Anda di halaman 1dari 8

Perbedaan Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Dilihat Dari Pola Asuh Authoritative, ...

Dan Permisif 

PERBEDAAN REGULASI DIRI SISWA DALAM


BELAJAR DILIHAT DARI POLA ASUH
AUTHORITATIVE, AUTHORITARIAN DAN PERMISIF

Yuliana Nur Fatimah Juharta 1


Dr.Awaluddin Tjalla 2
Dr. Dede Rahmat Hidayat, M. Si 3

Abstrak
Regulasi diri merupakan kemampuan seseorang mengontrol diri. Penelitian ini bertu-
juan untuk melihat perbedaan regulasi diri dalam belajar berdasarkan pola asuh orang
tua di SMP Dewi Sartika, Jakarta Timur. Metode penelitian menggunakan metode kuan-
titatif dengan pendekatan komparatif. Data diperoleh dengan purposive sampling. Teknik
analisis data menggunakan statistis deskriptif dan inferensial. Pengujian hipotesis meng-
gunakan teknik ANOVA dan uji post hoc. Hasil analisis menunjukkan 55,29% diasuh de-
ngan pola asuh authoritative, 7,06% diasuh dengan pola asuh authoritarian, 37,65% di-
asuh dengan pola asuh permisif. Tingkat regulasi diri siswa di SMP Dewi Sartika 20%
tinggi, 63,53% sedang, dan 16,47% rendah. Pada pola asuh authoritative 34,05% tinggi,
65,95% sedang, 0% rendah. Pada pola asuh authoritarian 16,67% tinggi, 50% sedang,
33,33% rendah. Pada pola asuh permisif 0% tinggi, 62,5% sedang, 37,5% rendah. Setelah
dilakukan uji ANOVA, terdapat perbedaan regulasi diri dalam belajar berdasarkan pola
asuh dengan nilai f=0,00. Selanjutnya dilakukan uji post hoc dengan hasil terdapat per-
bedaan yang signifikan pada regulasi diri dalam belajar siswa yang diasuh menggunakan
pola asuh authoritative dengan pola asuh authoritarian. Selain itu, terdapat pula perbe-
daan yang signifikan mengenai regulasi diri dalam belajar berdasarkan authoritative dan
permisif. Akan tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara regulasi diri dalam
belajar berdasarkan pola asuh authoritarian dan permisif.

Kata Kunci: regulasi diri, pola asuh, authoritative, authoritarian, permisif.

Pendahuluan menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.


Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam Oleh sebab itu, keberhasilan anak menjadi pribadi
masyarakat. Keluarga memiliki peranan yang sangat dan anggota masyarakat dipengaruhi oleh peran Ayah
penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. dan Ibu dalam mengasuh anak.
Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan Mengasuh anak berarti mendidik, membimbing
pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan baik agama dan memeliharanya, mengurus makanan, minuman,
maupun sosial budaya yang diberikannya merupa- pakaian, kebersihannya, atau pada segala perkara
kan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak yang seharusnya diperlukannya, sampai batas bila-
1 Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, initehuli@gmail.com
2 Dosen Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, awaluddin.tjalla@gmail.com
3 Dosen Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, d_r_hidayat@yahoo.com
 Perbedaan Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Dilihat Dari Pola Asuh Authoritative, ... Dan Permisif

