Anda di halaman 1dari 15

Pengaruh Psikoedukasi Terhadap Motivasi Untuk Sembuh

Pada Pengguna NAPZA Masa Rehabilitasi


Di Yayasan Sekata Samarinda
Resti Nadiyanti 1, Edy Mulyono 2, Amin Huda Nur Arif 3

ABSTRAK

Latar Belakang: NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) merupakan bahan
atau zat serta obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh
terutama otak atau sususnan saraf pusat. Salah satu upaya yang umumnya dilakukan ketika
seseorang melakukan penggunaan NAPZA adalah memasukkan individu tersebut ke suatu
wadah rehabilitasi. Ketika masuk ke rehabilitasi individu dihadapkan dengan berbagai
macam program untuk membantu individu sembuh dari ketergantungannya. Salah satu
program untuk membantu individu sembuh dari ketergantungannya ialah psikoedukasi. Oleh
sebab itu, pengguna NAPZA diperlukan memiliki motivasi untuk sembuh yang tinggi. Tujuan
penelitian ini mengetahui pengaruh psikoedukasi terhadap motivasi untuk sembuh pada
pengguna NAPZA pada masa rehabilitasi.
Metode: Jenis penelitian pre-eksperimen dengan pendekatan one group pre-test dengan
post-test. Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna NAPZA masa rehabilitasi di
Yayasan Sekata Samarinda. Dengan sampel sebanyak 29 orang dengan menggunakan
Total Sampling. Analisis digunakan adalah Wilcoxon, adapun hasil penelitian ini adalah nilai
ρ value 0,000 < 0,05.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh psikoedukasi terhadap motivasi untuk sembuh pada
pengguna NAPZA masa rehabilitasi di Yayasan Sekata Samarinda. Penelitian ini diharapkan
bagi pihak Yayasan Sekata dapat melakukan psikoedukasi secara mandiri dengan
mengundang pakar konseling untuk meningkatkan motivasi untuk sembuh pada pengguna
NAPZA.

Kata kunci : NAPZA, rehabilitasi, psikoedukasi, motivasi untuk sembuh

ABSTRACT

Background: drugs (narcotics, psychotropic and addictive substances etc.) is a substance


or substances and drugs when enters the body will affect the body, especially the brain or
central nervous system. One of the efforts is generally performed when someone does drug
use is the individual entering into a container of rehabilitation. When entering into
rehabilitation of individuals faced with a wide variety of programs to help individuals recover
from dependence. One of the programs to help individuals recover from dependence is
psychoeducation. Therefore, the required drug users have a high motivation to recover. The
purpose of this study to determine the effect of psychoeducation motivation to recover on
drug users in rehabilitation period.
Method: research type Pre-experimental with the approach of one group pre-test to post-
test.The population in this study is the rehabilitation of drug users in Samarinda Sekata
Foundation. With a sample of 29 people using TotalSampling.The analysis used was
Wilcoxon,while the results of this research is the value of ρ value 0,000 <0,05.
Conclusion:There is the influence of psycho-education to recover the motivation for the
rehabilitation of drug users in Samarinda Sekata Foundation. This study is expected for the
Foundation Sekata can do psychoeducation independently by inviting expert counseling to
increase motivation to recover on drug users.

Keywords: drugs, rehabilitation, psycho-education, motivation to recover


PENDAHULUAN tersebut sama dengan 3,6-6,9% dari

Berbagai macam masalah muncul dan populasi orang dewasa di dunia. Menurut

semakin banyak dijumpai pada zaman World Health Organization (WHO) Pada
tahun 2012, terdapat sekitar 162-324 juta
globalisasi saat ini. Memasuki era globalisasi
orang di dunia yang berusia antara 15-64
ini, Indonesia menghadapi persoalan yang
tahun yang pernah mengonsumsi narkoba.
berarti sebagai konsekuensi hebatnya
Diketahui bahwa penyalahgunaan narkotika
pengaruh globalisasi di segala bidang,
dari tahun ke tahun prevalensinya terus
bukan saja dalam masalah politik, ekonomi,
sosial budaya, lingkungan hidup serta meningkat. Hasil survei yang dilakukan oleh

masalah keamanan yang akan menghadapi BNN (Badan Narkotika Nasional) dan
Puslitkes (Pusat Penelitian Kesehatan) UI
tantangan yang berat akan tetapi juga dalam
masalah khusus seperti misalnya masalah tahun 2008 diperoleh angka prevalensi
mencapai 1,9% dan pada tahun 2011
penggunaan NAPZA (Narkotika,
meningkat hingga 2,2% atau lebih kurang 4
Psikotropika dan Zat Adiktif lainya) (Putra,
juta penduduk Indonesia usia 10 sampai
2011).
dengan 60 tahun sebagai penyalah guna
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lain) merupakan bahan atau zat serta narkotika. Pada tahun 2011 data dari

