2.2.2 Batuan Sedimen Non Klastik
2.2.2 Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen yang terbentu dari hasil reaksi kimia atau bisa juga hasil kegiatan organisme.
Batuan karbonat merupakan salah satu jenis batuan sedimen non klastik. Seacara definisi,
batuan karbonat adalah batuan yang mengandung mineral karbonat lebih dari 50 %. Mineral
karbonat sendiri terdiri dari gugusan Co2-3 dan satu atau lebih kation. Jenis yang paling umum
adalah kalsit (Ca Co3), yang merupakan komponen utama menyusun batugamping. Batuan
karbonat menyusun 10% sampai 20% dari seluruh bnatuan sedimen yang ada dipermukaan
bumi ini. Meskipun batuan karbonat secara volumetrik lebih kecil dibandingkan dengan
batuan sedimen silisiklastik, tetapi tekstur, struktur dan posil yang terkandung didalam batuan
karbonat dapat memberikan informasi yang cukup penting mengenai lingkungan laut purba,
Secara umum batuan karbonat diklasifikasikan atas dua macam yaitu: klasifikasi diskritif dan
didasarkan pada sifat-sifat batuan yang dapat diamati dan dapat ditentukan secara langsung,
seperti fisik, kimia, biologi, mineralogi dan tekstur. Klasifikasi genetik merupakan klasifikasi
yang menekan kan pada asal usul batuan daripada sifat-sifat batuan secara diskritif.
Dari tekstur tersebut akan memberikan pengertian mengenai proses sedimentasi dan digenesa
mengendapkannya.
- Adanya massa dasar diantara butir-butir menunjukkan tingkat efektivitas energi mekanis
- Sifat kehaburan memberikan gambaran tentang proses-proses diagenesa yang telah dialami
Secara umum dari tekstur batuam karbonat diharapkan dapat digunakan untuk menafsirkan
lingkungan pengendapannya.
Dlam pendiskripsian batuan karbonat didasarkan pada hal-hal sebagai berikut, yaitu :
1. Butiran/kerangka
2. Semen
3. Massa dasar
4. Ukuran Butir
5. Bentuk Butir
6. Porositas
1. Besar Butir
- floatstones
- Klasifikasi/skala Wenthworth :
8,0 mm ...............................................................
Breccia
4,0 mm Conglomerat
2.0 mm ...............................................................
1.0 mm ...............................................................
coarse-grained
0,5 mm ...............................................................
Medium-grained
0.25 mm ...............................................................
Fine-grained
0.125 mm ...............................................................
Very Fine-grained
0.00625 mm ...............................................................
coarsely micrograined
0.0312 mm ...............................................................
Finely micrograined
0.004 mm ...............................................................
0.002 mm Cryptograined
0.01 mm
2. Bentuk Butir
- Cangkang-cangkang yang utuh/fragman kerangka yang utuh atau bekas pecahan jelas.
- Hasil/terabrasi/bundar.
- speroidal
- ooid, dsb
- Hemispherical
- Domal
- Irregular
- Columnar, globular, bulbous
- Delicate branching
- Tabular
- Binding Laminated.
3. Butiran/kerangka
bangunan yang tak lepas, sebagai proses alamiah dari organisme dan membentuk
f. Intraklastik (fragmen non organik), dibentuk ditempat atau ditranspor sebagai hasil
oolit, pisolite.
4. Semen
- Sukar dibedakan dengan kalsit hasil rekristalisasi yang biasanya lebih halus dan
disebut microspar.
- Merupakan butir-butir halus dari karbonat yang mengisi rongga-rongga dan terbentuk pada
waktu sedimentasi.
- biasanya berukuran sangat halus, sehingga bentuk-bentuk kristal tidak dapat diidentifikasi.
b. merupakan hasil abrasi dari gamping yang telah terbentuk. Misalnya koral, algae dierosi dan
abrasi oleh pukulan-pukulan gelombang dan merupakan tepung kalsit, dimana tepung kalsit
itu membentuk lumpur (Lime mud) dan umumnya diendapkan didaerah yang tenang.
6. Porositas
- Terumbu
- Porositas antar partikel, antar cangkang, dalam cangkang/kerangka oolit, antar butir bioklas)
- Sedimentasi kompelatif, (fosil terjebak dalam lumpur gamping, jika pengendapan bioklas
sedimentasi selesai, seperti oleh pelarutan, retakan-retakan oleh aktivitas organik, antara lain :
- Saluran (channelling)
- Gerowong (vug)
- Retakan desikasi/breksi
- Stuktur masiv, tidak berlapis atau perlapisan buruk yang terlihat hanya dari jauh atau
laminasi yang tidak sejajar dengan perlapisan dimana laminasinya sering keriput dan disebut
kerangka pengerakan.
