Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI PADA PASIEN

SECTIO CAESARIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sectio caesaria merupakan proses persalinan atau pembedahan melalui insisi


pada dinding perut dan rahim bagian depan untuk melahirkan janin.

Indikasi medis dilakukannya operasi sectio caesaria ada dua faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor janin dan faktor ibu. Faktor dari janin meliputi sebagai
berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman gawat janin, janin
abnormal, faktor plasenta, kelainan tali pusat dan bayi kembar. Sedangkan faktor ibu
terdiri atas usia, jumlah anak yang dilahirkan, keadaan panggul, penghambat jalan
lahir, kelainan kontraksi lahir, ketuban pecah dini (KPD), dan pre eklampsia
(Hutabalian , 2011).

Berdasarkan data yang ada penyebab langsung kematian pada ibu terdiri dari
perdarahan (35%), eklampsi (20%), infeksi (7%) sedangkan untuk penyebab yang
tidak diketahui (33%) (PWS KIA Tahun 2007).

Dalam keadaan normal 8–10% perempuan hamil aterm akan mengalami KPD
(Sarwono, 2008). Makin dikenalnya bedah caesar dan bergesernya pandangan
masyarakat akan metode tersebut, juga diikuti meningkatnya angka persalinan dengan
sectio caesaria. Di Indonesia sendiri, secara garis besar jumlah dari persalinan caesar
di rumah sakit pemerintah adalah sekitar 20–25% dari total persalinan, sedangkan
untuk rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi, yaitu sekitar 30–80% dari total
persalinan (Rosyid, 2009).

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia bersama Pemerintah (Departemen


Kesehatan dan Departemen Kesejahteraan Sosial) mengeluarkan Surat Edaran
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik (Dirjen Yanmedik) Departemen Kesehatan RI
yang menyatakan bahwa angka sectio caesaria untuk rumah sakit pendidikan atau
rujukan sebesar 20% dan rumah sakit swasta 15% (Kasdu, 2003).

Angka kejadian sectio caesaria khususnya dengan indikasi ketuban pecah dini
yang disertai dengan presentasi bokong selama 1 tahun terakhir di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta terdapat 8 orang dan untuk 1 bulan terakhir sebanyak 1
orang. Peningkatan angka kejadian sectio caesaria selalu mengalami peningkatan
untuk waktu yang akan datang.

Berdasarkan asumsi dari berbagai pihak yang terkait dengan meningkatnya


kecenderungan persalinan dengan sectio caesaria hal ini disebabkan oleh perasaan
cemas dan takut menghadapi rasa sakit, tidak kuat untuk menahan rasa sakit pada
persalinan spontan, takut tidak kuat mengedan, trauma pada persalinan yang lalu,
adanya kepercayaan atas tanggal dan jam kelahiran yang dapat mempengaruhi nasib
anaknya di masa mendatang, khawatir persalinan pervaginam akan merusak hubungan
seksual, keyakinan bahwa dengan bedah caesar kesehatan ibu dan bayi lebih terjamin,
faktor pekerjaan, anjuran dari suami, faktor praktis karena tindakan bedah caesar
dilakukan sekaligus dengan tindakan sterilisasi serta faktor sosial dan ekonomi yang
mendukung dilakukannya tindakan bedah caesar.

Salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk meminimalkan angka kejadian


sectio caesaria adalah dengan mempersiapkan tenaga kesehatan yang terlatih,
terampil dan profesional agar dapat melakukan deteksi dini dan pencegahan
komplikasi pada ibu hamil selama kehamilan sehingga kemungkinan persalinan
dengan sectio caesaria dapat diturunkan dan dicegah sedini mungkin. Selain itu,
peran petugas kesehatan sangat dibutuhkan yaitu pada saat pemeriksaan antenatal
care. Petugas kesehatan diharapkan mampu untuk memberikan konsultasi mengenai
bahaya yang ditimbulkan akibat operasi sectio caesaria sehingga masyarakat
memahami dan angka kejadian operasi sectio caesaria dapat diminimalkan.

