Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN STRES DENGAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI

PADA TINGKAT 2 PRODI DIII KEBIDANAN


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

Sri Wahyuni

ABSTRAK

Siklus menstruasi dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang
berbeda dalam hidupnya tergantung pada berbagai hal, salah satunya adalah
faktor stres. Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi, stres melibatkan
sistem neuro endokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam
reproduksi wanita. Beberapa studi menyatakan bahwa wanita usia reproduksi
memiliki masalah dengan menstruasi yang abnormal, seperti menstruasi tidak
teratur. Prevalensi siklus menstruasi yang abnormal berdasarkan evaluasi medis,
terdapat 9-13 % wanita usia reproduksi mengalami menstruasi yang tidak
teratur.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan stres dengan gangguan
siklus menstruasi pada mahasiswi tingkat II prodi D III Kebidanan STIKES
Muhammadiyah Klaten.
Metode penelitian ini adalah observasional, dengan pendekatan waktu cross
sectional. Populasi penelitian ini adalah semua mahasiswi tingkat II prodi D III
Kebidanan STIKES Muhammadiyah Klaten sebanyak 76 orang, teknik sampel
yang digunakan adalah total sampling. Instrumen menggunakan lembar
kuesioner, analisa yang dipakai dengan uji statistik chi square dengan taraf
signifikan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengalami stres normal dengan siklus menstruasi teratur sebanyak 47 responden
(61,8%), dengan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 3 responden (3,9%).
Sedangkan responden yang mempunyai tingkat stres ringan dengan siklus
menstruasi teratur sebanyak 22 responden (28,9%), dengan siklus menstruasi
tidak teratur 4 responden (5,3%).
Kesimpulan dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara stres dengan
gangguan siklus menstruasi dengan p = 0,180 (p > 0,05). Saran dari penelitian ini
adalah bagi mahasiswi perlu mengelola stres yang baik karena stres dapat
meningkatkan risiko terjadinya gangguan siklus menstruasi dengan nilai 2,848
kali.

Kata Kunci : Stres, Gangguan siklus menstruasi


Sri wahyuni, Hubungan Stres …. 65

I. PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi merupakan keadaan kesejahteraan baik fisik,
mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem,
fungsi-fungsi dan proses reproduksi. Pengetahuan kesehatan reproduksi
sebaiknya dilakukan sejak remaja, karena seorang wanita akan dapat
mengenali kelainan pada kesehatan reproduksinya sedini mungkin, terutama
tentang menstruasi (Kinanti, 2009).
Ciri khas kedewasaan seorang perempuan adalah dengan mendapat
menstruasi. Menstruasi merupakan proses yang kompleks dan harmonis dari
serebrum, hipotalamus, hipofisis, alat-alat genital, korteks adrenal, kelenjar
tiroid, prostaglandin, dan serotonin (Wiknjosastro, 1994). Menstruasi atau
siklus haid adalah pelepasan endometrium yang nekrotik yang disebabkan
oleh menurunnya kadar estrogen dan progesterone sebagai akibat tidak
adanya pembuahan di endometrium setelah mengalami beberapa fase
(Sarwono, 2002). Akan tetapi , variasi dari siklus menstruasi dan gangguan
menstruasi sering terjadi (Lee dkk, 2006).
Siklus menstruasi dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat
yang berbeda dalam hidupnya tergantung pada berbagai hal, salah satunya
adalah faktor stres (Saryono dan Waluyo, 2006 ;h. 7). Stres merupakan suatu
respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari wanita yang mencoba untuk
mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal atau sering
disebut stresor. Stresor dapat mempengaruhi semua bagian dari kehidupan
seseorang, menyebabkan stres mental, perubahan perilaku, masalah-masalah
dalam interaksi dengan orang lain dan keluhan-keluhan fisik salah satunya
gangguan siklus menstruasi. Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi,
stres melibatkan sistem neuro endokrinologi sebagai sistem yang besar
peranannya dalam reproduksi wanita (Sriati, 2008).
Orang-orang modern dihadapkan pada paradoksikal dari stres tersebut.
Dimana di satu pihak stres merupakan bagian penting dari hidup kita dalam
memberikan semangat untuk bekerja, hidup, dan berkembang. Sebaliknya,
stres juga merupakan akar dari sekian banyak masalah-masalah sosiologikal,
medis, dan ekonomi. Stres diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak
penyakit. Salah satunya adalah dapat menyebabkan gangguan pada
menstruasi (Kaplan and Manuck, 2004; Wang dkk, 2004). Beberapa studi,
menyatakan bahwa wanita usia reproduksi memiliki masalah dengan
menstruasi yang abnormal, seperti menstruasi yang tidak teratur (Caulter,
1991; Johnson, 2004). Prevalensi siklus menstruasi yang abnormal
berdasarkan evaluasi medis, terdapat 9-13 % wanita usia reproduksi
mengalami menstruasi yang tidak teratur (Caulter, 1991), pada populasi di
66 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 7, No. 12, Juni 2016

