Anda di halaman 1dari 10

KONSEP IMAN dan KUFUR

MENURUT AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH


Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Ilmu Kalam ( Tauhid )

Disusun oleh :

Kelompok 9 / TB. E

1. Adhe Yoni Prabowo 210315164 ( Pemateri )


2. Ahmad Fahrizal 210315176 ( Moderator dan Notulen )
3. Muhammad Zainul Fuad 210315179 ( Pemateri )

Dosen Pengampu : Ahmad Lutfi M,.M.FIL.I

JURUSAN TARBIYAH

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

( STAIN ) PONOROGO

Oktober 2015
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT , yang telah melimpahkan rahmat serta taufik dan
hidayahnya kepada kita. Alhamdulillah karena berkat rahmat Allah kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini .

Kepada pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan
makalah ini, kami ucapkan terima kasih diantaranya kepada Dosen mata kuliah”Ilmu Kalam”
yang selalu memberikan penerangan dan bimbingan kepada kami dan juga teman-teman
sekalian.

Kami sebagai penulis menyadari adanya kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Dan kami hanya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan bagi kita semua.

Ponorogo

Penulis
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ............................................................................................ 3


BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................... 4

BAB II
A. PEMBAHASAN ................................................................................................ 5
Konsep Iman ................................................................................................. 5
Konsep Iman Menurut Asy-ariyah ............................................................... 5
Konsep Iman Menurut Maturidiyah ............................................................. 6
Konsep Kufur ............................................................................................... 6
Konsep Kufur Menurut Asy-ariyah .............................................................. 7
Konsep Kufur Menurut Maturidiyah............................................................. 8
BAB III
Kesimpulan.................................................................................................... 9
DAFTAR RUJUKAN............................................................................................... 10

(3)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan yang pertama-tama timbul dalam teologi Islam adalah masalah iman dan
kufur. Persoalan itu pertama kali dimunculkan oleh kaum Khawarij ketika mencap kafir
sejumlah tokoh sahabat Nabi saw yang dianggap telah berbuat dosa besar, antara lain Ali bin
Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sofyan, Abu Hasan al-Asy’ari, dan lain-lain. Masalah ini lalu
dikembangkan oleh Khawarij dengan tesis utamanya bahwa setiap pelaku dosa besar adalah
kafir.
Aliran lain seperti Murji’ah, Mu’tajilah, Asy’ariyah, dan Maturidiyah turut ambil
bagian dalam masalah tersebut bahkan tidak jarang terdapat perbedaan pandangan di antara
sesama pengikut masing-masing aliran.

Perbincangan konsep iman dan kufur menurut tiap-tiap aliran teologi Islam, seringkali
lebih menitik beratkan pada satu aspek saja, yaitu iman atau kufur. Lebih jelasnya akan
dibahas dalam makalah.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana konsep iman menurut aliran Asy’aryiah ?
2) Bagaimana konsep iman menurut aliran Maturidiyah ?
3) Bagaimana konsep kufur menurut aliran Asy’aryiah ?
4) Bagaimana konsep kufur menurut aliran Matudiyah ?

(4)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Iman

Menurut bahasa iman berarti membenarkan dalam hati, sedangkan menurut istilah
adalah membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan
anggota badan. Membenarkan dalam maksudnya menerima segala apa yang dibawa
Rasulullah saw, mengikrarkan dengan lidah maksudnya mengucapkan dua kalimah
syahadat dan mengamalkan dengan anggota badan maksudnya adalah hati mengamalkan
dengan keyakinan sedang anggota badan mengamalkan dalam bentuk ibadah-ibadah.
Menurut Buya Hamka, iman itu terkait dengan amalan lahir dan bathin. Iman adalah
perkataan dan perbuatan baik dengan hati maupun lidah.
Menurut Hasan Hanafi sebagai dikutib oleh Abdul Rozak dan Rosihan Anwar
bahwa ”ada empat perkara yang dipergunakan sebagai dasar oleh para teolog dalam
membicarakan iman, yaitu :
1. marifah bi al aql (mengetahu dengan akal)
2. amal, perbuatan baik atau patuh
3. iqrar, pangakuan secara lisan
4. tashdiq, membenarkan dalam hati.

Perbedaan atau persamaan pendapat para teolog dalam konsep iman nampaknya berkisar
di sekitar unsur-unsur tersebut.

