Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Status Gizi


2.1.1 Pengertian
Gizi merupakan ilmu yang mempelajari perihal makanan
serta hubungannya dengan kesehatan. Ilmu pengetahuan tentang gizi
membahas tentang sifat-sifat nutrient (zat-zat gizi) yang terkandung
dalam makanan, pengaruh metaboliknya serta akibat yang timbul
bila terdapat kekurangan zat gizi. Zat-zat gizi tidak lain adalah
senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam makanan yang pada
gilirannya diserap dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan
tubuh kita (Francin, 2010)
Status Gizi adalah Keadaan tubuh seseorang sebagai akibat
penggunaan makanan zat gizi oleh tubuh. Status gizi adalah keadaan
tubuh seseorang sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, baik dan lebih.
Status gizi adalah ekspresi dalam keadaan seimbang dalam bentuk
variable tertentu, atau perwujudan dari nutrient dalam bentuk
variable tertentu (Iraputmasa,2012)

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi


Status gizi ibu hamil dipengaruhi terhadap faktor resiko, diet,
pengukuran antropometrik dan biokimia. Penilaian tentang asupan
pangan dapat diperoleh melalui ingatan 24 jam. Maka gizi ibu yang
kurang baik perlu di perbaiki keadaan gizinya atau yang obesitas
mendekati yang normal, yang dilakukan sebelum hamil. Sehingga
mereka mempunyai kesempatan lebih besar untuk mendapatkan
bayi yang sehat, serta untuk mempertahankan kesehatannya sendiri.
Berat badan bayi baru lahir ditentukan oleh (disamping faktor
genetis) status gizi janin. Status gizi janin ditentukan antara lain oleh

6
status gizi ibu pada waktu melahirkan dan keadaan ini dipengaruhi
pula oleh status gizi ibu waktu konsepsi. Status gizi ibu sewaktu
konsepsi dipengaruhi oleh keadaan sosial dan ekonomi ibu sebelum
hamil, keadaan kesehatan dan gizi ibu, jarak kelahiran jika yang
dikandung bukan anak yang pertama, paritas dan usia kehamilan
pertama (Arisman, 2009).
Status gizi pada waktu melahirkan ditentukan berdasakan
kesehatan dan status gizi waktu konsepsi, juga berdasarkan keadaan
sosial dan ekonomi waktu hamil, derajat pekerjaan fisik,asupan
pangan, dan pernah tidaknya terjangkit penyakit infeksi. Status gizi
ibu akan mempengaruhi status gizi janin dan berat lahir.penilaian
status gizi dan perubahan fisiologis selama hamil dapat digunakan
untukmemperkirakan laju pertumbuhan janin, misalnya berat badan
rendah sebelum konsepsi serta pertambahan berat badan yang tidak
adekuat (Iraputmasa, 2012) Umur juga mempengaruhi status gizi
seseorang. Umur merupakan salah satu aspek yang berperan pada
tingkat kedewasaan seseorang (Monks, 2007). Dengan
bertambahnya umur maka kemampuan seseorang dalam berperilaku
sesuai dengan sikap yang dimiliki (Azwar, 2007).
Selain umur, pendidikan dan pekerjaan juga dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang dalam bidang kesehatan.
Seseorang dengan pendidikan akan memiliki wawasan dan pola
berpikir yang baik terkait dengan pengetahuan kesehatan. Pekerjaan
adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau
diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi
masing-masing. Status pekerjaan yang rendah sering mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang (Notoadmodjo, 2007).

2.1.3 Hubungan Status Gizi Ibu Hamil


Dari hasil pengamatan ada hubungan yang kuat antara keadaan
gizi ibu sebelum hamil dengan berat bayi yang dilahirkan,

7
sedangkan berat bayi lahir merupakan indikasi yang potensial untuk
status kesehatan bayi nantinya. Bayi dengan berat badan lahir kurang
dari 2500 gram mempunyai kesempatan tinggi secara statistic untuk
mendapatkan penyakit atau meninggal pada awal kehidupannya.
Pada tubuh ibu yang kurang gizi tidak dapat membentk plasenta
yang sehat, yang cukup menyimpan zat-zat gizi untuk janin selama
pertumbuhannya. Mka gizi ibu yang kurang baik perlu diperbaiki
keadaan gizinya atau yang obesitas menjadi mendekati normal, yang
dilakukan sebelum hamil. Sehingga mereka mempunyai kesempatan
lebih besar untuk mendapatkan bayi yang sehat, serta untuk
mempertahankan kesehatannya sendiri. Status gizi ibu hamil sangat
mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan, apabila atatus
gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan atau pada saat kehamilan
akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR). Disamping itu
akan mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan otak janin, anemia
pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus dan
sebagainya. Kondisi anak yang terlahir dari ibu yang kekurangan
gizi dan hidup dalam lingkungan yang miskin akan penyakit
terinfeksi. Keadaan generasi kekurangan gizi dan mudah terkena
penyakit infeksi. Keadaan ini biasanya ditandai dengan berat dan
tinggi badan yang kurang optimal (Iraputmasa, 2012).

2.1.4 Gizi Pada Ibu Hamil


Gizi dan nutrisi ibu hamil merupakan hal penting yang harus
dipenuhi selama kehamilan berlangsung. Resiko akan kesehatan
janin yang sedang dikandung dan ibu yang mengandung akan
berkurang jika ibu hamil mendapatkan gizi dan nutrisi yang
seimbang. Oleh karena itu, kaluarga dan ibu hamil haruslah
memperhatikan mengenai hal ini. Gizi atau nutrisi ibu hamil
kondisinya sama saja dengan pengaturan gizi mengenai pola makan
yang sehat. Namun, ibu hamil harus lebih hati-hati dalam memilih

8
makanan karena mengingat juga kesehatan janin yang sedang
dikandungnya.
Nutrisi dan gizi yang baik ketika kehamilan berlangsung
sangat membantu ibu haml dan janin dalam menjalani hari-hari
kehamilan, kebutuhan nutrisi akan meningkat seperti kebutuhan
akan kalsium, zat besi serta asam folat. Ibu hamil haruslah di beri
dorongan agar mengkonsumsi makanan yang baik nan bergizi,
ditambah control terhadap kenaikan berat badannya selama
kehamilan berlangsung. Kenaikan berat badan ibu hamil yang ideal
berkisar antar 12-15 kilogram (Barasi, 2009).