US menunjukkan 19% wanita usia 18-55 tahun mengalami gangguan dengan


menstruasinya (Strine, 2005), dan juga dari hasil penelitian di India,
mayoritas dari wanita yang dilaporkan memiliki rata-rata 37,9% menglami
menstruasi tidak teratur (Williams, 2006). Pelajar mahasiswi lebih sering
menunjukkan variasi menstruasi yang bermasalah, seperti menstruasi tidak
teratur (Hillard, 2005).
Pada saat ini, telah banyak fakta yang mengungkapkan hubungan
antara stres dengan menstruasi yang merupakan masalah kesehatan bagi
wanita (Kaplan and Manuck, 2004; Wang dkk, 2004). Berdasarkan data
wawancara dari beberapa studi, menunjukkan bahwa siklus menstruasi yang
abnormal ini berhubungan dengan stres psikologi (Hatch, 1999; Fenster dkk,
1999; Newton dkk, 2006; Nepomnaschy, 2007), dan dari hasil penelitian
beberapa studi juga menjelaskan bahwa sewaktu stres terjadi aktivasi aksis
hipotalamus-pituitari-adrenal bersama-sama dengan sistem saraf autonom
yang menyebabkan beberapa perubahan, diantaranya pada sistem reproduksi
yaitu siklus menstruasi yang abnormal (Chrousos dkk, 2004; Kanjantie dan
Phillips, 2006). Dari data beberapa hasil studi dikatakan bahwa pelajar
perawat di Kusyu University dilaporkan sebanyak 34% mengalami
menstruasi tidak teratur akibat stress (Onimura dan Yamaguchi, 1996),
wanita yang pertama sekali dipenjara dilaporkan sebanyak 30% mengalami
menstruasi tidak teratur akibat stres (Allsworth dkk, 2007), wanita yang
menderita gangguan psikitri dilaporkan sebanyak 22,1% mengalami
menstruasi tidak teratur (Barron dkk, 2008), kemudian penelitian di Jepang,
terdapat 63% pelajar mahasiswi mengalami menstruasi tidak teratur
(Yamamoto dkk, 2009)
Sebuah penelitian lain menemukan bahwa ketidakteraturan menstruasi
dengan prevalensi (31,2%), serta perpanjangan durasi menstruasi (5,3%)
(Cakir M et al). Bieniasz J et al mendapatkan prevalensi amenorea primer
sebanyak 5,3%, amenorea sekunder 18,4%, oligomenorea 50%,
polimenorea 10,5%, dan gangguan campuran sebanyak 15,8%.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada
mahasiswi tingkat 2 prodi DIII Kebidanan Stikes Muhammadiyah Klaten
tahun 2011 pada tanggal 15 Desember 2011 untuk mengetahui kejadian
gangguan siklus haid pada 10 responden dengan wawancara maka dapat
diketahui bahwa 9 mahasiswi mengalami gangguan siklus menstruasi dengan
pembagian yang mengalami polimenorea 7 mahasiswi, mengalami
oligomenorea 2 mahasiswi dengan tahap stres yang berbeda-beda yaitu mulai
dari tahap 1 sampai 5, serta 1 mahasiswi yang tidak mengalami gangguan
siklus menstruasi.
Sri wahyuni, Hubungan Stres …. 67

Berdasarkan uraian di atas peneliti terdorong untuk meneliti tentang


hubungan stres dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi tingkat 2
prodi DIII Kebidanan Stikes Muhammadiyah Klaten.