Pada tipe ini menggunakan klasifikasi Ebrie dan klovan (1975), terutama kerangka
yang berasosiasi dengan terumbu. Dimana pengklasifikasian berdasarkan pada kehadiran
lumpur karbinat diantara kerangka atau pecahan-pecahan kerangka, yaitu :
a. Frame Stone
Batuan ini terdiri seluruhnya dari kerangka organik, seperti koral, bryzoa, ganggang,
kehadiran matrik kurang sekali (< 10 %) dan ruang antar kerangka makin kosong atau
disemen oleh spary calcite.
b. Bindstone
Batuannya terdiri dari kerangka ataupun pecahan-pecahan kerangka organik, seperti koral,
bryozoa, dan sebagainya, tetapi telah diikat kembali oleh kerak-kerak lapisan (encrustation)
gamping yang dikeluarkan oleh ganggang merah, dan sebagainya. Batu an ini juga
digolongkan Bounstone (Dunham, 1962)
c. Beffestone
Batuan terdiri dari kerangka organik, seperti koral (misalnya jenis branching coral), sering
dalam posisi tumbuh berdiri (growth Position) dan diselimuti oleh lumpur gamping.
Kerangka organiknya berperan sebagai beffle yang menjebak lumpur gamping.
d. Floatstone
Batuan yang terdiri dari potongan – potongan kerangka organik (misalnya dari branching
coral) yang mengambang dari lumpur karbonat (matrik). Jenis gamping ini sulit digolongkan
dalam gamping kerangka apabila Bounstone, tetapi jelas masih berasosiasi dengan gamping
kerangka.
e. Rudstone
Batuan ini termasuk jenis gamping klastik yang sangat kasar sebagai hasil rombakan suatu
gamping kerangka dan terkumpul setempat atau ditransportasi oleh gaya berat.
Gambar 2.8. Gambar sketsa batugamping kerangka Embry & Klovan (1971)
Terdiri dari butiran-butiran berukuran butir < 0,005 mm, tidak dapat diketahui dengan jelas
halus.
Biasanya kaya akan zat organik dan diacak-acak binatang, sehingga tidak memperlihatkan
perlapisan.
- Gamping kristalin berukuran besar tidak dibentuk secara langsung dari pengendapan tetapi
biasanya dari hasil rekristalisasi dari gamping yang lain, dan gamping klastik ataupun
- Gamping kristalin yang kasar ada yang diendapkan secara langsung dalam asosiasinya
- Cara pembentukan dolomit dapat berupa pengendapan langsung, pengendapan dalam pori-
- Syarat dalam pembentukan dolomit harus terjadi konsentrasi Mg/Ca dengan rasio 5 : 1
2.2.2.1.3. Kesimpulan
Batuan karbonat merupakan salah satujenis batuan sedimen non klastik. Seacara
definisi, batuan karbonat adalah batuan yang mengandung mineral karbonat lebih dari 50 %.
Mineral karbonat sendiri terdiri dari gugusan Co2-3 dan satu atau lebih kation. Jenis yang
Sdimen Silika merupakan salah satu jenis batuan sidemen non klastik dimana disusun
oleh mineral mineral silika yang berbentuk dari proses kimiawi maupun biologis. Silikat
dapat diendapkan dari larutan, baik oleh evaporasi maupun oleh kegiatan organisme-
organisme yang hidup. Deposit ini mempunyai arti yang penting dan sangat menarik,
terutama yang biogenik. Komposisi dari batuan sedimen silika ini dapat berupa kuarsa
(kristal silikat murni), chalsedom (mikro fibrous dari kuarsa) dan opal (non kristalin silikat
2. porositas, tidak semua batuan sedimen silika memiliki porositas. Porositas pada
3. struktur, pada batuan sedimen silika teksturnya hampir sama dengan sedimen klastik.
ketebalan < 0.3 cm - < 1 cm, cross lamination, graded bedding dan masisve
(structureles).
4. komposisi batuan pada sedimen silika adalah dominan mineral silika yang berasal dari
1. Chert adalah batuan afanitik yang terdiri dari cryptocrysstalline sillikat atau oval atau kedua-
duanya. Yang dominan mikrofibrous chalsedon. Warna putih coklat muda, abu-abu sampai
hitam, kuning, merah dan coklat, kekerasan 7, pecahan concoidal. Terdapat sebagai masa
dalam gumpalan-gumpalan kecil atau merupakan lapisan yang tebal dan tersebar luas.