2.1.5 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil


Kebutuhan gizi ibu hamil adalah: Cukup kalori, protein
yang bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral dan cairan untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi ibu, janin serta plasenta.
a. Makanan padat kalori dapat membentuk lebih banyak jaringan
tubuh tetapi bukan lemak.
b. Cukup kalori dapat zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat
badan selama hamil.
c. Perencanaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil
untuk memperoleh dan mempertahankan status gizi optimal
sehingga dapat menjalani kehamilan dengan amaldan berhasil,
melahirkan bayi dengan potesi fisik dan mental yang baik.
d. Perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan
reaksi yang tidak diinginkan seperti mual dan muntah.
e. Perawatan gizi yang dapat membantu pengobatan penyulit yang
terjadi selama kehamilan misalnya militus, hipertensi, dll.
f. Mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan
kebiasaan makan yang baik (gizi seimbang)

9
Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan
tambahan, namun yang sering kali menjadi kekurangan adalah energi
protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium.
Kebutuhan energy untuk kehamilan yang normal perlu tambahan
kira-kira 84.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini
perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari
selama hamil. Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi makanan yang
beraneka ragan, kekurangan zat giai pada jenis makanan yang satu
akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan (Iraputmasa, 2012).

2.1.6 Pengaruh Keadaan Gizi Terhadap Proses Kehamilan


Pengaruh gizi terhadap proses kehamilan dapat
mempengaruhi status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan
(Iraputmasa, 2012).
a. Gizi pra hamil baik (Pranatal). Konsep perinatal menjamin
bahwa ibu dalam status gizi baik untuk terjadinya konsepsi
selama masa kehamilan, bekerja dan setelah melahirkan
mengalami sedikit komplikasi kehamilan, sedikit bayi premature
dan ibu yang sehat menghasilkan bayi yang sehat.
b. Gizi prenatal wanita yang diitnya kurang atau sangat kurang
selama hamil mempunyai kemungkinan besar bayi yang baik
yang tidak sehat premature, gangguan kongenital, bayi lahir mati.
Wanita hamil kurang gizi kemungkinan akan melahirkan bayi
yang premature dan kecil.
c.
2.1.7 Akibat Kekurangan Gizi pada Ibu hamil
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah, baik pada ibu, janin dan terhadap proses persalinan
(Iraputmasa,2012

10
a. Terhadap ibu gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko
dan komplikasi pada ibu antara lain : anemia, perdarahan, berat
badan ibu tidak bertambah secara normal, dan mudah terkena infeksi
b. Terhadap persalinan pengaruh gizi terhadap proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum
waktunya (prematur) , perdarahan setelah persalinan, serta
persalinan dengan operasi cenderung meningkat
c. Terhadap janin kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi
proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran,
abortus pada bayi, bayi lahor mati, kematian neonatal, cacat bawaan,
anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan),
BBLR

3 Kebutuhan Zat Besi


Peningkatan volume darah memerlukan tambahan zat besi. Besi
dapat diperoleh dari cadangan tubuh (sampai dengan 50% ibu hamil
mungkin memiliki sedikit cadangan atau tidak sama sekali ) berhentinya
menstruasi, meningkatkan absorbsi besi dari saluran cerna, suplemen besi,
asupan makanan (Mary, 2009).

Tabel 2.1 anjuran paktis tentang asupan besi

Sumber zat besi yang Fakrtor yang meningkatkanabsorbsi


bermanfaat besi

11
a. Daging merah tanpa lemak, a. Sumber vitamin C dikonsumsi
telur. bersama makanan (pada waktu
b. Biji polong-polongan kering makan)
sayuran berdaun hijau tua. b. Hindari konsumsi teh/kopi pada
c. Roti, sereal sarapan yang waktu makan.
difortifikasis. c. Konsumsi besi dari sumber
d. Buah yang dikeringkan. hewani menigkatkan absorbsi
dari sumber nabati

4 Kebutuhan kalsium
Kebutuhan kalsium meningkat pada trimester terakhir kehamilan.
Kalsium diperoleh dari:
a. Remodelling tulang, yang difasilitasi oleh estrogen, prolaktin, dan
peningkatan kadar Vitamin D aktif.
b. Peningkatan absorbsi.
Kadar vitamin D haruslah adekuat; dianjurkan untuk mengkonsumsi
suplemen vitamin D untuk mencapai asupan sebesar 10 pg/hari,
terutama jika kehamilan teljadi pada musim dingin, atau jika kulit
sering tertutup karena faktor budaya.

Pada keahamilan remaja, kebutuhan ekstra harus dipenuhi dengan


cara meningkatkan asupan makanan kaya gm seperti susu dan produk
olahannya, kacang-kacangan, biji polong-polongan kering (pulse), roti,
dan ikan kalengan. Kalsium juga penting untuk mempertahankan tekanan
darah agar tetap normal selama kehamilan (Mary, 2009).