II. METODE PENELITIAN


Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang memuat tentang
struktur dan strategi penelitian untuk menjawab masalah penelitian.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional dengan pendekatan
cross sectional yang akan diamati secara deskriptif dan analitik. Pada
penelitian observasional, peneliti mencoba untuk mencari hubungan antara
variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel tergantung (efek) yang
analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel
sehingga perlu disusun hipotesisnya (Taufiqurrohman, 2004). Sedangkan
cross sectional merupakan rancangan penelitian dengan melakukan
pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antar faktor
resiko atau paparan dengan penyakit (Hidayat, 2007). Penelitian cross
sectional disebut juga penelitian tranversal sebab variabel bebas (faktor
risiko) dan variabel tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang
sama (Taufiqurrahman;2009).
Populasi penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto;
2006). Populasi dalam penelitian merupakan setiap subjek yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian
ini adalah semua mahasiswi prodi D III kebidanan tingkat 2 Stikes
Muhammadiyah Klaten. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 76 orang.
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002).
Sampel mencerminkan representativitas karakter populasinya akan tetapi
tidak berarti identik dengan seluruh karakter populasi, tetapi cukup identik
dengan beberapa karakter populasi yang akan dipelajari dalam penelitian
(Taufiqurrahman; 2009).
Teknik sampling merupakan proses seleksi sampel yang digunakan
dalam penelitian dari populasi yang ada sehingga jumlah sampel akan
mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2007). Teknik sampling
penelitian ini menggunakan non probability / non random sampling dengan
cara total sampling (sampling jenuh) yaitu menggunakan seluruh anggota
populasi sebagai sampel (Hidayat, 2007). Jumlah sampel pada penelitian ini
adalah sebanyak 76 orang.
68 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 7, No. 12, Juni 2016

Analisis data dilakukan dengan menggunakan alat bantu komputer


melalui program SPSS dengan tingkat signifikasi 0,05 dan CI-95 %.
Penelitian analisis univariat adalah analisa yang dilakukan menganalisis tiap
variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo, 2005 : 188). Analisa univariat
berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa
sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna.
peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik.
Menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif dengan
menghitung distribusi frekuensi (Sugiyono, 2007). Variabel yang dianalisis
secara univariat dalam penelitian ini adalah variabel tingkat stres dan
variabel gangguan siklus menstruasi pada responden.
Kedua variabel yang diuji dikatakan memiliki hubungan yang
signifikan apabila nilai x² hitung > x² tabel atau apabila nilai p-value kurang
dari 0,05. Uji statistik yang digunakan untuk membandingkan antara kasus
dan control terhadap faktor risiko (variabel independent) dengan rumus Odds
Ratio (OR).
Tabel 3.2 Tabel Rumus Odds Ratio (OR)
Stres Gangguan siklus menstruasi Jumlah
Teratur Tidak teratur
Stres (+) a B a+b
Tidak Stres (-) c D c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d
Keterangan :
a = Stres, siklus menstruasi teratur
b = Stres, siklus menstruasi tidak teratur
c = Tidak stres, siklus menstruasi teratur
d = Tidak stres, siklus menstruasi tidak teratur
Rumus:
OR= ad / bc
Odds Ratio adalah risiko antara probabilitas terjadinya sesuatu
(kejadian) dengan probabilitas tidak terjadinya sesuatu (kejadian) tersebut.
Bila nilai ini dikaitkan dengan peristiwa penyakit atau gangguan kesehatan
lainnya, maka Odds Ratio adalah rasio antara probabilitas untuk terjadinya
penyakit tersebut (Noor,2002).
Sri wahyuni, Hubungan Stres …. 69

