Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan bagian integral dari pembangunan


nasional. Pada era globalisasi dimana kemajuan teknologi yang sedemikian pesat, pelayanan
kesehatan yang bertanggung jawab menjadi tuntutan yang sangat wajar seiring dengan
kesadaran pasien akan hak-haknya.
Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat karya
dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di Rumah Sakit menyangkut
berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar Rumah Sakit mampu melaksanakan fungsi
yang demikian kompleks, Rumah Sakit harus memiliki Sumber Daya Manusia yang
profesional baik di bidang teknis medis maupun administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan
meningkatkan mutu, Rumah Sakit harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin
peningkatan mutu di semua tingkatan. Dalam kegiatan peningkatan mutu pelayanan
keperawatan perlu ada suatu program yang terencana dan berkesinambungan sebagai
pedoman bagi pelayanan keperawatan dalam mengevaluasi dan membuat rencana tindak
lanjut sehingga tercapai peningkatan mutu pelayanan yang diharapkan. Salah satu program
yang dibuat adalah Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).

A. Latar Belakang
Kejadian infeksi Rumah Sakit adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu
pasien dirawat di Rumah Sakit. Bagi pasien di Rumah Sakit, hal ini merupakan persoalan
serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak langsung kematian pasien. Beberapa
kejadian infeksi Rumah Sakit mungkin tidak menyebabkan kematian pasien akan tetapi dapat
menjadi penyebab penting pasien dirawat lebih lama di Rumah Sakit. Penyebabnya oleh
kuman yang berada di lingkungan Rumah Sakit atau oleh kuman yang sudah dibawa oleh
pasien sendiri, yaitu kuman endogen. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa kejadian
infeksi Rumah Sakit adalah infeksi yang secara potensial dapat dicegah.
Salah satu hal yang perlu disadari bersama bahwa kualitas Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit yang masih sangat rendah, berdampak pada rendahnya
mutu pelayanan Rumah Sakit maupun bertambahnya beban yang harus ditanggung oleh
penderita. Suatu kejadian infeksi Rumah Sakit pada pasien akan mengakibatkan hal-hal
seperti memperberat penyakit dan sangat mungkin menyebabkan terjadinya kematian ataupun
kecacatan, perpanjangan waktu perawatan yang juga berdampak pada perpanjangan waktu
tunggu bagi pasien lainnya serta peningkatan biaya pengobatan yang ditanggung oleh pasien
maupun Rumah Sakit.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit semakin hari semakin penting
untuk dapat dilaksanakan oleh semua Petugas yang ada di fasilitas pelayanan Rumah sakit
amalia medika. Perlu disadari bahwa rendahnya kualitas dan kuantitas pengendalian infeksi di
Rumah Sakit memerlukan dukungan berbagai pihak khususnya para klinisi serta komitmen
pimpinan Rumah Sakit untuk secara terus menerus menggerakkan semua pihak yang terlibat
dalam pelayanan di Rumah Sakit Amalia Medika untuk melaksanakan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi. Untuk itu, Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan lainnya dituntut untuk
mampu memberikan pelayanan yang bermutu, akuntabel, transparan terhadap masyarakat
khususnya terhadap jaminan keselamatan pasien (patient safety).
Memperhatikan kompleksnya permasalahan tetapi di satu sisi banyaknya manfaat yang
dihasilkan apabila kita melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dengan baik, maka Rumah Sakit Amalia Medika sebagai suatu Rumah Sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan standar mutu yang tinggi,
merasa penting untuk menyusun suatu program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dengan
baik dan terarah sehingga dapat dilaksanakan dalam suatu struktur organisasi yang kuat dan
rapi yang mampu menyusun dan menjabarkan program secara komprehensif, rinci dan jelas,
sehingga dapat dilaksanakan oleh semua Petugas Rumah Sakit secara benar dan bertanggung
jawab. Untuk itu dibutuhkan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pembinaan sebagai
upaya menekan kejadian infeksi di Rumah Sakit Amalia Medika serta meningkatkan mutu,
cakupan dan efisiensi pelayanannya kepada masyarakat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan keselamatan pasien, Petugas dan keluarga/ pengunjung melalui setiap
aktivitas yang berpotensi atau berisiko penyebaran infeksi diantara pasien oleh Petugas
Kesehatanan, fasilitas dan lingkungan Rumah Sakit untuk mencapai kondisi lingkungan
Rumah Sakit yang memenuhi persyaratan dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi serta
membantu proses pengobatan dan penyembuhan penderita sehingga mutu pelayanan Rumah
Sakit dapat meningkat.

2. Tujuan Khusus
a. Mencegah dan mengendalikan kejadian Infeksi Rumah Sakit (IRS/ Incident Rate
HAIs) di Rumah Sakit Amalia Medika melalui kegiatan surveilan, investigasi
outbreak/ KLB, audit kepatuhan PPI dan edukasi tentang PPI.
b. Memaksimalkan penerapan kebijakan, panduan dan SPO tentang PPI melalui
kegiatan monitoring di semua unit pelayanan.
c. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/ penerapan PPI di unit-unit
pelayanan.
d. Meningkatkan kualitas/ kompetensi karyawan terutama Panitia PPI Rumah Sakit
Amalia Medika.
BAB II
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Program PPI antara lain meliputi program kebersihan tangan, surveilans risiko infeksi,
investigasi wabah (outbreak) penyakit infeksi, meningkatkan pengawasan terhadap
penggunaan antimikroba secara aman, assesment berkala terhadap risiko, menetapkan sasaran
penurunan risiko serta mengukur dan mereview risiko infeksi. Kegiatan pokok dan rincian
kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan sehingga tercapainya
program PPI. Adapun kegiatan pokok dan rincian kegiatan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:

A. Rapat Koordinasi Panitia PPI


1. Rapat Rutin
- Merupakan kegiatan rapat yang dilakukan secara rutin meliputi rapat bulanan (laporan
bulanan), rapat koordinasi bagian panitia PPI.
- Kelengkapan rapat : Undangan rapat, daftar hadir, dan notulen rapat.
2. Rapat insidental
- Merupakan rapat yang diselenggarakan sewaktu-waktu apabila ada yang salah yang
perlu segera dibahas atau diselesaikan
- Jam, waktu, materi dan perserta rapat disesuaikan dengan kebutuhan
- Kelengkapan rapat : undangan, daftar hadir dan notulen rapat.