5 Kenaikan Berat Badan


Kenaikan berat badan pada ibu hamil sangat bervariasi, berkisar
antara 11-16 kg untuk Negara yang maju. Dengan pola kenaikan 700-1400

12
g dalam trimester 1 dan 340-400 g per minggu dalam trimester II dan HI
(Imputmasa, 2012).
Penambahan berat badan pada trimester sebenarnya lebih penting
dari pada secara keseluruhan. Kenaikan pada trimester pertama hanya
sedikit, sedangkan pada trimester ke II dan III kenaikan terjadi relatif lebih
besar. Bila pola ini terbalik maka pengawasan perlu di perketat,
dikhawatirkan akan timbul kelainan misalnya preeklamsi atau BBLR
walaupun demikian seseorang ibu hamil bila kenaikan berat badan pada
trimester I terlalu tinggi, tidak dapat dilakukan diit yang ketat dengan
tujuan menurunkan berat badan pada trimester selanjutnya, karena akan
menurunkan glukosa darah. Dalam keadaan tersebut janin juga akan
kekurangan glukosa, karena janin belum dapat mensintesa glikogen dari
lemak. Perkiraan kenaikan berat badan dalam keadaan hamil: a)
Kehamilan 10 minggu naik 0,9kg; b) Kehamilan 20 minggu naik 5 kg; c)
Kehamilan 30 minggu naik 9 kg; d) Kehamilan 40 minggu naik 11-12 kg
(Iraputmasa, 2012).
Pertambahan berat kumulatif wanita pendek (150 cm) cukup di tata
sampai sekitar 8,8-13,6 kg. Mereka yang hamil kembar dibatasi sekitar
15,4-20,4 kg. Mereka dengan berat berlebih, pertarnbahan berat
diperlambat sampai 0,3 kg/minggu. Meskipun laju pertambahan berat ibu
pada trimester II dan III pada dasarnya sama, penimbunan porsi ibu dan
pertambahan jaringan janin tidak berlangsung serentak. Pertambahan
komponen dalam tubuh ibu teijadi sepanjang trimester II, sementara
pertumbuhan janin dan plasenta serta penambahan jumlah cairan amnion
berlangsung sangat cepatselama trimester III (Arisman, 2009).

Tabel 2.2 Pertambahan Berat Badan Berdasarkan Basal Metabolik Indeks (BMI)
Sebelum Hamil

Nilai BMI Berat Badan


Rendah (<19,8) 12,5-18,0 (kg)
Normal (19,9-26,0) 11,5-16 (kg)

13
Tinggi (26,1-29,0) 7,0-11,5 (kg)
Obesitas (>29,0) 7,0 (kg)
Kembar dua* 16,9-20 (kg)
Kembar tiga* 23,0 (kg)
*Tanpa memandang nilai BMI

Laju pertumbuhan janin pernah diteliti oleh William (1967)


berdasarkan pengamatannya pada kasus aborsi terinduksi. Menurut
penelitian ini, berat janin bertambah sebesar 5 gr sehari pada minggu ke-
14- 15 dan menjadi 10 gr pada minggu ke-20. Kecepatan tumbuh sebesar
30-35 sehari berlangsung pada minggu ke-33-36. Memasuki minggu ke-
41-42, pertambahan berat tidak terjadi lagi. Tambahan berat total selama
40 minggu kehamilan sebanyak 12,5 kg menyiratkan porsi komponen ibu
telah menyentuh angka 7 kg, selebihnya adalah komponen berat janin.

Wanita yang menderita malnunisi sebelum hamil atau selama


minggu pertama kehamilan cenderung melahirkan bayi yang menderita
kerusakan otak dan sumsum tulang karena system saraf pusat sangat peka
pada 2-5 minggu pertama. Ibu penderita malnutrisi sepanjang minggu
terakhir

kehamilan akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah


(<2.500gr) karena jaringan lemak banyak ditimbun selama trimester III
(Arisman, 2009).

6 Metode Penilaian Status Gizi


Secara umum penilaian status gizi dapat dilihat dengan metode
langsung dan tidak langsung (Proverawati, 2010).
a. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
penilaian yaitu :
1) Antropometri

14
a) Secam umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi.

b) Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pemunbuhan fisik dan


jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.

2) Klinis

a) Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk


menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
seperti kulit, mata,rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ
yang dekat dengan permukaan tubuh sepeni kelenjar tiroid.
Metode ini umunmya digunakan untuk survei ldinis secara tepat
(rapid clinical surveys).

3) Biokimia

a) Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan


spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yangdigunakan
antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
sepexti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu
peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi
yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik,

15
maka penentuan kimia faali dapat banyak menolong untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

4) Biofisik

a) Penentuan status gizi secata biofisik adalah metode penentuan


status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya
jaringan) dan melihat perubahan struktur. Umumnya dapat
digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan
adalah tes adaptasi gelap.

b) Secara Tidak Langsung

b. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga


(Proverawati, 2010) yaitu:
1) Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status


gizi secaratidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi
yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat
mengindentifikasikan kelebihan dan kekurangan gizi.

2) Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan


menganalisis data beberapa statistik kesehatan sepexti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan, dan kematian akibat
penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaanya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator
tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

16
3) Faktor Ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan


masalah ekologi sebagai hasil interaksi bebempa faktor fisik,
biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia
sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi,
dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting
untuk mengetahui penyebab malnutrisi (Arisman, 2012).

2.1.12 Cara Penilaian Status Gizi Ibu Hamil


Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan
keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting
baik yang bersifat subjektif maupun yang bersifat objektif.
Sedangkan status gizi janin ditentukan antara status gizi ibu
sebelum dan selama dalam kehamilan dan ' keadaan ini
dipengaruhi oleh status gizi ibu sewaktu konsepsi dipengaruhi oleh
keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan dan gizi ibu, paritas
dan jarak kehamilan jika yang dikandung bukan merupakan anak
yang pertama.
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan
dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran
tunggal dari tubuh manusia, antara lain: mnur, berat badan, tinggi
badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Di bawah ini akan
diumikan beberapa parameter itu.
a. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.
Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interprestasi
penentuan status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi
badan dan berat badan yang akurat menjadi tidak berani jika
tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
b. Berat Badan