mana si anak telah mampu melaksanakan keperlu- tang pola asuh yang digunakan oleh orang tua dalam
annya yang vital. Hal ini berarti, mengasuh anak mendidiknya. Adapun persepsi merupakan proses
adalah memberikan segala kebutuhan anak dan me- mengetahui atau mengenali objek dan kejadian ob-
ngarahkan anak sampai anak siap hidup dalam ling- jektif dengan bantuan indera. Dengan demikian,
kungan masyarakat. Dengan demikian, penting ba- persepsi dapat diartikan pula suatu proses menerima
gi orang tua memberikan pengasuhan terbaik untuk informasi dengan bantuan indra yang kemudian dio-
anak sampai anak benar-benar siap hidup mandiri lah otak sehingga menjadi informasi baru.
sebagai anggota masyarakat serta mampu mengon- Pola asuh sendiri terdiri dari dua kata, pola dan
trol dirinya sendiri. asuh. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, “po-
Kemampuan mengontrol diri pada seorang anak la berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk
sangat dipengaruhi oleh keterampilan seorang anak (struktur) yang tetap”. Sedangkan asuh berarti men-
dalam mengatur diri. Keterampilan pengaturan diri jaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membim-
(self regulation) adalah proses proaktif di mana in- bing (membantu, melatih) supaya dapat berdiri sen-
dividu secara konsisten mengatur dan mengelola diri (orang atau negeri), memimpin (mengepalai, me-
pikiran, emosi, perilaku, dan lingkungannya untuk nyelenggarakan) suatu badan kelembagaan. Penger-
mencapai tujuan akademik. Oleh karena itu, pen- tian tersebut menunjukkan bahwa pola asuh meru-
ting bagi seorang anak untuk bisa terampil men- pakan suatu sistem yang dilakukan orang tua untuk
gatur diri karena akan berdampak pada kehidupan membimbing dan mengajarkan suatu perilaku.
anak. Terdapat tiga jenis pola asuh menurut Diana Ba-
Berdasarkan wawancara dengan 5 orang siswa umrind, diantaranya adalah pola asuh authoritative,
SMP Dewi Sartika, 3 dari 5 orang siswa tidak bela- authoritarian dan permisif. Pengasuhan yang autho-
jar kecuali jika ada tugas ataupun ulangan, 1 di an- ritarian (authoritarian parenting) ialah suatu gaya
taranya hanya belajar jika ada ulangan. Berdasarkan membatasi dan menghukum yang menuntut anak
wawancara tersebut pula peneliti mendapatkan in- untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan
formasi bahwa 2 dari 5 orang siswa tersebut memi- menghormati pekerjaan dan usaha. Para orang tua
liki waktu belajar 2 jam perhari. 1 orang hanya be- yang menggunakan gaya pengasuhan ini seringkali
lajar saat ujian dengan waktu sekitar 2 jam, sedang- memberikan peraturan yang ketat dan tegas kepada
kan 2 orang tidak memiliki waktu belajar yang khu- anak-anak mereka. Selain itu anak seringkali dibata-
sus. Adapun hasil wawancara dengan guru BK SMP si haknya dalam mengemukanan apa yang ia ingin-
Dewi Sartika didapatkan informasi bahwa sekitar kan dan apa yang ia harapkan.
27% siswa (atau sekitar 10 orang siswa dalam sa- Pengasuhan authoritarian diasosiasikan dengan
tu kelas) di SMP Dewi Sartika keluar kelas saat gu- inkompetensi sosial anak-anak. Hasil dari penga-
ru tidak ada dan tidak mengerjakan tugas yang telah suhan authoritarian akan menciptakan anak yang
diberikan. Sekitar 32% siswa SMP Dewi Sartika kurang memiliki keterampilan dalam berkomuni-
sering kali tidak mengerjakan pekerjaan rumah yang kasi, serta kesulitan dalam bersosialisasi. Oleh se-
telah diberikan. Selain itu peneliti juga mendapat- bab itu anak yang diasuh dengan pola asuh ini cen-
kan informasi bahwa beberapa siswa memiliki latar derung sulit bergaul dan memiliki tingkat agresi
belakang keluarga yang kurang harmonis di antara- yang lebih tinggi dari pada teman-temannya.
nya merupakan anak korban perceraian. Orang tua authoritative menghargai individu-
Fokus penelitian ini adalah upaya untuk meng- alitas anak tetapi juga menekankan batasan sosial.
ungkap informasi mengenai perbedaan regulasi diri Hal ini berarti anak bebas melakukan suatu perbua-
dalam belajar siswa kelas VIII berdasarkan pola tan tetapi tetap dalam batasan dan pengawasan dari
asuh orang tua di SMP Dewi Sartika. orang tua. Selain itu terdapat pola komunikasi yang
baik antara anak dan orang tua. Sehingga hubungan
Kajian Teori antara anak dan orang tua cukup harmonis.
1. Persepsi Pola Asuh Orangtua Pengasuhan yang authoritative diasosiasikan
Setiap anak memiliki persepsi yang berbeda ten- dengan kompetensi sosial anak-anak. Anak-anak
Perbedaan Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Dilihat Dari Pola Asuh Authoritative, ... Dan Permisif 

