Anda di halaman 1dari 12

A.

JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan Larutan
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat
terlarut dari kristalnya.
2. Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat
terlarut dari larutan yang lebih besar konsentrasinya.
C. LANDASAN TEORI
Sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat disebut larutan
(solution). Biasanya larutan dianggap sebagai cairan yang mengandung zat
terlarut, misalnya padatan atau gas, tetapi larutan suatu padatan lain juga lazim
(misalnya paduan emas dan perak). Pada kenyataannya, setiap sistem homogen
dari dua atau lebih zat (cairan, padatan, atau gas) merupakan larutan. Komponen
utama biasanya disebut pelarut (solvent), dan komponen minornya dinamakan zat
terlarut (solute) (Oxtoby, 2001: Hal 153).

Sebagian besar reaksi dalam laboratorium kimia dasar dilakukan dalam


larutan. Ini antara lain karena mencampur reaktan dalam larutan membantu
mencapai kontak erat antara atom, ion, atau moleku yang diperlukan agar reaksi
dapat berlangsung. Beberapa gagasan baru yang diaplikasikan khusus bagi
stoikiometri larutan juga membantu. Salah satu komponen larutan, yang
dinamakan pelarut (solvent), menentukan apakah larutan berada sebagai padatan,
cairan, atau gas (Petrucci, 2011: Hal 117).

Pelarut (solvent) adalah komponen yang kuantitasnya terbesar atau yang


menentukan wujud materi larutan. Komponen larutan lainnya, yang dinamakan
zat terlarut (solute), dikatankan terlarut dalam pelarut. Larutan pekat memiliki
kuantitas zat terlarut yang relatif tinggi dan larutan encer hanya mempunyai
kuantitas zat terlarut yang rendah (Petrucci, 2011: Hal 154).
Pelarut dipandang sebagai “pembawa” atau medium bagi zat terlarut, yang
dapat berperan serta dalam reaksi kimia dalam larutan atau meninggalkan larutan
karena pengendapan atau penguapan. Uraian mengenai gejala ini memerlukan
spesifikasi kuantitatif mengenai banyaknya zat terlarut dalam larutan, atau
komposisi larutan. Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat
murni yang molekulknya berinteraksi langsung dalam keadaan
tercampur (Oxtoby, 2001: Hal 153).
Pelarut tidak harus cairan, tetapi dapat berupa padatan atau gas asal dapat
melarutkan zat lain. Sistem semacam ini disebut sistem dispersi. Untuk sistem
dispersi, zat yang berfungsi seperti pelarut disebut medium pendispersi, sementara
zat yang berperan seperti zat terlarut disebut dengan zat terdispersi (dispersoid) .
Baik pada larutan ataupun sistem dispersi, zat terlarut dapat berupa padatan,
cairan atau gas. Bahkan bila zat terlarut adalah cairan, tidak ada kesulitan dalam
membedakan peran pelarut dan zat terlarut bila kuantitas zat terlarut lebih kecul
dari pelarut (Takeuchi, 2006: Hal 126).

Kita perlu menyelidiki lebih dalam beberapa segi reaksi kimia, beberapa
pereaksi dan hasil reaksi dapat berada dalam larutan. Jumlah zat terlarut yang
dapat dilarutkan dalam sebuah pelarut sangat bervariasi. Itulah sebabnya, perlu
mengetahui susunan atau konsentrasi yang tepat pada suatu larutan bila harus
dilakukan perhitungan pada reaksi kimia dalam larutan (Petrucci, 1985: Hal 143).

Beberapa cara dapat digunakan untuk menentukan komposisi larutan.