obat yang bila masuk kedalam tubuh UNODC (United Nation Office on Drugs and
Crime) diperkirakan bahwa antara 167 juta
manusia akan mempengaruhi tubuh
terutama otak atau sususnan saraf pusat, sampai 315 juta atau 3,6% sampai dengan

sehingga menyebabkan gangguan 6,9% penduduk dunia usia 15-64 tahun


menggunakan narkotika minimal sekali
kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya
dalam setahun. Perlu kita waspadai
karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi)
meningkatnya narkotika jenis baru (New
serta ketergantungan (depedensi) terhadap
Psychoactive Substances, NPS) di dunia,
NAPZA (BNN, 2004).
Orang yang menggunakan atau dimana saat ini terdapat 354 jenis NPS dan

menyalahgunakan narkotika dan dalam di Indonesia ditemukan 29 NPS (Kemenkes

keadaaan ketergantungan pada narkotika, RI, 2014).


Data dari Badan Narkotika Nasional
baik secara fisik maupun psikis disebut
pecandu atau pengguna (BNN, 2011). Provinsi (2016) menunjukkan penyalahguna
NAPZA di Kalimantan Timur sebanyak 1.798
Berdasarkan data dari World Drug
orang dan di Samarinda 121 orang.
Report (WDR) tahun 2016, terdapat 167
Permasalahan penyalahgunaan NAPZA
hingga 315 juta orang yang berusia 16-64
mempunyai dimensi yang luas dan
tahun diperkirakan telah menggunakan zat
terlarang tersebut pada tahun 2011. Angka kompleks, baik dari sudut medik, psikiatrik,
kesehatan jiwa, maupun psikososial. Dari program untuk membantu individu sembuh
sekian banyak permasalahan yang dari ketergantungannya. Rehabilitasi
ditimbulkan sebagai dampak penyalah merupakan bukan sekedar memulihkan
gunaan NAPZA adalah antara lain, merusak kesehatan si pemakai, melainkan
hubungan kekeluargaan, menurunkan memulihkan serta menyehatkan seseorang
kemampuan belajar dan produktivitas kerja secara utuh dan menyeluruh (Somar, 2011).
secara drastis, ketidakmampuan untuk Salah satu program untuk membantu
membedakan mana yang baik dan yang individu sembuh dari ketergantungannya
buruk. Mereka yang mengkonsumsi NAPZA ialah psikoedukasi. Psikoedukasi merupakan
akan mengalami gangguan mental dan suatu bentuk pendidikan ataupun pelatihan
perilaku, sebagai akibat terganggunya terhadap seseorang dengan gangguan
sistem neuron transmitter (zat kimia diotak psikiatri yang bertujuan untuk proses
yang menghubungkan informasi antar sel treatment dan rehabilitasi. Psikoedukasi
saraf), maka dapat mengakibatkan tidak hanya bertujuan untuk treatment tetapi
terganggunya fungi kognitif (alam pikiran), juga rehabilitasi. Ini berkaitan dengan
afektif (perasaan) dan perilaku (Hawari, mengajarkan seseorang mengenai suatu
2009 dalam Putra, 2011). masalah sehingga mereka bisa menurunkan
Meningkatnya populasi penyalahguna stres yang terkait dengan masalah tersebut
narkotika membuat pemerintah perlu dan mencegah agar masalah tersebut tidak
mengambil langkah yang tepat untuk terjadi kembali. Psikoedukasi juga
menurunkan jumlah penyalah guna dan didasarkan pada kekuatan partisipan dan
menyelamatkan penyalahguna narkotika. lebih fokus pada saat ini dan masa depan
Upaya tersebut ditindak lanjuti dengan daripada kesulitan-kesulitan di masa lalu
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 35 (Bordbar & Faridhosseini, 2010 dalam
Tahun 2009 tentang Narkotika yang Raudhoh, 2011).
mengamanatkan pencegahan, perlindungan, Penelitian sebelumnya yang dilakukan
dan penyelamatan bangsa Indonesia dari oleh Rahayu (2011) dengan berjudul
penyalahgunaan narkotika serta menjamin pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap
pengaturan upaya rehabilitasi medis dan dukungan psikososial keluarga pada
sosial bagi penyalah guna dan pecandu anggota keluarga dengan penyakit kusta di
narkotika, pada Pasal 54 disebutkan bahwa Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini
“korban penyalah guna dan pecandu menunjukkan ada perbedaan signifikan
narkotika wajib direhabilitasi” (Kemenkes RI, dukungan psikososial keluarga sebelum dan
2014). Ketika masuk ke rehabilitasi individu setelah diberikan psikoedukasi keluarga
dihadapkan dengan berbagai macam pada kelompok intervensi.
Kehidupan seseorang yang terjebak METODE PENELITIAN
dalam belenggu NAPZA sekeras apapun Jenis penelitian, Populasi dan Sampel
pengguna NAPZA berusaha sepenuhnya Jenis penelitian yang digunakan
untuk sembuh, dalam penyembuhannya adalah penelitian pre-eksperimental dengan
mereka berusaha melawan keinginannya rancangan one group pre-test dan pos-test
untuk menggunakan NAPZA kembali, badan desain. Rancangan penelitian yang
berkeringat, menggigil, sendi terasa sakit, dilakukan mengambil sampel dari populasi
rasa bosan dipanti rehabilitasi, selain itu yang ada, kemudian dilakukan pre-test
pengguna NAPZA selalu mendapat stigma kepada responden terlebih dahulu. Setelah
negatif dan dicap sebagai sampah mendapat hasil pre-test, dilakukan intervensi
