SP Demensia
SP Demensia
“DIARE”
Penyusun :
PRODI S1 KEPERAWATAN
DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
BAB I HASIL PENGKAJIAN.........................................................................................3
BAB II KONSEP DASAR..............................................................................................14
A. Pesantren..............................................................................................................14
B. Poskestren............................................................................................................20
BAB III ANALISIS HASIL PENGKAJIAN................................................................27
A. Analisa Data.........................................................................................................27
B. Diagnosa...............................................................................................................29
C. Inervensi...............................................................................................................29
D. POA (Plan Of Action)..........................................................................................41
BAB IV PELAKSANAAN.............................................................................................46
A. Implementasi........................................................................................................46
B. Evaluasi................................................................................................................49
BAB V PENUTUP..........................................................................................................50
C. Kesimpulan..........................................................................................................50
D. Saran....................................................................................................................50
Lampiran 1.......................................................................................................................51
Lampiran 2.......................................................................................................................86
Lampiran 3.......................................................................................................................88
Lampiran 4.....................................................................................................................108
Lampiran 5.....................................................................................................................118
2
BAB I
HASIL PENGKAJIAN
1.1 PENGKAJIAN
A. Data Inti
1. Geografi
a. Wilayah :Desa Tirtowening, Kembang Kelor, Pacet,
Mojokerto
b. Luas : 5-6 Ha
c. Batas Wilayah
(1) Utara :Berbatasan dengan villa padusan
(2) Selatan :Berbatasan dengan trawas
(3) Barat :Berbatasan dengan kutorejo
(4) Timur :Berbatasan dengan gunung penanggungan
2. Demografi
a. Jumlah Santri : 815
b. Jumlah Santri laki-laki : 315 santri
c. Jumlah Santri perempuan : 500 santriwati
d. Demografi fokus pada santri dengan diare
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Demografi Santri dengan Diare di Pondok
Pesantren Ammanatul Ummah Pacet
3
e. Statistik Vital
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Santri dengan Diare Berdasarkan Statistik
Vital di Pondok Pesantren Ammanatul Ummah Pacet
4
B. Data Subsistem
1. Lingkungan Fisik
a. Bangunan Pondok Pesantren
a) Jenis lantai
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Santri dengan Diare berdasarkan Jenis
Lantai di Pondok Pesantren Ammanatul Ummah Pacet
b) Ventilasi
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Santri dengan Diare berdasarkan
Ventilasi di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet
5
Jumlah 100%
6
No Cara Pengelolahan Frekuensi Persentase
1 Dimasak 10%
2 Tidak dimasak 90%
Jumlah 100%
c) Kondisi air
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Santri dengan Diare berdasarkan
Kondisi Air di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet
Kebiasaan mandi
No Frekuensi Persentase
dalam sehari
1 1 kali -
7
2 2 kali 80%
3 3 kali 20%
Jumlah 100%
b) Berpakaian
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Santri dengan Diare
berdasarkan kebiasaan berganti pakaian dalam sehari di
pondok pesantren Amanatul Ummah Pacet
Kebiasaan berganti
No pakaian dalam Frekuensi Persentase
sehari
1 1 kali
2 2 kali 80%
3 3 kali 20%
Jumlah 100%
8
d) Pakaian dalam
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Santri dengan Diare
berdasarkan kebiasaan berganti pakaian dalam, dalam sehari di
pondok pesantren Amanatul Ummah Pacet
Kebiasaan berganti
No Frekuensi Persentase
pakaian dalam
1 1 kali -
2 2 kali 80%
3 3 kali 20%
Jumlah 100%
e) Handuk
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Santri dengan Diare
berdasarkan kebiasaan setelah penggunaan handuk di pondok
pesantren Amanatul Ummah Pacet
Kebiasaan setelah
No penggunaan Frekuensi Persentase
handuk
Dijemur dibawah -
1
sinar matahari
Dijemur didalam 65%
2
kamar
Dijemur diluar 15%
3 kamar tanpa terkena
sinar matahari
4 Dibiarkan begitu saja -
Jumlah 100%
9
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Santri dengan Diare
berdasarkan kebiasaan mencuci pakaian di pondok pesantren
Amanatul Ummah Pacet
Pernah memperoleh
No Frekuensi Persentase
informasi kesehatan
1 Ya 90%
2 Tidak 10%
10
Jumlah 100%
11
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pesantren
a. Pengertian Pesantren
Pesantren Kata pesantren berasal dari bahasa sansekerta yang
terdiri dari dua kata yaitu “Sa” dan “Tra”. “Sa” yang berarti orang
yang berperilaku baik. Dan “Tra” berarti suka Menolong. Selanjutnya
kata pesantren berasal dari kata dasar “santri” yang mendapat awalan
pe dan akhiran an yang berarti tempat tinggal para santri. Begitu pula
pesantren sebuah kompleks yang mana umumnya terpisah dari
kehidupan sekitarnya, dalam kompleks itu berdiri beberapa bangunan
rumah kediaman pengasuh. Dapat pula dikatakan pesantren adalah kata
santri yaitu orang yang belajar agama Islam. Sementara menurut KH.