Persentasi massa (dengan istilah biasa adalah persen bobot) sering digunakan
sehari-hari dan didefinisikan sebagai persentase berdasar massa suatu zat dalam
larutan. Dalam kimia, yang paling bermanfaat untuk menyatakan komposisi ialah
fraksi mol, molaritas, dan molalitas (Oxtoby, 2001: Hal 154).
Fraksi mol (mole fraction) suatu zat dalam larutan adalah rasio banyaknya
mol zat tersebut terhadap jumlah total mol dalam larutan tersebut. Lambang untuk
fraksi mol A biasanya XA. Jadi, untuk larutan yang mengandung x mol A, y mol B,
dan z mol C, maka fraksi mol A adalah
x mol A
X A=
x mol A+ y mol B+ z mol C
(Goldberg, 2008: Hal 176).
Konsentrasi zat ialah jumlah mol per satuan volume. Satuan SI mol per
meter kubik tidak memudahkan pekerjaan kimia, sehingga molaritas, yang
didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per liter larutan, yang digunakan
mol zat terlarut −1
molaritas ( M )= =mol L
liter larutan
“M” adalah singkatan untuk “mol per liter”. 0,1 M (dibaca “0,1 molar”) larutan
HCl memiliki 0,1 mol HCl (berdisosiasi menjadi ion-ionnya), tentu saja per liter
larutan. Molaritas merupakan cara yang paling lazim untuk menyatakan
komposisi larutan encer. Untuk pengukuran yang cermat, cara ini kurang
menguntungkan karena sedikit ketergantungannya pada suhu. Jika larutan
dipanaskan atau didinginkan, volumenya berubah, sehingga jumlah mol zat
terlarut per liter larutan juga berubah (Oxtoby, 2001: Hal 154).
Ketergantungan molaritas pada suhu dapat menjadi masalah dalam
percobaan yang menuntut presisi tinggi. Artinya, larutan dapat diguakan pada
suhu yang berbeda dar suhu ketika disiapkan, sehingga molaritasnya tidak tepat
sama seperti yang ditulis pada label. Suatu konsentrasi yang tidak bergantung
suhu dan juga proporsional terhadap fraksi mol dalam larutan encer adalah
molalitas (molality, m), yaitu banyaknya mol zat terlarut per kilogram pelarut
(bukan larutan). Molalitas didefinisikan sebagai
banyaknya zat terlarut (dalam mol)
molalitas (m)=
massa pelarut (dalam kilogram)
(Petrucci, 2011: Hal 155).
Konsep mol sangat penting dalam ilmu kimia, karena berguna dalam
menentukan jumlah partikel zat jika diketahui massanya, dan sebaliknya,
menentukan massa jika diketahui jumlah partikelnya. Dalam perhitungan umum
dipakai adalah mol, bukan jumlah partikel. Hubungan antara massa dengan mol
adalah
massa unsur (g)
mol unsur =
Ar unsur
mol senyawa
mol senyawa=
M r senyawa
(Syukri, 1999: Hal 9 ).
Dalam mempersiapkan larutan, kadang-kadang diperlukan penyiapan
larutan encer dengan konsentrasi tertentu dari suatu larutan yang lebih pekat
dengan cara menambahkan pelarut murni. Andaikan konsentrasi awal (molaritas)
diketahui sebagai ci dan volume awalnya Vi. Jumlah zat terarutnya ialah (c i mol L-
1
)(Vi L) = ci, Vi. Ini tidak berubah karena pengenceran menjadi volume akhir, V f,
karena hanya pelarut, dan bukan zat terlarut, yang ditambahkan. Jadi, c i Vi = cf Vf
dan molaritasnya akhirnya adalah
mol zat terlarut cV
c i= = i i
volume larutan akhir V f