yang mempunyai orang tua yang authoritative belajar mendari dua aspek. Aspek-aspek tersebut
berkompeten secara sosial, percaya diri, dan ber- adalah Motivational Strategies dan learning strat-
tanggung jawab secara sosial. Pola asuh ini men- egies. Motivational strategies merupakan strate-
ciptakan kepribadian anak yang baik dan mandiri. gi yang digunakan oleh siswa ketika mengalami
Mereka lebih percaya diri, serta mampu mengung- hambatan ataupun kesulitan dalam belajar. Selain
kapkan apa yang mereka inginkan dengan baik. itu Motivational Strategies juga merupakan strate-
Pengasuhan permisif ialah suatu gaya penga- gi siswa dalam mengatasi stress ataupun kejenuhan
suhan di mana orang tua sangat terlibat dalam ke- ketika belajar.
hidupan anak-anak mereka tetapi menetapkan se- Terdapat beberapa komponen yang termasuk
dikit batas atau kendali terhadap mereka. Orang tua dalam Motivational Strategies. Pertama adalah Va-
yang menggunakan pola asuh permisif sangat ter- lue Component terdiri dari tiga poin yakni Intrinsic
libat dalam kehidupan anak sehari-hari. Selain itu goal orientation (orientasi tujuan instrinsik), Extrin-
orang tua tidak mengontrol dan tidak membatasi sic goal orientation (orientasi tujuan ekstrinsik) dan
perilaku anak. Oleh sebab itu pengasuhan ini cende- Task Value (nilai suatu tugas, seberapa penting tu-
rung memberi kebebasan penuh pada anak. gas tersebut). Komponen yang kedua adalah Expec-
Anak prasekolah mereka cenderung menjadi ti- tancy Component yaitu komponen ekspektasi atau
dak dewasa-sangat kurang kontrol diri dan kurang harapan dalam diri siswa, komponen ekspekstasi ini
eksplorasi. Anak dengan pengasuhan ini selain memiliki dua poin yakni Control of learning belief
kurang mampu mengontrol diri, mereka juga cende- (keyakinan diri siswa terhadap dirinya sendiri) dan
rung kurang dapat bersosialisasi dengan lingkungan Self efficacy for learning and performance (harapan
sekitar. Hal ini dikarenakan anak cenderung berbuat untuk sukses dan self-efficacy atau penilaian diri).
sesuka hati dan kurang peka terhadap lingkungan. Komponen ketiga adalah Affective Component yak-
ni komponen yang berkaitan dengan afektif, kompo-
nen ini terdiri dari satu poin yakni Taxt anxiety (se-
2. Regulasi Diri dalam Belajar suatu yang negatif yang berhubungan dengan harap-
Regulasi diri merupakan proses proaktif di mana an akan prestasi akademik baik itu berupa kecemas-
individu secara konsisten mengatur dan mengelola an serta aspek emosionalitas).
pikiran, emosi, perilaku, dan lingkungannya untuk
Aspek kedua pada regulasi diri dalam belajar
mencapai tujuan. Proses regulasi diri tersebut ber-
adalah Learning Strategies. Learning Strategies
langsung secara terus menerus sampai tercapainya
merupakan berbagai macam strategi yang diguna-
tujuan. Oleh sebab itu dalam mencapai tujuan dibu-
kan oleh siswa untuk mambantu memahami suatu
tuhkan adanya regulasi diri yang baik. Pada pene-
pelajaran serta mengembangkan pemahaman yang
litian ini yang akan dibahas adalah regulasi diri
telah didapat. Selain itu membantu siswa dalam
dalam belajar. Hal ini berarti usaha yang dilakukan
menghubungkan informasi baru dengan informa-
siswa dalam mengelola emosi, pikiran dan perilaku
si yang telah lama ia peroleh. Adapun komponen-
untuk mencapai tujuan akademiknya. Regulasi diri
komponen yang menjadi bagian dalam strategi ter-
dalam belajar adalah cara belajar siswa aktif secara
diri dari dua.
individu untuk mencapai tujuan akademis dengan
cara pengontrolan perilaku, memotivasi diri sen- Komponen yang pertama adalah Cognitive and
diri, dan menggunakan kognitifnya dalam belajar. Metacognitive Strategies merupakan strategi dalam
Inti dari regulasi diri dalam belajar adalah tercapa- pengelolan kognitif dan metakognitif. Pada kom-
inya tujuan akademik. Oleh sebab itu seorang in- ponen ini terdiri dari 5 poin yakni, Rehearsal (lati-
dividu akan mengerahkan perilakunya agar dapat han), Elaboration (suatu cara atau strategi yang
mencapai tujuan tersebut. Selain itu ia juga akan dapat membantu siswa dalam mengaitkan suatu in-
berusaha mengatur dirinya, merancang strategi, formasi dengan memori jangka panjangnya), Orga-
dan memotivasi diri sendiri agar dapat mencapai nization (mengorganisaikan), Critical thinking (ber-
tujuan akademiknya. pikir kritis) dan Metacognitive self regulation (regu-
lasi metakognitif, mengacu pada kesadaran, penge-
Pintrinch mengklasifikasikan regulasi diri dalam
 Perbedaan Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Dilihat Dari Pola Asuh Authoritative, ... Dan Permisif