B. Menurunkan dan Mengendalikan Angka Insiden Infeksi Rumah Sakit (IRS/ Incident Rate
Hais) dengan Mengendalikan Angka Insiden Infeksi seperti Infeksi Daerah Operasi (IDO),
Infeksi Luka Infus (ILI)/ Phlebitis, Infeksi Saluran Kemih (ISK), Dekubitus.
Kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
1. Surveilans data Infeksi Rumah Sakit
2. Investigasi outbreak/ wabah/ Kejadian Luar Biasa (KLB)
3. Meningkatkan pengawasan terhadap penggunaan antimikroba secara aman
4. Melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
5. Asesmen berkala terhadap risiko Infeksi Rumah Sakit
6. Menentukan sasaran penurunan risiko
7. Mengukur dan me-review risiko infeksi
8. Monitoring pelaksanaan sterilisasi di Rumah Sakit
9. Monitoring pelaksanaan manajemen Linen dan Loundry Rumah Sakit
10. Monitoring pelaksanaan manajemen peralatan kadaluarsa, single-use yang menjadi re-
use.
11. Monitoring pembuangan sampah-sampah infeksius, cairan tubuh dan darah.
12. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum
13. Monitoring Gizi
14. Monitoring pembongkaran, pembangunan dan renovasi
15. Monitoring pelaksanaan isolasi pasien/ruangan pemisahan sementara
16. Monitoring hand hygiene pada pasien, pengunjung dan Staf/ Petugas.
17. Monitoring penggunaan Alat Pelindung Diri.
18. Monitoring Pengendalian Lingkungan Rumah Sakit
19. Monitoring Pola Pelayanan Farmasi Khususnya tentang Dispensing Obat dan
Kadaluarsa Obat
20. Monitoring di Ruang Tindakan dan Perawatan (Kamar Operasi, Kamar Bersalin/ VK,
UGD, Perinatologi, Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap)
21. Monitoring Penatalaksanaan Kebersihan/ Dekontaminasi Ambulan
22. Monitoring Pelaksanaan PPI di Kantin/ Koperasi Rumah Sakit
23. Monitoring Pelaksanaan PPI di Ruang Tunggu
24. Menyampaikan Rekomendasi Pengadaan Sarana Pendukung
25. Melakukan Koordinasi dengan Unit Terkait mengenai Pengadaan Sarana Pendukung
Penerapan PPI
26. Membuat Usulan Pelatihan Dasar PPI bagi Tenaga IPCLN
27. Mengikuti Seminar/ Simposium/ Work Shop tentang PPI, baik Daerah maupun
Nasional

C. Memaksimalkan Penerapan Kebijakan, Pedoman/panduan dan SPO tentang PPI di semua


Unit Pelayanan.
Kegiatan yang dilaksanakan meliputi :
1. Monitoring pengendalian lingkungan Rumah Sakit.
2. Monitoring pola pelayanan Farmasi khususnya tentang dispensing obat dan kadaluarsa
obat.
3. Monitoring di semua ruang tindakan dan perawatan (Kamar Bedah, VK, UGD,
Perinatologi, Rawat Jalan dan Rawat Inap).
4. Monitoring penatalaksanaan kebersihan/ dekontaminasi ambulan.

D. Memaksimalkan Penerapan Kebijakan, Pedoman/panduan dan SPO Tentang PPI di semua


Area Pengunjung
Kegiatan yang dilaksanakan meliputi :
1. Monitoring pelaksanaan PPI di Ruang Tunggu.
2. Monitoring pelaksanaan PPI di Kantin Rumah Sakit.

E. Mengembangkan Fasilitas Pendukung Pelaksanaan/ Penerapan PPI di Unit Pelayanan


Kegiatan yang dilaksanakan meliputi :
1. Membuat rekomendasi untuk usulan pengadaan sarana pendukung penerapan PPI di
unit pelayanan seperti pengadaan APD, sarana kebersihan tangan (wastafel, sabun,
larutan desinfektan/ antiseptik, tisu, handrub) dan lain-lain.
2. Melakukan koordinasi dengan unit terkait untuk pengadaan sarana pendukung
penerapan PPI.

F. Meningkatkan Kualitas/ Kompetensi Petugas Panitia/ Tim PPI


Kegiatan yang dilaksanakan meliputi :
1. Membuat usulan pelatihan lanjutan bagi tenaga IPCN.
2. Membuat usulan pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN.
3. Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training) tentang PPI bagi seluruh
Petugas Rumah Sakit (medis dan non medis).
4. Mengikuti seminar/ simposium/ work shop tentang PPI baik daerah maupun nasional.
BAB III
CARA PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Pertemuan Rapat
a) Rapat rutin bulanan antara IPCN dan IPCLN, rapat yang diselenggarakan satu bulan
sekali pada minggu ke 4 setiap bulan. Rapat membahas mengenai laporan infeksi
bulanan, evaluasi kerja IPCLN pada bulan berjalan, pembahasan masalah PPI di unit
kerja terutama keperawatan, rencana kerja serta sosialisasi kebijakan terbaru yang
berhubungan dengan PPI di rumah sakit.
b) Rapat rutin Panitia PPI, rapat yang diselenggarakan setiap 3 bulan sekali dengan unit
terkait. Rapat membahas tentang sosialisasi peraturan atau kebijakan PPI terbaru,
anggaran tahun depan, kasus-kasus pasien infeksi, penentuan ruang isolasi/kohort,
perlindungan kesehatan karyawan, program PPI terbaru.
c) Rapat Insidentil, rapat yang sifatnya mendesak, tidak terjadwal dan dapat
diselenggarakan baik secara internal maupun mengundang unit lain sesuai dengan
kebutuhan.

2. Menurunkan dan Mengendalikan Angka Insiden IRS/ Incident Rate HAIs


a) Surveilan IRS
Data Infeksi Rumah Sakit merupakan salah satu indikator klinik Rumah Sakit sehingga
surveilan harus dilakukan dengan benar agar mendapatkan data yang akurat,
menggambarkan keadaan sesungguhnya. Data yang akurat akan membantu
mengidentifikasi permasalahan yang perlu diatasi untuk mendapatkan mutu pelayanan
pasien yang optimal. Data akan dikoleksi setiap bulan sesuai dengan yang telah
ditetapkan dan telah diinformasikan kepada unit yang terkait.
Ruang lingkup pelaksanaan surveilan IRS Amalia Medika adalah di semua unit
pelayanan perawatan/ kesehatan langsung kepada pasien dengan mengumpulkan dan
mengevaluasi data yang terkait dengan risiko infeksi pada :
a. Saluran kencing seperti prosedur invasif dan peralatan terkait dengan indwelling
urinary catheter, sistim drainase urin.
b. Peralatan intravaskuler invasif.
c. Lokasi operasi seperti pelayanan dan type pembalut luka dan prosedur aseptik.

