Anda di halaman 1dari 6

RUMAH SAKIT KHUSUS

IBU DAN ANAK ASMA BRONCHIAL


WIJAYAKUSUMA

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSKIA.WK/PPK/
0 1 dari 6
ANK/002
Jl. Gelatik No 1, Kebumen
Telp (0287) 381954
Disusun Oleh: Diperiksa Oleh :
SMF IKA Komite Medis

Tgl. Terbit Ditetapkan oleh


PANDUAN Direktur Rumah Sakit Khusus Ibu dan
01/07/2015
Anak Wijayakusuma
PRAKTIK KLINIS

dr. Primadiati Nickyta Sari


Asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan
1. Pengertian
karakteristik sebagai berikut: timbul secara episodik, cenderung pada
malam/dini hari (nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, serta
terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan/atau
keluarganya.
Eksaserbasi (serangan asma) adalah episode perburukan gejala-
gejala asma secara progresif. Gejala yang dimaksud adalah sesak
napas, batuk, mengi, dada rasa tertekan, atau berbagai kombinasi
gejala tersebut. Pada umumnya, eksaserbasi disertai distres
pernapasan. Serangan asma ditandai oleh penurunan PEF atau
FEV1. Derajat serangan asma bervariasi mulai dari yang ringan,
sedang, berat dan serangan yang mengancam jiwa, perburukan dapat
terjadi dalam beberapa menit, jam, atau hari. Serangan akut biasanya
timbul akibat pajanan terhadap faktor pencetus (paling sering infeksi
virus atau alergen), sedangkan serangan berupa perburukan yang
bertahap mencerminkan kegagalan pengelolaan jangka panjang
penyakit.
2. Anamnesis Untuk memperkuat dugaan asma, anamnesis harus dilakukan dengan
cermat agar didapatkan riwayat penyakit yang tepat mengenai gejala
sulit bernapas, mengi, atau dada terasa berat yang bersifat episodik
dan berkaitan dengan musim, serta adanya riwayat asma atau
penyakit atopi pada anggota keluarga. Pertanyaan berikut ini sangat
berguna dalam pertimbangan diagnosis asma (consider diagnosis of
asthma):
 Apakah anak mengalami serangan mengi atau serangan
mengi
RUMAH SAKIT KHUSUS
IBU DAN ANAK ASMA BRONCHIAL
WIJAYAKUSUMA

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSKIA.WK/PPK/
0 2 dari 6
ANK/002
Jl. Gelatik No 1, Kebumen
Telp (0287) 381954
 berulang?
 Apakah anak sering terganggu oleh batuk pada malam hari?
 Apakah anak mengalami mengi atau batuk setelah berolahraga?
 Apakah anak mengalami gejala mengi, dada terasa berat, atau
batuk setelah terpajan alergen atau polutan?
 Apakah jika mengalami pilek, anak membutuhkan >10 hari untuk
sembuh?
 Apakah gejala klinis membaik setelah pemberian pengobatan
antiasma?

- Pola gejala harus dibedakan apakah gejala tersebut timbul pada


saat infeksi virus atau timbul tersendiri di antara batuk pilek biasa.
Pencetus yang spesifik dapat berupa aktivitas, emosi (misalnya
menangis atau tertawa), debu, makanan/minuman, pajanan
terhadap hewan berbulu, perubahan suhu lingkungan atau cuaca,
aroma parfum yang kuat atau aerosol, asap rokok, atau asap dari
perapian. Derajat berat ringannya gejala harus ditentukan untuk
mengarahkan pengobatan yang akan diberikan.
3. Pemeriksaan Fisik  Kesadaran
 Suhu tubuh
 Sesak napas, apakah terdapat sesak napas
 Tanda gagal napas
 Tanda infeksi penyerta/komplikasi
 Penilaian derajat serangan asma: ringan / sedang / berat /
mengancam jiwa
4. Kriteria Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
Diagnosis pemeriksaan penunjang, yaitu terdapat kenaikan ≥ 15 % rasio APE
sebelum dan sesudah pemberian inhalasi salbutamol.

RUMAH SAKIT KHUSUS


IBU DAN ANAK ASMA BRONCHIAL
WIJAYAKUSUMA
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSKIA.WK/PPK/
0 3 dari 6
ANK/002
Jl. Gelatik No 1, Kebumen
Telp (0287) 381954
Klasifikasi:

5. Diagnosis Asma Bronchial Eksaserbasi Akut


6. Diagnosis a. Obstruksi jalan napas
b. Bronkitis kronik
Banding
c. Bronkiektasis
7. Pemeriksaan  Pemeriksaan Fungsi Paru: Peak Flow Meter, spirometer
Penunjang  Analisis gas darah: pada asma dapat terjadi asidosis
respiratorik dan metabolik
 Darah lengkap dan serum elektrolit
 Foto Toraks: pada asma umumnya tampak hiperaerasi, bisa
dijumpai komplikasi berupa atelektasis, pneumotoraks, dan
pneumomediastinum

RUMAH SAKIT KHUSUS


IBU DAN ANAK ASMA BRONCHIAL
WIJAYAKUSUMA

No. Dokumen Halaman


RSKIA.WK/PPK/ 4 dari 6
No. Revisi
ANK/002
0

Jl. Gelatik No 1, Kebumen


Telp (0287) 381954
8. Terapi Serangan Asma Ringan
 Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respons yang
baik (complete response), berarti derajat serangannya ringan.
 Pasien diobservasi selama 1-2 jam, jika respons tersebut
bertahan, pasien dapat dipulangkan. Pasien dibekali obat β-
agonis (hirupan atau oral) yang harus diberikan tiap 4-6 jam.
 Jika pencetus serangannya adalah infeksi virus, dapat
ditambahkan steroid oral jangka pendek (3-5 hari). (Evidence D)
 Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat jalan dalam
waktu 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana.
 Jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali,
obat tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di
klinik rawat jalan. Namun, jika setelah observasi 2 jam gejala
timbul kembali, pasien diperlakukan sebagai serangan asma
sedang.