masyarakat selalu melekat dalam diri pada responden menyampaikan
pengguna NAPZA. Stigma negatif itu yang psikoedukasi. Setelah itu dilakukan post-test
akhirnya kembali membuat seorang mantan pada responden untuk mengetahui pengaruh
pengguna NAPZA kembali terpuruk. psikoedukasi yang diberikan.
Perasaan kesendirian, tak punya kawan, Populasi penelitian adalah pengguna
membuat mereka kembali terbenam dalam NAPZA di Yayasan Sekata Samarinda
gemilang NAPZA. Hanya segelintir mantan berjumlah 29 orang.
pengguna yang berhasil menata kembali Sampel merupakan bagian dari jumlah
hidupmya walau harus lewat perjuangan dan karateristik yang dimiliki populasi
keras dan berliku. Oleh sebab itu, pengguna tersebut (Sugiyono, 2012). Sampel pada
NAPZA diperlukan memiliki motivasi untuk penelitian ini yaitu berjumlah 29 orang
sembuh yang tinggi (Putra, 2011). pengguna NAPZA masa rehabilitasi di
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Yayasan Sekata Samarinda.
Yayasan Sekata Samarinda dengan 3 Pengambilan sampel pada penelitian
residen pada 06 Maret 2017 berhasil saya ini menggunakan teknik Total Sampling yaitu
wawancara mengatakan bahwa residen teknik pengambilan sampel bila semua
belum termotivasi untuk sembuh dari anggota populasi digunakan sebagai sampel
ketergantungan NAPZA. (Sugiyono, 2012).
Melihat dari data diatas peneliti tertarik Pengumpulan data
ingin meneliti tentang pengaruh Pengumpulan data dilakukan dengan
psikoedukasi terhadap motivasi untuk menggunakan kuesioner dengan
sembuh pada pengguna NAPZA masa menggunakan pertanyaaan-pertanyan terkait
rehabilitasi di Yayasan Sekata Samarinda. dengan penelitian, dimana pertanyaan
tersebut mengacu pada konsep atau teori
yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka.
Kueisioner motivasi untuk sembuh e. Cleaning
menggunakan skala Likert. Pengolahan data Pengecekan kembali data yang
dilakukan dengan : sudah dimasukkan untuk menentukan
a. Editing ada atau tidaknya kesalahan.
Editing adalah upaya untuk
memeriksa kembali kebenaran data Analisa Data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada 1. Analisa Univariat
penelitian ini setelah data terkumpul Tujuan analisis univariat adalah
peneliti memeriksa kelengkapan data, untuk menjelaskan dan
memeriksa kesinambungan data, dan mendeskripsikan setiap variabel
memeriksa keseragaman data. Data berdasarkan karakteristiknya masing-
yang didapat pada saat penelitian sudah masing (Notoatmodjo, 2012). Data yang
sesuai dan lengkap. dinilai adalah mean (rata-rata), dan
b. Coding median, sedangkan ukuran sebaran
Coding merupakan kegiatan (Variasi) yang digunakan adalah range,
mengubah data berbentuk huruf menjadi standar deviasi, minimal dan maksimal.
data berbentuk angka atau bilangan 2. Analisis bivariat
(memberi kode). Kegiatan ini bertujuan Analisis bivariat dilakukan terhadap
untuk memudahkan dalam pengelolaan dua variabel yang dicurigai
data khususnya pada saat memasukan berhubungan. Dalam analisis bivariat
(entry) data.Teknik ini dilakukan dengan dilakukan analisis dengan
memberikan tanda pada masing-masing membandingkan dua variabel yang
jawaban dengan kode berupa angka bersangkutan, kemudian dilakukan
numerik. analisis uji statistik dan menganalisis
c. Processing (Entry Data) keeratan korelasi antara dua variabel
Memasukkan data-data yang telah (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian
diisi/dijawab oleh responden ke dalam ini analisis bivariat dilakukan untuk
computer. mengetahui pengaruh psikoedukasi
d. Tabulasi terhadap motivasi untuk sembuh
Data hasil pengkodean dan dengan menggunakan uji wilcoxon. Uji
scoring yang telah dikelompokkan wilcoxon menggunakan tingkat
sesuai dengan tujuan penelitian kepercayaan 95%, uji wilcoxon
selanjutnya dimasukkan dalam tabel digunakan karena uji normalitas yang
yang telah disiapkan. dilakukan dengan Shapiro-Wilk
didapatkan data tidak berdistribusi
normal. Uji Shapiro-Wilk dianggap 2. Motivasi untuk sembuh sesudah
efektif ketika jumlah sampel yang dimiliki diberikan psikoedukasi
kurang dari 50. Sama halnya sebelum diberikan
Uji wilcoxon berfungsi untuk menguji psikoedukasi yaitu motivasi untuk
perbedaan antar data berpasangan, sembuh diukur terlebih dahulu, begitu
menguji komparasi antar 2 pengamatan pula setelah diberikan psikoedukasi
sebelum dan sesudah. kembali diukur agar bisa melihat
perbedaan antara motivasi untuk
HASIL PENELITIAN sembuh sebelum diberikan
A. Uji Univariat psikoedukasi dan setelah dilakukan
1. Motivasi untuk sembuh sebelum psikoedukasi. Kemudian data diolah
diberikan psikoedukasi untuk melihat frekuensi motivasi
Sebelum diberikan untuk sembuh setelah diberikan
psikoedukasi maka peneliti mengukur psikoedukasi pada residen.
dahulu motivasi untuk sembuh pada Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden
residen. Dari hasil ukur tersebut data Motivasi untuk sembuh sesudah