tahuan, dan kontrol kognisi). regulasi diri anak dalam belajar sehingga anak se-
Komponen kedua adalah Resource Management cara sadar dapat merencanakan tujuan dan mencapai
Strategies yakni strategi dalam mengatur sumber tujuan dengan baik.
pengetahuan. Komponen ini terdiri dari empat poin,
pertama adalah Time and study environtment (ke- 3. Kerangka Berpikir
mampuan menejerial waktu). Kedua adalah Effort Pola Asuh
regulation yakni kemampuan siswa untuk mengen-
dalikan usaha dan perhatian mereka dalam mengha-
Authoritative Authoritarian Permisif
dapi gangguan dan suatu hal menarik. Ketiga Peer
learning yakni bekerja sama dengan yang memiliki
Memiliki regulasi Kurang memiliki Kurang memiliki
teman. Terakhir adalah Help seeking atau mencari diri yang baik regulasi diri regulasi diri
bantuan pada orang lain merupakan suatu strategi
Motivational 1. Value component
dalam belajar. Good students know when they don’t Strategies 2. Expectancy component
know something and are able to identify someone 3. Affective component
to provide them with some assistance. Melalui ber- Learning
Strategies: Learning Strategies:
tanya pada orang lain ini menandakan bahwa siswa 1. Cognitive and
telah menjalankan perannya sebagai makhluk sosi- metacognitive strategies
2.Resource management
al.
Anak sebagai individu di sekolah tentu memi- Berdasarkan teori dan kerangka berpikir yang
liki tujuan-tujuan atau pencapaian tertentu selama telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan
proses belajar di sekolah berlangsung. Untuk itu, dalam penelitian ini adalah “terdapat perbedaan
anak perlu merencanakan strategi dalam belajarnya. yang signifikan antara regulasi diri siswa dalam
Strategi dalam belajar anak tidak akan terwujud tan- belajar berdasarkan pola asuh orang tua dengan
pa pengaturan diri dan tingkah laku yang baik dari jenis authoritative, authoritarian dan permisif di
seorang anak. Adapun tingkah laku manusia meru- SMP Dewi Sartika.
pakan hasil pengaruh respirokal faktor eksternal dan
internal. Hal ini berarti faktor eksternal dan internal
dalam diri saling memiliki timbal balik yang akan
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
membentuk regulasi diri dalam belajar sehingga tu-
dengan pendekatan komparatif. Penelitian ini ber-
juan anak dapat tercapai.
tujuan untuk melihat perbedaan satu variabel, yai-
Bandura menjelaskan bahwa faktor eksternal tu regulasi diri dalam belajar dengan tiga kelompok
mempengaruhi regulasi diri untuk mengevalua- sampel yang berbeda, yaitu siswa dengan pola asuh
si tingkah laku dan penguatan diri. Sedangkan fak- authoritarian, siswa dengan pola asuh authorita-
tor internal mempengaruhi regulasi diri untuk dapat tive, dan siswa dengan pola asuh permisif. Populasi
mampu mengobservasi diri, mampu menilai proses dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII
diri, dan menentukan reaksi diri. Berdasarkan teori di SMP Dewi Sartika sebanyak 111 siswa yang ter-
bandura tersebut dapat disimpulkan bahwa ada dua diri dari tiga kelas VIII. Akan tetapi saat pengambi-
faktor yang mempengaruhi regulasi diri seseorang lan data, ada beberapa siswa yang tidak hadir sehing-
anak dalam belajar, yaitu faktor eksternal dan fak- ga hanya 85 siswa yang terkumpul. Adapun karak-
tor internal. Faktor eksternal terdiri dari standard teristik siswa kelas VIII SMP Dewi Sartika adalah
umum yang telah ditetapkan serta adanya penguat- siswa laki-laki dan perempuan yang berusia 13-14
an terhadap pencapaian yang telah diraih. Sedang- tahun, yang termasuk kedalam kategori remaja. Ber-
kan faktor internal terdiri dari observasi diri di ma- dasarkan hasil penyebaran instrumen pola asuh ke-
na siswa memantau perkembangan dirinya, kemudi- pada 85 siswa SMP Dewi Sartika didapatkan data
an melakukan penilaian terhadap hal-hal yang telah sebagai berikut: 6 siswa dengan pola asuh authori-
ia lakukan dan terakhir terciptanya reaksi diri (self tarian, 47 siswa dengan pola asuh authoritative, dan
response). Faktor-faktor tersebut akan membentuk 32 siswa dengan pola asuh permisif.
Perbedaan Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Dilihat Dari Pola Asuh Authoritative, ... Dan Permisif 