B. Konsep iman menurut Aliran Asy ’Ariyah


Menurut Asy’ariyyah, iman ialah membenarkan dengan hati, dan itulah yang disebut
dengan iktikad. Di sini terdapat persaman antara konsep Murjiah dan Asy’ariyyah yang
menekankan perbuatan hati atas pengakuan keimanan. Cuma Murjiah menggunakan istilah
ma’rifah, sementara Asy’ariyyah menggunakan al-tasdiq bi al-qolb(membenarkan dengan
hati).
Dalam hal ini Asy-Syahrastani menulis sebagaimana dikutib oleh Abdul Rozak :
”Asy Asy’ari berkata :..... Iman (secara esensial) adalah tashdiq bi al-janan
(membenarkan dengan kalbu). Sedangkan ”mengatakan’ (qawl) dengan lisan dan melakukan
dengan berbagai kewajiban utama (amal bi al arkan) hanyalah merupakan furu (cabang-
cabang) iman. Oleh sebab itu, siapa pun yang membenarkan keesaan Tuhan dengan
kalbunya dan juga membenarkan utusan-utusan-Nya beserta apa yang mereka bawa dari-
Nya, iman seperti itu iman yang sahih... Dan keimanan seseorang tidak akan hilang kecuali
jika dia mengingkari salah satu dari hal tersebut.
Melihat defenisi yang di atas dapat dikatakan bahwa iman bagi Asy Asy’ari tidak
mempunyai kaitan dengan ucapan dan amal.

(5)
C. Konsep iman menurut Aliran Maturidiyah
Sedangkan konsep iman menurut Maturidiyyah secara umumnya sama dengan konsep
Asy’ariyyah dari ahli al-sunnah wa al-jama’ah, cuma terdapat sedikit perbedaan, yaitu
menurut Maturidiyyah tasdiq dengan hati mesti merupakan satu kesatuan dengan
mengikrarkannya dengan lidah. Sedangkan menurut Asy’ariyyah cukup memadai hanya
dengan pengakuan hati untuk membuktikan keimanan seseorang, sedangkan
pengucapan dengan lisan tidaklah diperlukan, karena ikrar dengan lisan dan mengerjakan
rukun-rukun Islam adalah merupakan cabang dari iman.

Pendapat Ahli al-Sunnah wa al-Jama’ah golongan Asy’ariyyah yang agak lebih lengkap
tentang iman dikemukan oleh al-Baghdadi yang dikutip oleh Harun Nasution, menerangkan
bahwa:
1. Iman yang dapat menghindari dari kafir dan tidak kekal dalam neraka, adalah meyakini
Tuhan, kitab-kitab-Nya, para Rasul, takdir baik dan buruk, sifat-sifat Tuhan dan segala
keyakinan lain yang diakui dalam syari’at.

2. Iman yang menimbulkan adanya keadilan dan melenyapkan fasik dari seseorang serta
yang melepaskan dari neraka, adalah mengerjakan segala kewajiban dan menjauhi semua
perbuatan dosa besar.

3. Iman yang dapat menjadikan seseorang memperoleh prioritas untuk langsung masuk ke
syurga tanpa hisab, adalah mengerjakan semua yang wajib dan sunat serta menjauhi segala
perbuatan dosa.

Dari pandangan beberapa golongan mengenai keimanan di atas, dapat dibuat gambaran
bahwa konsep iman dari aliran-aliran teologi tersebut, secara umum dapat dibagi kepada dua:
Pertama, konsep iman yang menerima secara mantap ketiga unsur iman, yaitu :
pengakuan dengan hati ; ikrar (pernyataan) dengan melalui lisan dan pengamal dengan
anggota. Aliran yang masuk dalam kelompok ini adalah Kawarij dan Mu’tazilah.
Kedua, konsep iman yang menekankan kepada unsur pertama saja, yaitu pengakuan
dalam hati. Unsur kedua dan ketiga bagi golongan ini, kalaupun masuk ke dalam bagian
iman hanya merupakan cabang saja. Pendapat bahwa iman
merupakan ma’rifah dan tasdiq dengan hati adalah pemahaman dari golongan Murjiah,
Asy’ariyyah dan Maturidiyyah.