diolah untuk melihat frekuensi diberikan psikoedukasi (n=29)

motivasi untuk sembuh sebelum


diberikan psikoedukasi.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden
motivasi untuk sembuh sebelum Berdasarkan tabel 4.2 di atas,
diberikan psikoedukasi (n=29) di dapatkan distribusi frekuensi
responden yang memiliki motivasi
tinggi dari 29 responden sesudah
diberikan psikoedukasi sebanyak 29
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, di orang (100%) sedangkan yang

dapatkan distribusi frekuensi responden yang memiliki motivasi

responden yang memiliki motivasi rendah sebanyak 0 orang (0%) atau


tinggi dari 29 responden sebelum tidak ada responden yang memiliki
diberikan psikoedukasi sebanyak 10 motivasi untuk sembuh setelah
orang (34,5%) sedangkan yang diberikan psikoedukasi.

responden yang memiliki motivasi B. Uji Bivariat

rendah sebanyak 19 orang (65,5%). Pengaruh psikoedukasi


terhadap motivasi untuk sembuh
pada pengguna NAPZA masa
rehabilitasi di Yayasan Sekata kesembuhan pada pengguna NAPZA (Putra,
Samarinda. 2011).
Tabel 4.3 Hasil analisis uji Wilcoxon Motivasi berasal dari kata latin
movere yang berarti dorongan atau daya
penggerak. Motivasi ini hanya diberikan
kepada manusia. Motivasi mempersoalkan
bagaimana caranya mendorong gairah
aktivitas seseorang agar mereka mau
Tabel 4.3 menunjukkan
bekerja keras dengan memberikan semua
perbandingan motivasi untuk sembuh
kemampuan dan ketrampilanya untuk
sebelum diberikan psikoedukasi
mewujudkan suatu tujuan. Pengertian
dengan median 25 dengan nilai
sembuh menurut kamus besar bahasa
minimum-maksimum yaitu 24-47 dan
indonesia (KBBI, 2005) mendefinisikan
sesudah psikoedukasi dengan median
sembuh sebagai pulih menjadi sehat
82 dengan nilai minimum-maksimum
kembali. Motivasi untuk sembuh merupakan
yaitu 82-84. Jadi, nilai beda mean
suatu dorongan yang disadari yang dapat
sebesar 57. Hasil Uji Wilcoxon
membangkitkan, mengarahkan, dan
dengan 𝛼 = 0,05 mendapatkan nilai
mengorganisasikan perilaku individu untuk
probabilitas (p) sebesar 0,000.
melakukan tindakan yang tertuju pada suatu
Karena nilai p lebih kecil dari nilai 𝛼,
sasaran atau tujuan tertentu, yaitu sembuh
maka Ho ditolak, artinya terdapat
dari sakit atau ketergantungan sehingga
pengaruh psikoedukasi terhadap
tindakan tersebut dapat memenuhi
motivasi untuk sembuh pada
kebutuhan yang ada (Rimanan, 2015). Hasil
pengguna NAPZA masa rehabilitasi
analisis tentang psikoedukasi sebelum
di di Yayasan Sekata Samarinda.
diberikan psikoedukasi yang didapatkan
motivasi untuk sembuh rendah sebanyak 19
PEMBAHASAN
(65,5%) responden sedangkan motivasi
A. Motivasi untuk sembuh sebelum
untuk sembuh tinggi 10 (34,5%) responden.
diberikan psikoedukasi
Asumsi peneliti hasil diatas menunjukkan
Untuk mengetahui nilai sebelum diberikan
sebagian besar residen memiliki motivasi
psikoedukasi dapat dilihat pada tabel 4.1.
untuk sembuh yang rendah, sehingga
Motivasi untuk sembuh adalah sesuatu yang
psikoedukasi di perlukan untuk
mendorong dan memperkuat perilaku serta
meningkatkan motivasi untuk sembuh
memberikan arahan pada individu dengan
menjadi lebih tinggi. Menurut Wawan (2015)
tujuan agar dapat mencapai taraf
Kurangnya motivasi sembuh untuk proses
kesembuhannya atau lingkungan yang justru dalam tubuh terhenti atau terganggu,
merendahkan atau tidak menghargai usaha- sehingga ia akan selalu membutuhkan
usaha untuk sembuh yang dilakukan mereka narkoba dari luar. Yang terjadi pada
akan bertambah stres dan sulit untuk ketergantungan adalah semacam
mengendalikan perasaan sehingga pembelajaran sel-sel otak pada pusat
membuat individu rentan untuk kenikmatan. Jika mengonsumsi narkoba,
menggunakan NAPZA kembali. otak membaca tanggapan orang itu. Jika
Hal senada juga dikemukakan oleh merasa nyaman, otak mengeluarkan