17
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai
pertimbangan antara lain:
1) Parameter yang paling balk, mudah terlihat perubahan dalam
waktu singkat karena perubahan-perubahan konsumsi
makanan dan kesehatan.
2) Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau
dilakukan secara periodik memberikan gambaran yang baik
tentang pertumbuhan.
3) Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara
umum dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal
baru yang memerlukan penjelasan secarameluas.
4) Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh
keterampilan pengukur.
5) Karena masalah umur merupakan faktor penfing untuk
penilaian status gizi, berat badan terhadap tinggi badan
sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak
tergantung pada umur.
6) Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan
ketelitian yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga
sudah dikenal oleh masyarakat. Penentuan berat badan
dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di
lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat
yang lain, mudah diperoleh dan relatif murah harganya,
ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg,
skalanya mudah dibaca.
c. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan
yang telah lalu dan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Di
samping itu, tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting,

18
karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan
(Quac Suck), faktor umur dapat dikesampingkan.
d. Lingkar Lengan (LLA)
Metode penilaian yang digunakan lmtuk memantau status gizi
ibu hamil adalah dengan cara rnetode pengukuran langsung
(antropometri) yaitu pengukuran LLA, metode ini diglmakan untuk
mendeteksi adanya Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Wanita
Usia Subur (WUS) (Supariasa, 2007).
Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK apabila LILA
kurang dari 23,5 cm, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK
dan diperkirakan akan melahirkan BBLR (Supariasa, 2007). Ibu KEK
adalah ibu yang ukuran LILAnya < 23,5 cm dan dengan salah satu atau
beberapa kriteria sebagai berikut : Berat badan ibu sebelum hamil < 42
kg, Tinggi badan ibu < 145 cm, Berat badan ibu pada kehamilan
trimester III < 45 kg, Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00,
Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr %).
Hasil pengukuran LILA ada dua kemlmgkinan yaitu kurang dari
23,5 cm dan lebih dari 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5 cm
berarti risiko KEK dan anjuran atau tindakan yang perlu dilakukan
adalah dengan makan cukup dengan pedoman umum gizi seimbang,
hidup sehat, tunda kehamilan, bila hamil segera dirujuk sedini mungkin.
Apabila hasil pengukuran >23,5 cm maka anjuran yang diberikan
adalah pertahankan kondisi kesehatan, hidup sehat, bila hamil periksa
kehamilan kepada petugas kesehatan (Wirjatmadi, 2007).

2.1.13 Kelompok Beresiko Tinggi

Beberapa kelompok ibu hamil memerlukan perhatian khusus


dalam aspek gizi (Mary, 2009).

19
Tabel 2.3 Kelompok populasi yang beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan
gizinya selama kehamilan

Kelompok Alasan Tindakan / anjuran


timbulnya resiko
a.Remaja a.Kebutuhan bagi a. Pastikan diet berkualitas tinggi
pertumbuhannya b. Fokuskan pada peningkatan
sendiri masih
tinggi berat badan, asupan kalsium
b.Mungkin tidak besi dan folat yang adekut
mengakui
kehamilan, enggan
menyesuaikan
diet / perilaku
b. Berat Peningkatan resiko a. Pertahankan kenaikan berat
badan komplikasi badan dalam batas-batas yang
termasuk
berlebih/ persalinan direkomendasikan
obes prematur,hipertensi b.Jaga kualitas diet, sarankan
diabetes dalam olahraga
kehamilan (GDM)
c. Vegetari- Kemungkinan a.Konsumsi karbohidrat yang
an/Vegan rendahnya asupan lambat diserap dan makan
nutrient secara teratur untuk
menangani GDM
b. Pastikan diet seimbang/
bervariasi untuk menyediakan
berbagai macam mikronutrien
a.PUFA rantai panjang, besi,
zink,kalsium, dan vitamin D
mungkin perlu diperhatikan
b.Anjurkan makanan bergizi
tinggi yang lebih murah
seperti sereal sarapan yang
difortifikasi, roti,biji polong-
polongan dalam kaleng
(tinned pulse), buah dan
sayuran, daging dalam jumlah
kecil, ikan dalam kaleng

20
2.1 Konsep Ibu Hamil
2.2.1 Pengertian
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkn dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung saat fertilisasi
hingga lahimya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam Waktu 40
minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender Internasional.
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester I berlangsung
dalam 12 minggu , trimester II 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27),
dan trimester III 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo,
2009).

2.2.2 Penyebab terjadinya Kehamilan


Bila pada masa subur terjadi hubungan seks, sperma akan
ditampung di liang senggama bagian dalam. Setiap milliliter sperma
mengandung sekitar 35-40 juta spermatozoa, sehingga setiap hubungan
seks terdapat sekitar 110-120 juta spermatozoa Setiap spermatozoa
membawa kromosom pembawa tanda 22 buah kromosom seks Y untuk
laki-laki dan kromosom X untuk perempuan. Pada telur (ovum) yang
dilepaskan selalu membawa 22 pasang pembawa tanda dan kromosom
seks X. pertemuan spermatozoa Y menjadi zigot laki-laki sedangkan bila
spermatozoa X bertemu telur X terbentuk zigot perempuan. Pertemuan
terlaksana setelah telur lepas sekitar 12 jam dan spermatozoa melalui
proses kapasitasi disebut fertilisasi, pembuahan “konsepsi”, atau
impregnancy (Asrinah, 2010).