B. Rumusan Masalah
Menjelaskan bagaimana penanganan keperawatan pada pasien dengan pre operasi
sectio caesaria.

C. Tujuan Laporan Kasus

1. Tujuan Umum

a. Mampu membuat dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pre operasi


sectio caesaria.
b. Sebagai bahan untuk pembelajaran dan pemahaman bagi mahasiswa untuk
lebih memahami tentang sectio caesaria.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien pre operasi sectio


caesaria.

b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien pre operasi sectio


caesaria

c. Dapat menyusun rencana keperawatan pada pasien pre operasi sectio caesaria

d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien pre operasi sectio


caesaria

e. Dapat mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada pasien pre operasi sectio
caesaria.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Seksio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Amru Sofyan,2012).
Jenis-Jenis Operasi Seksio Caesarea :
1. Seksio Caesarea Abdomen
Seksio Caesarea transperitonealis
2. Seksio Caesarea Vaginalis
Menurut arah sayatan pada Rahim, Seksio Caesarea dapat dilakukan sebagai
berikut
1. Sayatan memanjang atau longitudinal menurut Kronig
2. Sayatan melintang atau transversal menurut Kerr
3. Sayatan T/ T insisition
4. Seksio Caesarea Clasic/ Corporal
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada corpus uteri kira
kira sepanjang 10 cm. tetapi saat ini teknik ini jarang dilakukan karena
memiliki banyak kekurangan namun pada kasus seperti operasi berulang
yang memiliki banyak perlengketan organ cara ini dapat
dipertimbangkan.
5. Seksio Caesarea Ismika/ profunda
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkav pada sekmen
bawah Rahim kira-kira sepanjang 10cm.

B. Etiologi
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal
distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea
diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:

1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )


Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang
harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan
dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan
infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini
adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran
satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak
lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba
UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak
paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah
dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi
bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi
kaki (Saifuddin, 2002).

C. Manifestasi Klinis
1. Plasenta previa centralis dan lateralis (posterior)
2. Panggul sempit
3. Disporsi sefalopelvik : yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan ukuran
panggul.
4. Ruptur Uteri mengancam
5. Partus Lama (Prolonged Labor)
6. Partus tak maju (obstructed Labor)
7. Distosia Servik
8. Pre eklampsia dan Hipertensi
9. Mal presentasi janin
 Letak Lintang
 Letak Bokong
 Presentasi Dahi dan muka (Letak defleksi)
 Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil
 Gemeli
D. Komplikasi
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi
menjadi:
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-
cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme paru
yang sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya
bisa terjadi ruptur uteri.
5. Yang sering terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin atau hematocrit
6. Golongan Darah
7. Urinalisis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi
10. Ultrasound sesuai pesanan
F. Masalah yang Lazim Muncul
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
(mucus dalam jumlah berlebih), jalan nafas alergik (respon obat anestesi).
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri fisik (pembedahan, trauma jalan
lahir, episiotomy).
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi post partum.
4. Kertidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang pengetahuan ibu,
terhentinya proses menyusui.
5. Gangguan eliminasi urin.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kelemahan.
7. Resiko Infeksi.
8. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelelahan post partum.
9. Konstipasi.
10. Resiko Syok (Hipovolemi)
11. Resiko Perdarahan
12. Defisiensi Pengetahuan : Pderawatan post partum berhubungan dengan kurangnya
informasi dengan penanganan post partum.

G. Discharge Planning
1. Dianjurkan jangan hamil kurang lebih selama satu tahun setelah melahirkan.
2. Kehamilan selanjutnya hendaknya diawasi dengan pemeriksaan ante natal yang
baik.
3. Dianjurkan untuk bersalin dirumah sakit yang besar.
4. Lakukan perwatan post operasi sesuai arahan tenaga medis selama dirumah.
5. Jaga Kebersihan diri.
6. Konsumsi makanan yang bergizi dan istirahat cukup.
H. Pathway
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Amin Huda Nur. 2016. Asuhan Keperawatan Praktif berdasarkan penerapan
diagnosa Nanda, NIC,NOC dalam beragai kasus Edisi Revisi Jilid 2.
Yogyakarta: Mediaction.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Sofyan, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif Obstetri
Sosial Edisi 3 Jilid 1&2. Jakarta: EGC.
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-sc-sectio-
caesaria_28.html diakses pada senin, 24 september 2018 jam 20.45 WIB.

Anda mungkin juga menyukai