Abdurrahman Wahid, pesantren diartikan sebagai suatu tempat yang
dihuni oleh para santri. Pernyataan ini menunjukkan makna pentingnya
ciri-ciri pesantren sebagai sebuah lingkungan pendidikan integral.
Sebagai mana beliau mengumpakan layaknya sebuah akademi militer.
Sebagaimana yang dikutip oleh Zamaksyari menurut C.C Berg bahwa
12
kata santri berasal dari kata shastri berasal dari India yang berarti
buku-buku suci, buku-buku keagamaan dan buku-buku tentang ilmu
pengetahuan. Bila mendengar makna pesantren itu sendiri, maka
orientasi secara spontanitas tertuju kepada lembaga pendidikan Islam
yang diasuh oleh para kyai atau ulama dengan mengutamakan
pendidikan agama dibandingkan pendidikan umum lainnya. Abu
Ahmadi memberikan pengertian pesantren sebagai suatu sekolah
bersama untuk mempelajari Ilmu agama, kadang-kadang lembaga
demikian ini mencakup ruang gerak yang luas sekali dan mata
pelajaran yang dapat diberikan dan meliputi hadits, ilmu kalam, fiqih
dan ilmu tasawuf. Dari pengertian tersebut diatas, maka dapatlah
dipahami bahwa pesantren adalah wadah yang mana di dalamnya
terdapat santri yang dapat diajar dan belajar dengan berbegai ilmu
agama. Demikian pula sebagai tempat untuk menyiapkan kader-kader
da’i yang professional dibidang penyiaran Islam. Elemen – Elemen
dalam Pondok Pesantren Unsur terpenting bagi sebuah pesantren
adalah adanya kyai, para santri, masjid, tempat tinggal, serta buku-
buku atau kitab-kitab teks. Sebagaimana yang di jelaskan oleh
Zamakhsyari Dhofier ada lima elemen diantaranya adalah sebagai
berikut: a. Pondok Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah
asrama pendidikan Islam tradisional di mana siswanya tinggal bersama
dan belajar di bawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih
dikenal dengan sebutan “kyai”. Asrama untuk para santri berada dalam
lingkungan komplek pesantren di mana kyai bertempat tinggal yang
juga menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruangan untuk
belajar dan kegiatan-kegiatan.
b. Elemen – Elemen dalam Pondok Pesantren
Unsur terpenting bagi sebuah pesantren adalah adanya kyai, para
santri, masjid, tempat tinggal, serta buku-buku atau kitab-kitab teks.
Sebagaimana yang di jelaskan oleh Zamakhsyari Dhofier ada lima
elemen diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pondok
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan
Islam tradisional di mana siswanya tinggal bersama dan belajar di
13
bawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal
dengan sebutan “kyai”. Asrama untuk para santri berada dalam
lingkungan komplek pesantren di mana kyai bertempat tinggal
yang juga menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruangan
untuk belajar dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain.
Komplek pesantren ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk
menjaga keluar dan masuknya para santri sesuai dan tamutamu
(orang tua santri, keluarga yang lain, dan tamu-tamu masyarakat
luas) dengan peratuaran yang berlaku. Pondok, asrama bagi para
santri, merupakan ciri khas tradisi pesantren, yang
membedakannya dengan sistem pendidikan tradisional di masjid-
masjid yang berkembang di kebanyakan wilayah Islam di
negaranegara lain. Sistem pendidikan surau di daerah
Minangkabau atau Dayah di Aceh pada dasarnya sama dengan
sistem pondok, yang berbeda hanya namanya.
b. Masjid
Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi
pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem
pendidikan Islam tradisional. Dengan kata lain, kesinambungan
sistem pendidikan Islam yang berpusat pada masjid sejak Masjid
Qubba di dirikan dekat Madinah pada masa Nabi Muhammad
SAW tetap terpancar pada sistem pesantren. Sejak zaman Nabi,
masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam. Di manapun kaum
muslimin berada, mereka selalu menggunakan masjid sebagai
tempat pertemuan, pusat pendidikan, aktivitas administrasi, dan
kultural. Hal ini berlangsung selama 13 abad. Berdasarkan
pengamatan peneliti tidak semua pondok pesantren mempunyai
fasilitas masjid, terutama pesantren-pesantren yang masuk kategori
kecil. Pesantren semacam ini kadang hanya memiliki musholla,
bahkan ada yang mempergunakan aula (tempat yang sedikit lebar)
untuk difungsikan sebagai pengganti peran masjid.
