Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM

PENGKAJIAN SISTEM IMUNOLOGI DAN INTEGUMEN


Oleh: Putri Oktaviany, 1706128294
Magister Keperawatan FIK UI 2018

SISTEM IMUNOLOGI

A. Anatomi Fisiologi Sitem Imunologi


Imunologi adalah suatu ilmu yang mempelajari antigen, antibodi, dan fungsi pertahanan
tubuh penjamu yang diperantarai oleh sel, terutama berhubungan imunitas terhadap
penyakit, reaksi biologis hipersensitif, alergi dan penolakan jaringan. Sistem imun
adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari
makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan
parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan
molekul lain seperti yg terjadi pada autoimunitas dan melawan sel yang teraberasi
menjadi tumor.

a. Sumsum Tulang
Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam sumsum tulang.
Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel darah putih, (termasuk
limfosit dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga terdapat
di tempat lain.
b. Thymus
Glandula thymus memproduksi dan mematurasi/mematangkan T limfosit yang
kemudian bergerak ke jaringan limfatik yang lain,dimana T limfosit dapat berespon
terhadap benda asing. Thymus mensekresi 2 hormon thymopoetin dan thymosin yang
menstimulasi perkembangan dan aktivitas T limfosit.
 Limfosit T sitotoksik, limfosit yang berperan dan imunitas yang diperantarai
sel. Sel T sitotoksik memonitor sel di dalam tubuh dan menjadi aktif bila
menjumpai sel dengan antigen permukaan yang abnormal. Bila telah aktif sel
T sitotoksik menghancurkan sel abnormal
 Limfosit T helper, Limfosit yang dapat meningkatkan respon sistem imun
normal. Ketika distimulasi oleh antigen presenting sel sepeti makrofag, T
helper melepas faktor yang yang menstimulasi proliferasi sel B limfosit.
 Limfosit B, tipe sel darah putih ,atau leukosit penting untuk imunitas yang
diperantarai antibodi/humoral. Ketika di stimulasi oleh antigen spesifik
limfosit B akan berubah menjadi sel memori dan sel plasma yang
memproduksi antibodi.
 Sel plasma, yaitu klon limfosit dari sel B yang terstimulasi. Plasma sel
berbeda dari limfosit lain ,memiliki retikulum endoplamik kasar dalam
jumlah yang banyak ,aktif memproduksi antibody
c. Getah Bening
Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan
limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan, dan
para- aorta daerah.
d. Nodus limfatikus
Nodus limfatikus (limfonodi) terletak sepanjang sistem limfatik. Nodus limfatikus
mengandung limfosit dalam jumlah banyak dan makrofag yang berperan melawan
mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Limfe bergerak melalui sinus,sel fagosit
menghilangkan benda asing. Pusat germinal merupakan produksi limfosit.
e. Tonsil
Tonsil adalah sekumpulan besar limfonodi terletak pada rongga mulut dan nasofaring.
Tiga kelompok tonsil adalah tonsil palatine, tonsil lingual dan tonsil pharyngeal.
f. Limpa
Limpa mendeteksi dan merespon terhadap benda asing dalam darah ,merusak eritrosit
tua dan sebagai penyimpan darah. Parenkim limpa terdiri dari 2 tipe jaringan: pulpa
merah dan pulpa putih. Pulpa merah terdiri dari sinus dan di dalamnya terisi eritrosit.
Pulpa putih terdiri limfosit dan makrofag. Benda asing di dalam darah yang melalui
pulpa putih dapat menstimulasi limfosit .
Mekanisme Pertahanan
a. Mekanisme Pertahanan Non Spesifik
Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga respons imun alamiah. Terdiri dari
kulit dan kelenjarnya, lapisan mukosa dan enzimnya, serta kelenjar lain beserta
enzimnya, contoh kelenjar air mata. Kulit dan silia merupakan system pertahan tubuh
terluar. Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan
komplemen merupakan komponen mekanisme pertahahan.
b. Mekanisme Pertahanan Spesifik
Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme, maka
imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme
pertahanan yg diperankan oleh limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem
imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen. Dilihat dari cara diperolehnya,
mekanisme pertahanan spesifik disebut juga sebagai respons imun didapat.
1) Imunitas humoral adalah imunitas yg diperankan oleh limfosit B dengan atau tanpa
bantuan dari imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan dilaksanakan oleh
imunoglobulin yg disekresi oleh plasma. Terdapat 5 kelas imunoglobulin yg kita
kenal, yaitu IgG, IgM, IgA, IgD, dan IgE.
2) Imunitas seluler didefinisikan sbg suatu respon imun terhadap suatu antigen yg
diperankan oleh limfosit T dg atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya.