Nasution (2017) NAPZA berpengaruh pada neurotransmitter dopamin dan akan
bagian otak yang bertanggung jawab atas memberikan kesan menyenangkan. Jika
kehidupan perasaan adalah sistem limbus: memakai NAPZA lagi, orang kembali merasa
Hipotalamus adalah bagian bagian dari nikmat seolah-olah kebutuhan batinnya
sistem limbus, sebagai pusat kenikmatan terpuaskan. Otak akan merekamnya sebagai
pada otak. Dalam sel otak terdapat sesuatu yang harus dicari sebagai prioritas
bermacam-macam zat kimia yang disebut sebab menyenangkan. Dapat dikatakan
neurotransmitter. Zat kimia ini bekerja pada bahwa otak bekerja dengan motto jika
sambungan sel saraf yang satu dengan sel merasa enak, lakukanlah. Otak dilengkapi
saraf lainnya (sinaps). Beberapa di antara alat untuk menguatkan rasa nikmat dan
neurotransmitter itu mirip dengan beberapa menghindarkan rasa sakit atau tidak enak,
jenis NAPZA. Semua zat psikoaktif guna membantu memenuhi kehidupan dasar
(narkotika, psikotropika dan bahan adiktif manusia, seperti rasa lapar, haus, rasa
lain) dapat mengubah perilaku, perasaan hangat, dan tidur. Mekanisme ini merupakan
dan pikiran seseorang melalui pengaruhnya mekanisme pertahanan diri. Jika lapar, otak
terhadap salah satu atau beberapa menyampaikan pesan agar mencari
neurotransmitter. Neurotransmitter yang makanan yang dibutuhkan. Kita berupaya
paling berperan dalam terjadinya mencari makanan itu dan menempatkannya
ketergantungan adalah dopamin. Narkoba diatas segala-galanya. Kita rela
menghasilkan perasaan ‘high’ dengan meninggalkan pekerjaan dan kegiatan lain,
mengubah susunan biokimia molekul pada demi memperoleh makanan itu.
sel otak yang disebut neuro-transmitter. Jika Yang terjadi pada adiksi adalah
narkoba masuk ke dalam tubuh, dengan semacam pembelajaran sel-sel otak pada
cara ditelan, dihirup, atau disuntikkan, maka pusat kenikmatan. Jika mengonsumsi
narkoba mengubah susunan biokimiawi NAPZA, otak membaca tanggapan kita. Jika
neurotransmitter pada sistem limbus. Karena merasa nikmat, otak mengeluarkan
ada asupan narkoba dari luar, produksi neurotransmitter yang menyampaikan
pesan: “Zat ini berguna bagi mekanisme mengendalikan perasaan sehingga
pertahanan tubuh”. Jadi, ulangi membuat individu rentan untuk
pemakaiannya. “Jika memakai narkoba lagi, menggunakan NAPZA kembali.
kita kembali merasa nikmat seolah-olah Motivasi untuk sembuh dapat
kebutuhan kita terpuaskan”. Otak akan didukung dengan diberikan psikoedukasi.
merekamnya sebagai sesuatu yang harus Hal ini senada dikemukakan oleh Raudhoh
dicari sebagai prioritas. Akibatnya, otak (2011) Psikoedukasi berkaitan dengan
membuat program salah, seolah-olah kita mengajarkan seseorang mengenai suatu
memang memerlukannya sebagai masalah tersebut dan mencegah agar
mekanisme pertahanan diri. masalah tersebut tidak terjadi kembali.
Motivasi untuk sembuh dapat Psikoedukasi juga didasarkan pada
didukung dengan diberikan psikoedukasi. kekuatan seseorang dan lebih fokus pada
Hal ini senada dikemukakan oleh Raudhoh saat ini dan masa depan daripada kesulitan-
(2011) Psikoedukasi berkaitan dengan kesulitan dimasa lalu.
mengajarkan seseorang mengenai suatu Dengan demikian dapat
masalah tersebut dan mencegah agar dikemukakan bahwa psikoedukasi perlu
masalah tersebut tidak terjadi kembali. untuk meningkatkan motivasi untuk sembuh
Psikoedukasi juga didasarkan pada melalui edukasi-edukasi sebagaikegiatan
kekuatan seseorang dan lebih fokus pada rutin di panti rehabilitasi dan peneliti
saat ini dan masa depan daripada kesulitan- memberikan psikoedukasi
kesulitan dimasa lalu.
Dengan demikian dapat B. Motivasi untuk sembuh sesudah
dikemukakan bahwa psikoedukasi perlu diberikan psikoedukasi
untuk meningkatkan motivasi untuk sembuh Untuk mengetahui nilai sebelum