c. Pengajaran Kitab Islam Klasik
Pada masa lalu, pengajaran kitab Islam klasik, terutama
karangankarangan ulama yang menganut faham syafii, merupakan
14
satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan
pesantren. Tujuan utamanya ialah untuk mendidik calon-calon
ulama. Untuk mendalami kitab-kitab tersebut, menurut Nurcholish
Majid biasanya digunakan sistem wetonan atau bandingan dan
sorogan. Kitab kuning sebagai salah satu unsur mutlak dari proses
belajar mengajar di pesantren sangat penting dalam membentuk
kecerdasan intelektual dan moralitas kesalehan (kualitas
keberagamaan) pada diri santri. Dalam catatan Nurcholis Madjid,
setidaknya kitab-kitab klasik yang diajarkan dipesantren mencakup
ilmu-ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, dan nahwu-sharaf. Diantara kitab-
kitab klasik yang diajarkan di pesantren, menurut Dhofier dapat
digolongkan menjadi 8 kelompok jenis pengengetahuan: 1. Nahwu
(syntax) dan shorof (morfologi), 2. Fiqh, 3. Ushul fiqh, 4. Hadits,
5. Tafsir, 6. Tauhid, 7. Tasawuf dan etika, 8. Cabangcabang lain
seperti tarikh dan balaghah. Kitab-kitab tersebut meliputi teks yang
sangat pendek sampai teks yang terdiri dari berjilid-jilid tebal
mengenai hadits, tafsir, fiqh, ushul fiqh dan tasawuf. Kesemuanya
dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok tingkatan, yaitu: 1)
Kitab dasar, 2) Kitab tingkat menengah, 3) Kitab tingkat tinggi.
d. Santri
Menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan orang-orang
pesantren, seorang alim hanya bisa disebut kyai bilamana memiliki
pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren untuk
mempelajari kitab-kitab Islam klasik. Oleh karena itu, santri
merupakan elemen penting dalam suatu lembaga pesantren. Para
santri menuntut agama kepada kiai dan mereka bertempat tinggal
di pondok pesantren. Karena posisi santri seperti ini. Maka
kedudukan santri dalam komunitas pesantren menempati status
subordinat, sedangkan kiai menempati posisi superordinat. Santri
memiliki kebiasaankebiasaan tertentu, seperti santri memberikan
penghormatan yang berlebihan kepada kiai. Kebiasaan ini
menjadikan santri bersikap pasif karena khawatir kehilangan
barokah. Kekhawatiran ini menjadi salah satu sikap yang khas pada
15
santri dan cukup membedakan dengan kebiasaan yang cukup
membedakan dengan kebiasaan siswa-siswi sekolah maupun
siswa-siswi lembaga kursus.
e. Kyai
Menurut konsep Islam, semua orang adalah pemimpin. Oleh
karena itu, setiap orang harus mempertanggung jawabkan seluruh
perbuatannya kepada sesama manusia semasa hidup di dunia dan
kepada Tuhannya kelak. Namun demikian, yang dimaksud
pemimpin dalam dunia pesantren tidak lain adalah sosok seorang
kyai.
Dalam bahasa Jawa, kiai adalah sebutan ‘a<lim ‘ulama<’, cerdik
pandai dalam agama Islam. Kyai merupakan elemen paling
esensial dari suatu pesantren. Ia seringkali merupakan pendirinya.
Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-
mata bergantung pada kemampuan pribadi kyainya.
Menurut asal-usulnya, perkataan kyai dipakai untuk ketiga jenis
gelar yang saling berbeda :
1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang
dianggap keramat; umpamanya, “Kyai Garuda Kencana”
dipakai untuk sebutan kerata emas yang ada di keraton
Yogyakarta.
2. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.
3. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada ahli agama
Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan
mengajarkan kitab-kitab Islam klasik kepada para
santrinya. Selain gelar kyai, ia juga sering disebut seorang
alim (orang yang dalam pengetahuan Islamnya).
16
terikat kuat dengan formulasi eksplisit Islam tradisional. Tetapi
para kyai yang menjadi penghubung antara Islam Tradisional dan
dunia nyata ini juga meupakan bagian nyata kehidupan bangsa
Indonesia. Kedudukan ganda kyai ini memang unik, dan menjadi
inti dari kualitas yang menonjol. Memang benar, kedudukan ganda
ini pula yang seringkali menjadi sumber tragedi yang dialami oleh
para kyai ; tetapi justru pada kedudukan ganda ini pula terletak
keagungan mereka.
c. Tujuan Pesantren
Pesantren merupakan salah satu bentuk pendidikan luar sekolah yang
berada di Indonesia. Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren
sudah barang tentu memberikan corak tersendiri dibandingkan dengan
lembaga pendidikan lainnya. Dalam penyelenggaraan pendidikan,
pesantren memiliki dasar pendidikan yang selaras dengan misi yang
diembannya yaitu penyelenggara pendidikan Islam. Alasan yang
digunakan tidak lepas dari ajaran Islam yaitu Al Qur’an dan As-
sunnah, al Qur’an adalah sumber kebenaran dalam Islam.