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam hipotesis statistik dalam penelitian ini menggunakan
penelitian ini adalah melalui penyebaran kuesioner One Way Analysis of Variance (ANOVA) atau ana-
tertutup. Dalam penelitian ini skala yang diguna- lisis varians satu jalan. Apabila terdapat perbedaan
kan adalah semantic differensial baik itu untuk in- regulasi diri berdasarkan pola asuh, maka selanjut-
strumen pola asuh ataupun instrumen regulasi diri nya akan dilanjutkan dengan uji hipotesis lanjutan
dalam belajar. Kisi-kisi instrumen pola asuh ter- Post Hoc Test dengan menggunakan uji tukey.
diri dari tiga sub variabel dengan lima indikator pa-
da setiap variabel. Adapun pada instrumen regulasi
diri dalam belajar menggunakan instrument MSLQ
Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
yang telah dikembangkan oleh Pintrich yang terdiri
Berdasarkan pengisian kuisioner pola asuh dapat
dari dua sub variable yakni motivational strategies
diketahui sebanyak 47 siswa diasuh dengan pola
(value component, expentency component, affective
asuh authoritative (55,29%), sebanyak 6 orang yang
component) dan learining strategies (cognitive &
diasuh dengan pola asuh authoritarian (7,06%), dan
metacognitive strategies serta recources manage-
sebanyak 32 orang siswa yang diasuh dengan po-
ment).
la asuh permisif (37,65). Berikut adalah grafik pola
Sebelum melakukan penyebaran kedua instru- asuh siswa kelas VIII.
men tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya.
Dalam penelitian ini, peneliti menghitung validitas
dengan bantuan SPSS versi 16.0 baik itu angket pola Grafik Pola Asuh Siswa Kelas VIII SMP Dewi Sartika
asuh ataupun angket MSLQ. Peneliti melakukan uji
60%
coba instrumen yang berisi 150 item untuk instru- 55.29%
50%
men pola asuh dan 81 item untuk instrumen MSLQ
kepada 30 siswa kelas VII. Berdasarkan hasil per- 40% 37.65%
hitungan item pada angket pola asuh dengan taraf 30%
signifikansi 5% (dimuat pada lampiran 3) maka di- 20%
peroleh 122 item yang valid dan 28 item yang drop.
10% 7.06%
Kemudian dilakukan perhitungan reliabilitas terha-
0%
dap instrumen pola asuh dengan 122 item valid, ma- Authoritative Authoritarian Permisif
ka didapatkan hasil sebesar 0,980 (dimuat pada lam- Grafik 1 Gambaran Pola Asuh Siswa
piran 5). Adapun untuk instrumen MSLQ dengan 68
item valid diperoleh hasil sebesar 0.937. Setelah melakukan katagorisasi dapat diketahui
Data yang sudah diperoleh kemudian diolah bahwa siswa dengan katagori tinggi sebesar 20%,
untuk dianalisa sehingga dapat menjawab tujuan sedang sebesar 63,53% dan rendah sebesar 16,47%.
penelitian dan hipotesis penelitian. Adapun teknik 100%
analisa data yang digunakan dalan penelitian ini
adalah teknik analisa data deskriptif dan inferensial. 50%

Statistik inferensial yang digunakan adalah statis-


0%
tik parametris. Statistik parametris digunakan un- Katagorisasi
tuk menguji parameter populasi melalui statistik, Tinggi 20%
atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. 63.53%
Sedang
Statistik parametris memerlukan terpenuhinya ba-
Rendah 16.47%
nyak asumsi. Asumsi tersebut antara lain, katagori-
sasi, uji normalitas dan ujii homogenitas. Grafik 2 Katagorisasi Regulasi Diri dalam Belajar

Selanjutnya dilakukan uji hipotesis untuk melihat Setelah dilakukan perhitungan dengan menggu-
perbedaan regulasi diri siswa kelas VIII SMP Dewi nakan statistik deskriptif terhadap ketiga kelompok
Sartika berdasarkan pola asuh orangtua authorita- pola asuh orang tua, maka diperoleh nilai skor rata-
tive, authoritarian, dan permisif. Untuk menguji rata regulasi diri dalam belajar dari masing-masing
 Perbedaan Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Dilihat Dari Pola Asuh Authoritative, ... Dan Permisif

kelompok sebagai berikut. Nilai skor rata-rata re- pada setiap regulasi diri dalam belajar berdasarkan
gulasi diri dalam belajar siswa yang diasuh dengan pola asuh maka selanjutnya dilakukan uji tukey un-
pola asuh authoritative sebesar 363,1, authoritari- tuk melihat besarnya perbedaan regulasi diri dalam
an sebesar 289,7 dan permisif sebesar 285,6. Beri- belajar berdasarkan pola asuh. Adapun hasil dari
kut grafik rata-rata regulasi diri dalam belajar bera- perhitungan dengan uji tukey dapat dilihat pada ta-
dasarkan pola asuh. belnya.
400 Berdasarkan data pada tabel tersebut, dapat di-
200 simpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifi-
kan antara regulasi diri dalam belajar berdasarkan
0
Skor rata-rata pola asuh authoritative dengan dengan authoritari-
363.1
an serta regulasi diri dalam belajar berdasarkan pola
Authoritative
asuh authoritative dengan permisif. Akan tetapi ti-
Authoritarian 289.7
dak terdapat perbedaan yang signifikan antara regu-
Permisif 285.6
lasi diri dalam belajar berdasarkan pola asuh author-
Grafik 3 Skor Rata-rata Regulasi Diri dalam Belajar itarian dengan permisif.
Berdasarkan Pola Asuh