Metode surveilans yang digunakan oleh Panitia PPI Rumah Sakit Amalia Medika
adalah :
a. Surveilans ISK, menggunakan metode Surveilan Target meliputi Ruang Perawatan.
ISK adalah infeksi yang terjadi pada saluran kemih murni (uretra dan permukaan
saluran kemih) atau melibatkan bagian yang lebih dalam dari organ-organ pendukung
saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar
retroperitoneal atau rongga perinefrik).
ISKTK yaitu infeksi akibat pemakaian/ pemasangan kateter urine menetap setelah 48
jam pemakaian alat. Alat yang digunakan pasien adalah alat yang dipasang di Rumah
Sakit Amalia Medika.

Jumlah kasus ISK


ISK = x 1000
Jumlah lama hari pemakaian alat

b. Surveilan IDO (Infeksi Daerah Operasi)


Menggunakan metode Surveilan Komprehensif (Wide Hospital Surveillance)
dilakukan di semua ruang perawatan Rawat Inap serta Surveilan Paska Rawat (Post
Discharge Surveillance) yang dilakukan setelah pasien keluar dari Rumah Sakit yaitu
di Poliklinik.

IDO adalah infeksi pada luka operasi bersih dan bersih terkontaminasi yang terjadi
dalam kurun waktu 30 hari setelah operasi tanpa implan dan 1 tahun setelah operasi
dengan implan.

Jumlah kasus IDO


IDO = x 100
Jumlah seluruh tindakan operasi

Pencatatan dilakukan oleh Perawat yang ditunjuk (IPCN) dibantu oleh IPCLN yang
ada di setiap unit perawatan dengan menggunakan format pengawasan harian Rumah
Sakit yang mencakup semua variabel (satuan) yang ada dalam formula dari seluruh
jenis infeksi Rumah Sakit yang ada. Pencatatan dilakukan bila ditemukan kelainan
sesuai jenis infeksi Rumah Sakit yang ada, maka petugas ruangan atau IPCLN yang
pertama kali menemukan pasien terinfeksi harus langsung mencatat dan
melaporkannya kepada IPCN.

Indikasi adanya infeksi Rumah Sakit juga dapat dengan melakukan telaah/ kajian
laboratorium untuk mengetahui apakah ada hasil kultur atau isolasi positif pada
waktu tersebut di ruang perawatan dimana dilakukan kegiatan surveilan.

Data infeksi yang ditemukan terlebih dahulu dikonfirmasi dengan Dokter yang
merawat untuk menegakkan apakah hal tersebut dapat diindikasikan sebagai data
infeksi Rumah Sakit.

c. Surveilans ILI (Infeksi Luka Infus)


Infeksi karena jarum Infus (Intravenous Canulae Infection Rate) adalah infeksi yang terjadi di
sekitar tusukan atau bekas tusukan jarum infus di Rumah Sakit dan timbul setelah
2x24 jam dirawat.
Infeksi ini ditandai dengan rasa panas, pengerasan dan kemerahan (kalor, tumor dan
rubor) dengan atau tanpa pus pada daerah bekas tusukan jarum infus dalam waktu
2x24 jam atau kurang dari waktu tersebut bila infus masih terpasang.

Lokasi infeksi khas yaitu di sekitar bekas tusukan jarum infus, termasuk vena seksi
dan infus pada kepala bayi dengan menggunakan Wing Needle atau Vena Catether.

Surveilan infeksi ini dilakukan di semua ruang perawatan Rawat Inap serta paska
rawat (post discharge surveillance) yaitu dilakukan setelah pasien keluar dari Rumah
Sakit yaitu di Poliklinik.

Jumlah kasus ILI


ILI = x 1000
Jumlah seluruh pemasangan infus

3. Investigasi Outbreak/ Wabah/ KLB


Surveilan atau investigasi outbreak/ KLB dilaksanakan terhadap temuan adanya
kasus infeksi yang muncul dan pemunculan ulang (emerging atau reemerging) serta kuman
multi resisten lain yang dipantau melalui pemantauan hasil laboratorium mikrobiologi seperti
ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase), MDRO (Multi Drug Resistant Organism),
MRSA (Meticllin Resistant Staphylococcus aureus), VRE (Vancomycin Resistant
Enterococcus).
Suatu kejadian disebut outbreak/ KLB adalah apabila meningkatnya suatu kejadian,
kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok pasien
dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria yang digunakan adalah :
a. Timbulnya penyakit/ infeksi dan atau kuman yang sebelumnya tidak ada.
b. Adanya peningkatan kejadian dua kali atau lebih dibandingkan jumlah yang terjadi pada
kurun waktu yang sama pada periode/ tahun sebelumnya.

4. Meningkatkan pengawasan terhadap penggunaan antimicroba secara aman


Penggunaan antibiotik bijak yaitu penggunaan antibiotik dengan spektrum sempit,
pada indikasi yang ketat dengan dosis yang adekuat, interval dan lama pemberian yang tepat.
Indikasi ketat penggunaan antibiotik dimulai dengan menegakkan diagnosis penyakit infeksi,
menggunakan informasi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium seperti mikrobiologi,
serologi, dan penunjang lainnya. Antibiotik tidak diberikan pada penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus atau penyakit yang dapat sembuh sendiri (self-limited).

Pemilihan jenis antibiotik harus berdasar pada:


a. Informasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi dan pola kepekaan kuman terhadap
antibiotik.
b. Hasil pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan kuman penyebab infeksi.
c. Profil farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik.
d. Melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan hasil mikrobiologi dan keadaan klinis
pasien serta ketersediaan obat.
e. Cost effective: obat dipilih atas dasar yang paling cost effective dan aman.

Prinsip Penggunaan Antibiotik untuk Terapi Empiris dan Definitif


a. Antibiotik Terapi Empiris
b. Antibiotik untuk Terapi Definitif
c. Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis Bedah
d. Penggunaan Antibiotik Kombinasi.

5. Melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Monitoring kesehatan karyawan/ petugas dilakukan dengan berkoordinasi dengan Tim
K3RS yang meliputi beberapa kegiatan antara lain :
a. Pemeriksaan berkala.
b. Pemberian imunisasi yang pelaksanaannya tergantung pada :
1) Risiko ekspos petugas
2) Kontak petugas dengan pasien
3) Karakteristik pasien Rumah Sakit
4) Dana Rumah Sakit
c. Pelaporan pajanan dan insiden kecelakaan kerja (tertusuk jarum).
d. Pengobatan dan atau konseling.

6. Membuat Pengkajian Risiko Pengendalian Infeksi


Pengkajian risiko pengendalian infeksi terdiri dari tiga tahapan, yaitu :
a. Identifikasi risiko dilakukan oleh Panitia PPI dengan melibatkan bidang pelayanan, unit
penjaminan mutu dan tim patient safety. Identifikasi risiko ini didasarkan pada issue
infeksi.
b. Analisa risiko, risiko yang sudah teridentifikasi dilakukan grading dengan memberikan
skor pada probabilitas, dampak dan kesiapan sistem di Rumah Sakit. Analisa risiko ini
dilakukan oleh Panitia PPI dengan melibatkan bidang pelayanan, Panitia PMKP dan
Tim Patient Safety.
c. Evaluasi risiko adalah tahapan melihat risiko mana yang paling tinggi nilainya dengan
cara mengalikan skoring risiko probabilitas dengan dampak kesiapan sistem yang
dilakukan oleh Panitia PPI dengan melibatkan bidang pelayanan, Panitia PMKP dan
Tim Patient Safety.

7. Monitoring Pelaksanaan Sterilisasi Rumah Sakit


Monitoring pelaksanaan sterilisasi dilakukan minimal 1 kali tiap bulan meliputi
prosedur penerimaan alat kotor, pembersihan alat, pengeringan, sterilisasi/ dekontaminasi,
pengemasan, pelabelan kadaluarsa steril alat, penyimpanan dan pendistribusian alat.
Monitoring juga dilakukan terhadap kepatuhan petugas dalam penggunaan APD, pencatatan
suhu, tekanan dan kelembaban ruangan. Hasil monitoring akan dilaporkan tiap bulan.

8. Monitoring Pelaksanaan Manajemen Linen dan Laundry Rumah Sakit.


Monitoring manajemen linen meliputi kegiatan monitoring pada prosedur
penerimaan linen kotor, pemilahan linen infeksius dan non infeksius, perendaman, pencucian,
pengeringan, penyimpanan dan pendistribusian linen serta alur linen kotor dan bersih.
Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap
bulan

9. Monitoring Pelaksanaan Manajemen Peralatan Kadaluarsa, Single Use yang di Re-


Use
Monitoring manajemen peralatan kadaluarsa khususnya peralatan single use menjadi
re-use dilaksanakan terhadap prosedur yang digunakan, daftar dan jumlah alat single use yang
bisa dilakukan re-use, prosedur uji kimia/ biologi, pelabelan steril alat, penyimpanan dan
pendistribusian alat. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan hasil
monitoring dilaporkan tiap bulan.

10. Monitoring Pembuangan Sampah Infeksius, Cairan Tubuh dan Darah


Monitoring dilakukan terhadap prosedur penanganan sampah infeksius dan cairan
tubuh mulai dari sumbernya (ruang tindakan, perawatan, laboratorium) termasuk kantong
sampah yang digunakan, sampai dikelola di incenerator/ limbah/ pihak ketiga. Kegiatan
monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.

11. Monitoring Pembuangan Benda Tajam dan Jarum


Monitoring penerapan kewaspadaan isolasi lainnnya termasuk penanganan dan
pengeloaan benda tajam yang dilakukan setiap hari bersamaan dengan kunjungan ruangan,
meliputi prosedur yang benar tentang pembuangan benda tajam dan prosedur yang benar
tentang penggunaan benda tajam/ jarum. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap
bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.

12. Monitoring Pelayanan Makanan dan Permesinan


Monitoring pelayanan makanan meliputi kegiatan monitoring pada penyediaan bahan
makanan mentah, penataan/ penyususunan bahan makanan, pengolahan makanan, penyajian
makanan dan pendistribusian makanan ke ruang perawatan. Monitoring juga dilakukan
terhadap kepatuhan petugas dalam penggunaan APD, mencuci tangan, prosedur pencucian
dan penyimpanan alat-alat makan, pencatatan suhu dan kelembaban ruangan serta
pemeliharaan mesin/ alat yang digunakan. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap
bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.

13. Monitoring Pelaksanaan Pembongkaran/ Renovasi


Monitoring pelaksanaan pembongkaran, pembangunan dan renovasi bangunan di
Rumah Sakit dilakukan bila ada kegiatan seperti pembongkaran gedung (demolution),
perbaikan gedung, penambahan bagian dari gedung utama dan atau pembangunan gedung
baru. Monitoring dilakukan sebelum, selama dan setelah dilakukan renovasi/ rekontruksi
bangunan. Hasil monitoring yang dilakukan IPCN dan Panitia PPI akan dituangkan dan
disusun dalam laporan ICRA (Infections Control Risk Assessment) renovasi/ rekonstruksi
yang akan dilaporkan kepada Direktur.

14. Monitoring Pelaksanaan Isolasi Pasien/ruangan pemisahan sementara


Monitoring penggunaan ruang isolasi dilakukan dengan melakukan kunjungan
lapangan oleh IPCN dengan mengisi formulir pemantauan yang meliputi ketersediaan/
kelengkapan sarana/ prasarana, kepatuhan penggunaan APD, kepatuhan mencuci tangan,
penempatan pasien serta pencatatan suhu, tekanan dan kelembaban ruangan. Hasil monitoring
dilaporkan tiap bulan.

15. Monitoring Hand Hygiene pada Pasien, Penunggu dan Petugas/ Staf
a. Monitoring hand hygiene pada pasien dilakukan dengan memberikan informasi
kepada pasien tentang kapan harus cuci tangan dan bagaimana cara melakukan cuci
tangan, juga diberikan informasi kapan harus melakukan hand hygiene dengan sabun
cuci tangan dan kapan dengan handrub. Ketersediaan fasilitas untuk melakukan cuci
tangan pada area pasien juga dimonitor ketersediaannya.
b. Monitoring hand hygiene pada penunggu dilakukan dengan memberikan informasi
kepada penunggu tentang kapan harus cuci tangan dan bagaimana cara melakukannya,
juga diberikan informasi kapan harus melakukan hand hygiene dengan sabun cuci
tangan dan kapan dengan hand rub. Ketersediaan fasilitas untuk melakukan cuci
tangan pada area pasien juga dimonitor ketersediaannya.
c. Monitoring hand hygiene pada Petugas/ Staf dilakukan dengan audit kepatuhan
melakukan cuci tangan yang dilakukan setiap hari dan analisanya dibuat setiap bulan
dan di laporkan ke ketua Panitia PPI setiap 3 (tiga) bulan. Audit dilakukan terhadap
Petugas yang terlibat langsung dalam pelayanan pasien meliputi Unit Rawat Jalan dan
Rawat Inap.

