211 630 1 PB PDF
211 630 1 PB PDF
Sri Wahyuni
ABSTRAK
Siklus menstruasi dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang
berbeda dalam hidupnya tergantung pada berbagai hal, salah satunya adalah
faktor stres. Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi, stres melibatkan
sistem neuro endokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam
reproduksi wanita. Beberapa studi menyatakan bahwa wanita usia reproduksi
memiliki masalah dengan menstruasi yang abnormal, seperti menstruasi tidak
teratur. Prevalensi siklus menstruasi yang abnormal berdasarkan evaluasi medis,
terdapat 9-13 % wanita usia reproduksi mengalami menstruasi yang tidak
teratur.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan stres dengan gangguan
siklus menstruasi pada mahasiswi tingkat II prodi D III Kebidanan STIKES
Muhammadiyah Klaten.
Metode penelitian ini adalah observasional, dengan pendekatan waktu cross
sectional. Populasi penelitian ini adalah semua mahasiswi tingkat II prodi D III
Kebidanan STIKES Muhammadiyah Klaten sebanyak 76 orang, teknik sampel
yang digunakan adalah total sampling. Instrumen menggunakan lembar
kuesioner, analisa yang dipakai dengan uji statistik chi square dengan taraf
signifikan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengalami stres normal dengan siklus menstruasi teratur sebanyak 47 responden
(61,8%), dengan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 3 responden (3,9%).
Sedangkan responden yang mempunyai tingkat stres ringan dengan siklus
menstruasi teratur sebanyak 22 responden (28,9%), dengan siklus menstruasi
tidak teratur 4 responden (5,3%).
Kesimpulan dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara stres dengan
gangguan siklus menstruasi dengan p = 0,180 (p > 0,05). Saran dari penelitian ini
adalah bagi mahasiswi perlu mengelola stres yang baik karena stres dapat
meningkatkan risiko terjadinya gangguan siklus menstruasi dengan nilai 2,848
kali.
I. PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi merupakan keadaan kesejahteraan baik fisik,
mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem,
fungsi-fungsi dan proses reproduksi. Pengetahuan kesehatan reproduksi
sebaiknya dilakukan sejak remaja, karena seorang wanita akan dapat
mengenali kelainan pada kesehatan reproduksinya sedini mungkin, terutama
tentang menstruasi (Kinanti, 2009).
Ciri khas kedewasaan seorang perempuan adalah dengan mendapat
menstruasi. Menstruasi merupakan proses yang kompleks dan harmonis dari
serebrum, hipotalamus, hipofisis, alat-alat genital, korteks adrenal, kelenjar
tiroid, prostaglandin, dan serotonin (Wiknjosastro, 1994). Menstruasi atau
siklus haid adalah pelepasan endometrium yang nekrotik yang disebabkan
oleh menurunnya kadar estrogen dan progesterone sebagai akibat tidak
adanya pembuahan di endometrium setelah mengalami beberapa fase
(Sarwono, 2002). Akan tetapi , variasi dari siklus menstruasi dan gangguan
menstruasi sering terjadi (Lee dkk, 2006).
Siklus menstruasi dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat
yang berbeda dalam hidupnya tergantung pada berbagai hal, salah satunya
adalah faktor stres (Saryono dan Waluyo, 2006 ;h. 7). Stres merupakan suatu
respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari wanita yang mencoba untuk
mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal atau sering
disebut stresor. Stresor dapat mempengaruhi semua bagian dari kehidupan
seseorang, menyebabkan stres mental, perubahan perilaku, masalah-masalah
dalam interaksi dengan orang lain dan keluhan-keluhan fisik salah satunya
gangguan siklus menstruasi. Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi,
stres melibatkan sistem neuro endokrinologi sebagai sistem yang besar
peranannya dalam reproduksi wanita (Sriati, 2008).
Orang-orang modern dihadapkan pada paradoksikal dari stres tersebut.
Dimana di satu pihak stres merupakan bagian penting dari hidup kita dalam
memberikan semangat untuk bekerja, hidup, dan berkembang. Sebaliknya,
stres juga merupakan akar dari sekian banyak masalah-masalah sosiologikal,
medis, dan ekonomi. Stres diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak
penyakit. Salah satunya adalah dapat menyebabkan gangguan pada
menstruasi (Kaplan and Manuck, 2004; Wang dkk, 2004). Beberapa studi,
menyatakan bahwa wanita usia reproduksi memiliki masalah dengan
menstruasi yang abnormal, seperti menstruasi yang tidak teratur (Caulter,
1991; Johnson, 2004). Prevalensi siklus menstruasi yang abnormal
berdasarkan evaluasi medis, terdapat 9-13 % wanita usia reproduksi
mengalami menstruasi yang tidak teratur (Caulter, 1991), pada populasi di
66 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 7, No. 12, Juni 2016
Tingkat
Stres Gangguan Siklus Menstruasi
Teratur Tidak Total X2 P OR
Teratur
f % F % F %
Normal 47 61,8 3 3,9 50 65,8 3,481 0,180 2,848
Ringan 22 28,9 4 5,3 26 34,2
Sedang 0 0 0 0 0 0
Berat 0 0 0 0 0 0
Sangat 0 0 0 0 0 0
berat
Jumlah 69 90,8 7 9,2 76 100
B. Bahasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai stres normal sebanyak 50 orang (65,8%). Responden dengan
tingkat stres ringan sebanyak 26 orang (34,2%), hal ini dikarenakan adanya
suatu tekanan atau tuntutan yang dialami setiap orang tidak sama, dalam batas
tertentu stres sehat dalam diri kita membantu kita untuk tetap aktif dan
waspada (Nevid, dkk, 2003; h. 135). Kebanyakan remaja seringkali harus
berhadapan dengan lebih dari satu stresor pada waktu yang bersamaan.
Banyak stresor yang dialami remaja terjadi secara terus menerus setiap hari.
Tekanan akademis dan kompetisi, tujuan karir dan pendidikan yang lebih
Sri wahyuni, Hubungan Stres …. 71
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara stres
dengan gangguan siklus menstruasi tetapi stres meningkatkan risiko
terjadinya gangguan siklus menstruasi sebesar 2,848 kali dibanding
yang tidak mengalami stres.
2. Sebagian besar responden mengalami stres normal sebanyak 50
responden (65,8%).
3. Dari 76 responden yang mengalami gangguan siklus menstruasi
sebanyak 7 responden (9,2%).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswi
Mahsiswi tingkat 2 prodi DIII Kebidanan Stikes Muhammadiyah
Klaten perlu mengelola stres yang baik karena stres dapat
meningkatkan risiko terjadinya gangguan siklus menstruasi.
2. Bagi profesi bidan
Profesi bidan agar mampu memberikan konseling, informasi, edukasi
dan motivasi yang benar serta dapat memberi terapi yang tepat kepada
pasien yang mengalami gangguan siklus menstruasi.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat mengidentifikasi faktor lain yang
mempengaruhi gangguan siklus menstruasi sebagaimana mestinya, dan
menggunakan metode penelitian yang lebih tepat agar hasil lebih akurat.
Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya serta
mampu dikembangkan sehingga hasil lebih baik.
Sri wahyuni, Hubungan Stres …. 73
DAFTAR PUSTAKA