Pembagian Antibody (Imunoglobulin)


B. Pengkajian Sistem Imunologi
1. Pengkajian Umum (Anamnesa)
a. Data statistik, berkaitan dengan data demografi (nama, usia, tempat tanggal
lahir, alamat, status perkawinan, pekerjaan, suku bangsa, agama)
b. Pengkajian keluhan utama
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Riwayat psikososial
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi penampakan umum klien, warna, postur, gait, ekspresi wajah kulit dan
bantalan kuku. Adanya sianosis atau eritema (kemerahan) perlu dicatat. Jika terdapat
ruam, catat ukuran, bentuk, lokasi, tekstur, keluaran cairan, dan pruritus (rasa gatal).
Perubahan secara visual dan pendengaran dapat mengindikasikan kelainan imunitas.
Observasi adanya pembengkakan nodus limfe pada area tertentu.

Palpasi dilakukan dengan meraba adanya pembengkakan pada nodus limfe.


Normalnya, nodus limfa pada dewasa tidak teraba. Jika teraba maka catat lokasi,
ukuran, bentuk, tenderness, temperatur, konsistensi, mobilitas/tidak, simetris/tidak,
pulsasi dan adanya kemerahan atau tidak.

Auskultasi dilakukan dengan mendengar suara paru seperti adanya wheezing,


indikasi terhadap asma atau respon alergi. Adanya crackles dapat berkaitan dengan
infeksi saluran pernapasan atas.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada sistem imunologi berupa:
a. Skin Testing
Tes kulit merupakan satu dari teknik yang paling umum digunakan dalam
mengkaji imunitas dan mengidentifikasi individu yang memiliki kemungkinan
infeksi penyakit dalam kondisi dorman. Tes kulit termasuk Schick test untuk
mengetahui suspek difteri dan tuberculin skin test (Tes Mantoux) untuk
mengetahui pasien dengan kebutuhan penanganan TB. Stracth test (prick or
uncture test) dilakukan untuk mengetahui tingkat alergi seseorang dengan
memasukkan ekstrak alergen ke dalam kulit.
b. Laboratory Tests
Tes laboratorium berupa tes darah dan serum untuk mengetahui status imunitas.
Peningkatan sel darah putih menunjukkan adanya aktivasi dari sistem imun. Tes
darah dapat mengidentifikasi apakah antibodi terhadap suatu penyakit muncul
atau tidak.
c. Imaging Studies
Immunoscintighraphy merupakan prosedur penggambaran medis nuklir untuk
mengidentifikasi neoplasma dan menginformasikan lokasi infeksi . CT Scan,
MRI dan Positron Emission Tomography (PET) dapat digunakan dalam
mengevaluasi gland thymus atau struktur jaringan lain dalam sistem imun.
SISTEM INTEGUMEN

A. Pengkajian Sistem Integumen


1. Pengkajian Umum (Anamnesa)
a. Data statistik klien: nama, jenis kelamin, umur, tempat tinggal, tanggal lahir
status perkawinan, pekerjaan, suku bangsa, agama.
b. Pengkajian keluhan utama
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan penyakit terdahulu yang berkaitan dengan kulit, rambut, atau kuku
termasuk tindakan kecantikan atau operasi, riwayat alergi (terhadap makanan,
tanaman, obat atau kondisi tertentu), dan tanyakan apakah klien terdapat
demam, mual muntah, atau masalah gastrointestinal atau pernapasan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit terkait alergi,
apakah terdapat anggota keluarga dengan riwayat kanker kulit.
f. Riwayat psikososial
Riwayat psikososial terkait dengan pekerjaan, hobi/aktivitas sehari-hari, nutrisi,
dan lain-lain.

2. Pemeriksaan Fisik
(lihat lampiran)
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Tes Alergi Kulit
Pengujian dilakukan untuk mengetahui penyebab alergi kulit. Hasil uji kulit
bukanlah penentu diagnosis, namun alat diagnosis dan banyak disukai penderita.
Terdapat beberapa tes alergi kulit :
 Patch Test (Uji Tempel)

Merupakan jenis uji yang konvensional dan paling banyak digunakan.