Kebenerannya tidak dapat diragukan lagi, terutama sebagai petunjuk
bagi orang yang bertaqwwa kepada Firman Allah SWT :
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa”. (Al- Baqarah : 2).
Berdasarkan ayat hadits di atas, bahwa dalam pandangan Islam,
ilmu itu sangat berguna dalam kehidupan seorang muslim. Sebab
dengan mempunyai ilmu maka seorang dapat melaksanakan apa yang
terdapat dalam ajaran Islam jadi, Islam sangat memperhatikan
pendidikan terutama pendidikan agama yang menjadi dasar dari azas
pokoknya. Begitu juga dengan pesantren yang merupakan salah satu
lembaga pendidikan agama Islam. Dengan demikian secara otomatis
dengan menjadi dasar pendidikannya adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah
Secara institusi, tujuan pendidikan pesantren memiliki kesamaan
antara pesantren yang satu dengan pesantren yang lainnya. Tidak ada
perumusan tujuan ini disebabkan adanya kecenderungan visi dan
tujuan diserahkan pada proses improvisasi (spontanitas) yang dipilih
17
sendiri oleh seorang kyai ( berasama-sama dengan dewan asatidz)
secara intuitif yang disesuaikan dengan perkembangan pesantrennya.
Bisa dibilang bahwasanya pesantren itu sendiri adalah pancaran
kepribadian pendirinya. Berbeda dengan lembaga pendidikan yang
lain, yang pada umumnya menyatakan tujuan pendidikan yang jelas,
misalnya dirumuskan dalam anggaran dasar, maka pesantren, terutama
pesantren-pesantren lama pada umumnya tidak merumuskan secara
eksplisit dasar dan tujuan pendidikannya. Hal ini terbawah oleh sifat
kesederhanaan pesantren yang sesuai dengan motivasi berdirinya,
dimana kyainya mengajar dan santrinya belajar, atas dasar untuk
ibadah dan tidak pernah di hubungkan dengan tujuan tertentu dalam
lapangan penghidupan atau tingkat dan jabatan tertentu dalam hirarki
sosial maupun ekonomi. Karena untuk mengetahui tujuan dari pada
pendidikan yang diselenggarakan oleh pesantren, maka jalan yang
harus ditempuh adalah dengan pemahaman terhadap fungsi yang
dilaksanakan dan dikembangkan oleh pesantren itu sendiri baik
hubungannya dengan santri maupun dengan masyarakat sekitarnya.
Tujuan dari fungsi pesantren sebagai lembaga penyebaran agama
Islam adalah, agar ditempat tersebut dan sekitar dapat dipengaruhi
sedemikian rupa, sehingga yang sebelumnya tidak atau belum pernah
menerima agama Islam dapat berubah menerimanya bahkan menjadi
pemeluk-pemeluk agama Islam yang taat. Sedangkan pesantren
sebagai tempat mempelajari agama Islam adalah, karena memang
aktivis yang pertama dan utama dari sebuah pesantren diperuntuhkan
mempelajari dan menadalami ilmu pengetahuan agama Islam. Dan
fungsi-fungsi tersebut hampir mampu mempengaruhi pada kebudayaan
sekitarnya, yaitu pemeluk Islam yang teguh bahkan banyak melahirkan
ulama yang memiliki wawasan keIslaman yang tangguh.
B. Poskestren
a. Pengertian
Pos Kesehatan Pesantren, yang selanjutnya disebut Poskestren
merupakan salah satu wujud UKBM dilingkungan pondok pesantren,
dengan prinsip dari, oleh dan warga pondok pesantren, yang
18
mengutamakan pelayanan promotif (peningkatan) dan preventif
(pencegahan) tanpa mengabaikan aspekkuratif (pengobatan) dan
rehabilitatif (pemulihan kesehatan), dengan binaan Puskesmas
setempat. UKBM merupakan salah satu pemberdayaan masyarakat
yang I masyarakat, dikelola oleh masyarakat dan untuk kepentingan
masyarakat dalam upaya menanggulangi permasalahan kesehatan yang
dihadapi dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki masyarakat
setempat.
b. Tujuan
Tujuan Umum:
Mewujudkan kemandirian warga pondok pesantren dan masyarakat
sekitar dalam berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Tujuan Khusus:
1. Meningkatkan pengetahuan warga pondok pesantren dan
masyarakat sekitarnya tentang kesehatan;
2. Meningkatkan sikap dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi
warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya;
3. Meningkatkan peran serta aktif warga pondok pesantren dan warga
masyarakat sekitarnya dalam penyelenggaraan upaya kesehatan;
dan
4. Memenuhi layanan kesehatan dasar bagi warga pondok pesantren
dan masyarakat sekitarnya.
c. Sasaran
Sasaran Poskestren terdiri atas:
1. Pondok pesantren
2. Masyarakat pondok pesantren, yang terdiri atas:
a) Warga pondok pesantren: santri, kiai, pimpinan, pengelola, dan
pengajar dipondok pesantren termasuk wali santri;
b) Masyarakat di lingkungan pondok pesantren;
c) Tokoh masyarakat: tokoh agama Islam, Pimpinan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dan pimpinan organisasi
kemasyarakatan lainnya di lingkungan pondok pesantren; dan
d) Petugas kesehatan dan stakeholders terkait lainnya.
