option for malaria diagnostic because of simple and
less expensive. However, fault in diagnosis frequently happen because of lack of skills and
experience. This study determined reliability of microscopic tests conducted by microscopists
in three public health centres in Sawahlunto; SDR, SLK, and TLW. This was a cross sectional
study. The reliability is determined by Kappa value which is stated by agreement test of 3
microscopists of the three public health centres and 1 standardized microscopist. The Kappa
value was 0,61-1. The reliability of malaria vivax microscopic tests of SDR and SLK could
not be determined because of small number of cases, and the reliability of TLW was fair. The
reliability of malaria falciparum microscopic tests of SDR, SLK and TLW were poor, poor and
fair (Kappa value 0,022; 0,006 and 0,200). The reliability based on positivity and negativity of
parasite existence were poor, poor and moderate (Kappa value 0,024; 0,008 and 0,442). This
study concluded that the competencies of microscopists in these three area were questionable.
Keywords: reliability, diagnosis, malaria, microscopist
Afiliasi penulis: Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Korespondensi: Selfi Renita
Rusjdi, Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Jl Perintis Kemerdekaan No. 94 PO BOX 49
Padang 25127, Email:drselfirenita_rusjdi@yahoo.co.id, Telp/HP: +6281363151969
20
Nurhayati dkk, Uji Reliabilitas Diagnosis Mikroskopis Malaria Tenaga Laboratorium Puskesmas
sangat signifikan bila dibandingkan dengan satu sampel dalam suatu periode tertentu,
empat tahun sebelumnya. Sejak Januari sehingga rancangan penelitian adalah cross
sampai pertengahan April 2009 telah tercatat sectional study.
kasus malaria sebanyak 143 orang.4 Penelitian telah dilakukan pada bulan
Bila diamati dari pencatatan tersebut, Juli-Oktober 2009. Lokasi penelitian yang
banyak hal yang bisa dicurigai sebagai dipilih adalah tiga puskesmas di wilayah Kota
faktor penyebab peningkatan kasus ma- Sawahlunto dengan kejadian malaria tertinggi
laria, salah satunya adalah kemampuan pada awal penelitian yaitu Puskesmas Sei
tenaga laboratorium puskesmas. Bisa ja- Durian (SDR), Puskesmas Silungkang (SLK)
di meningkatnya laporan kasus karena dan Puskesmas Talawi (TLW).
perhatian yang lebih serius dan karena Populasi penelitian ini adalah semua
ikutnya tenaga laboratorium propinsi untuk slide malaria yang dibuat dari tersangka
pemeriksaan malaria di daerah tersebut. penderita malaria dengan keluhan demam
Sejauh ini belum ada kegiatan atau program yang datang ke puskesmas semua umur,
yang mengevaluasi tenaga mikroskopis laki-laki dan perempuan.
puskesmas di Sumatera Barat termasuk
Kriteria inklusi ialah satu sampel ter-
mikroskopis puskesmas di Sawahlunto.9
diri dari dua jenis sediaan, yaitu sediaan da-
Penelitian ini bertujuan menilai reliabi- rah tebal dan sediaan darah tipis. Kriteria
litas diagnosis malaria secara mikroskopik esklusi ialah kedua sediaan rusak dan atau
oleh tenaga laboratorium puskesmas di da- kedua sediaan tidak memiliki bagian yang
erah endemik malaria Sawahlunto. Hasil pe- dapat dinilai. Besar sampel pada penelitian
nelitian ini akan bermanfaat untuk instansi ini menggunakan rumus Lemeshow et al,
terkait dalam kebijakan pemberantasan ma- 1990.10
laria karena kemampuan mikroskopis mala-
Dengan asumsi bahwa sensitifitas dan
ria sangat menentukan diagnosis dan pen-
spesifisitas hasil pemeriksaan mikroskopis
gobatan yang tepat.
95% dan 90%. Ketepatan absolut yang
diinginkan 5% serta Confidence interval
METODE 95%, Z1-a/2=1,645, maka jumlah sampel mi-
Ini adalah suatu penelitian uji diagnostik nimal sebesar 164 ditambah drop-out 10 %,
oleh dua atau lebih tenaga laboratorium pada sehingga menjadi 181.