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Tingkat Stres
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Pada Mahasiswi
Tingkat II Prodi DIII Kebidanan STIKES
Muhammadiyah Klaten
Tingkat Stres Frekuensi Prosentase (%)
Normal 50 65,8
Ringan 26 34,2
Sedang 0 0
Berat 0 0
Sangat berat 0 0
Jumlah 76 100
Sumber : Data Primer Juni 2012 di Stikes Muhammadiyah
Klaten
Berdasarkan data tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar
tingkat stres responden adalah stres normal sebanyak 50 responden
(65,8%).
b. Gangguan Siklus Menstruasi
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Gangguan Siklus Menstruasi Pada
Mahasiswi Tingkat II Prodi DIII Kebidanan STIKES
Muhammadiyah Klaten
Gangguan Siklus Frekuensi Prosentase (%)
Menstruasi
Teratur 69 90,8
Tidak Teratur 7 9,2
Jumlah 76 100
Sumber : Data Primer Juni 2012 di Stikes Muhammadiyah Klaten
Berdasarkan tabel 4.2 dari 76 responden dapat diketahui
bahwa responden yang mengalami siklus menstruasi teratur
sebanyak 69 responden (90,8%), sedangkan yang mengalami siklus
menstruasi tidak teratur sebanyak 7 responden (9,2%).
2. Analisis Bivariat
Tabel 4.3 Hubungan Antara Stres Dengan Gangguan Siklus Menstruasi
Pada Mahasiswi Tngkat II Prodi DIII Kebidanan Stikes
Muhammadiyah Klaten
70 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 7, No. 12, Juni 2016

Tingkat
Stres Gangguan Siklus Menstruasi
Teratur Tidak Total X2 P OR
Teratur
f % F % F %
Normal 47 61,8 3 3,9 50 65,8 3,481 0,180 2,848
Ringan 22 28,9 4 5,3 26 34,2
Sedang 0 0 0 0 0 0
Berat 0 0 0 0 0 0
Sangat 0 0 0 0 0 0
berat
Jumlah 69 90,8 7 9,2 76 100

Sumber : Data Primer Juni 2012 di Stikes Muhammadiyah Klaten

Berdasarkan tabel 4.3 dari 76 responden yang mempunyai tingkat


stres normal dengan siklus menstruasi teratur sebanyak 47 responden
(61,8%), siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 3 responden (3,9%).
Sedangkan responden yang mempunyai tingkat stres ringan dengan siklus
menstruasi teratur sebanyak 22 responden (28,9%), siklus menstruasi
tidak teratur 4 responden (5,3%); dan tidak ada responden yang
mempunyai tingkat stres sedang, berat dan sangat berat.
Hasil uji statistik chi square diketahui nilai X2 hitung = 1,802
sedangkan nilai X2 tabel = 3,481 (X2 hitung < X2 tabel) dengan p = 0,180
(p>0,05) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
stres dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi tingkat 2 prodi
DIII Kebidanan Stikes Muhammadiyah Klaten.
Untuk mengetahui tingkat risiko stres dengan gangguan siklus
menstruasi digunakan nilai Odds Ratio (OR). Nilai Odds Ratio (OR) =
2,848. Wanita stres mempunyai risiko 2,848 kali lipat mengalami
gangguan siklus menstruasi daripada wanita yang tidak mengalami stres.

B. Bahasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai stres normal sebanyak 50 orang (65,8%). Responden dengan
tingkat stres ringan sebanyak 26 orang (34,2%), hal ini dikarenakan adanya
suatu tekanan atau tuntutan yang dialami setiap orang tidak sama, dalam batas
tertentu stres sehat dalam diri kita membantu kita untuk tetap aktif dan
waspada (Nevid, dkk, 2003; h. 135). Kebanyakan remaja seringkali harus
berhadapan dengan lebih dari satu stresor pada waktu yang bersamaan.
Banyak stresor yang dialami remaja terjadi secara terus menerus setiap hari.
Tekanan akademis dan kompetisi, tujuan karir dan pendidikan yang lebih
Sri wahyuni, Hubungan Stres …. 71