19
batas kewenangan Poskestren. Selain itu Poskestren juga
melakukan upaya pemberdayaan warga pondok pesantren dan
masyarakat sekitar dalam bidang kesehatan serta peningkatan
lingkungan yang sehat di pondok pesantren dan wilayah
sekitarnya.
2. Pemberdayaan santri sebagai kader kesehatan (santri husada) dan
kader siaga bencana (santri siaga bencana).
e. Fungsi Poakeatren
1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan,
dalam alih informasi, pengetahuan dan keterampilan, dari petugas
kepada warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya, dan
antar sesama pondok pesantren dalam rangka meningkatkan
perilaku hidup sehat.
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar
kepada warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya.
3. Sebagai wadah pembelajaran tentang nilai dan ajaran agama Islam
dalam menghadapi permasalahan kesehatan.
f. Manfaat
1. Bagi pondok pesantren
a. Tersedianya layanan dan akses kesehatan dasar.
b. Penyebaran informasi kesehatan.
c. Pengembangan dan perluasan kerja sarna pondok pesantren
dengan instansi terkait.
d. Terpeliharanya sarana sanitasi lingkungan.
2. Bagi Warga Pondok Pesantren dan Masyarakat Sekitarnya
a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi.
pengetahuan dan pelayanan kesehatan dasar.
b. Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan
masalah kesebatan.
c. Mendapat infomasi awal tentang kesehatan.
d. Dapat mewujudkan kondisi kesehatan yang lebih baik bagi
warga pondok pesantren masyarakat sekitarnya.
3. Bagi Kader Poskestren
a. Mendapatkan informasi lebih awal tentang kesehatan.
b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya untuk membantu warga
pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di lingkungannya.
4. Bagi Puskesmas
20
a. Dapat mengoptimalkan fungsi puskesmas sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata
pertama.
b. Dapat memfasilitasi warga pondok pesantren dan masyarakat
sekitarnya dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi
setempat.
c. Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui
pemberian pelayanan kesehatan secara terpadu.
5. Bagi Sektor Lain
a. Dapat memfasilitasi warga pondok pesantren dan masyarakat
sekitarnya dalam pemecahan masalah sektor terkait.
b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara
terpadu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing
sektor.
g. Pengorganisasian.
1. Kedudukan dan Hubungan Kerja
a. Terhadap pondok pesantren
Secara teknis operasiona1, Poskestren dikoordinasi oleh
pengelola pondok pesantren, Kementerian Agama dan instansi
terkait 1ainnya.
b. Terhadap Puskesmas
Secara teknis medis, Poskestren dibina oleh puskesmas.
c. Terhadap Pemerintahan Desa kelurahan /kecamatan
Secara kelembagaan, Poskestren dibina Pemerintah desa
kelurahan peereintah/desa
d. Terhadap Sesama UKBM lainya
Terhadap berbagai UKBM yang ada Poskestren sebagai mitra.
2. Pengelola Poskestren
Struktur organisasi Poskestren ditetapkan melalui musyawarah warga
pondok pesantren pada saat pembentukan Poskestren. Struktur
organisasi tersebut bersifat fleksibel, sehingga dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan, kondisi, permasalahan dan kemampuan
sumber daya yang ada. Struktur organisasi minimal terdiri dari:
a. ketua;
b. sekretaris;
c. bendahara; dan
d. kader Poskestren yang merangkap sebagai anggota
21
Pengelola Poskestren dipilih dari dan oleh warga pondok pesantren
dan masyarakat sekitarnya pada saat musyawarah pembentukan
Poskestren. Kriteria pengelola Poskestren antara lain sebagai berikut:
22
dengan Kementerian Agama. Direktorat Pendidikan Diniyah
dan pondok pesantren, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
untuk melakukan pemetaan (mapping) inventarisasi program
serta langkah-langkah kebijakan yang dapat disinergikan.
Koordinasi juga dapat dilakukan dengan Kementerian lain,
seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam
program Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) di lingkungan
pondok pesantren.
3. Pendekatan Kepada Pimpinan/ Pengelola Pondok Pesantren
Tujuan pendekatan ini adalah mempersiapkan warga pondok
pesantren dan masyarakat sekitarnya , khususnya para kiai
dan pengelola pondok pesantren serta tokoh berpengaruh
lainnya, sehingga bersedia mendukung penyelenggaraan
Poskestren. Untuk ini perlu dilakukan berbagai pendekatan
kepada para kiai dan pengelola pondok pesantren serta tokoh
lainnya di sekitar pondok pesantren untuk meminta masukan,
saran dan dukungannya. Dukungan yang diharapkan dapat
berupa moril, finansial dan material, seperti kesepakatan dan
persetujuan untuk pembentukan Poskestren, dukungan dana,
sarana dan tempat penyelenggaraan Poskestren.