Pemeriksa II
Total
Hasil positif Hasil negatif
Hasil positif A b N1
Pemeriksan I
Hasil negatif C d N2
Total N3 N4 N
Keterangan:
Nilaiobservasi = [(a + d )/N] x 100% = x %
Nilai yang diharapkan atas dasar kebetulan = [(N3 x N1)]/N + [(N4 x N2)]/N x 100 % = y %
N
Nilai aktual di luar dari kebetulan = (x-y)% = z %
Nilai potensial di luar dasar kebetulan = (100-y) %
Kappa= Nilai aktual di luar dari kebetulan = z/ (100-y)
Nilai potensial di luar dasar kebetulan
Uji reliabilitas diagnosis mikroskopis sertifikasi. Hasil ini dinyatakan dengan nilai
dilakukan dengan perhitungan nilai Kappa Kappa. Nilai Kappa yang dipakai merupakan
diantara hasil dua pemeriksa yaitu tenaga suatu tes diagnostik seperti yang dianjurkan
laboratorium puskesmas dan tenaga la- oleh Landis dan Koch.11
boratorium P2M Depkes yang telah mendapat
21
MKA, Volume 37, Nomor 1, April 2014 http://mka.fk.unand.ac.id/
Nilai Kappa yang dapat diandalkan untuk dipakai Tabel 3. Distribusi Slide Berdasarkan
adalah 0,61-1.
Spesies Plasmodium
Nama
HASIL DAN PEMBAHASAN Spesies
SDR SLK TLW Jumlah
Slide malaria yang dievaluasi pada P.falciparum 115 56 4 175
penelitian ini berjumlah 211 slide, masing- P.vivax 1 2 15 18
masing SDR 119 slide, SLK 63 slide dan
TLW 29 slide (tabel 3). Slide tersebut di- Parasit (-) 3 5 10 18
periksa oleh mikroskopis puskesmas de- Jumlah 119 63 29 211
22
Nurhayati dkk, Uji Reliabilitas Diagnosis Mikroskopis Malaria Tenaga Laboratorium Puskesmas
puskesmas TLW dengan standar bernilai jarnegara dan Purworejo hanya berkisar
kurang (Kappa = 0,253). Kesepakatan dalam 33,3%-41% dan 6,9-17,7%. Hasil negatif
diagnosis malaria falciparum mikroskopis palsu yang didapatkan dari penelitian ini
Puskesmas SDR, SLK, dan TLW dengan juga sangat tinggi yaitu mencapai 97% yang
standar secara berturut-turut adalah; jelek, berasal dari Puskesmas SLK, walaupun
jelek dan kurang (Kappa 0,022, 0,006 dan puskesmas SDR dan TLW mempunyai hasil
0,200). Bila reliabilitas dinilai hanya ber- negatif palsu 1-2%.
dasarkan diagnosis malaria positif dan ne-
gatif saja tanpa melihat spesiesnya, maka
Tabel 8. Penilaian Jenis Kesalahan Hasil
mikroskopis SDR, SLK dan TLW mendapat
Diagnosis Mikroskopis
nilai kurang, jelek dan sedang (Kappa 0,024,
0,008, 0,442) dapat dilihat pada tabel 7. SDR SLK TLW
Jenis
f (%) f (%) f (%)
Tabel 7. Reliabilitas Hasil Diagnosis Salah
1 (0,008) 0 1 (0,03)
Malaria Mikroskpis spesies
Positif 52 (0,44) 6 (0,21)
0
palsu
Reliabilitas SDR SLK TLW Negatif
1 (0,008) 61 (97) 2 (0,06)
0,442 palsu
D/ malaria Benar 65 (0,55) 2 (3) 20 (77)
0,024 0,008
(+) atau (-)
0,022 0,200 Jumlah 119 63 29
D/ malaria
0,006
falciparum
Tidak Kesalahan hasil baca terjadi antara
D/ malaria Tidak bisa
bisa 0,253 lain akibat kesalahan dalam melakukan
vivax dinilai
dinilai identifikasi spesies malaria, P.vivax disangka
sebagai P.falciparum atau sebaliknya. Ke-
Kesalahan baca sediaan yang dila- salahan lain adalah kesalahan baca po-
kukan adalah sebagai berikut: Salah iden- sitif palsu dan negatif palsu. Dari analisis,
tifikasi spesies SDR, SLK dan TLW masing- kesalahan lebih besar terjadi pada keadaan
masing 1 sediaan, tidak ada dan 1 sediaan. sediaan darah baik, terutama pada kesalahan
Kesalahan baca positif palsu 52 sediaan positif palsu dan negatif palsu.
(44%), tidak ada dan 6 sediaan 0,21%). Hal yang sangat merugikan yang
Kesalahan baca negatif palsu 1 sediaan terjadi pada kesalahan identifikasi spesies
(0,008%), 61 sediaan (97%) dan 2 sediaan adalah kesalahan pemberian obat yang tidak
(0,06%). Jumlah pemeriksaan yang benar sesuai dengan spesies parasit malaria. Jika
adalah SDR 65 sediaan (55%), SLK 2 sedia- seseorang menderita malaria falciparum tapi
an (3%) dan TLW 20 sediaan (77%). Dari didiagnosis sebagai malaria vivax, maka
tabel 7 dan 8 terlihat TLW bernilai lebih baik penderita ini akan diterapi dengan klorokuin
dibanding yang lain. dan primakuin.