Persamaan ini dapat digunakan baik untuk menghitung konsentrasi akhir sesudah
pengenceran menjadi volume akhir tertentu maupun untuk menentukan volume
akhir berapa yang harus digunakan untuk memperoleh konsentrasi
tertentu (Oxtoby, 2001:Hal 156).
Saat pelarutan dan kristalisasi terjadi pada laju yang sama, larutan berada
dalam kesetimbangan dinamik. Ketika kuntitas zat terlarut yang larut tetap
konstan setiap saat, larutan disebut larutan jenuh (suturated solution). Konsentrasi
larutan jenuh dinamakan kelarutan (solubility) zat terlarut tersebut dalam pelarut
tertentu. Jika dalam penyiapan larutan kita mulai dengan zat terlarut yang
lebih sedikit dibandingkan ada dalam larutan jenuh, zat terlarut akan melarut
sempurna dan larutan disebut larutan tidak jenuh (unsaturated solution).
Disisi lain, andaikan kita menyiapkan larutan jenuh pada sau suhu dan kemudian
mengubah suhu ke nilai yang kelarutannya lebih rendah. Biasanya, kelebihan zat
terlarut mengkristal dari larutan, namun adakalanya semua zat terlarut masih tetap
dalam larutan. Pada kasus ini berhubung kuantitas zat terlarut lebih besar
dibandigkan dalam larutan jenuh, larutan disebut larutan lewat jenuh
(supersaturated solution) (Petrucci, 2011: Hal 163).
Pemandangan lazim di gudang dan laboratorium kimia adalah barisan botol
yang mengandung larutan untuk digunakan dalam reaksi kimia. Namun, tidak
praktis untuk menyiapkan larutan dari setiap konsentrasi. Jadi, sebagian besar lab
menyimpan larutan agak pekat, yang disebut dengan larutan stok, yang
selanjutnya dapat digunakan untuk menyiapkan larutan yang lebih encer dengan
menambahkan air. Jika konsentrasi larutan (molaritas) adalah M, volume larutan
dalam liter adalah V, dan banyaknya mol zat terlarut adalah n, maka persam aan
menjadi M =n/V atau
n=Mx V
Bila larutan diencerkan, banyaknya zat terlarut tetap konstan antara larutan awal
(i) yang diambil dan larutan akhir (f) yang dihasilkan. Artinya,
M i x V i=M f x V f
(Petrucci, 2011. Hal 120).
Dalam percobaan, sering diperlukan zat dengan jumlah mol tertentu,
misalnya 2 mol, 0,5 mol, dan sebagainya. Di laboratorium biasanya tersedia zat
dalam keadaan murni atau campuran. Zat murni biasanya berupa padatan dan
cairan, sedangkan campuran dalam bentuk larutan atau koloid. Untuk mengambil
zat murni yang padat atau cairan sebanyak n mol, diperlukan zat tersebut
sebanyak nMr g. Contoh jika dibutuhkan 0,5 mol NaOH, maka harus ditimbang
sebesar 0,5 x 40 gram = 20 gram, karena zat padat mudah ditimbang. Jika
dibutuhkan 2,5 mol air, maka harus diambil air sebanyak 2,5 x 18 gram = 45
gram. Untuk mengambil 45 g air, dilakukan dengan menimbang wadah kosongdan
kemudian menambahkan air sedikit demi sedikit sampai pertambahannya 45
gram. Selain itu massa cairan juga dapat ditentukan dengan mangatur volume bila
diketahui kerapatannya (volume = massa x kerapatan) (Syukri, 1999. Hal 10).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Neraca Analitik 1 buah
b. Labu takar 50mL 3 buah
c. Gelas kimia 50mL 1 buah
d. Batang Pengaduk 1 buah
e. Labu semprot 1 buah
f. Bal pipet 1 buah
g. Pipet ukur 1 buah
h. Corong 1 buah
i. Lap halus 1 buah
j. Lap kasar 1 buah
2. Bahan
a. Kristal Natrium Hidroksida (NaOH) 4 gram
b. Larutan Asam Klorida (HCl) 6M 16,7 mL
c. Aquades (H2O) (secukupnya)
d. Tissu (secukupnya)
E. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan Larutan NaOH 2M dari kristal (zat padat) NaOH
a. Hitung terlebih dahulu massa NaOH yang akan dipakai untuk membuat
larutan NaOH 2M.
b. Menimbang gelas kimia kosong.
c. Menimbang Kristal NaOH sebanyak yang telah dihitung pada gelas kimia
yang telah ditimbang tadi.
d. Melarutkan kristal NaOH dengan menambahkan sedikit aquades, aduk hingga
larut.
e. Masukan Kristal NaOH yang sudah larut kedalam larutan Erlenmeyer
100mL.
f. Tambahkan aquades dengan menggunakan botol semprot, sebelum tanda
batas,
g. Gunakan pipet tetes tambahkan setetes demi setetes sampai berhimpit dengan
tanda batas.
h. kocok larutan dengan cara membolak-balikkan labu takar.
2. Pembuatan larutan HCl 2M, 1M dan 0,1M dari larutan HCL 6M
- Pembuatan Larutan HCl 2M
a. Hitung volume HCL 6M yang akan diambil untuk membuat 100mL larutan
HCL 2M.
b. Mengukur volume HCl yang telah dihitung dan ukur menggunakan pipet ukur
masukan kedalam labu takar 50mL.
c. Tambahkan aquades menggunakan labu semprot sebelum tanda batas.
d. Menggunakan pipet tetes , tambahkan setetes demi setetes sampai berimpit
dengan tanda batas.
e. Kocok larutan dengan membolak balikkan labu takar
- Pembuatan larutan HCl 1M
a. Hitung volume HCl yang akan diambil untuk membuat 50mL larutan HCl
1M.
b. Mengukur volume larutan sebanyak yang telah dihitung dengan
menggunakan pipet ukur kemudian masukan kedalam labu takar 50Ml.
c. Menambahkan aquades menggunakan botol semprot sebelum tanda batas.
d. Gunakan pipet tetes, tambahkan setetes demi settee sampai berhimpit dengan
tanda batas.
e. Kocok larutan dengan membolak balik labu takar.
- Pembuatan larutan HCl 0,1 M
a. Hitung volume HCl yang akan diambil untuk membuat 50mL larutan HCl
0,1M.
b. Mengukur volume HCl sebanyak yang telah dihitung dengan menggunakan
pipet ukur, kemudian masukan dalam labu takar 50mL.
c. Menambahkan aquades dengan menggunakan botol semprot sebelum tanda
batas.
d. Gunakan pipet tetes, tambahkan setetes demi setetes sampai berhimpit dengan
tanda batas, tutup labu takar
e. kocok larutan dengan cara membolak balikan labu ukur.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel 1. Pembuatan larutan NaOH 2 M dari Kristal (zat padat) NaOH
No Reaksi Kegiatan Hasil
1 4 gr Natrium Hidroksida (NaOH) + 50 ml H2O Suhu panas dan
terdapat gelembung
Natrium Hidroksida (NaOH) 2M 50 ml