16. Monitoring Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Monitoring penggunaan APD yang dilakukan setiap hari terhadap Petugas di unit
perawatan terutama di ruangan isolasi, dilakukan bersamaan dengan kunjungan ruangan.
Hasil monitoring dilaporkan tiap 1 bulan.

17. Monitoring Pengendalian Lingkungan Rumah Sakit


Kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan monitoring kebersihan lingkungan
Rumah Sakit, lingkungan masing-masing unit pelayanan, prosedur penatalaksanaan
pengendalian lingkungan seperti mengepel lantai, membersihkan dinding dan dekontaminasi
permukaan termasuk prosedur pembuatan/ pencampuran larutan desinfektan. Kegiatan
monitoring dilaksanakan tiap hari dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.

18. Monitoring Pola Pelayanan Farmasi Khususnya tentang Dispensing Obat dan
Kadaluarsa Obat
Monitoring pola pelayanan Farmasi meliputi prosedur yang terkait dengan
dispensing obat, kebersihan peralatan yang digunakan, kebersihan lingkungan sekitar,
penataan obat-obatan dan penatalaksanaan obat kadaluarsa. Kegiatan monitoring dilakukan
minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.

19. Monitoring di Ruang Tindakan dan Perawatan (Kamar Operasi, Kamar Bersalin/
VK, IGD, Perinatologi, Rawat Jalan dan Rawat Inap)
Monitoring penggunaan penerapan PPI di seluruh ruangan pelayanan dilakukan
dengan melakukan kunjungan lapangan oleh IPCN dengan mengisi formulir pemantauan yang
meliputi ketersediaan/ kelengkapan sarana/ prasarana, kepatuhan penggunaan APD,
kepatuhan mencuci tangan, penempatan pasien serta pencatatan suhu, tekanan dan
kelembaban ruangan. Hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.

20. Monitoring Penatalaksanaan Kebersihan/ Dekontaminasi Ambulan


Monitoring penatalaksanaan ambulan dilakukan dengan melakukan kunjungan
lapangan ke unit ambulan oleh IPCN terkait ketersediaan/ kelengkapan sarana/ prasarana yang
mendukung penerapan PPI, prosedur dekontaminasi dan kebersihan serta kepastian ambulan
bisa dipergunakan kembali ditinjau dari PPI. Hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.

21. Monitoring Pelaksanaan PPI di Kantin/ Koperasi Rumah Sakit


Monitoring penerapan PPI di kantin/ Koperasi meliputi kegiatan monitoring pada
penyediaan bahan makanan mentah, penataan/ penyusunan bahan makanan, pengolahan
makanan, penyajian makanan, kepatuhan petugas menggunakan APD, pencucian dan
penyimpanan alat-alat makan, kebersihan makanan dan lingkungan serta ketersediaan/
kelengkapan sarana cuci tangan dan kepatuhan Petugas/ Karyawan dalam melakukan cuci
tangan. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring
dilaporkan tiap bulan.

22. Monitoring Pelaksanaan PPI di Ruang Tunggu


Monitoring pelaksanaan PPI di ruang tunggu pasien baik di ruang Rawat Inap
maupun di Rawat Jalan meliputi pembuangan sampah, kebersihan lingkungan, etika batuk,
pemakaian APD dan lain-lain. Kegiatan dilakukan setiap hari bersamaan dengan kunjungan
harian IPCN.

23. Menyampaikan Rekomendasi Pengadaan Sarana Pendukung


Membuat rekomendasi untuk usulan pengadaan sarana pendukung penerapan PPI di
unit pelayanan seperti pengadaan APD, sarana mencuci tangan (wastafel, sabun, larutan
desinfektan/ antiseptik, tisu, handrub). Rekomendasi PPI dalam pengadaan sarana pendukung
PPI akan dibuat dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang disusun oleh Panitia PPI untuk
diajukan kepada Direktur yang selanjutnya akan dimasukkan ke dalam RAB Rumah Sakit.

24. Melakukan Koordinasi dengan Unit Terkait mengenai Pengadaan Sarana


Pendukung Penerapan PPI
RAB PPI akan ditindaklanjuti Panitia PPI ke bagian perencanaan dan bagian
keuangan.
25. Membuat Usulan Pelatihan Lanjutan bagi Tenaga IPCN dan IPCN Baru
Perkembangan ilmu dan tekhnologi harus diimbangi dengan pelatihan bagi IPCN
yang berkesinambungan dan ter-up date sesuai dengan perkembangan kondisi saat ini. Panitia
PPI membuat daftar kebutuhan pelatihan untuk diajukan ke Direktur dan ditembuskan kepada
Kepegawaian SDM.

26. Membuat Usulan Pelatihan Dasar PPI bagi Tenaga IPCLN


Adanya beberapa petugas IPCLN yang pindah tugas ke unit/ ruangan lain
menyebabkan upaya untuk mencarikan pengganti yang tentu belum tersentuh lebih jauh
tentang pemahaman PPI. Oleh karena itu Panitia PPI membuat daftar kebutuhan pelatihan
untuk IPCLN agar bisa diajukan ke Direktur dan ditembuskan kepada KaBid terkait.

27. Membuat Pelatihan Berkesinambungan (In House Training) tentang PPI bagi
Seluruh Petugas Rumah Sakit (Medis dan Non Medis)
Program in house training PPI akan berkoordinasi dengan Bagian Diklat yang
dilaksanakan rutin dan berkesinambungan. Setiap petugas yang sudah mengikuti kegiatan in
house training akan mendapatkan sertifikat sebagai bukti keikutsertaannya dan masa berlaku
sertifikat adalah satu tahun. Panitia PPI juga melakukan in house training ke unit-unit yang
bertujuan semua staf yang ada di setiap unit dapat terpapar program in house training PPI.