23
BAB III
ANALISIS HASIL PENGKAJIAN
A. Analisa Data
24
tidak nafsu makan
Do :
Mukosa bibir kering,
makanan tidak habis,
muntah
Ds :
Santri mengeluh sakit
perut mual muntah dan
tidak nafsu makan
Do :
Mukosa bibir kering,
makanan tidak habis,
muntah
B. Diagnosa
1. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
2. Diare
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Kekurangan volume cairan pada santri dengan diagnosa medis
Diarrhea di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto
C. Intervensi
25
mempertahankan menghindari yang tersedia dan
kesehatan. risiko pilihan yang
b. Memonitor
tersedia terhadap
lingkungan
tindakan
terkait dengan c. Latih tekhnik
risiko yang digunakan
c. Mendapatkan
untuk beradaptasi
skrining
terhadap
kesehatan yang
perkembangan
direkomendasika
situasi
n
krisissarankan
2. Perilaku patuh:
sumber literatur
pengobatan yang
yang
di sarankan
a. Memperoleh terkomputerisasi
obat yang untuk bahan
dibutuhkan bacaan klien
b. Mendapatkan
secara tepat
tes laboratorium d. Rujuk pasien ke
yang diperlukan komunitas jika
c. Minum obat
diperlukan
sesuai dosis. e. Berikan klien
3. Deteksi risiko
nomor telepon
a. Mengenali
untuk meminta
tanda dan gejala
bantuan jika
yang
diperlukan
mengindikasi
f. Libatkan
risiko
keluarga maupun
b. Melakukan
orang terdekat
pemeriksaan
klien jika
mandiri sesuai
memiungkinkan
waktu yang
2. Pendidikan
dianjurkan
kesehatan
c. Melakukan
a. Identifikasi faktor
skrining sesuai
internal aupun
waktu yang
26
dianjurkan. kesternal yang
dapat
meningkatakan
atau mengurangi
motivasi untuk
perilaku sehat
b. Rumuskan tujuan
dan manfaat
dalam program
pendidikan
kesehatan
c. Identifikasi
sumberdaya yang
diperlukan untuk
melaksanakan
program
d. Kembangkan
materi
pendidikan
tertulis yang
tersedia dan
sesuai dengan
audiens
e. Berikan disukusi
kelompok dan
bermain peran
untuk
mempengaruhi
keyakinan
terhadap
kesehatan
f. Rencanakan
tindak lanjut
jangka panjang
27
untuk
memperkuat
perilaku
kesehatan atau
adaptasi terhadap
gaya hidup
3. Skiring kesehatan
a. Tentukan
populasi target
untuk
pemeriksaan
kesehatan
b. Sediakan akses
yang mudah bagi
layanan skrining
c. Jadwalkan
pertemuan untuk
meningkatkan
efisiensi dan
perawatan
individu
d. Gunakan
instrumen yang
valid dan
terpercaya
e. Dapatkan riwayat
kesehatan yang
sesuai, termasuk
deskripsi
kebiasaan
kesehatan, faktor
risiko dan obat-
obatan.
4. Identifikasi risiko
a. Kaji ulang
28
riwayat kesehtan
masa lalu dan
dokumentasikan
bukti yang
menunjukkan
adanya penyakit
medis, diagnosa
keperawatan
serta
perawatannya
b. Kaji ulang data
yang didapatkan
dari pengkajian
risiko secara
rutin
c. Identifikasi
adanya sumber-
sumber agensi
untuk membantu
menurunkan
faktor risiko
d. Pertimbangkan
pemenuhan
terhadap
pengobatan
medis dan
perawatan
e. Diskusikan dan
rencanakan
aktivitas-
aktivitas
pengurangan
risiko
berkolaborasi
29
dengan individu
atau kelompok
30
No Diagnosa NOC NIC
31
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi
2. Monitor Nutrisi
a. Berat badan
dalam batas
normal
b. Monitor adanya
berat badan
c. Monitor
lingkungan
selama makan
d. Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
e. Monitor turgor
kulit
32
Mojokerto normal, HT normal (kelembaban
2. Tekanan darah, nadi,
membrane
Definisi :
suhu tubuh dalam batas
mukosa, nadi
Penurunan cairan
normal
adekuat,
intravaskuler, 3. Elastisitas turgor kulit
tekanan
interstitial, dan baik membrane mukosa
darah
atau intraselular, lembab, tidak ada rasa
ortostatik),
ini mengacu pada haus yang berlebihan
jika
dehidrasi,
diperlukan
kehilangan cairan
c. Monitor vital
saja tanpa
sign
perubahan pada d. Monitor
natrium masukan
makanan/cair
an dan hitung
intake kalori
harian
e. Kolaborasika
n pmeberian
cairan IV
f. Monitor
status .nutrisi
g. Berikan
cairan IV
pada suhu
ruangan
h. Dorong
masukan oral
2. Hypovolemia
Management
a. Monitor
satus cairan
termasuk
intake dan
33
output cairan
b. Pelihara IV
line
c. Monitor
tingkat Hb
dan
hematokrit
d. Monitor
tanda vital
e. Monitor
berat badan
f. Dorong
pasien untuk
menambah
intake oral
g. Pemberian
cairan IV
monitor
adanya tanda
dan gejala
kelebihan
volume
cairan
34
35
D. POA (Plan Of Action)
36
masyarakat
pesantren..