2. Tabel 2. Pembuatan larutan HCl 2 M, 1 M, 0.1 M dari HCl 6 M


No Aktivitas Hasil
1 16,7 ml Asam Klorida (HCl) 6M + 33,3ml Suhu normal dan ada
Aquades (H2O) Asam Klorida (HCl) sedikit gelembung
2M 50 ml.
2 25 ml Asam Klorida (HCl) 2M + 25 ml Suhu normal dan ada
Aquades (H2O) Asam Klorida (HCl) sedikit gelembung
1M 50 ml.
3 5 ml Asam Klorida (HCl) 1M + 45 ml Suhu normal dan
Aquades (H2O) Asam Klorida (HCl) terdapat sedikit
0,1M 50 ml. gelembung

G. ANALISIS DATA
1. Massa NaOH yang akan dipakai untuk membuat 50 ml larutan NaOH 2 M
Diketahui : VNaOH = 50 mL
M NaOH =2M
Mr NaOH = 40 gr/mol
Ditanyakan : m = ......... ?
m 1000
Penyelesaian : M = x
Mr V
M . M r .V
m=
1000
gr
2 M . 40 . 50 ml
mol
m=
1000
m=4 gram
2. Pembuatan larutan Asam Klorida (HCl) 2 M, 1 M, dan 0,1 M dari larutan
Asam Klorida (HCl) 6 M.