tinggi, kecemasan dalam menghadapi masalah, tekanan dari teman sebaya,


harapan dari orang tua, dan konflik antar orang tua dapat menyebabkan stres
pada remaja (Santrock; 2003 h. 566).
Penilain gangguan siklus menstruasi dikategorikan menjadi dua yaitu
teratur dan tidak teratur. Dari hasil penelitian 76 responden dapat diketahui
bahwa responden yang mengalami siklus menstruasi teratur sebanyak 69
responden (90,8%), sedangkan yang mengalami siklus menstruasi tidak
teratur sebanyak 7 responden (9,2%). Panjang siklus menstruasi yang normal
pada perempuan ialah 25-32 hari, dan kira-kira 97% perempuan yang
berovulasi siklusnya berkisar antara 18-42 hari (Wiknjosastro, 2006).
Perbedaan siklus menstruasi setiap wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satunya ialah fisik lemah (misalnya menderita penyakit kronis atau
kondisi tubuh sedang kurang sehat) juga akan mempengaruhi kesuburan
(Iskandar, 2004 : 12). Faktor lain ialah asupan zat gizi dan status gizi,
berhubungan dengan kadar hormon steroid yang merupakan faktor dalam
proses pengaturan siklus menstruasi (Suandi, 2004 : 23).
Responden yang mempunyai stres normal dengan siklus menstruasi
teratur sebanyak 47 responden (61,8%), stres normal dengan siklus
menstruasi tidak teratur sebanyak 3 responden (3,9%). Responden yang
mempunyai tingkat stres ringan dengan siklus menstruasi teratur sebanyak 22
responden (28,9%), tingkat stres ringan dengan siklus menstruasi tidak teratur
sebanyak 4 responden (5,3%); dan tidak ada responden yang mempunyai
tingkat stres sedang, berat, dan sangat berat ditunjukkan dengan hasil uji
statistik dimana nilai X2 hitung 1,802, sedangkan p = 0,180 (p > 0,05). Nilai p
hitung > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara stres dengan gangguan siklus
menstruasi tetapi stres meningkatkan risiko terjadinya gangguan siklus
menstruasi sebesar 2,848 kali ditunjukkan dengan nilai OR (Odds Ratio) =
2,848.
Pernyataan yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna didukung oleh Iskandar (2004), siklus menstruasi dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor genetik, asupan gizi,
status gizi, fisik, dan hormon. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori
bahwa stres berpengaruh pada kegagalan produksi folikel stimulating hormon
(FSH-LH) di hipotalamus sehingga mempengaruhi gangguan produksi
estrogen & progesteron yang menyebabkan gangguan siklus menstruasi (Puji,
2009). Perempuan yang mengalami gangguan psikis berat seperti stres sangat
berat atau depresi biasanya akan mengalami gangguan hormonal, siklus
menstruasi menjadi kacau dapat memanjang atau memendek dan tidak
mengalami ovulasi (Iskandar, 2004).
72 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 7, No. 12, Juni 2016

Keterbatasan dalam penelitian ini terdapat pada pendekatan waktu yang


digunakan dalam penelitian yaitu cross sectional. Peneliti melakukan
pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antar faktor
risiko atau paparan dengan penyakit, peneliti tidak melakukan observasi
dengan pertanyaan tertutup sehingga tidak mampu mengendalikan variabel
pengganggu yang akan mempengaruhi yaitu faktor genetik, faktor gizi dan
status gizi, psikis dan fisik, serta faktor hormonal.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara stres
dengan gangguan siklus menstruasi tetapi stres meningkatkan risiko
terjadinya gangguan siklus menstruasi sebesar 2,848 kali dibanding
yang tidak mengalami stres.
2. Sebagian besar responden mengalami stres normal sebanyak 50
responden (65,8%).
3. Dari 76 responden yang mengalami gangguan siklus menstruasi
sebanyak 7 responden (9,2%).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswi
Mahsiswi tingkat 2 prodi DIII Kebidanan Stikes Muhammadiyah
Klaten perlu mengelola stres yang baik karena stres dapat
meningkatkan risiko terjadinya gangguan siklus menstruasi.
2. Bagi profesi bidan
Profesi bidan agar mampu memberikan konseling, informasi, edukasi
dan motivasi yang benar serta dapat memberi terapi yang tepat kepada
pasien yang mengalami gangguan siklus menstruasi.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat mengidentifikasi faktor lain yang
mempengaruhi gangguan siklus menstruasi sebagaimana mestinya, dan
menggunakan metode penelitian yang lebih tepat agar hasil lebih akurat.
Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya serta
mampu dikembangkan sehingga hasil lebih baik.
Sri wahyuni, Hubungan Stres …. 73