D. KONSEP KUFUR
Kufur adalah kebalikan dari iman. Dari segi lughat “kufur” artinya menutupi. Orang
yang bersikap ‘kufur’ disebut kafir, yaitu orang yang menutupi hatinya dari hidayah Allah.
Dengan demikian orang kafir dia menutupi kebenaran atau dia menutupi apa yang seharusnya
diimani. Malam juga disebut ‘kafir’ karena malam menutupi orang dan benda-benda lain
dengan kegelapannya. Dari segi syara’ kufur ada : kufur Akidah, ialah mengingkari akan apa
yang wajib diimani, seperti iman kepada Allah, iman kepada Rasul, iman kepada Hari
(6)
Akhirat, iman kepada Qodo dan Qodar, dan lain-lain. Firman Allah dalam surat an-
Nisa (4) : 136
. ‫ضالَالً بَ ِعيد ًا‬ َ ‫س ِل ِه َو ْاليَ ْو ِم اْآل ِخ ِر فَقَ ْد‬
َ ‫ض َّل‬ ُ ‫َو َم ْن َي ْكفُ ْر ِباهللِ َو َمآل ِئ َكتِ ِه َو ُكت ُ ِب ِه َو ُر‬
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-
Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa dalam sejarah pemikiran Islam
persoalan kufur timbul berawal dari tuduhan kufurnya perbuatan sahabat-sahabat yang
menerima arbitrasi sebagai penyelesaian perang Siffin.
Selanjutnya persoalan hukum kafir ini bukan hanya menyangkut orang-orang yang
tidak menentukan hukum dengan al-Quran, tetapi juga orang-orang yang melakukan dosa
besar, sehingga hal juga melahirkan perbedaan pendapat dikalangan mutakallimin, apakah
mereka masih tetap mukmin atau sudah kafir dan terkeluar dari Islam? Bagaimanakah
kedudukan mereka di dunia dan di akhirat? Apakah orang-orang yang melakukan dosa besar
tersebut akan kekal dalam neraka atau adakah kemungkinan keluar dari neraka dan masuk
syurga?
Sebelum menjawab persoalan-persoalan tersebut, perlu dikemukakan terlebih dahulu
perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam dosa besar. Terdapat banyak hadis Nabi
saw. diantaranya sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim :
1. ”Diriwayatkan daripada Abdullah bin Masud r.a katanya: Aku bertanya Rasulullah
s.a.w : Apakah dosa yang paling besar di sisi Allah? Rasulullah s.a.w bersabda: Engkau
menjadikan iaitu menganggap ada yang sebanding dengan Allah sedangkan Dialah yang
menciptakanmu. Aku berkata: Sesungguhnya dosa demikian memang besar. Kemudian apa
lagi? Baginda bersabda: Kemudian engkau membunuh anakmu kerana bimbang dia makan
bersamamu iaitu makananmu. Aku bertanya lagi: Kemudian apa lagi? Rasulullah s.a.w
bersabda: Jika engkau berzina dengan isteri jiranmu”

2. ”Diriwayatkan daripada Anas bin Malik r.a katanya: Nabi s.a.w pernah menceritakan
tentang dosa-dosa besar. Baginda bersabda: Menyekutukan Allah, menghardik kedua ibu
bapak, membunuh dan berkata dengan kata-kata palsu.”
Sehingga kalau dikumpulkan maka dosa besar selain syirik ialah:
a. Zina
b. Sihir
c. Membunuh manusia tanpa sebab yang dibolehkan Allah
d. Memakan harta anak yatim piatu
e. Riba
f. Meninggalkan medan perang
g. Memfitnah perempuan yang baik-baik.

E. Konsep Kufur Aliran al-Asy’ariyah


Berdasarkan konsep keimanan aliran al-Asy’ariyah sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya, maka kebalikannya adalah kufur. Dengan demikian, yang disebut kafir bagi
aliran ini adalah orang yang tidak membuat pengakuan atau membenarkan tentang ke-Esaan
Tuhan dan kebenaran para Rasul serta segala apa yang dibawanya.
(7)
Berdasarkan paham ketuhanan yang dianut al-Asy’ariyah maka perbuatan kufur
bukanlah semata-mata si kafir, tapi ada campur tangan Yang Maha Berkehendak. Menurut al-
Asy’ariyyah, seorang muslim yang berdosa besar jika meninggal dunia tanpa bertobat,
nasibnya terserah kepada ketentuan Tuhan, mungkin orang itu diampuni Allah karena rahmat
dan kasih sayang-Nya. Ada juga kemungkinan tidak diampuni Allah dosa-dosanya dan akan
diazab di neraka sesuai dengan dosa-dosa yang telah diperbuatnya itu. Kemudian setelah
cukup/bersih baru dimasukkan ke dalam syurga, mereka tidak mungkin akan kekal tinggal
dalam neraka, karena keimanan yang mereka miliki.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bagi Asy’ariyyah orang-orang yang
berdosa besar tidaklah menjadi kafir, dan tidak akan kekal dalam neraka, namun masih
seorang mukmin dan akhirnya akan masuk syurga juga.