Meskipun kebanyakan lapisan-lapisan chert kelihatan masif tetapi memiliki cros laminated
dan graded bedding. Beberapa lapisan rijang berasosiasi dengan pillow lava dan sebagian
berasosiasi dengan komplek opihiolit (batuan beku basa – ultra basa), meskipun yang lain
terbentuk secar bertahap tidak dengan asosiasi vulkanik. Rijang yang nodular umumnya
dalam batugamping dan beberapa batuan laing yang terbentuk dari hasil replacement pada
saat diagenesa. Nodular dapat berupa kalsit, dolomit, siderite, pyrit, kuarsa dan collophone.
2. Diatomea merupakan variasi dari batuan sedimen silika yang terbentuk pada daerah terbuka
seperti danau dan laut. Komponen penyusun utama mineral silika yang berasal dari
material autogenik (bukan hasil transportasi). Batuan ini berwarna mulai putih, kuning
muda, coklat dan abu-abu. Sangat ringan dan merupakan kumpulan dari shel-shel diatomea
yang mikroskopis.
2.2.2.2.3. Kesimpulan
Sedimen Silika merupakan salah satu jenis batuan sidemen non klastik dimana
disusun oleh mineral mineral silika yang berbentuk dari proses kimiawi maupun biologis.
Silikat dapat diendapkan dari larutan, baik oleh evaporasi maupun oleh kegiatan organisme-
organisme yang hidup. batuan sedimen silika memiliki tekstur yaitu micrograined. Porositas
pada batuan ini adalah porositas primer dan porositas skunder. Komposisi dari batuan
sedimen silika ini dapat berupa kuarsa (kristal silikat murni), chalsedom (mikro fibrous dari
kuarsa) dan opal (non kristalin silikat yang mengandung molekul air).
2.2.2.3. Batuan Sedimen Batubara
Batubara digolongkan pada batuan sedimen non-klastik, yaitu batuan sedimen
organik. Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhan,
berwarna coklatsampai hitam, yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia
yang akan mengakibatkan pengkayaan kandungan karbonnya.
Berdasarkan rumpun tumbuhan pembentuk, dikenal ada 4 tipe rawa, yaitu :
1. Rawa daerah terbuka dengan tumbuhan air (in part submerged )
2. Open reed swamp, sering disebut dengan sedges
3. Forest Swamp
4. Moss Swamp
Tipe Pengendapan
Dikenal ada dua tipe pengendapan batubara, yaitu :
1. Tipe Autochtonous, dimana material pembentuk batubara berasal dari cekungan atau material
penyusun bukan dari hasil dari transportasi. Hampir semua batubara yang terkenal berasal
dari type pengendapan ini, dimana lapisan batubarnya tebal.
2. Tipe Allochtonous, biasanya berupa detritus halus dengan mineral tinggi dan lapisan yang
tipis. Terbentuk dari proses penghancuran gambut menjadi detritus halus dan terendapkan
kembal.
Lingkungan Pengendapan
1. Telmatis/Terestial, menghasilkan gambut yang tidak terganggu dan tumbuhan disitu
2. Limnis/Subaaquatik, terendapkan di bawah lingkungan rawa danau, batubara yang
terendapkan di bawah lingkungan telmatis dan limnis, karena pada saat forest swamp
biasanya ada di bawah air.
3. Payau/Marine, dicirikan oleh kaya akan unsur abu, S dan N, mengandung fosil laut.
4. Lingkungan kaya Ca (Ca-rich), yakni batubara yang dihasilkan mempunyai kesamaan
dengan jenis Marine.
2.2.2.3.1. Tahap Pendiskripsian
1. Tekstur batuan sedimen batu bara memiliki tekstur yaitu micrograined.
2. porositas, batuan sedimen batubara memiliki porositas primer dan porositas skunder.
3. Struktur, pada batuan sedimen batubara teksturnya hampir sama dengan sedimen klastik.
Yaitu bedded (perlapisan) dengan ketebalan antara 1 cm – 3 cm, laminasi dengan ketebalan <
0.3 cm - < 1 cm, cross lamination, graded bedding dan masisve (structureles).
4. Komposisi batuan pada sedimen batubara adalah dominan yang berasal dari organik.
2.2.2.3.2. Kesimpulan
Batubara digolongkan pada batuan sedimen non-klastik, yaitu batuan sedimen
organik. Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhan,
berwarna coklatsampai hitam, yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia
yang akan mengakibatkan pengkayaan kandungan karbonnya.
Dikenal ada dua tipe pengendapan batubara, yaitu Tipe Autochtonous dan Tipe
Allochtonous.