Bab I Proposal
Bab I Proposal
PENDAHULUAN
1
berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90%
kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35
kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir dari 2500 gram.
BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan
disabilitas neonates, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupannya dimasa depan (Pantiawati, 2010).
Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil study di 7 daerah
multicenter di peroleh angka BBLR dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara
nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI tahun 2011 angka BBLR sekitar
7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran
progam perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.
2
Proporsi Kematian Bayi pada tahun 2016 sebesar 3,93/1000 kelahiran
hidup, menurun 0,16 poin dibanding tahun 2015 sebesar 4,09/1000 kelahiran
hidup. Proporsi kematian kematian bayi berasal dari bayi usia 0-28 hari
(Neonatal) sebesar 84,63% atau 3,32/1000 kelahiran hidup. disarankan dalam
penanganan AKB lebih difokuskan pada Bayi Baru Lahir. Walaupun
demikian Angka Kematian Bayi di Jawa barat sebesar 3,93/1000 kelahiran
hidup, sudah jauh melampaui target MDGs yang pada tahun 2015 harus
sudah mencapai 17/1.000 kelahiran hidup. (Dinkes Jabar, 2017)
Berat badan lahir bayi adalah berat badan bayi yang di timbang
dalam waktu satu jam pertama setelah lahir. Jika dilihat dari hubungan
antara waktu kelahiran dengan umur kehamilan, kelahiran bayi dapat
dikelompokan menjadi tiga kelompok : Pertama, yakni kelompok bayi
kurang bulan (prematur), yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa
gestasi (kehamilan) <37 minggu (<259 hari). Kedua, bayi cukup
bulan, yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42
minggu (259 - 293 hari). Ketiga, adalah bayi lebih bulan, ialah bayi
yang dilahirkan dengan masa gestasi >42 minggu (>294 hari).
Pelayanan penimbangan bayi baru lahir di Jawa Barat tahun 2016
sebanyak 921.521 orang, atau 103,9% dari perkiraan jumlah lahir hidup.Dari
penimbangan tersebut ditemukan bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500
gram. BBLR tidak hanya dapat terjadi pada bayi prematur, tapi juga pada
bayi cukup bulan yang mengalami hambatan pertumbuhan selama
kehamilan.Prosentasi BBLR antara 0,1 – 5,7 , dan BBLR Jawa Barat sebesar
2,2% dari jumlah bayi yang ditimbang , jumlah tertinggi Berat Badan lahir
Rendah terdapat di Kab Kuningan (5,7%) , dan terendah di Kota Bogor
(03%). Masalah BBLR terutama pada kelahiran prematur terjadi karena
ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi berat lahir rendah
mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi dan mudah
terserang komplikasi. Masalah pada BBLR pada umumnya sering terjadi
3
akibat gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular,
hematologi, gastro intestinal, ginjal, dan termoregulasi. Penyebab lainnya
Berat Badan Lahir Rendah bisa terjadi karena faktor genetik, mulai dari
orang tuanya yang memang kecil atau pendek. Dapat juga disebabkan karena
masalah plasenta seperti pre-eklampsia, atau kurangnya aliran darah menuju
ke bayi selama kehamilan. Semua itu dapat menyebabkan pertumbuhan bayi
menjadi terhambat karena tidak mendapat asupan oksigen dan nutrisi yang
cukup. Selain masalah plasenta, aliran darah ke bayi juga bisa dipengaruhi
oleh tekanan darah tinggi yang dimiliki oleh seorang ibu, beberapa kondisi
kesehatan dan masalah emosional yang juga dapat memperlambat
pertumbuhan bayi diantaranya adalah Ibu tidak memakan makanan yang
bergizi selama kehamilan, memiliki penyakit kronis seperti jantung, paru-
paru, ginjal, atau diabetes, stres berat selama kehamilan, menggunakan obat-
obatan terlarang seperti kokain atau heroin, banyak minum alkohol,
merokok selama kehamilan atau Ibu memiliki masalah dengan kesehatan
seperti infeksi saluran kemih atau infeksi rahim yang tidak diobati. Upaya
yang bisa dilakukan untuk mempertahankan kesehatn bayi baru lahir dengan
mengupayakan penanganan komplikasi akibat infeksi. (Dinkes Jabar, 2017)
Jumlah BBLR yang dilaporkan di Kabupaten Cianjur tahun 2017
sebanyak 1.059 (2,47%) dari 42.702 kelahiran hidup. Bayi yang lahir dengan
BBLR perlu perawatan khusus karena kondisinya rentan terkena masalah
kesehatan. (Dinkes Kabupaten Cianjur, 2017)
Sedangkan kejadian BBLR pada Puskesmas Takokak Tahun 2017
yaitu sebanyak 36 (4,8%) jiwa dari kelahiran hidup di wilayah Kecamatan
Takokak.