Langkah selanjutnya adalah melakukan uji nor- 2. Pembahasan Hasil Penelitian


malitas dengan menggunaka uji Kolmogorov- Regulasi diri dalam belajar merupakan aspek
Smirnov dengan menggunakan bantuan program penting yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Regu-
SPSS versi 16. Pada ketiga kelompok pola asuh lasi diri tidak muncul dengan sendirinya. Perlu ada-
tersebut didapatkan hasil bahwa semua data terdis- nya pembiasaan dan latihan untuk dapat memiliki
tribusi secara normal. Adapun setelah melakukan uji regulasi diri yang baik. Seorang siswa yang dibia-
homogenitas antara regulasi diri dalam belajar ber- sakan untuk teratur dan mampu mengontrol tingkah
dasarkan ketiga pola asuh tersebut diperoleh hasil p lakunya sejak kecil maka saat dewasa akan lebih ter-
= 0,382. Nilai p lebih besar dari 0,05 hal ini menan- kontrol jika dibandingkan dengan siswa yang tidak
dakan bahwa ketiga data tersebut bersifat homogen. dibiasakan untuk teratur sejak kecil. Proses pem-
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan biasaan tersebut tidak terlepas dari pola asuh yang
uji ANNOVA atau One Way Analysis of Variance. diterapkan ayah dan ibu sebagai orang tua.
Hasil bahwa nilai Asymp.signifikansi sebesar 0,000. Pola asuh orang tua dalam penelitian ini terbagi
Nilai tersebut lebih kecil dari taraf signifikasi 0,05. menjadi tiga jenis yakni authoritative, authoritar-
Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak ian dan permisif. Setelah melakukan perhitungan
yang menandakan bahwa terdapat perbedaan yang dapat diketahui bahwa pola asuh yang paling ba-
signifikan antara regulasi diri dalam belajar ber- nyak diterapkan pada siswa kelas VIII SMP Dewi
dasarkan pola asuh authoritative, authoritarian, dan Sartika adalah pola asuh authoritative yakni seba-
permisif. nyak 47 siswa sebesar 55,29%. Peringkat kedua di-
Tabel Post Hoc Test tempati oleh pola asuh permisif yakni sebanyak 32
Multiple Comparisons siswa atau sebesar 37.65%. Sedangkan pola asuh
Regulasi_Diri
Tukey HSD authoritarian berjumlah 6 orang siswa atau sebe-
(I) Pola
Asuh
(J) Pola
Asuh
Mean Diffe-
rence (I-J)
Std. Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
sar 7.06%. Hal ini menandakan bahwa sebagian
Error
Authoritative
Authoritarian 73.418* 22.356 .004 20.05 126.78 besar orang tua siswa memberikan kebebasan ke-
Permisif
Authoritative
77.460*
-73.418*
11.819
22.356
.000
.004
49.25
-126.78
105.67
-20.05
pada anak, akan tetapi tetap memberikan batasan
Authoritarian
Permisif 4.042 22.941 .983 -50.72 58.80 kepada anak. Pola asuh authoritative akan meng-
Authoritative -77.460* 11.819 .000 -105.67 -49.25
Permisif
Authoritarian -4.042 22.941 .983 -58.80 50.72 hasil-kan anak yang mampu mengontrol diri dan
*. The mean difference is significant at the 0.05 level. memiliki tingkat percaya diri yang baik.
Tabel uji tukey Siswa dengan pola asuh authoritative memiliki
skor rata-rata regulasi diri sebesar 363.1 dan siswa
Setelah disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang memiliki katagori tinggi sebesar 34.05% ada-
Perbedaan Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Dilihat Dari Pola Asuh Authoritative, ... Dan Permisif 