melalui edukasi-edukasi sebagai kegiatan diberikan psikoedukasi dapat dilihat
rutin di panti rehabilitasi dan peneliti pada tabel 4.2. Dalam penelitian ini
memberikan psikoedukasi di Yayasan psikodeukasi diberikan untuk
Sekata Samarinda untuk meningkatkan mengetahui nilai motivasi untuk
motivasi untuk sembuh. sembuh, Hasil analisis menunjukkan
Menurut Wawan (2015) Kurangnya bahwa responden yang memperoleh
motivasi sembuh untuk proses nilai kategori tinggi sebanyak 29 (100%)
kesembuhannya atau lingkungan yang justru responden sedangkan responden yang
merendahkan atau tidak menghargai usaha- memperoleh nilai kategori rendah
usaha untuk sembuh yang dilakukan mereka berjumlah 0 (0%) responden atau tidak
akan bertambah stres dan sulit untuk
ada responden yang memiliki motivasi Hal senada dikemukakan oleh
rendah. Lukens & McFarlane (2004)
Asumsi peneliti hasil diatas Psikoedukasi merupakan proses
menunjukkan terjadi peningkatan yang empowerment untuk mengembangkan
signifkan pada residen terhadap dan menguatkan keterampilan yang
motivasi untuk sembuh setelah sudah dimiliki untuk menekan
diberikan psikoedukasi di Yayasan munculnya suatu gangguan mental.
Sekata Samarinda. Karena Psikoedukasi dapat diterapkan
Di dalam Walsh (2010) bahwa sebagai bagian dari persiapan sesorang
fokus dari psikoedukasi adalah Mendidik untuk menghadapi berbagai tantangan
partisipaan mengenai tantangan dalam dalam tiap tahapan perkembangan
hidup, Membantu partisipan kehidupan, maka psikoedukasi dapat
mengembangkan sumber-sumber diterapkan hampir pada setiap seting
dukungan dan dukungan sosial dalam kehidupan.
menghadapi tantangan hidup, Menurut Nasrulloh (2013) Secara
Mengembangkan keterampilan coping umum motivasi memiliki aspek-aspek
untuk menghadapi tantangan hidup, antara lain: Memiliki sikap positif yaitu
Mengembangkan dukungan emosional, menunjukkan adanya kepercayaan diri
Mengurangi sense of stigma dari yang kuat, optimis dalam menghadapi
partisipan, Mengubah sikap dan belief segala hal, Berorientasi pada
dari partisipan terhadap suatu gangguan pencapaian suatu tujuan yaitu
(disorder), Mengidentifikasi dan menunjukkan bahwa motivasi
mengeksplorasi perasaan terhadap menyediakan suatu orientasi tujuan
suatu isu, Mengembangkan tingkah laku yang diarahkan pada
keterampilan penyelesaian masalah, sesuatu dan kekuatan yang mendorong
Mengembangkan keterampilan crisis- individu yaitu kekuatan akan mendorong
intervention. individu untuk melakukan sesuatu,
Meningkatnya motivasi untuk kekuatan itu berasal dari diri sendiri,
sembuh pada residen disebabkan lingkungan sekitar.
psikoedukasi yang telah diberikan. Oleh sebab itu psikoedukasi
Psikoedukasi tersebut telah memberikan sebaiknya diberikan secara kontinu agar
informasi kepada residen tentang meningkatkan motivasi untuk sembuh
Narcotics Anonymous dengan program pada residen pengguna NAPZA.
12 langkah.
C. Pengaruh psikoedukasi terhadap dahulu sampel diberi pretest (tes
motivasi untuk sembuh pada awal) dan diakhir psikoedukasi
pengguna NAPZA masa sampel diberi posttest (tes akhir).
rehabilitasi di Yayasan Sekata Jadi dalam tahapan penelitian ini
Samarinda dilakukan tahap pertama (pembagian
Hasil analisis penelitian ini kuesioner 1) sebelum penyampaian
menggunakan Uji Wilcoxon dengan psikoedukasi dan setelah
nilai (alpha) 0,05 diperoleh hasil yang penyampaian selesai langsung
signifikan (ρ=0,00) yang berarti ρ dilakukan tahap kedua (pembagian
value <0,05. Hal ini dapat diartikan kuesioner 2) , maka penelitian dan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima pengukuran digunakan yaitu untuk
yaitu ada perbedaan nilai motivasi mengetahui peningkatan motivasi
untuk sembuh sebelum dan sesudah untuk sembuh dengan memberikan
diberikan psikoedukasi di Yayasan psikoedukasi kepada residen