28. Mengikuti Seminar/ Simposium/ Work Shop tentang PPI, baik Daerah maupun
Nasional
Agar lebih cepat mendapatkan up date tentang PPI, Panitia PPI membuat usulan
supaya Tim PPI sebagai pelaksana kegiatan operasional Program PPI bisa mengikuti seminar/
simposium/ work shop yang berhubungan dengan PPI, baik daerah maupun nasional. Usulan
ditujukan kepada Direktur yang ditembuskan kepada KaBid Terkait.

BAB IV
SASARAN

A. Sasaran Program
Melibatkan :
1. Seluruh Staf Rumah Sakit
Seluruh Staf Rumah Sakit dilibatkan dalam penerapan PPI dalam memberikan
pelayanan kepada pasien, baik secara langsung maupun tidak langsung di unitnya
masing-masing.

2. Pasien dan Keluarga


Pasien dan keluarga diberikan edukasi tentang PPI dengan harapan ikut serta dalam
upaya pencegahan dan pengendalian infeksi. Edukasi diberikan secara langsung (face to
face) ataupun dikumpulkan dalam suatu pertemuan dalam bentuk penyuluhan yang
berkaitan dengan PPI.

3. Pengunjung
Pengunjung pasien yang datang ke Rumah Sakit diberikan edukasi tentang PPI dengan
harapan ikut serta dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit
terutama tentang aturan yang harus dipatuhi dan dijauhi ketika mengunjungi pasien-
pasien dengan penyakit menular, immunocompromissed, maupun tentang upaya lain
yang berhubungan dengan PPI.

B. Menurunkan Angka Insiden Infeksi Rumah Sakit (IRS)/ Incident Rate HAIs
Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah
Sakit periode Agustus 2018 - Desember 2018 dan dilanjutkan Januari 2019 - Desember
2019, untuk menurunkan angka insiden Infeksi Rumah Sakit (IRS) adalah :
1. Surveilans IRS
a. Angka insiden ISK ≤ 4,7 kasus per-1000 hari pemakaian kateter urine menetap (≤
4,7‰) dalam satu periode tertentu (1 bulan).
b. Angka insiden IDO ≤ 2 kasus per-100 tindakan operasi (≤ 2%), meliputi semua
pasien pasca operasi di Rumah Sakit yang sedang dirawat dan setelah pasien keluar
dari Rumah Sakit.

c. Angka insiden ILI ≤ 5 kasus per-1000 tindakan pemasangan infus (≤ 5‰) dalam satu
periode tertentu (1 bulan).
d. Angka insiden dekubitus ≤ 1,5 kasus per-1000 tindakan dengan tirah baring lama (≤
1,5‰) dalam satu periode tertentu (1 bulan).

2. Investigasi Outbreak/ KLB


Sasaran surveilan kuman multiresisten adalah menurunnya angka insiden seperti ESBL
(Extended Spectrum Beta Lactamase), MDRO (Multi Drug Resistent Organism), MRSA
(Methicyllin Resistant Staphylococcus Aureus), yaitu pada pasien yang sudah
dinyatakan infeksi dan atau dicurigai infeksi yang sedang dirawat di semua ruang
perawatan, dengan pemeriksaan kultur mikrobiologi. Sasaran pencapaiannya adalah
tidak ditemukan kuman multiresisten (0%) dalam 1 tahun.

3. Audit Kepatuhan
a. Sasaran audit kepatuhan melakukan cuci tangan adalah semua Petugas baik medis
dan non medis seperti Dokter, Perawat, Bidan, Petugas Radiologi, Petugas dan
Laboratorium, yang terlibat langsung dalam pelayanan pasien meliputi di Unit Rawat
Jalan, Perinatologi dan Rawat Inap. Sasaran pencapaian kepatuhan mencuci tangan
adalah ≥ 80% dalam jangka waktu 3 bulan.
b. Audit kelengkapan PPI juga dilakukan setiap hari /setiap minggu/ setiap waktu
tertentu bersamaan dengan kunjungan lapangan ke unit-unit pelayanan/ perawatan
untuk melihat apakah sarana dan prasarana pendukung di semua unit tersedia, tidak
lengkap atau salah/ tidak digunakan. Sasaran pencapaiannya adalah ≥ 80% dalam
waktu 3 bulan.

4. Edukasi
Sasaran yang ingin dicapai Panitia PPI dalam pelaksanaan program edukasi dibagi
dalam kategori Staf baru dan Staf lama (medis dan non medis), pasien, keluarga pasien/
pengunjung serta petugas/ pekerja non petugas Rumah Sakit yang tidak melayani pasien
langsung tetapi berada di lingkungan Rumah Sakit seperti Petugas Keamanan dan
Petugas Kantin/ Koperasi.
a. Staf Baru
Staf baru tidak dibedakan Perawat, Dokter atau staf lain diberikan edukasi PPI saat
mereka memulai bekerja atau mulai menjadi karyawan di Rumah Sakit. Kegiatan ini
bekerja sama dengan Bagian Diklat dan SDM. Sasaran pencapaian adalah semua Staf
baru yang akan bekerja di Rumah Sakit sudah teredukasi PPI (100%).
b. Staf Lama
Dalam kaitan peningkatan pemahaman pengendalian infeksi akan dilakukan
inventarisasi staf medis dan non medis yang telah menjalani edukasi sebelumnya,
sehingga dapat diketahui siapa yang belum menjalani kegiatan edukasi. Peningkatan
pengetahuan untuk seluruh staf dalam bentuk in house training PPI sehingga
mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama untuk pengendalian infeksi. Sasaran
pencapaian adalah ≥ 80% Staf sudah teredukasi PPI dalam waktu 1 tahun.
Khusus untuk Staf di ruang perawatan isolasi, secara berkesinambungan setiap 6
bulan diberikan edukasi PPI dengan lebih memberikan perhatian khusus pada materi
penggunaan APD, penempatan pasien infeksius/ immunocompromissed dan
implementasi perawatan pasien infeksius/ immunocompromissed. Diharapkan semua
Staf yang bertugas di ruang isolasi (100%) dapat teredukasi PPI yang spesifik
tentang kewaspadaan berbasis transmisi dalam jangka waktu 6 bulan.
c. Pasien
Edukasi kepada pasien diberikan secara langsung dan melalui leaflet oleh IPCLN,
Petugas ruangan atau IPCN, saat kunjungan langsung ke unit pelayanan perawatan
tentang cuci tangan, pencegahan penyebaran penyakit infeksi di Rumah Sakit dan
pengelolaan penyakit infeksi di Rumah Sakit. Sasaran pencapaian edukasi kepada
pasien adalah lebih dari 70% pasien yang sedang dirawat dapat teredukasi PPI dalam
waktu 6 bulan.
d. Pengunjung
Edukasi dengan pengunjung/ keluarga pasien dilaksanakan berkoordinasi dengan
Tim PKRS dan petugas ruang perawatan. Kegiatan dilakukan di poliklinik/ Unit
Rawat Jalan dan ruang perawatan, meliputi cuci tangan, pencegahan penyebaran
penyakit infeksi di Rumah Sakit, kebersihan lingkungan, pengenalan penyakit seperti
penyakit menular. Sasaran pencapaiannya adalah > 70% pengunjung dapat teredukasi
dalam waktu 3 bulan.
e. Kantin
Edukasi pada Petugas Kantin yang berada di lingkungan Rumah Sakit diberikan di
kelas oleh IPCN atau langsung saat kunjungan ke kantin yang melayani pasien,
pengunjung/ keluarga pasien dan Petugas Rumah Sakit. Sasaran pencapaian edukasi
Petugas Kantin adalah > 75% sudah teredukasi PPI dalam waktu 6 bulan.
f. Petugas Lainnya
Sasaran pencapainnya adalah > 70% Petugas lainnya teredukasi PPI dalam waktu 1
tahun.