Kesepakatan hasil diagnosis yang di- Pengobatan ini tidak akan menyembuh-
dapat pada penelitian ini sangat kurang kan pasien karena P.falciparum sudah resis-
bila dibandingkan dengan hasil penelitian di ten dengan klorokuin.12 Puskesmas juga akan
tempat lain seperti penelitian di Banjarnegara mengalami kerugian karena memberikan
mendapatkan reliabilitas diagnosis malaria obat yang tidak perlu seperti primakuin.
falciparum dan malaria vivax berkisar se- Hal yang sama juga akan terjadi pada
dang-baik. penderita malaria vivax yang didiagnosis se-
Penelitian di Purworejo mendapatkan bagai malaria falciparum yang yang hanya
sedang-baik sedangkan penelitian ini men- diberikan obat golongan skizontosida darah
dapatkan hasil kurang-jelek. Penelitian ini saja. Pasien penderita malaria vivax ini tidak
juga terdapat hasil positif palsu yang tinggi akan sembuh dan akan terjadi relaps karena
mencapai 44%, sedangkan penelitian Ban- seharusnya pasien mendapat pengobatan
23
MKA, Volume 37, Nomor 1, April 2014 http://mka.fk.unand.ac.id/
berupa skizontosida darah dan skizontosida Ditinjau dari segi Sumber Daya
jaringan.2 Manusia (SDM) mikroskopis terlihat bahwa
Kesalahan negatif palsu merupakan mikroskopis SLK yang bekerja selama 2
kesalahan yang terbanyak dilakukan oleh tahun, tamatan SMAK, meski telah men-
mikroskopis SLK. Hal tersebut bisa berakibat dapat pelatihan tetapi tidak mempunyai
fatal karena pasien tidak mendapat obat kemampuan mendiagnosis malaria, hal
sedangkan penyakit terus berlanjut, bah- tersebut terlihat dari nilainya yang rendah
kan malaria falciparum yang berat bisa dibandingkan nilai mikros-kopis lain. Ren-
menyebabkan komplikasi malaria serebral dahnya kemampuan tersebut diperburuk
yang berakhir dengan kematian. Meskipun dengan tidak tersedianya buku panduan
tidak jatuh ke keadaan malaria serebral, standar yang dimiliki.
pasien tetap akan dirugikan secara materi Sementara Mikroskopis TLW memiliki
karena sakit yang lama akan mengurangi kemampuan yang lebih baik dibandingkan
produktifitas kerja sehingga akan meng- dengan yang lain. Keadaan ini didukung oleh
akibatkan berkurangnya pendapatan bahkan masa kerja yang paling lama dari yang lain,
hilangnya mata pencaharian. Parasit yang sehingga pengalaman untuk mendiagnosis
tidak termusnahkan dari tubuh penderita ini malaria lebih banyak. Namun demikian
akan beresiko untuk menular ke orang lain. secara umum kemampuan mikroskopis
Kesalahan positif palsu merupakan ketiga puskesmas ini untuk membaca
kesalahan yang terbanyak dilakukan oleh sediaan jauh dari yang diharapkan.
Puskesmas SDR. Keadaan tersebut mem-
berikan dampak berupa kerugian materi bagi SIMPULAN
puskesmas karena tidak memberikan obat
kepada orang yang tepat. Penelitian ini dapat simpulkan bahwa
Kesalahan baca terjadi pada sediaan reliabilitas diagnosis malaria positif dan
darah yang baik dan kurang baik. Hasil ini negatif mikroskopis Puskesmas SDR, SLK
menunjukkan bahwa kesalahan bukan hanya dan TLW adalah; jelek, jelek dan sedang.
disebabkan faktor teknis persiapan darah saja Reliabilitas mikroskopis ketiga puskesmas
tetapi juga kemampuan mikroskopis walau- ini tidak dapat diterima.
pun sudah pernah mendapat pelatihan.
DAFTAR RUJUKAN
24
Nurhayati dkk, Uji Reliabilitas Diagnosis Mikroskopis Malaria Tenaga Laboratorium Puskesmas
ga SK. Adequacy of sample size in health 12. Wichmana O, Eggelte TA, Gellert S, et
studies. Geneva; WHO 1990. al. High residual chloroquine blood levels
11. Landis JR, Koch GG. The measurement in African children with severe malaria
of observer agreement for categorical seeking health care. Trans Royal Soc
data. Biometrics 1977;33:159-74. Trop Med Hyg 2007;101:637-42.
25