Sekata Samarinda. Tabel 4.3 pengguna NAPZA di Yayasan Sekata
menunjukkan perbandingan motivasi Samarinda.
untuk sembuh sebelum diberikan Hasil penelitian ini juga diperkuat
psikoedukasi dengan median 25 dengan penelitian sebelumnya yaitu
dengan nilai minimum-maksimum oleh Rahayu (2011) dengan berjudul
yaitu 24-47 kemudian setelah pengaruh psikoedukasi keluarga
diberikan psikoedukasi mengalami terhadap dukungan psikososial
peningkatan dengan median 82 keluarga pada anggota keluarga
dengan nilai minimum-maksimum dengan penyakit kusta di Kabupaten
yaitu 82-84. Pekalongan. Penelitian ini
Penelitian ini menggunakan menunjukkan ada perbedaan
metode ceramah dengan 29 orang, signifikan dukungan psikososial
Kuesioner dibagikan sebelum keluarga sebelum dan setelah
dilakukan psikoedukasi, setelah itu diberikan psikoedukasi keluarga
responden diminta untuk mengisi pada kelompok intervensi.
kembali kuesioner dengan Penelitian mengenai motivasi
pertanyaan yang sama, peneliti untuk sembuh pada pengguna
menggunakan desain one grup NAPZA oleh Wawan (2015). Dari
pretest-postest design. Desain one hasil penelitian diketahui terdapat
grup pretest-postest design yaitu hubungan antara dukungan sosial
sebelum perlakuan diberikan terlebih dengan motivasi untuk sembuh pada
pecandu napza di rehabilitasi BNN pada 0,05 sehingga Ha dalam
Tanah Merah Kalimantan Timur penelitian ini diterima. Yang artinya
dengan dengan r = 0.359, dan p = ada pengaruh psikoedukasi terhadap
0.000. motivasi untuk sembuh pada
Hal senada juga dikemukakan pengguna NAPZA masa rehabilitasi
oleh Raudhoh (2011) Pendekatan di Yayasan Sekata Samarinda.
humanistik yang mendasari PE Asumsi peneliti bahwa pemberian
adalah existential-humanistic theory psikoedukasi bermanfaat dalam
yang menyatakan bahwa manusia meningkatkan motivasi untuk
mampu membuat keputusan pribadi sembuh pada pengguna NAPZA.
yang didukung dengan potensi untuk
berkembang dan penguasaan KESIMPULAN
lingkungannya, sekaligus bertindak Berdasarkan hasil analisis data dan
dengan bertanggung jawab. Teori pembahasan tentang “Pengaruh
behaviorist menekankan pada psikoedukasi terhadap motivasi untuk
pengaruh dari manipulasi sembuh pada pengguna NAPZA masa
lingkungan. Teori kognitif fokus pada rehabilitasi di Yayasan Sekata Samarinda”.
penguasaan terhadap keterampilan Maka dari hasil analisis penelitian ini dapat
kognisi-emosi yang menjadi diambil kesimpulan, Ada pengaruh
komponen dari proses psycho- psikoedukasi terhadap motivasi untuk
training. Psikoedukasi diberikan agar sembuh pada pengguna NAPZA masa
klien tersebut memiliki pemahaman rehabilitasi di Yayasan Sekata Samarinda
dan penerimaan terhadap dengan nilai signifikasi 0,000. Terdapat
gangguannya untuk menghindari peningkatan motivasi untuk sembuh pada
terjadinya kemungkinan relapse. responden sebelum diberikan psikoedukasi
Penelitian ini dilakukan untuk dengan hasil 19 (65,5%) orang memiliki
mengetahui pengaruh psikoedukasi motivasi rendah sebelum diberikan
terhadap motivasi untuk sembuh psikoedukasi, sedangkan yang memiliki
pada pengguna NAPZA masa motivasi tinggi ada 10 (34,5%) orang
rehabilitasi. Berdasarkann hasil sebelum diberikan psikoedukasi. Kemudian
statistik diperoleh nilai dari hasil uji responden setelah diberikan psikoedukasi
Wilcoxon untuk motivasi untuk setelah diberikan psikoedukasi dengan
sembuh menunjukkan nilai mengalami kenaikan yaitu motivasi tinggi
signifikansi yaitu 0,000. Hal tersebut ada 29 (100%) orang memiliki motivasi tinggi
berarti nilai signifikansi lebih kecil dari sesudah diberikan psikoedukasi, sedangkan
yang memiliki motivasi rendah 0 (0%) orang ingin melanjutkan atau melakukan
atau tidak ada sesudah diberikan penelitian yang serupa.
psikoedukasi.
DAFTAR PUSTAKA