DAFTAR PUSTAKA

Aat. Tinjauan Tentang Stres. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran


Bandung; 2008.
Dadang Hawari. Managemen Stres, Cemas, dan Depresi. Balai Penerbit
FKUI.Jakarta; 2008.
Wiknjosastro, H. Ilmu Kandungan. YBSP. Jakarta ; 2006.
Desty Nur Isnaeni, Hubungan antara stres dengan pola menstruasi pada
mahasiswa D1V Kebidanan jalur reguler universitas sebelas maret
Surakarta, Univertas Sebelas Maret Surakarta ; 2006.
Tri Suwarni, Hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus haid pada remaja
putrid kelas 2 di SMA Negeri 1 Karanganyar, Universitas Sebelas Maret
Surakarta ; 2005.
Ana Wahyuningsih, Hubungan antara tingkat stres dengan kejadian disminorhe
pada siswi kelas XII SMA Muhammadiyah 1 Klaten, Stikes
Muhammadiyah Klaten ; 2011.
Notoatmodjo, S.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ; 2010.
Wangsa Teguh, GH.W. Menghadapi Stres dan Depresi, Seni Menikmati Hidup
Agar Selalu Bahagia. Yogyakarta : Tugu Publisher ; 2009.
Santrock, John W. Adolescence.Perkembangan Remaja edisi 6. Jakarta :
Erlangga ; 2003.
Pinel, J P J. Biopsikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar ; 2009.
Prawiroharjo, S. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka ; 2005.
Hidayat, A. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika; 2007.
Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV ALVABETA;2007.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika ; 2003.
Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Jakarta :
Rineka Cipta ;2002.
Lovibond, SH & Lovibond, pf.1995.DASS. http:// www2.pys.unsw.edu.
au/groups/ dass/. 10 Januari 2012. jam 19.00 WIB
74 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 7, No. 12, Juni 2016

Taufiqurrahman, M. A. Metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.


Klaten : CSGF; 2003.
Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2005.
Iskandar. Ilmu Psikologi Remaja. Jakarta : EGC ;2004.
Manuaba, I.B.G. Memahami Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta : EGC ;
2003.
Suliswati. Payapo, A. Maruhawa, J. Sianturi, Y. Sumijatun. Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC ; 2005.
LIewellyn, Jones, Derek. Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi. Ahli Bahasa dr.
Hadiyanto. Jakarta : Hipokrates ; 2001
Wiknjosastro, H. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo; 2005.
Saryono. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Medika ; 2008.
Andrea. Lucian E. Marin. Referensi Kesehatan Psikologi & Jiwa. 20 Januari
2012. http://Sress%20%C2%AB%20Referensi%20Kesehatan.htm.
Psikologi Yayasan Australia. Depresi Kegelisahan Stres Libra (DASS). 20
Januari 2012. Didapat dari: http://DASS.html
Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I. Kesehatan Remaja Problem dan
Solusinya. Jakarta : Salemba Medika; 2010.
Manuaba, I.A.C. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi
Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC; 2008.
Syaifuddin. Buku Acuan Pelayanan Antenatal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP ;
2002.
Manuaba. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : EGC ;
2009. http://kuesionerDASS-42.html

Anda mungkin juga menyukai