C. Memaksimalkan Kepatuhan dalam Penerapan Kebijakan, Pedoman dan atau SPO tentang
PPI di Semua Unit Pelayanan
1. Area Pelayanan
a. Monitoring pengendalian lingkungan Rumah Sakit
Sasaran yang dicapai adalah seluruh lingkungan Rumah Sakit yaitu semua
lingkungan di unit-unit pelayanan/ perawatan dan lingkungan di sekitar Rumah Sakit.
b. Monitoring pelaksanaan sterilisasi Rumah Sakit
Untuk saat ini Rumah Sakit Amalia Medika belum memiliki ruangan CSSD untuk
proses sterilisasi alat kesehatan. Tetapi Rumah Sakit Amalia medika masih dalam
proses kerja sama dengan Vendor Ke 3 untuk proses sterilisasi
c. Monitoring pelaksanaan manajemen linen Rumah Sakit
Sasaran yang dicapai adalah di Unit Laundry yang meliputi petugas, linen, alat-alat/
mesin dan lingkungan. Rumah sakit Amalia Medika untuk Ruangan Loundry masih
belum memenuhi standar dan sedang menjalani proses kerjasama dengan Vendor
Pihak Ke 3
d. Monitoring pelaksanaan pelayanan gizi
Sasaran yang dicapai adalah di Unit Gizi meliputi petugas, bahan makanan mentah,
makanan jadi, alat-alat/ mesin dan lingkungan.
e. Monitoring pelaksanaan manajemen peralatan kadaluarsa khususnya tentang
peralatan single use yang menjadi re-use
Sasaran yang dicapai adalah meliputi peralatan single use yang bisa dilakukan re-use
sesuai daftar alat.
f. Monitoring pola pelayanan Farmasi khususnya tentang dispensing obat dan
kadaluarsa obat.
Sasaran yang dicapai adalah di Unit Farmasi meliputi petugas, alat-alat dan
lingkungan sekitar Farmasi.
g. Monitoring pembuangan sampah infeksius dan cairan tubuh
Sasaran yang dicapai adalah di ruang-ruang tindakan, perawatan dan laboratorium.
h. Monitoring penanganan pembuangan darah dan komponen darah
Sasaran yang dicapai adalah di laboratorium meliputi petugas, darah dan komponen
darah serta lingkungan di sekitarnya.
i. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum
Sasaran yang dicapai adalah di ruang tindakan, perawatan dan laboratorium meliputi
petugas, tempat sampah benda tajam/ sharp box dan lingkungan.
j. Monitoring penggunaan ruang isolasi
Sasaran yang dicapai adalah di ruang isolasi untuk pasien dengan kasus airborne
diseases dan immunocompromissed.
k. Monitoring ruang tindakan dan perawatan
Sasaran yang ingin dicapai adalah pada petugas dan pengelolaan pasien di kamar
operasi terutama tentang pengelolaan pasien dengan kasus penyakit menular.
l. Monitoring pelaksanaan renovasi/ rekonstruksi bangunan di Rumah Sakit
Sasaran yang dicapai adalah bila ada kegiatan renovasi/ rekonstruksi seperti
pembongkaran gedung (demolution), perbaikan gedung, penambahan bagian dari
gedung utama dan atau pembangunan gedung baru.
m. Monitoring penatalaksanaan kebersihan/ dekontaminasi ambulan
Sasaran yang dicapai adalah di Unit Ambulan khususnya ambulan transport pasien
dari dan keluar Rumah Sakit .

2. Area Staf
a. Monitoring pencatatan dan pelaporan tertusuk jarum
Sasaran yang dicapai adalah di ruang tindakan dan perawatan dan laboratorium
meliputi hasil dokumentasi pencatatan dan pelaporan insiden sehingga semua insiden
dapat terlaporkan (100%).
b. Monitoring kesehatan karyawan
Sasaran yang dicapai adalah di semua unit pelayanan meliputi semua petugas Rumah
Sakit terutama di unit pelayanan yang berisiko tinggi.

3. Area Pengunjung
a. Monitoring pelaksanaan PPI di kantin/ Koperasi Rumah Sakit
Sasaran yang dicapai adalah di kantin/ Koperasi meliputi Petugas Kantin, bahan
makanan mentah, makanan jadi, alat-alat dan lingkungan kantin.
b. Monitoring penerapan PPI di area pengunjung
Sasaran yang ingin dicapai adalah seluruh pengunjung yang datang ke Rumah Sakit.

