Berdasarkan hasil pengamatan, cacing yang ditemukan keseluruhannya adalah
spesies Lumbricus terestris karena segmen tubuhnya lebih dari 90 segmen, namun cacing yang ditemukan berukuran kecil, dari lima kuadran yang diamati, kuadran tiga yang memiliki suhu dan pH berbeda dari yang lain, yakni sebesar 24 oC dengan pH 5,9. Hal ini diakibatkan oleh keadaan tempat pencuplikan tepat dibawah pohon, pengaruh naungan kanopi pohon dapat menurunkan suhu tanah. Keadaan pH dipengaruhi oleh keberadaan pohon tersebut, pohon dapat menjaga kesetimbangan pH agar pohon tersebut dapat tumbuh dengan optimal. Suhu dan pH yang diamati pada setiap kuadran optimal untuk petumbuhan cacing karena kisaran suhu optimumnya adalah 15 – 25oC dan pH optimumnya adalah 6 -7,2. Namun, untuk kelembaban tanah sangat tidak baik untuk pertumbuhan cacing, karena kelembaban yang baik sekitar 15 - 30 %, hal ini mungkin diakibatkan oleh kekeringan yang terjadi. Kelembaban tanah merupakan air yang mengisi sebagian atau seluruh pori-pori tanah, kelembaban tanah sangat dinamis karena disebabkan oleh penguapan melalui permukaan tanah, transpirasi dan perkolasi (Suyono dan Sudarmadil, 1997). Mungkin faktor kelembaban adalah salah satu ditemukannya sedikit cacing, bila kelembaban terlalu kering, akan merusak keadaan kulit. Untuk menghindarinya cacing tanah segera masuk kedalam lubang dalam tanah, berhenti mencari makan dan akhirnya akan mati. Bila kelembapan terlalu tinggi atau terlalu banyak air, cacing tanah akan segera mencari tempat yang memiliki pertukaran udara (aerasinya) yang baik. Hal ini terjadi karena cacing tanah mengambil oksigen dari udara bebas untuk pernafasannya melalui kulit (Handayanto, 2009). Kualitas tanah dapat ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah. Cacing merupakan salah satu bioindikator untuk menentukan kualitas tanah. Serasah merupakan makanan untuk cacing tanah, cacing pun mempunyai peran langsung dalam dekomposisi tanah. Cacing tersebut dapat memecah fragmen-fragmen sampah pada tumbuhan dan mencampurnya dengan tanah. Mereka membawa sampah dari permukaan ke dalam tanah dan mengeluarkan secret mucus yang dapat memperbaiki struktur tanah (Handayanto,2009). Umumnya tempat yang memiliki serasah paling banyak, akan ditemukan banyak cacing pula, karena serasah makanan cacing. Namun dari hasil pengamatan, hanya pada kuadran 1 dan kuadran 5 saja yang terdapat cacing paling banyak, hal ini mungkin diakibatkan oleh faktor lingkungan lain yang mempengaruhi keberadaan cacing. Pengaruh organisme dalam tanah khususnya dalam proses pembentukan struktur tanah yang stabil sangat oleh kegiatan organisme dalam tanah, khususnya cacing tanah yang bersimbiosis dengan tanaman atau serasah daun yang dapat memberikan kesuburan. (Sarwono, 2007). Kesuburan tanah ini diamati dengan melakukan perhitungan kandungan organik dalam tanah, Pola distribusi cacing tanah dipengaruhi oleh faktor-kimia tanah dan ketersediaan makanan yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan, pola persebaran cacing tanah di Lapangan Berdebu adalah mengelompok. Hal tersebut karena cacing tanah mempunyai tanggapan terhadap faktor lingkungan, terutama faktor fisika-kimia tanah sehingga untuk melangsungkan aktivitas hidupnya individu individu tersebut tersebar secara mengelompok. Menurut Suin (2012), bahwa kebanyakan hewan di alam distribusinya mengelompok, yang mana mereka memilih hidup pada habitat yang paling sesuai baginya tanah, baik sesuai dengan faktor fisika-kimia tanah maupun ketersediaan makanan.