Disebut juga uji oklusif. Digunakan untuk mendeteksi adanya
hipersensitivitas terhadap suatu bahan yang kontak dengan kulit.
Indikasi : pasien dermatitis dengan gejala:
1) Reaksi + lemah : kemerahan (eritema), tonjolan halus atau gatal-
gatal
2) Reaksi + sedang : Ada bullae halus (pelepuhan) papula, dan gatal
yang hebat
3) Reaksi + kuat : adanya bullae, nyeri serta ulserasi (luka)
Biasanya digunakan pada dermatitis kontak dengan menempelkan
bahan pada kertas saring yang diletakkan di atas kertas impermeabel.
Selanjutnya, ditempel pada kulit punggung dengan plester. Bahan
yang digunakan adalah benzokain, merkapto benzotiazol, kolofoni,
lanolin alkohol, dan lain-lain. Pembacaan dilakukan setelah 48 jam
dan diulangi 96 jam sesudah pemasangan agar hasil lebih jelas terlihat.

Interpretasi hasil tes :


0= tidak ada reaksi
+/- = eritema ringan, meragukan
1+ = reaksi ringan (eritema dengan edema ringan)
2+ = reaksi kuat (papular eritema dengan edema)
3+ = reaksi sangat kuat (vesikel atau bula)
 Prick Test (Uji Tusuk)

Uji tusuk dapat dilakukan pada alergen hirup, alergen di tempat kerja,
dan alergen makanan.Sebelum melakukan tes ini, pasien harus
menghentikan penggunaan obat seperti antihistamin dan kortikosteroid.
Lokasi terbaik adalah daerah volar lengan bawah dengan jarak minimal
2 cm dari lipat siku dan pergelangan tangan. Tes boleh dilakukan pada
pasien berusia > 2 tahun.Kontraindikasi absolut dari tes ini adalah lesi
luas pada kulit, kooperasi pasien buruk, dan pasien tidak bisa
menghentikan pengobatan yang dapat mengganggu hasil. Sedangkan
kontraindikasi relatif berupa asma yang persisten dan instabil,
anafilaksis, kehamilan, dan penggunaan obat-obatan seperti
antihistamin, antidepresan trisiklik, dan beta blocker.
Cara pemeriksaan :
1. Bagian volar lengan bawah, lengan atas, atau punggung dibersihkan
dengan alkohol.
2. Setelah kering, dibuat garis dengan jarak 2-3 cm.
3. Lalu, dengan jarum disposibel ukuran 26, dilakukan tusukan
dangkal dengan ujung jarum pada daerah yang sudah diteteskan
kontrol negatif (larutan phosphate buffered saline dengan fenol
0,4%) atau kontrol positif (larutan histamin fosfat 0,1%).
4. Setiap penusukan, dilakukan dengan jarum yang baru.
5. Pembacaan dilakukan 15-20 menit dengan mengukur diameter
bentol dan eritema.

Interpretasi hasil tes :


 Positif apabila rata-rata diameter satu bentol 3 mm lebih besar
daripada kontrol negatif.
Hasil +1 : 25% dari kontrol positif.
Hasil +2 : 50% dari kontrol positif.
Hasil +3 : 100% dari kontrol positif.
Hasil +4 : 200% dari kontrol positif.
 Hasil negatif yaitu sama dengan kontrol negatif.
 Uji Gores Kulit
Uji gores kulit disarankan sebagai metode utama untuk diagnosis alergi
yang dimediasi IgE dalam sebagian besar penyakit alergi. Memiliki
keuntungan relatif sensitivitas dan spesifisitas, hasil cepat, fleksibilitas,
biaya rendah, baik tolerabilitas, dan demonstrasi yang jelas kepada
pasien alergi mereka. Namun akurasinya tergantung pelaksana,
pengamatan dan interpretasi variabilitas.

b) Pemeriksaan Biopsi Kulit


Biopsi adalah pemeriksaan jaringan atau pengangkatan jaringan kulit.
Tujuan :
 Menegakkandiagnosis
 Mengevaluasi perjalanan penyakit
 Konfirmasi data klinis dengan keadaan histopatologi kulit

1) Teknik Biopsi
a. Biopsi punch
Biopsi kulit dilakukan dengan cara punch. Punch adalah sebuah alat
pemotong berbentuk silinder dengan ukuran diameter antara 1,5 – 10 mm.
Sebagian besar biopsi dilakukan dengan memakai punch ukuran diameter
3 mm. Biopsi pada wajah ukuran tidak lebih besar dari 5 – 6 mm. Pada
badan tidak melebihi 8 – 10 mm dan folikel rambut pada kepala ukuran 6
mm.
Indikasi :
 Mengangkat lesi kecil
 Mendapatkan sampel jaringan sebuah tumor sebelum operasi definitif.
 Bahan untuk pemeriksaan mikroskop imunofluoresen
 Mengobati skar akne dengan ukuran diameter kecil.