Serangan Asma Sedang


 Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien
hanya menunjukkan respon parsial (incomplete response),
kemungkinan derajat serangannya sedang. Untuk itu, derajat
serangan harus dinilai ulang sesuai pedoman.
 Jika serangannya memang termasuk serangan sedang, pasien
perlu diobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari (RRS).
 Pada serangan asma sedang, diberikan kortikosteroid sistemik
(oral) metilprednisolon dengan dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari selama
3-5 hari. (Evidence A)
 Walaupun belum tentu diperlukan, untuk persiapan keadaan
darurat, pasien yang akan diobservasi di RRS langsung dipasang
jalur parenteral sejak di unit gawat darurat (UGD).

Serangan Asma Berat


 Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak

RUMAH SAKIT KHUSUS


IBU DAN ANAK ASMA BRONCHIAL
WIJAYAKUSUMA
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSKIA.WK/PPK/
0 5 dari 6
ANK/002
Jl. Gelatik No 1, Kebumen
Telp (0287) 381954
 menunjukkan respon (poor response), yaitu gejala dan tanda
serangan masih ada (penilaian ulang sesuai pedoman), pasien
harus dirawat di ruang rawat inap.
 Oksigen 2-4L/menit diberikan sejak awal termasuk saat
nebulisasi. (Evidence B)
 Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks.
 Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas,
pasien harus langsung dirawat di ruang rawat intensif.
 Pada pasien dengan serangan berat dan ancaman henti napas,
foto toraks harus langsung dibuat untuk mendeteksi komplikasi
pneumotoraks dan/atau pneumomediastinum.
 Jika ada dehidrasi dan asidosis, diatasi dengan pemberian cairan
intravena dan koreksi terhadap asidosis.
 Steroid intravena diberikan secara bolus, tiap 6-8 jam. (Evidence
A). Dosis steroid intravena 0,5-1 mg/kg BB/hari.
 Nebulisasi β-agonis + antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan
tiap 1-2 jam; jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi
perbaikan klinis, jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-
6 jam. (Evidence B)
 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan sebagai
berikut:
 Jika pasien belum mendapat aminofilin sebelumnya, diberikan
aminofilin dosis awal (inisial) sebesar 6-8 mg/kgBB dilarutkan
dalam dekstrosa 5% atau garam fisiologis sebanyak 20 ml,
diberikan dalam 20-30 menit.
 Jika pasien telah mendapat aminofilin sebelumnya (kurang dari 4
jam), dosis yang diberikan adalah setengah dosis inisial.
 Sebaiknya kadar aminofilin dalam darah diukur dan
dipertahankan sebesar 10-20 mcg/ml;
 Selanjutnya, aminofilin dosis rumatan diberikan sebesar 0,5-1
mg/kgBB/jam. (Evidence D)
 Jika telah terjadi perbaikan klinis, nebulisasi diteruskan setiap 6

RUMAH SAKIT KHUSUS


IBU DAN ANAK ASMA BRONCHIAL
WIJAYAKUSUMA

No. Dokumen Halaman


RSKIA.WK/PPK/
No. Revisi 6 dari 6
ANK/002
0
Jl. Gelatik No 1, Kebumen
Telp (0287) 381954
jam, sampai dengan 24 jam.
 Steroid dan aminofilin diganti dengan pemberian per oral.
 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat dipulangkan
dengan dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) yang diberikan
tiap 4-6 jam selama 24-48 jam. Selain itu, steroid oral dilanjutkan
hingga pasien kontrol ke klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk
evaluasi ulang tata laksana.
 Ancaman henti napas; hipoksemia tetap terjadi walaupun sudah
diberi oksigen (kadar PaO2<60 mmHg dan/atau PaCO2 >45
mmHg). Pada ancaman henti napas diperlukan ventilasi mekanik.
9. Lama hari rawat
10. Edukasi a. Memberikan informasi kepada individu dan keluarga mengenai
seluk beluk penyakit, sifatpenyakit, perubahan penyakit (apakah
membaik atau memburuk), jenis dan mekanisme kerja obat-obatan
dan mengetahui kapan harus meminta pertolongan dokter.
b. Kontrol secara teratur antara lain untuk menilai dan monitor
berat asma secara berkala (asthma control test/ ACT)
c. Pola hidup sehat.
d. Menjelaskan pentingnya melakukan pencegahan dengan:
e. Menghindari setiap pencetus.
f. Menggunakan bronkodilator/steroid inhalasi sebelum
melakukan exercise untuk mencegah exercise induced asthma.
11.Prognosis Ad vitam : baik
Ad sanationam : baik
Ad functionam : dubia
12. Indikator Sesak nafas
medis
13. Syarat Pasien dapat dipulangkan apabila tidak sesak selama 24 jam tanpa
pulang untuk komplikasi. Pengobatan dapat dilanjutkan di rumah.
pasien rawat inap
14. Kepusta IDAI, 2011, Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1, hal: 269-272, Jakarta, IDAI.
kaan
Ketua SMF IKA
Ketua Komite Medik

dr. H. Wahyu Adiwinanto, M.Si, Med, Sp.A


dr. H. Sugijanto, Sp.A

Anda mungkin juga menyukai