2.2.3 Kebutuhan Fisik Ibu Hamil


a. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil Akan Nutrisi
Nutrisi ini berkaitan dengan pemenuhan kalori

21
1) Proses pysic 66% (pernafasan = sirkulasi = digestive = secrete =
temperature tubuh) = (pertumbuhane = perbaikan) = 1.440
Kcal/Dag.
2) Aktifitas/hari seperti jalan,posisi tubuh, berbicara perpindah-
pindahan dari satu tempat kesuatu tempat yang lain , makan
menghabiskan 17% total tidak hamil
3) Bekerja rata-rata 7-10% membutuhkan 150-200 Kcl
4) Metabolisme 7% membutuhkan 144 Kcl

Kondisi tidak hamil 2100 Kcal/hari, saat hamil 2500 kcal/hari


(fetus,plasenta,uterus, mamae), saat laktasi 3000 kcal/hari. Gunakan
model piramida makanan sebagai pedoman diet sehat, piramida ini
tersusun dari beberapa bagian yang berisi jenis makanan terentu semakin
besar bagian piramida tersebut, semakin besar porsi makanan yang boleh
dikonsumsi setiap hari. Demikian juga sebaiknya jenis makanan pada
puncak piramida sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah terbatas. Puncak
(gula, lemak, dan minyak); Tingkat III (susu, yogurt, dan keju daging
unggas, ikan, kacang-kacangan dan telur); Tingkat II (sayur dan buah-
buahan); Tingkat I (roti, sereal, nasi dan pasta) (Mufdlilah, 2009).

2.2 Konsep Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


2.3.1 Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) atau Low Birth Weigh Infant
(LBWI). Adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram. Berdasarkan kongres “European Perinatal Medicine II” di London
(1970), menurut masa kehamilannya dikategorikan menjadi tiga, yaitu bayi
kurang bulan yaitu bayi yang masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259
hari), bayi cukup bulan, yaitu bayi dengan masa kehamilan mulai 37
minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari), bayi lebih bulan, yaitu

22
bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau
lebih) (Muslihatun, 2010).
World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan
bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama
dengan 2500 gram disebut low birth weigh infant (bayi berat badan lahir
renda/BBLR), karena morbiditas dan mortalitas neonates tidak hanya
bergantung pada berat badannya tetapi pada tingkat kematangan
(Maturitas) bayi tersebut. Definisi WHO tersebut dapat disimpulkan secara
ringkas bahwa bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram (Pantiawati, 2010).

2.3.2 Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature.
Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas,dan lain-lain. Faktor plasenta
seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR.

BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

a. Faktor ibu
1) Penyakit : Toksemia gravidarum, perdarahan anteparu, Trauma fisik
dan psikologi, nefritis akut, Diabetes Mellitus.
2) Usia ibu : Usia < 16 tahun, Usia > 35 tahun, multigravida yang jarak
kelahirannya terlalu dekat
3) Keadaan sosial : Golongan sosial ekonomi rendah, perkawinan yang
tidak sah.
4) Sebab lain : Ibu yang perokok, Ibu peminum alkohol, Ibu pecandu
narkotika.
b. Faktor janin, yaitu : Hidramnion, Kehamilan ganda, kelainan kromosom.
c. Faktor lingkungan, yaitu : Tempat tinggal dataran tinggi, Radiasi, Zat-
zat racun (Pantiawati, 2010).

23
2.3.3 Klasifikasi
Berdasarkan definisi tersebut di atas BBLR dapat dikelompokkan
berat lahir rendah dibedakan dalam (Saifuddin, 2007).
a. Bayi berat lahir rendah, berat lahir 1500-2500 gram
b. Bayi berat lahir sangat rendah, berat lahir < 1500 gram
c. Bayi berat lahir ekstrem, berat lahir < 1000 gram

BBLR dikelompokkan menjadi prematuritas murni dan dismaturitas


(Pantiawati 2010).
a. Prematuritas murni
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu
dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan atau disebut neonates kurang bulan sesuai masa kehamilan
(NKB-SMK) (Arief, 2009)
Bayi Prematur
Menurut WHO, bayi premature adalah bayi lahir hidup sebelum
usia kehamilan minggu 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi
premature atau bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37
minggu tanpa memperhatikan berat badan. Sebagian besar bayi lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 adalah bayi premature.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bayi premature
ditetapkan berdasarkan umur kehamilan.
1) Penyebab kelahiran premature
a) Faktor ibu
Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi, kelainan
bentuk uterus (misalnya uterus bikornis, inkompeten serviks),
tumor (misalnya mioma uteri, sistoma), ibu yang menderita
penyakit, yaitu :
(1) Akut dengan gejala panas tinggi (misalnya tifus abdominalis,
malaria).

24
(2) Kronis (misalnya TBC, penyakit jantung, glomerulonefritis
kronis).
b) Trauma pada masa kehamilan antara lain:
Fisik (misalnya jatuh), psikologi stress).
c) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun/lebih dari 35
tahun
d) Plasenta antara lain plasenta previa, solusio plasenta
e) Faktor janin, yaitu : kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah
dini, cacat bawaan, infeksi (misalnya rubella, sifilis,
toksoplasmosis), insufiensi plasenta, inkompatibilitas darah ibu dan
janin (faktor rhesus, golongan darah ABO).
f) Faktor plasenta
Plasenta previa, solusio plasenta (Pantiawati, 2010)
2) Tanda bayi premature
Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervariasi,
tergantung pada usia kehamilan pada saat bayi dilahirkan. Makin
premature atau makin kecil umur kehamilan saat dilahirkan makin
besar pula perbedaan dengan bayi yang lahir cukup bulan.
Tanda dan gejala bayi premature :
a) Umur kehamilan atau sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
c) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d) Kuku panjangnya belum melewati ujung jari
e) Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
f) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
g) Lingkar dada sama dengan atau kurang 30 cm
h) Rambut lanugo masih banyak
i) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telingan
k) Tumit mengkilap, telapak kaki halus