b. Biopsi elips (Insisional atau eksisional)


Untuk memperoleh potongan kulit dilakukan dengan sayatan dua busur
yang bertemu pada kedua ujungnya sehingga berupa bentuk elips, terutama
untuk ruam yang lebar dan besar.
Indikasi Biopsi secara elips, antara lain :
 Memeriksa perubahan kulit normal dan abnormal.
 Memeriksa keseluruhan arsitektur lesi.
 Mendapat sampel dari jaringan subkutan.
 Mendapat jaringan tambahan untuk pembiakan dan mikroskop
“imunofluresense”.
 Memeriksa semua kelompok suspek neoplasma.
 Teknik Insisional
Garis insisi ditandai dengan Gentian violet dan setelah tindakan
antiseptik kulit dianestesi, biopsi mulai dari kulit normal sejajar
dengan garis kulit, kulit diinsisi secara vertikal sampai jaringan
subkutan, ukuran panjang tiga kali ukuran lebar dengan sudut
kurang dari 300, bahan pemeriksaan ditarik dan dasarnya dipotong,
luka ditutup dengan dijahit.

 Teknik Eksisional
Tidak berbeda dengan insisi hanya disamping untuk konfirmasi
diagnosis teknik ini sekaligus juga untuk pengobatan. Biopsi ini
cocok untuk lesi tumor jinak. Dapat pula dilakukan pada tumor
ganas (Melanoma Maligna) yang berukuran kecil, karena angka
kekambuhan setelah eksisi total sangat rendah.

c) Imunofluoresensi (IF)
Imunofluoresensiuntuk mengidentifikasi lokasi suatu reaksi imun kulit.
Imunofluoresensi merupakan metode pemeriksaan menggunakan antibodi yang
telah terkonjugasi dengan molekul fluoresens dan dilihat di bawah mikroskop
ultraviolet. Pemeriksaan IF mengkombinasikan antigen dan antibodi dengan zat
warna fluorokrom. Tes IF pada kulit (direct IF test) merupakan teknik
pemeriksaan untuk mendeteksi autoantibodi terhadap bagian-bagian kulit.
Indirect IF test mendeteksi antibodi yang spesifik dalam serum pasien.
d) Pemeriksaan Apus Tzanck
Tzanck test disebut juga tzanck smear atau chickenpox skin test atau hepers skin
test.Tzanck smear ini adalah suatu test dengan cara menscraping dasar dari ulcer
untuk melihattzanck cell (multinucleated cell) atau pemeriksaaan sitologi pada
bula yang intact untukmelihat acantholytic cells.Tzanck cell ini biasanya pada :
 Herpes Zoster
 Herpes simplex
 Varicella
 Pemhigus vulgaris
 Cytomegalovirus
Tzanck smear ini mengambil bahan dari kerokan dasar vesikel dan akan
didapatkansel datia berinti banyak. Tzanck smear ini mahal, membutuhkan waktu
yang lama, danmerupakan suatu prosedur yang invasive. Indikasi diakukannya
tzanck smear ini adalah untukmendeteksi proses inflamasi/proses infeksi kulit,
khususnya infeksi herpes.
e) Pemeriksaan Cahaya Wood
Pemeriksaan Cahaya Wood menggunakan cahaya UV gelombang panjang yang
disebut black light yang akan menghasilakan cahaya berpedar berwarna ungu
gelap yang khas.cahaya akan terlihat jelas pada ruangan yang gelap, digunakan
untuk membedakan lesi epidermis dengan dermis dan hipopigmentasi dengan
hiperpigmentasi.

Referensi:

deWit, S. C. & Kumagai, C. K. (2013). Medica- surgical nursing: Concepts & practice
second edition. St. Louis Missouri, Elsevier Saunders.

Douglass, J. A. & O’Hehir, R. E. (2006). Diagnosis, treatment and prevention of allergic


disease: the basics. Med J Aust.
Smeltzer, S. C. (2001). Buku ajar keperawatan bedah brunner & suddarth. Jakarta: EGC
Tanjung, A. & Yunihastuti, E. (2010). Buku ajar penyakit dalam. jilid I edisi 5. Jakarta:
Interna Publishing.
Williams, L.S. & Hopper, P. D. (2015). Understanding medical surgical nursing fifth edition.
Philadelphia: F. A. Davis Company.

Anda mungkin juga menyukai