F. Konsep Kufur Aliran Maturidiyah


Selanjutnya bagi Maturidiyyah, pahala salat dan kewajiban-kewajiban lain yang
dijalankan akan mampu menghapus dosa-dosa kecil yang telah dilakukan. Pendapat ini
didasarkan kepada firman Allah surah Hud, 11: 114
َ‫ت ذَ ِل َك ِذ ْك َرى ِللذَّا ِك ِرين‬ َّ ‫ت يُ ْذ ِهبْنَ ال‬
ِ ‫سيِئَا‬ َ ‫ار َو ُزلَفًا ِمنَ اللَّ ْي ِل إِ َّن ا ْل َح‬
ِ ‫سنَا‬ َّ ‫َوأَقِ ِم ال‬
َ َ ‫ص َالة‬
ِ ‫ط َرفَي ِ النَّ َه‬
Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian
permulaan daripada malam. Sesungguhnya, perbuatan-perbuatan yang baik itu
mengahapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang jahat. Itulah peringatan bagi orang-orang
yang ingat.

Dosa-dosa besar, apa lagi dosa-dosa kecil tidak membuat seseorang menjadi kafir dan
keluar dari iman. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pendapat Maturidiyyah mengenai
hukum atau status orang yang berdosa besar sama dengan aliran Asy’ariyyah, yakni tidaklah
menyebabkan seseorang menjadi kafir. Pendapat ini tentulah bertentangan dengan konsep
aliran Mu’tazilah dan Khawarij. Aliran Mu’tazilah berpendapat bukan kafir dan bukan pula
mukmin tetapi al-manzilah bain al-manzilataian dengan status fasiq, sedangkan bagi
Khawarij, orang yang berdosa besar adalah kafir.
Dari perbedaan pendapat dalam persoalan kufur dikalangan orang Islam, kadang-
kadang menimbul masalah kafir mengkafirkan. Walaupun secara jelas hal ini terjadi akibat
pemahaman Kawarij, tapi tidak menutup kemungkinan kafir mengkafir terjadi pada aliran
yang pemahamannya tidak ekstrim. Hal ini terjadi karena kebodohan dan kepicikan serta
fanatis buta terhadap mazhab atau aliran tertentu.
Mestinya seseorang tidak tergesa-gesa dalam kafir mengkafir di antara sesama muslim,
karena implikasi hukumnya sangat banyak dan mendatangkan berbagai ancaman seperti
laknat Allah, gugurnya amal perbuatan, halal darahnya ditumpahkan, hilangnya hak waris,
tidak disholati, dll sebagainya.
Dalam hal ini banyak dijumpai hadis-hadis sahih untuk melarang mengkafirkan orang
lain.

(8)
KESIMPULAN
Berdasarkan pendapat para teolog dari berbagai aliran teologi sebagai mana yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Beberapa aliran mempunyai perbedaan pendapat yang tajam dalam konsep iman dan
kufur;
2. Beberapa aliran mempunyai perbedaan pendapat yang tidak terlalu tajam dalam konsep
iman dan kufur;
3. Beberapa aliran mempunyai pendapat hampir bersamaan dalam konsep iman dan kufur;
Perbedaan pemahaman dari berbagai aliran teologi tersebut, beberapa diantaranya
terjadi karena adanya perbedaan mereka di bidang politik, sedangkan lain timbul sebagai
reaksi atas pemahaman yang ada.
Konsep ilmu kalam di kalangan Khawarij dan Murjiah dalam pembahasan iman dan
kufur agak sederhana sesuai dengan kesederhanaan cara berpikir mereka. Kemudian muncul
Mu’tazilah dengan mengandalkan akal menjadi lebih mendalam. Mu’tazilah
mengembangkan konsep-konsep dan faham yang lebih logik dan sistematik dibandingkan
dengan faham sebelumnya.
Dari metode berfikir kaum Mu’tazilah yang mempergunakan rasio itulah sebenarnya
yang menjadi dasar pembahasan tentang iman dan kufur pada aliran-aliran berikutnya seperti
Asy’ariyyah dan Maturidiyyah di kalangan ahli al-Sunnah wa al-jama’ah.
Dalam berbagai perbedaan itu, paling tidak ada satu unsur kesamaan dalam mendfenisikan
iman yaitu membenarkan dalam hati.

(9)
DAFTAR PUSTAKA

Hamka, Tasawuf Modern, Jakarta: Panjimas, 1987


Nasution,Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI-Press, 1978

Nasution,Harun 1986. Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta:


UI-Press
Rozak, Abdul dan Anwar, Rosihan, Ilmu Kalam untuk UIN, STAIN, PTAIS,Bandung, Pustaka
Setia, 2001

( 10 )

Anda mungkin juga menyukai