25
l) Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada
skrotum kurang. Testis belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi
perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh
labiya mayora
m) Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah
n) Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan
reflex hisap, menelan dan batuk masih lemah
o) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot
dan jaringan lemak masih kurang
p) Verniks caseosa tidak ada atau sedikit (Pantiawati, 2010)
3) Masalah-masalah yang dapat terjadi
Tingkat kematangan fungsi system organ neonates merupakan
syarat untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan di luar Rahim,
penyakit yang terjadi pada bayi premature berhubungan dengan belum
matangnya fungsi organ-organ tubuhnya. Hal ini berhubungan dengan
umur kehamilan saat dilahirkan. Makin muda kehamilan, makin tidak
sempurna organ-organnya konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang
belum matang, bayi premature cenderung mengalami masalah yang
bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal,
adapun masalah-masalah yang terjadi adalah sebagai berikut.
a) Hipoterma
Dalam kangungan, bayi berada dalam suhu lingkungan
yang normal dan stabil yaitu 36 Celsious. Segera setelah lahir bayi
diharapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah.
Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas
tubuh bayi. Selain itu, hipotermi dapat terjadi karena kemampuan
untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah
produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang
belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum
matangnya system saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan

26
tubuh relative lebih besar disebanding dengan berat badan sehingga
mudah kehilan panas. Tanda klinis hiportemia, yaitu : suhu tubuh
dibawah normal, kulit dingin, akral dingin, sianosis.
b) Sindrom gawat nafas
Kesukaran pernafasan pada bayi premature dapat
disebabkan belum sempurnanya pembentukan membrane hialin
surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang dapat menurunkan
tegangan dinding alveoli paru. Pertumbuhan surfaktan paru
mencapau maksimum pada minggu ke-35 kehamilan.
Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan
paru untuk mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali
kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya
dibutuhkan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir
ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan
tekanan negative intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha
inspirasi yang kuat.
Tanda klinis sindrom gawat nafas : pernapasan cepat, siaonis
perional, merintih waktu ekspirasi , retraksi subternal dan
intercostal.
c) Hipoglikema
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama
menunjukkan bahwa hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50%
pada bayi matur. Glukosa merupakan sumber utama energy selama
masa janin. Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari
kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan
janin menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm
dalam mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dl. Selama 72
jam pertama, sedangkan bayi berat badan rendah dalam kadar 40
mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum
mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau
kurang dari 20 mg/dl. Tanda klinis hipoglikemia : Gemetar atau

27
tremor,Sianosis, Apatis, Kejang, Apnea intermiten, Tangisan
lemah atau melengking, Kelumpuhan atau letargi, Ksulitan minum,
Terdapaat gerakan putar mata, Keringat dingin, Hipotermia,Gagal
jangtung dan henti jantung ( sering berbagai gejala muncul
bersama-sama)
d) Pendarahan intracranial

Pada bayi premature pembuluh darah masih sangat rapuh


sehingga mudah pecah. Perdarahan intracranial dapat terjadi karena
trauma lahir, disseminated intravascular coagulopathy atau
trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya
pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap
pendarahan selama minggu pertama kehidupan. Tanda klinis
perdarahan intracranial : kegagalan umum untuk bergerak normal,
reflex moro menurun atau tidak ada, tonus otot menurun, letargi,
pucat dan sianosi, apnea, kegagalan menetek dengan baik, muntah
yang kuat, tangisan bernada tinggi dan tajam, kejang, kelumpuhan,
frontanela mayor mungkin tegang dan cembung, pada bagian kecil
penderita mungkin tidak ditemukan menifestasi klinik satu pun,
rentan terhadap infeksi.

Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi


pada minggu terakhir masa kehamilan. Bayi premature mudah
menderita infeksi karena imunitas humolar dan sesuler masih
kurang hingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu, karena
kulit dan selaput lender membrane tidak memiliki perlindungan
seperti bayi cukup bulan.

e) Hiperbilirubinemia
Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar.
Kurangnya enzim glukorinil tranferase sehingga konjungasi
bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna, dan

28
kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin
dari jaringan ke hepar kurang. Kadar bilirubin normal pada bayi
premature 10 mg/dl. Hiperbilirubinemia pada premature bila tidak
segera diatasi dapat menjadi kern icterus yang akan menimbulkan
gejala sisa yang permanen. Tanda klinis hiperbilirubinemia: sclera,
puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna
kuning, letargi, kemampuan menghisap menurun, kejang.

f) Kerusakan intergritas kulit


Lemak subkutan kurang atau sedikit. Struktur kulit yng
belum matang dan rapuh. Sensitivitas yang kurang akan
memudahkan terjadinya kerusakan intregitas kulit, terutama pada
daerah yang sering tertekan dalam waktu lama. Pemakaian plester
dapat mengakibatkan kulit bayi lecet atau bahkan lapisan atas ikut
terangkat (Pantiawati, 2010)

b. Dismaturitas
Adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan
yang seharusnya untuk usia kehamilannya, biasa disebut dengan
bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK). Hal ini menunjukkan bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine, keadaan ini
berhubungan dengan gangguan sirkulasi dan efisiensi plasenta
(Pantiwati, 2010)
1) Faktor –faktor yang menyebabkan gangguan pertumbuhan
intrauterine meliputi :
a. Faktor Janin
Kelainan kromososm, infeksi janin kronikm
disotonomia familial, retardasi, kehamilan ganda, aplasia
pancreas
b. Faktor plasenta