a. Volume Asam Klorida (HCl) 6 M untuk membuat 50 mL larutan HCl 2 M


Diketahui : M1 =6M
M2 =2M
V2 = 50 mL
Ditanyakan : V1 = ..... ?
Penyelesaian : M1V1= M2V2
M 2V 2
V 1=
M1
2 M .50 mL
V 1=
6M
V 1=16,6 mL
b. Volume Asam Klorida (HCl) 2 M untuk membuat 50 mL larutan HCl 1 M
Diketahui : M1 =2M
M2 =1M
V2 = 50 mL
Ditanyakan : V1 =.....?
Penyelesaian : M1V1 = M2V2
M 2V 2
V 1=
M1
1 M .50 mL
V 1=
2M
V 1=25 mL
c. Volume Asam Klorida (HCl) 1 M untuk membuat 50 mL larutan HCl 0,1 M
Diketahui : M1 =1M
M2 = 0,1 M
V2 = 50 mL
Ditanyakan : V1 =....?
Penyelesaian : M1V1 = M2V2
M 2V 2
V 1=
M1
0,1 M .50 mL
V 1=
1M
V 1=5 mL
H. PEMBAHASAN
1. Pembuatan larutan NaOH 2M
Prinsip dasar pada percobaan pertama yaitu Kristal NaOH yang sudah di
timbang, dilarutkan dengan menambahkan sedikit aquades, prinsip percobaan
yaitu penimbangan dan pelarutan.
Dalam percobaan ini, yang pertama kita lakukan yaitu hitung massa NaOH
yang akan digunakan. NaOH berperan sebagai basa kuat dan sebagai padatan
yang akan digunakan untuk membuat larutan. Kemudian timbang Kristal NaOH
sebanyak yang telah dihitung, larutkan kristal NaOH dengan menambahkan
sedikit aquades. Aquades berfungsi untuk melarutkan padatan NaOH
sehingga menjadi larutan NaOH 2 M. Kemudian cuci gelas kimia tempat
melarutkan Kristal NaOH dan masukan kedalam labu takar 50 mL, tambahkan
aquades sampai tanda batas, dari percobaan, di kaitkan dengan teori Kristal NaOH
sebagai zat terlarut dan aquades sebagai zat pelarut. Dapat dilihat dari persamaan
reaksi berikut:
NaOH(s) + H2O(l) → NaOH(aq) + H2O(l)
Kristal NaOH akan larut dalam aquades dalam keadaan panas saat
dilarutkan, hal ini terjadi karena pelarutan senyawa NaOH bersifat eksotermik
sehingga sejumlah kalor akan dilepaskan dari sistem ke lingkungan. Padatan
NaOH dapat larut dalam aquades karena keduanya bersifat polar jadi ada gaya
tarik menarik antara antara molekul polar dengan polar, serta membentuk ikatan
hydrogen, proses pelarutan padatan NaOH dengan aquades terasa panas karna
adanya reaksi eksoterem yaitu pelepasa kalor dari sistem ke lingkungan karna titik
didih NaOH lebih besar di bandingkan titk didih air. Saat di amati larutan NaOH
tampak keruh, hal ini terjadi karna NaOH bereaksi dengan air.
Berdasarkan percobaan, setelah ditambahkan aquades maka larutan akan
semakin encer karena aquades berfungsi untuk mengencerkan larutan yang padat.
Pada proses pengenceran, jumlah mol sebelum dan setelah reaksi pengeceran
sama karena proses pengeceran hanya mengubah konsentrasi dan volume larutan
setelah pengeceran tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut dalam larutan.
2. Pembuatan larutan HCl 2M, 1M dan 0,1M dari larutan 6M
Percobaan kali ini 50 mL Larutan HCl 6 M dicampurkan dengan aquades.
Pada percobaan ini prinsip kerjanya yaitu pembuatan larutan dengan kemolaran
tertentun zat terlarut dari larutan yang lebih besar konsentrasinya yaitu
pengenceran sejumlah volume tertentu dari larutan induk. Dalam percobaan ini
hitung terlebih dahulu volume masing 50mL larutan 2M, 1M dan 0,1M
kemudian tambahkan aquades sampai tanda batas dan kocok larutan dengan
membolak balikkan labu takar. Pada pembuatan larutan 2M, 1M dan 0,1M dari
larutan 6M yaitu proses pengenceran, proses untuk menyiapkan larutan yang
kurang pekat dari larutan yang lebih pekat, larutan 6M sebagai larutan yang
kurang pekat dan aquades sebagai larutan yang lebih pekat. Proses pengenceran
didasarkan pada menambahkan zat pelarut dan zat terlarut. Penambahan lebih
banyak zat pelarut kedalam sejumlah tertentu larutan akan mengubah dan
mengurangi konsentrasi suatu larutan tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut.

I. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
a. Pembuatan larutan NaOH 2M dari Kristal NaOH dengan menggunakan
prinsip penimbangan dan pengenceran, dilakukan dengan cara menambahkan
aquades dalam jumlah tertentu hingga menghasilkan larutan yang bening.
b. Pembuatan larutan HCL dengan konsentrasi 2 M, 1 M dan 0,1 M dengan
menggunakan prinsip pembuatan larutan dengan kemolaran zat terlarut dari
larutan yang lebih besar konsentrasinya yaitu dari larutan HCl 6 M dengan
pengenceran sejumlah tertentu volume larutan induk.
2. Saran
Kepada praktikan selanjutnya agar lebih teliti dalam melakukan praktikum
agar data dan hasil yang diperoleh lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Goldberg, David. 2008. Kimia Untuk Pemula, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Oxtoby., Gillis., dan Natchtrieb. 2003. Prinsip-Prinsip Kimia Modern, Edisi


Keempat, Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Petrucci, Ralph., Suminar. 1987. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern,
Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Peturucci, dkk. 2011. Kimia Dasar, Prinsip-Prinsip & Aplikasi Modern, Edisi
Kesembilan. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Peturucci, dkk. 2011. Kimia Dasar, Prinsip-Prinsip & Aplikasi Modern, Edisi
Kesembilan. Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: Penerbit ITB.

Takeuchi, Yashito, 2006. Pengantar Kimia. Tokyo: Iwanami Shoten.

Anda mungkin juga menyukai