D. Meningkatkan Kualitas/ Kompetensi Petugas Tim PPI


1. Membuat usulan pelatihan lanjutan bagi tenaga IPCN
Sasaran yang dicapai adalah 100% Petugas IPCN dapat mengikuti pelatihan lanjutan
dalam 1 tahun, dan atau IPCN baru.
2. Membuat usulan pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN
Sasaran yang dicapai adalah > 80% dari Petugas IPCLN dapat mengikuti dan memiliki
sertifikasi pelatihan PPI Dasar dalam 1 tahun.
3. Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training) tentang PPI bagi seluruh
Petugas Rumah Sakit (medis dan non medis)
Sasaran yang dicapai adalah > 80% Petugas di Rumah Sakit dapat mengikuti kegiatan
in house training dan kegiatan dapat terlaksana minimal 1 kali dalam setahun.
4. Mengikuti seminar/ simposium/ work shop tentang PPI, baik Daerah maupun Nasional
Sasaran yang dicapai adalah 30% dari semua Petugas Tim PPI (2 orang) dapat
mengikuti seminar/ simposium/ workshop dalam 1 tahun.
BAB V
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Keterangan

Juni

Agust

Okt
Jan
Feb
Mar

Nov
Des
April
Mei

Sept
Juli
No Kegiatan

1 Rapat Koordinasi Panitia PPI √ √ √ √


2 Rapat Pembentukan Tim PPI √
3 Rapat Koordinasi Tim PPI √ √ √ √ √
4 Surveilans data IRS (HAIs) √ √ √ √ √
5 Audit kepatuhan Kebersihan tangan √ √ √ √ √
6 Audit kepatuhan penggunaan APD √ √
7 Audit kelengkapan prasarana/ sarana PPI √ √
8 Pelatihan dan edukasi program PPI kepada

petugas Non Medik
9 Pelatihan dan edukasi PPI kepada petugas Medik
10 Pelatihan dan edukasi program PPI kepada pasien
√ √ √ √ √
dan pengunjung
11 Monitoring pengendalian lingkungan RS √ √ √ √ √
12 Monitoring Unit IGD, Unit Radiologi, Unit
Apotik, Unit Laboratorium, Unit Bedah, Unit
√ √ √ √ √
Rawat Inap, Unit Rawat Jalan, Unit Kebidanan,
Unit Gizi
13 Monitoring ruang Laundry √ √ √ √ √
14 Monitoring Sterilisasi alat √ √ √ √ √
15 Monitoring Kantin √ √
16 Monitoring peralatan single use yg direuse √ √ √
17 Monitoring pembuangan benda tajam √ √ √ √ √
18 Monitoring sampah infeksius dan cairan tubuh √ √ √ √ √
19 Monitoring pembuangan darah dan komponen
√ √ √ √ √
darah
20 Monitoring pelaksanaan renovasi/rekonstruksi
√ √ √ √ √
bangunan
21 Monitoring penatalaksanaan
√ √ √ √ √
kebersihan/dekontaminasi Ambulans
22 Monitoring Pencatatan Dan Pelaporan √ √ √ √ √
22 Monitoring Kesehatan Karyawan √ √ √ √ √
23 Medical Check Up (MCU) seluruh Karyawan √
24 Peninjauan, evaluasi, perbaikan dan
√ √ √ √
pengembangan kebijakan/SPO
25 Pelatihan Dasar PPI √
26 Pelatihan IPCN √
27 Pelatihan lanjutan PPI
28 Pelatihan menurunkan risiko infeksi pada
prosedur & proses asuhan invasif
29 Pelatihan hand hygiene
30 Pelatihan penggunaan APD
BAB VI
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

A. Pencatatan
1. Setiap hari IPCN mencatat data Infeksi Rumah Sakit di Unit-Unit Pelayanan (surveilan)
dengan formulir harian dari Panitia PPI, mendokumentasikan hasil audit kepatuhan
melakukan kebersihan tangan, kepatuhan APD, kepatuhan penerapan Bundle, SPO/
kebijakan PPI dan atau monitoring penerapan PPI di semua Unit Pelayanan.
2. Data yang terkumpul akan dibuatkan analisa dengan anggota Panitia PPI.

B. Pelaporan
1. Setiap 1 (satu) bulan sekali data dikumpulkan dan dalam bentuk laporan yang dibuat
oleh IPCN dan Panitia PPI untuk didiskusikan dan selanjutnya laporan dikirim ke
Direktur Rumah Sakit ditembuskan ke semua Kepala Bidang dan Kepala Bagian
2. Data kepatuhan melaksanakan kebersihan tangan dikumpulkan selama periode 3 bulan,
dianalisa dan didiskusikan dengan Panitia PPI, selanjutnya dibuatkan laporan yang
dikirim ke Direktur Rumah Sakit ditembuskan ke semua Kepala Bidang dan Kepala
Bagian.
3. Setiap 1 (satu) tahun semua pelaksanaan program Panitia PPI dibuatkan Laporan
Tahunan yang akan dikirim kepada Direktur Rumah Sakit.

C. Evaluasi
1. Evaluasi Proses
a. Semua kegiatan program berjalan sesuai jadwal.
b. Formulir terisi sesuai surveilan dan audit PPI
2. Evaluasi Hasil
a. Hasil kegiatan program PPI tiap bulan akan dilakukan feedback oleh Kepala Bidang
Pelayanan untuk dilakukan tindak lanjut oleh Ketua Panitia PPI.
b. Hasil kegiatan pelaksanaan program PPI dalam satu tahun akan dilakukan feedback
oleh Direktur Rumah Sakit .
BAB VIII
PENUTUP

Program Panitia PPI di Rumah Sakit yang disusun untuk tahun 2018 dan tahun 2019,
meliputi kegiatan rutin yang sudah berjalan untuk pengendalian infeksi dan kegiatan yang
baru diterapkan atau bersifat pengembangan untuk peningkatan mutu pelayanan yang
berkaitan dengan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Program Panitia PPI tahun 2018 dan
tahun 2019 ini berisi tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, disusun secara rinci
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan Panitia PPI Rumah Sakit. Rencana kegiatan
tersebut meliputi :
A. Menurunkan angka insiden Infeksi Rumah Sakit (IRS/ incident rate HAIs) meliputi :
1. Surveilan data Infeksi Rumah Sakit (IRS).
2. Investigasi outbreak/ kejadian luar biasa (KLB).
3. Audit yang meliputi audit kepatuhan melakukan kebersihan tangan dan audit
pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) di semua unit perawatan.
4. Edukasi PPI bagi masyarakat Rumah Sakit (petugas, pasien, pengunjung/ keluarga
pasien dan petugas fasilitas pendukung seperti kantin).
B. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman dan atau Bundle, SPO tentang PPI di
semua Unit Pelayanan melalui kegiatan monitoring.
C. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/ penerapan PPI di Unit-Unit Pelayanan.
D. Meningkatkan kualitas/ kompetensi petugas Tim PPI melalui pelatihan lanjutan bagi
tenaga IPCN baru dan IPCN, pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN, in house training
tentang PPI, mengikuti seminar/ simposium/ work shop tentang PPI, baik Daerah maupun
Nasional.

Ketua Panitia PPI Direktur Utama RS. Amalia Medika

(dr. Dhiya Ul Azka) (dr. Desvavry, MPH)

Anda mungkin juga menyukai