pun siswa dengan katagori sedang 65.95%. Pada belajar berdasarkan pola asuh authoritative dan au-
pola asuh ini tidak terdapat siswa dengan katago- thoritarian serta antara rata-rata regulasi diri dalam
ri rendah. Hal ini menandakan bahwa siswa dengan belajar berdasarkan pola asuh authoritative dan per-
pola asuh authoritative memiliki regulasi diri yang misif. Akan tetapi tidak terdapat perbedaan yang sig-
baik, memiliki motivasi yang tinggi, percaya pada nifikan antara regulasi diri dalam belajar berdasar-
kemampuan diri serta memiliki kontrol diri. Hal ini kan pola asuh authoritarian dan permisif.
senada dengan teori yang dikemukakan oleh Baum- Adanya perbedaan skor regulasi diri dalam bela-
rind bahwa anak-anak yang mempunyai orang tua jar berdasarkan pola asuh tersebut menandakan bah-
yang authoritative berkompeten secara sosial, per- wa pola asuh orang tua turut mempengaruhi regulasi
caya diri, dan bertanggung jawab secara sosial. Be- diri dalam belajar. Pola asuh orang tua yang berbeda
gitupun dengan pendapat dari Papalia yang menye- akan menghasilkan regulasi diri dalam belajar yang
butkan bahwa anak-anak prasekolah dengan orang berbeda pula. Oleh sebab itu penting bagi orang tua
tua authoritatif cenderung independen, terkontrol, untuk memperhatikan cara mereka dalam mengasuh
asertif, eksploratoris dan berisi. anak. Hal ini karena pola asuh turut berpengaruh pa-
Adapun untuk pola asuh authoritarian memiliki da pembentukan kepribadian dan regulasi diri anak.
skor rata-rata regulasi diri sebesar 289,7 dan siswa Sedangkan bila dilihat berdasarkan sub-variabel
yang memiliki katagori tinggi sebanyak 1 siswa atau siswa dengan pola asuh authoritative memiliki skor
sebesar 16,67% adapun siswa dengan katagori se- yang paling tinggi bila dibandingkan dengan po-
dang sebanyak 3 siswa atau sebesar 50% dan katago- la asuh yang lain. Adapun siswa dengan pola asuh
ri rendah sebanyak 2 siswa atau sebesar 33,33%. authoritarian memiliki skor rata-rata yang lebih
Hal ini menandakan bahwa siswa dengan pola asuh tinggi pada subvariabel motivational strategies bi-
authortarian berada pada katagori sedang. Menurut la dibandingkan siswa dengan pola asuh permisif.
Baumrind anak-anak dengan pola asuh authoritari- Hal ini menandakan bahwa siswa dengan pola asuh
an cenderung menarik diri dan tidak percaya kepa- authoritarian memiliki motivasi dalam belajar yang
da orang lain. cukup baik bila dibandingkan dengan siswa yang
Siswa dengan pola asuh permisif memiliki skor diasuh menggunakan pola asuh permisif. Adapun
rata-rata regulasi diri sebesar 285,6 dan siswa yang siswa dengan pola asuh permisif memiliki skor rata-
memiliki katagori sedang sebanyak 20 siswa atau rata subvariabel learning strategies yang lebih tinggi
sebesar 62,5% dan katagori rendah sebanyak 12 dari pada siswa dengan pola asuh authoritarian. Hal
siswa atau sebesar 37,5%. Pada pola asuh ini tidak ini menandakan bahwa siswa dengan pola asuh per-
didapati siswa dengan katagori tinggi. Data tersebut misif memiliki strategi yang baik dalam belajar.
menunjukkan bahwa siswa dengan pola asuh per- Pada sub variabel motivational strategies siswa
misif kurang memiliki regulasi diri. Hal ini sesu- dengan pola asuh authoritative memiliki skor yang
ai dengan pendapat Papalia yang mengemukakan paling tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang
bahwa anak dengan pola asuh permisif cenderung diasuh menggunakan pola asuh yang lain. Hal ini
kurang kontrol diri dan kurang eksporasi. menandakan bahwa siswa dengan pola asuh autho-
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis terdapat ritative memiliki tingkat motivasi yang tinggi, me-
perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor re- miliki rasa percaya pada kemampuan diri, serta me-
gulasi diri dalam belajar berdasarkan pola asuh au- miliki harapan untuk mencapai suatu kesuksesan.
thoritative, authoritarian dan permisif di SMP Dewi Adapun pada urutan kedua yakni siswa dengan po-
Sartika. Siswa dengan pola asuh authoritative memi- la asuh authoritarian, hal ini menandakan siswa de-
liki skor rata-rata paling tinggi bila dibanding den- ngan pola asuh authoritarian memiliki motivasi, ra-
gan pola asuh authoritarian dan pola asuh permisif. sa percaya diri dan harapan untuk mencapai kesuk-
Adapun setelah dilakukan uji post hoc untuk meli- sesan lebih tinggi dari siswa yang diasuh dengan po-
hat sejauh mana perbedaan regulasi diri berdasar- la asuh permisif. Dengan kata lain siswa dengan po-
kan pola asuh tersebut didapatkan adanya perbedaan la asuh permisif kurang memiliki motivasi, rasa per-
yang signifikan antara rata-rata regulasi diri dalam caya diri dan harapan untuk mencapai kesuksesan
 Perbedaan Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Dilihat Dari Pola Asuh Authoritative, ... Dan Permisif