29
Berat plasenta kurang, plasenta berongga, luas
permukaan berkurang, plasentitis vilus, infark tumor (korio
angiona), plasenta yang lepas, sindrom transfuse bayi
kembar.
c. Faktor ibu
Toksemia, hipertensi, penyakit ginjal, hipoksemi
(penyakit jantung sionatik, penyakit paru) , malnutrisi,
anemia sel sabit, ketergantungan (obat narkotik, alcohol,
rokok) (Pantiawati, 2010)
2) Gejala Klinis
Gejala Klinis yang tampak sangat bervariasi karena
dismatur dapat terjadi preterm, term dan strem. Bayi
dismatur preterm akan terlihat gejala fisik bayi premature
ditambah dengan gejala retardasi pertumbuhan dan
pelisutan. Pada bayi cukup bulan dan posterm dengan
dismaturitas, gejala yang menonjol adalah pelisutan. Gejala
insufiensi plasenta bergantung pada berat dan lamanya bayi
menderita deficit, retardasi pertumbuhan akan terjadi bila
defisit berlangsung lama (kronis).
Deficit in uteri mengakibatkan gawat janin, dalam arti
luas gawat janin dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a) Gawat janin akut. Deficit mengakibatkan gawat
perinatal tetapi tidak mengakibatkan retardasi
pertumbuhan dan pelisutan.
b) Gawat janin subkutan, bila deficit tersebut menunjukan
tanda pelisutan tetapi tidak mengakibatkan retardasi
pertumbuhan.
Gawat janin kronis. Bila bayi jelas menunjukkan
retardasi pertumbuhan (Pantiawati, 2010).
3) Stadium bayi dismatur

30
a) Stadium pertama, bayi tampak kurus dan relative lebih
panjang, kulitnya longgor, kering, tetapi belum terdapat
noda meconium.
b) Stadium kedua. Terdapat tanda pertama ditambah warna
kehijauan pada kulit plasenta dan ambilicus. Hal ini
disebabkan oleh meconium yang tercampur dalam amnion
yang kemudian mengendap kedalam kulit , umbilicus dan
plasenta sebagai akibat anoksia intrauteri.
c) Stadium ketiga. Terdapat tanda stadium kedua ditambah
dengan kulit yang berwarna kuning, begitu pula dengan
kuku dan tali pusat, ditemukan juga tanda snoksia
intrauterine yang lama (Pantiawati, 2010).
4) Masalah bayi dismatur
a) Sindrom aspirasi mekonium
Hipoksia intrauterine akan mengakibatkan janin
mengalami gapsing dalam uterus. Selain itu meconium
akan dilepaskan dan bercampur dengan cairan amnion.
Cairan amnion yang mengandung meconium akan masuk
ke dalam paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan
menderita gangguan pernapasan karena melekatnya
meconium dalam saluran pernafasan.
b) Hipoglikemia sistomatik
Keadaan ini terutama terdapat pada laki-laki,
penyebab belum jelas, mungkin karena glikogen yang
kurang pada bayi dismatur. Diagnosis dibuat setelah
pemeriksaan kadar gula darah, dikatakan hipoglikemia bila
kadar gula darah kurang dari 20 mg/dl pada bayi berat lahir
rendah.
c) Penyakit membrane hialin
Penyakit ini diderita dismatur yang preterm
terutama bila masa gestasi kurang dari 35 minggu. Hal ini

31
disebabkan karena pertumbuhan surfaktan paru yang belum
cukup.
d) Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur lebih sering menderita
hiperbilirunemia dibandingkan bayi yang beratnya sesuai
denagn masa kehamilan. Berat hati bayi dismatur kurang
dibandingkan bayi biasa, mungkin disebabkan gangguan
pertumbuhan hati.
e) Asfiksia neonatorum
Bayi dimatur lebih sering menderita asfiksia
neonatorum dibandingkan bayi biasa. Membedakan bayi
premature murni atau dismatur penting karena :
(1) Morbiditas yang berlainan
(2) Prematuritas murni mudah menderita komplikasi
membrane hialin, pendarahan intraventrikuler,
pneumonia aspirasi
(3) Bayi dismatur mudah menderita sindrom aspirasi
meconium, hipoglikemia sistomatik, dan
hiperbilirubinemia
(4) Bayi dismatur yang preterm dapat menderita
komplikasi bayi dismatur dan bayi premature
(5) Bayi dismatur harus mendapat makanan yang lebih dini
dari bayi premature (Pantiawati, 2010).

2.3.4 Penatalaksanaan
a. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
bayi premature akan cepat mengalami kehilangan panas badan
dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan
relative luas. Oleh karena itu, bayi premature harus dirawat di dalam

32
incubator sehingga panas badannya mendekati dalam Rahim. Bila
belum memiliki incubator, bayi premature dapat dibungkus dengan
kain bdan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau
menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru air panas
atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kangguru dalam kantung ibunya.
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam
incubator. Incubator yang modern dilengkapi dengan alat pengatur
suhu dan kelembaban agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya
yang normal, alat oksigen yang dapat diatur, serta kelengkapan lain
untuk mengurangi kontaminasi bila incubator dibersihkan.
Kemampuan bayi BBLR dan bayi sakit untuk hidup lebih besar bila
mereka dirawat pada atau mendekati suhu lingkungan yang netral.
Suhu ini ditetapkan dengan mengatur suhu permukaan yang terpapar
radiasi, kelembaban relative, dan aliran udara sehingga produksi panas
sesedikit mungkin dan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan dalam
batas normal. Suhu incubator yang optimal diperlukan agar panas yang
hilang dan konsumsi oksigen terjadi minimal sehingga bayi telanjang
pun dapat mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,5-37 C.
Tingginya suhu lingkungan ini tergantung dari besar dan kematangan
bayi. Dalam keadaan tertentu bayi yang sangat premature tidak hanya
memerlukan incubator untuk mengatur suhu tubuhnya tetapi juga
memerlukan pleksiglas penahan panas atau maupun pakaian.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melaliu “jendela” atau
“lengan baju”. Sebelum memasukkan bayi ke dalam incubator,
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sehingga 29.4 C, untuk
bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi
dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernapasan
yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah. Mempertahankan kelembaban 40-