3. Melakukan Setelah dilakukan 1. Santri Kamis dan Jumat, Kuesioner Mahasiswa Mahasiswa
skrinning skrinning pondok 13-14 Desember
kesehatan, kesehatan, pesantren 2017
yang meliputi diharapkan
penyakit diare mahasiswa
dan memperoleh data
pediculosis yang mendukung
disusunnya Pondok Pesantren
laporan serta Amanatul
dapat menentukan Ummah Pacet
intervensi yang
tepat sesuai
dengan masalah
yang ada
37
pesantren.
38
diadakan.
39
9. Closing Setelah dilakukan 1. Kader Jumat, 22 Lcd&Proye Mahasiswa Mahasiswa
Ceremony kegiatan-kegiatan Poskestren Desember 2017 ktor
(penyampaian yang telah 2. Pengurus
pondok Powerpoint
hasil kegiatan disusun,
pesantren
selama di diharapkan kader 3. Pimpinan Pondok Pesantren
Pondok dan juga warga pondok Amanatul
Pesantren, pondok pesantren pesantren Ummah Pacet
pemberian mampu 4. Dosen
kenang- mengaplikasikan UNUSA
kenangan, dan ilmu baru yang
penutupan) telah didapat
BAB IV
PELAKSANAAN
A. Implementasi
40
pondok pesantren organisasi, jadwal aktivitas dan
diharapkan dapat kegiatan ponpes.
mengetahui lokasi, 3. Sasaran lebih mengenal ponpes
organisasi, jadwal aktivitas
dan kegiatan, dan akademik
pondok pesantren.
2. Melakukan pengkajian Setelah dilakukan 4. Santri pondok 1. Dihadiri oleh sasaran Lembar
serta memonitor pola pengkajian lingkungan pesantren 2. Sasaran dapat menjawab pertanyaan
Pengkajian
kebiasaan hidup sehari- pondok pesantren 5. Pengurus
yang ditujukan
pondok
hari diharapkan dapat
pesantren
mengetahui pola kebiasaan 6. Pimpinan
hidup sehari-hari yang pondok
dilakukan masyarakat pesantren
pesantren..
3. Melakukan skrinning Setelah dilakukan skrinning 2. Santri pondok 1. Dihadiri oleh sasaran Kuesioner
kesehatan, yang kesehatan, diharapkan pesantren 2. Sasaran mampu mengisi lembar
meliputi penyakit diare mahasiswa memperoleh kuesioner dengan jujur
dan pediculosis data yang mendukung
disusunnya laporan serta
dapat menentukan
intervensi yang tepat sesuai
dengan masalah yang ada
4. Menyusun rencana Setelah mengetahui adanya Pengurus Pondok 1. Dihadiri oleh sasaran LCD-
41
kegiatan permasalahan langkah Pesantren 2. Pengurus pondok pesantren Proyektor
selanjutnya yaitu menyusun menyetujui program kerja yang telah
rencana kegiatan yang
disusun
berhubngan dengan
masalah yang timbul di
pondok pesantren
5. Penyampaian rencana Setelah menyampaikan 3. Pengurus pondok 1. Dihadiri oleh sasaran LCD-
kegiatan dengan rencana kegiatan pesantren 2. Pengurus pondok pesantren
Proyektor
pengurus pondok diharapakan masyarakat 4. Santri Pondok
menyetujui program kerja yang telah
Pesantren
pesantren serta pesantren dan juga kader
disusun
pembentukan kader dapat bekerjasama dalam 3. Terbentuknya Kader Poskestren
Poskestren kegiatan yang akan
diadakan.