bila dibandingkan dengan siswa yang diasuh meng- dalam belajar berdasarkan pola asuh authoritative,
gunakan pola asuh authoritative dan authoritarian. authoritarian, dan permisif. Pada penelitian ini dapat
Pada sub-variabel learning strategies siswa de- diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
ngan pola asuh authoritative memiliki skor yang antara regulasi diri dalam belajar berdasarkan pola
paling tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang asuh authoritative dengan authoritarian serta regu-
diasuh menggunakan pola asuh authoritarian dan lasi diri dalam belajar berdasarkan pola asuh author-
permisif. Hal ini menandakan bahwa siswa de- itative dengan permisif. Akan tetapi tidak terdapat
ngan pola asuh authoritative memiliki strategi be- perbedaan yang signifikan antara regulasi diri dalam
lajar, yang baik bila dibandingkan dengan dua po- belajar berdasarkan pola asuh authoritarian dengan
la asuh yang lain. Adapun pada urutan kedua yak- permisif.
ni siswa dengan pola asuh permisif, hal ini menan- Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneli-
dakan siswa de-ngan pola asuh permisif memiliki ti merekomendasikan kepada pihak sekolah untuk
kemampuan strategi dalam belajar lebih tinggi dari mengadakan program-program atau kegiatan yang
siswa yang diasuh dengan pola asuh authoritarian. mampu mengikatkan regulasi diri siswa dalam be-
Dengan kata lain siswa dengan pola asuh authori- lajar seperti training motivasi dan pemberian tugas-
tarian kurang memiliki kemampuan strategi dalam tugas oleh guru mata pelajaran yang dapat mening-
belajar bila dibandingkan dengan siswa yang dia- katkan kapasitas intelektualitas siswa.
suh menggunakan pola asuh authoritative dan au-
thoritarian.
Referensi
Pada sub indikator learning strategies terdapat Boekaerts, M. dan L. Corno, (2005). “Self-regulation in
poin meminta bantuan kepada pihak lain serta poin the classroom: A Perspective on Assessment and in-
bekerja sama dengan teman. Siswa yang diasuh tervention”. Applied Psychology: An International
dengan pola asuh authoritarian kurang memiliki ke- Review, 2005, Vol. 54, h.199–231.
mampuan dalam menyusun strategi dalam belajar. Chaplin, J.P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta:
Hal ini menandakan bahwa siswa dengan pola asuh PT Raja Grafindo Persada.
authoritarian kurang memiliki kemampuan dalam Depdikbud. (1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ja-
meminta bantuan kepada orang lain ataupun kurang karta : Balai Pustaka.
memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan te- Hasyim, U. (1993). Anak Sholeh (Cara Mendidik Anak
dalam Islam), Surabaya : PT Bina Ilmu.
man. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
Papalia, D.E., Sally, W.O. dan Ruth D,F. (1998). Human
oleh Papalia bahwa anak dengan pola asuh authori- Development Psikologi Perkembangan. Jakarta: Pre-
tarian cenderung menarik diri, dan tidak percaya ke- nada Media Group.
pada orang lain. Pintrich, P.R., Smith, D.A.F., Garcia, T., dan Mc. Khea-
cie. (1991). A Manual For The Use Motivated Strat-
egies for Learning Questionnaire. Michigan: The Re-
Simpulan dan Saran
gent of The University of Michigan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaku- Sanitiara, dkk. (2014).”Hubungan Kecemasan Akademis
kan, diketahui bahwa 55,29% sempel diasuh de- dengan Regulasi Diri dalam Belajar pada Mahasiswa
ngan pola asuh authoritative, 7,06% sempel dia- Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Ri-
suh dengan pola asuh authoritarian dan sebesar au Tahun 2013-2014”. JOM FK, Oktober 2012, Vol-
37,65% siswa diasuh dengan pola asuh permisif. ume 1, No. 2.
Regulasi diri dalam belajar siswa kelas VIII SMP Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development, (Pekem-
Dewi Sartika berada pada kategori tinggi sebanyak bangan Masa Hidup), Jakarta: Erlangga.
20%, katagori sedang sebanyak 63,53% dan kate- Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan
gori rendah sebanyak 16,47%. Setelah dilakukan uji Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
ANNOVA dapat diketahui taraf signifikansi sebesar http://kbbi.web.id/. Diakses pada 20 November 2013.
0,000. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa ter- https://www.google.com/.staff.gunadarma.ac.id. Diakses
pada 18 November 2014
dapat perbedaan yang signifikan antara regulasi diri

Anda mungkin juga menyukai