SARAN Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian:


Berdasarkan pada hasil penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
tersebut, maka peneliti memberikan saran Jakarta: Rineka Cipta.
sebagai berikut :
BNN. (2004). Buku Pedoman Praktis
1. Psikoedukasi dapat dijadikan sebagai
Mengenai Penyalahgunaan
landasan program kegiatan bimbingan,
NAPZA Bagi Petugas. Jakarta.
pembinaan serta konseling dalam
peningkatan motivasi untuk sembuh di BNN. (2011). Survei Nasional
Yayasan Sekata Samarinda. Maka perlu Perkembangan Penyalahgunaan
adanya pendidikan kesehatan atau Narkoba. Jakarta.
psikoedukasi dalam rangka peningkatan
____. (2015). Pahami Bahaya Narkotika,
motivasi untuk sembuh.
Kenali Penyalahgunanya dan
2. Hasil penelitian ini sebaiknya dapat
Segera Rehabilitasi.
dijadikan pengalaman dalam menulis dan
meneliti sehingga bila melakukan BNNP. (2017). Capaian Rehabilitasi Per
penelitian selanjutnya dapat lebih lengkap Lembaga Tahun 2016.
lagi seperti melakukan penelitian faktor- Samarinda.
faktor yang mempengaruhi motivasi untuk
Brown. (2011). Psychoeducational Groups :
sembuh pada pengguna NAPZA.
Process and Practice. New York:
3. Menjadi bahan informasi bagi instansi
Taylor & Francis Group.
kesehatan setempat dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Chaplin. (2006). Kamus Lengkap Psikologi.
Dengan berinisiatif merangkul sekolah- Jakarta: Rajawali Press.
sekolah untuk diajak bekerja sama dalam
pemberian informasi secara dini Dahlan, M.S. (2011). Statistik Untuk

mengenai NAPZA salah satunya yaitu Kedokteran Dan Kesehatan. Edisi-5.

bahaya NAPZA dengan metode Jakarta: Salemba Medika

penyuluhan kesehatan secara Kementrian Kesehatan RI. (2014). Buletin


berkesinambunga serta sebagai bahan Jendela Data dan Informasi
bacaan dan referensi bagi peneliti yang Kesehatan. Jakarta.
Knight et al. (1994). Psychososial Rahman. (2004). Psikologi Pendidikan.
Functioning and Motivation. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.

Lukens & McFarlane. (2004). Psycho Raudhoh. (2011). Psikoedukasi: Intevensi


Education as Evidence-Based Rehabilitasi dan Prevensi.
Practice: Consideration for
Rimanan. (2015). Studi Kualitatif Motivasi
Practice, Research, and Policy.
untuk Sembuh pada Narapidana
Brief Treatment and Crisis
Napza di Lembaga
Intervention Vol.4 No.3. Oxford
Pemasyarakatan Kelas IIA
University Press.
Pekalongan.
Nasrulloh. (2013). Motivasi Untuk Semuh
Saragih. N. (2009). Karakteristik
Pada Remaja Penyalahguna
Penyalahguna Narkotika,
Narkoba Ditinjau Dari Dukungan
Psikotropika, Dan Zat Adiktif
Sosial.
(NAPZA) Di Sibolangit Centre
Nasution. (2017). PENYALAHGUNAAN Rehabilitation.
NAPZA.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Penelitian Kesehatan. Jakarta: dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Rineka Cipta.
________. (2012). Metode Penelitian
PIMANSU. (2010). Narcotics Anonymous Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
dengan Program 12 langkah. Bandung: Alfabeta.
Medan.
Somar. (2011). Rehabilitasi Pecandu
Putra. S.B. (2011). Hubungan Antara Narkoba. Jakarta: PT. Gramedia
Dukungan Sosial Dengan Motivasi Widiasarana Indonesia.
Untuk Sembuh Pada Pengguna
Walsh. (2010). Psychoeducation In Mental
NAPZA Di Rehabilitasi Madani
Health. Chicago: Lyceum Books,
Mental Health Care.
Inc.
Rahayu. A.D. (2011). Pengaruh
Wawan. (2015). Hubungan Dukungan Sosial
Psikoedukasi Keluarga Terhadap
Dengan Motivasi Untuk Sembuh
Dukungan Psikososial Keluarga Pada Pengguna Napza Di
Pada Anggota Keluarga Dengan Rehabilitasi BNN Tanah Merah
Samarinda Kalimantan Timur.
Penyakit Kusta Di Kabupaten
Pekalongan.
Wiyati et al. (2010). Pengaruh psikoedukasi
keluarga terhadap kemampuan
keluarga dalam merawat klien
isolasi sosial.

World Drug Report. (2016). Illicit Drug


Markets: Situation and Trends.

World Health Organization. (2012). Report of


The International Narcotics Control
Board for 2012.

Anda mungkin juga menyukai