Upaya meningkatkan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin
sejak janin dalam kandungan. Kejadian BBLR pada dasarnya di pengaruhi
oleh banyak faktor, yaitu faktor Ibu, faktor lingkungan. Faktor dari ibu yang
menyebabkan kejadian BBLR , yakni gizi saat hamil kurang dan umur ibu
yang belum menginjak 20 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, faktor
pekerja yang terlalu berat, cacat bawaan di pengaruhi kurangnya pengetahuan
4
ibu tentang kehamilan, pengetahuan tentang asupan gizi rendah, ANC yang
kurang teratur, keadaan psikologi ibu yang kurang stabil. Faktor janin yang
dapat menyebabkan BBLR, diantaranya hidramnion, kehamilan ganda,
kelainan kromosom, dan lain-lain. Akibat jika BBLR tidak segera ditangani
mudah meninggal. Dampak dari BBLR yaitu : lemah dan mudah kedinginan
karena lapisan lemak bawahkulitnya sangat tipis, cepat lelah, sering tersedak
pada waktu menyusu dan malas menginap, mudah terkena penyakit, mudah
terkena gangguan pernafasan (Muslihatun, 2010).
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur didapatkan gambaran
angka prevalensi ibu hamil KEK yang terus meningkat pada tahun 2014 dari
7.927 ibu hamil terdapat 875 ibu hamil dengan KEK ( 11,04%) dan pada
tahun 2015 angka ini mengalami peningkatan dari 7.398 ibu hamil terdapat
1.094 (14,79%) ibu hamil dengan KEK. (Dinkes Kabupaten Cianjur, 2017)
Berdasarkan pengambilan data awal di Puskesmas Takokak periode
januari samapai Desember 2017 menunjukkan jumlah ibu hamil yang
melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Takokak Kabupaten Cianjur pada
tahun 2017 berjumlah 750 dan angka kejadian ibu hamil yang mengalami
KEK tahun 2016 sebanyak 105 orang dan pada tahun 2017 menurun menjadi
74 orang, hal ini disebabkan adanya upaya pemerintah dalam menanggulangi
status gizi ibu hamil dengan KEK yaitu dengan memberikan PMT kepada ibu
hamil KEK. Sedangkan angka kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
tahun 2017 sejumlah 36 orang dengan kasus kematian akibat BBLR sejumlah
1 orang.
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas dan
fenomena yang ada, resiko kematian BBLR 4 kali lebih besar dibandingkan
bayi lahir dengan berat badan lebih dari 2500 gram. Mengingat besarnya
resiko yang disebabkan karena BBLR, salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah yaitu meningkatkan status gizi ibu hamil dengan melakukan
konselling gizi. Melalui konseling gizi, ibu hamil akan memperoleh
pengetahuan, ketrampilan dan motivasi yang tinggi dalam mengatasi
masalahnya termasuk pada usaha peningkatan status gizi. Selain itu
5
Pemerintah pada Tahun 2017 telah melakukan program pemberian PMT
kepada ibu hamil dengan KEK Maka peneliti tertarik mengambil
permasalahan tersebut untuk di teliti dengan judul Hubungan Status Gizi Ibu
Hamil Dengan Kejadian BBLR di wilayah Puskesmas Takokak tahun 2018.
6
1.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis Alternatif (H1)
Terdapat hubungan antara status gizi ibu hamil dengan BBLR di Kecamatan
Takokak Kabupaten Cianjur
1.6.1 Teoritis
a. Bagi Peneliti Selanjutnya
Menambah dan meningkatkan pengetahuan tentang BBLR
dengan status gizi ibu hamil.
1.6.2 Praktis
a. Bagi Puskesmas
Dapat meningkatkan pelayanan mutu puskesmas pada
umumnya dan meningkatkan pengetahuan terhadap masalah-
masalah yang timbul pada BBLR khususnya tentang status
kehamilan.
b. Bagi Responden
Memberikan informasi bagi ibu hamil bahwa penyebab
terjadinya BBLR salah satunya adalah status gizi yang kurang
saat hamil dan diharapkan dengan peningkatan gizi yang baik
dapat menurunkan angka kejadian BBLR.