33
60% diperlukan dalam membantu stabilisai suhu tubuh yaitu dengan
cara sebagai berikut:
1) Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan yang rendah.
2) Mencegah kekeringan dan iritasi pada selaput lender jalan nafas
terutama dalam pemberian oksigen dan selama pemasangan
intubasi endrotrakea atau nasotrakea.
3) Mengencerkan sekresi yang kental serta mengurangi kehilangan
cairan insensible dari paru.
Pemberian oksigen untuk mengurangi bahaya hipoksia dan
sirkulasi yang tidak memuaskan harus berhati –hati agar tidak terjadi
hiperoksia yang dapat menyebabkan fibroplasias retrolental dan
fibroplasias paru. Bila mungkin pemberian oksigen dilakukan melalui
tudung kepala, dengan atat CPAP (Continous Positive Airway
Pressure) atau dengan pipa endotrakea tekanan oksigen (pO2) arteri
pada bayi yang mendapat oksigen harus dilakukan terus menerus agar
porsi oksigendapat diatur disesuaikan sehingga dapat terhindar dari
bahaya hipoksia ataupun hiperoksia. Seandainya tidak ada incubator,
pengaturan suhu dan kelembaban dapat diatur dengan memberikan
sinar panas, selimut, lampu panas, bantalan panas, dan botol air
hangat, disertai dengan pengaturan suhu dan kelembaban ruangan.
Mungkin pula diperlukan pemberian oksigen melalui topeng atau pipa
intubasi. Bayi yang berumur beberapa hari atau minggu harus
dikeluarkan dari incubator apabila keadaan bayi dalam ruangan biasa
tidak mengalami perubahan suhu, warna kulit, aktivitas, atau akibat
terbentuknya (Proverawati, 2010).

b. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi

Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah


menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai
dengan kebutuhan bayi BBLR.

34
ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu
menghisap. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI
adalah pilihan yang harus didahulukan untuk diberikan. ASI juga dapat
dikeluarkan dan diberikan pada bayi yang tidak cukup menghisap. Bila
faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan
dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde ke lambung.
Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200cc/kg BB/hari. Jika ASI tidak
ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan susu
formula yang komposisinya mirip ASI atau khusus bayi BBLR
(Proverawati, 2010).

Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan


pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya
udara dalam usu. Pada bayi dalam incubator dengan kontak yang minimal,
tempat tidur atau kasur incubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi
kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi makan dalam posisi
dipangku.

Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat dalam menghisap
dan sianosis ketika melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan
disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian
makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi badan lebih rendah.

Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung


kecil, enzim pencernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3-5
gr/kgBB dan kalori 110 gr/kgBB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minun bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah,
sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan
frekuensi yang lebih sering (Proverawati,2010).

c. Pencegahan Infeksi

35
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman ke dalam
tubuh, khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi.
Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi nosocomial. Rentan terhadap
infeksi ini disebabkan oleh kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR
masih rendah, aktivitas berterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga
masih rendah dan fungsi imun belum berpengalaman.

Infeksi local bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi


diagnosis dini dapat ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan (
kelainan) tingkah laku bayi sering merupakan tanda infeksi umum.
Perubahan tersebut antara lain: malas menetek, gelisah, letargi, suhu tubuh
meningkat, frekuensi pernafasan meningkat, muntah, diare, dan berat badan
mendadak turun.

Fungsi perawatan disini adalah member perlindungan terhadap


bayi BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh
kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker
dan baju khusus dalam penanganan bayi, perawatan tali pusat, perawatan
mata, hidung, kulit, tindakan aseptis dan aseptic alat-alat yang digunakan,
isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, mengatur kunjungan, menghindari
perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan menghindari
perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian
antibiotic yang tepat. Bayi premature mudah sekali terkena infeksi, karena
daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif
dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan premature prematuritas/BBLR (Proverawati, 2010)

d. Penimbangan Berat Badan


Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau
nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahun tubuh, oleh

36
sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat
(Proverawati, 2010).

e. Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan merupakan masalah
serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan
surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30-35% dengan
menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa
yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina
bayi yang dapat menimbulkan kebutaan (Proverawati, 2010)

f. Pengawasan Jalan Nafas


Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, faring,
trakea, bronkiolus, bronkiolus respiratorius, dan duktus alveorelis
ke alveoli. Terlambatnya jalan nafas dapat menimbulkan asfiksia,
hipoksia, dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat
beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran
sehingga dapat lahir dengan asfiksia perianal. Bayi beresiko
mengalami serangan apneu dan definisi surfaktan, sehingga tidak
dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya
diperoleh dari plasma. Dalam kondisi seperti ini diperlukan
pembersihan jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lender),
dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernafasan dengan
menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan
ventilasi, intubusi endotrakeal, pijatan jantung dan pemberian
oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi.
Dengan tindakan ini dapat dicegah sekaligus mengatasi asfiksia
sehingga memperkecil kematian bayi BBLR (Provetawati, 2010).
2.3.5 Pencegahan
Pada kusus bayi berat lahir rendah BBLR pencegahan/preventif
adalah langkah yang penting. Hal-hal ini dapat dilakukan:

37
a. Meningkatkan pemeriksaan kelahiran secara berkala minimal 4 kali
selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan mud. Ibu
hamil yang diduga beresiko, terutama faktor resiko yang mengarah
melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk
pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam Rahim, tanda-tanda perawatan diri selama kehamilan agar
mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan
baik.
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umum
reproduksi sehat (20-34 tahun)

Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan


dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar
mereka dapat meningkatkan akses terdapat pemanfaatan pelayanan antenatal
dan status gizi ibu hamil selama hamil (Panti

2.4 Kerangka Teori

Kerangka konseptual merupakan abstraksi dari variabel yang


diamati dalam bentuk bagan-bagan agar mudah diinformasikan (Nursalam,
2009). kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Faktor yang
mempengaruhi
kehamilan

38
BBLR

a.Status sosek
ibu sebelum
hamil Status Gizi Kehamilan

b. Gizi dan
kesehatan ibu

c.Jarak Tidak
kelahiran BBLR
d. Paritas
Keterangan:

Diteliti :

Tidak diteliti : ------------

Garnbar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dengan
Status Gizi Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Takokak Kabupaten Cianjur.

39

Anda mungkin juga menyukai