6. Pelatihan kader Setelah dilakukan pelatihan 3. Kader Poskestren 1. Dihadiri oleh sasaran LCD-
Poskestren kepada kader, diharapkan 4. Mahasiswa 2. Sasaran memahami materi yang
Proyektor
kader dapat memahami disampaikan
Vidio
serta mengaplikasikan ilmu 3. Adanya feedback antara pemateri
kepada masyarakat dan juga sasaran
pesantren lainnya
Penyuluhan bersama Setelah dilakukan 4. Santri pondok 1. Dihadiri oleh sasaran LCD-
kader Poskestren penyuluhan, diharapkan pesantren 2. Sasaran memahami materi yang
Proyektor
dengan materi kader dapat 5. Mahasiswa
telah disampaikan
6. Kader poskestren Video
42
penanganan pertama mengaplikasikan ilmu yang 3. Adanya feedback antara pemateri Leaflet
luka trauma, PHBS, telah didapat selama dan juga sasaran
penanganan demam, pelatihan dan diharapkan
dan penanganan dan santri dapat menerapkan
pertolongan pertama ilmu yang telah diberikan
diare
7. Closing Ceremony Setelah dilakukan kegiatan- 5. Kader Poskestren 1. Dihadiri oleh sasaran LCD-
(penyampaian hasil kegiatan yang telah disusun, 6. Pengurus pondok
Proyektor
kegiatan selama di diharapkan kader dan juga pesantren
7. Pimpinan pondok
Pondok Pesantren, warga pondok pesantren
pesantren
pemberian kenang- mampu mengaplikasikan 8. Dosen UNUSA
kenangan, dan ilmu baru yang telah
penutupan) didapat
B. Evaluasi
1. Evaluasi terstruktur
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan
b. Pelaksanaan penyuluhan sesuai yang telah dirumuskan
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan
d. Kesimpulan penyuluh termasuk kesiapan model dan media yang akan digunakan
e. Kesiapan audiensi meliputi kesiapan menerima penyuluhan dan melakukan kegiatan
2. Evaluasi proses
a. Peserta antusias dan berkonsentrasi terhadap materi yang disampaikan oleh penyuluh.
b. Peserta mendengarkan materi penyuluhan dengan baik ada respon positif dari peserta.
c. Peserta mengikuti kegiatan sampai selesai dan tidak meninggalkan tempat
d. Peserta mengajukan pertanyaan dan mampu menjawab pertanyaan secara benar
43
e. Penyuluh menjelaskan atau menyampaikan materi dengan jelas dan dengan suasana rileks
3. Evaluasi hasil
Peserta mampu menjelaskan hasil penyuluhan dengan benar meliputi :
a. Peserta dapat menyebutkan definisi dari PHBS
b. Peserta dapat menyebutkan penanganan pertama demam
c. Peserta dapat menyebutkan perawatan luka trauma
d. Peserta dapat menyebutkan penanganan pertama dan pencegahan diare
44
BAB V
PENUTUP
C. Kesimpulan
Demikian Laporan ini kami buat, terima kasih kami ucapkan kepada
seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini dan semua pihak
yang telah mendukung seluruh tugas komunitas pesantren. Kami berharap
laporan ini dapat menjadi bahan evaluasi yang positif dan berguna untuk
perbaikan kinerja selanjutnya.
Banyak hal yang telah kami perbuat dan kami dapatkan dalam seminar kali
ini, semoga Seminar “Update Manajemen Nyeri dengan Hypnocaring pada
Klien Post Operasi”bermanfaat untuk kedepannya, kegiatan selanjutnya
dapat berjalan dengan lancar, dan anggota Hima Ners selalu menginspirasi
orang-orang disekitarnya.
D. Saran
1. Bagi pondok pesantren, diharapkan dapat memberikan informasi lebih
lanjut tentang kejadian diare melalui penyuluhan dan pelatihan kepada
tenaga kesehatan di pondok pesantren Amanatul Ummah Pacet.
2. Bagi santri, perlu meningkatkan pengetahuan dan tindakan pencegahan
Diare dengan menjaga kebersihan lingkungan.
3. Bagi penelitian selanjutnya, perlu dikembangkan lagi dengan
variabelvariabel yang lebih kompleks, karena masih banyak faktor yang
mempengaruhi dalam kejadian diare, termasuk kondisi lingkungan seperti
sumber air dan pembuangan limbah
4. Bagi pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
kesehatan khususnya dengan kejadian diare.
Lampiran 1
Kegiatan Pengkaderan
1. Modul
MATERI I
45
Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya
perubahan sitem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi,
frekuensi pernafasan dan tekanan darah. Tanda vital mempunyai nilai sangat
penting pada fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital, misalnya suhu
tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh; Denyut nadi
dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskuler; Frekuensi
pernafasan dapat menunjukkan fungsi pernafasan; dan Tekanan darah dapat
menilai kemampuan sistem kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengan
denyut nadi. Semua tanda vital tersebut saling berhubungan dan
mempengaruhi. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam dalam
kondisi aktivitas berat atau dalam keadaan sakit dan perubahan tersebut
merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh. Prosedur pemeriksaan
tanda vital yang dilakukan pada pasien meliputi pengukuran suhu,
pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan pernafasan, dan pengukuran tekanan
darah.
1. Pemeriksaan Suhu
Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemeriksaan yang
digunakan untuk menilai kondisi metabolisme dalam tubuh , dimana tubuh
menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Suhu
tubuh perlu dijaga keseimbangannya, yaitu antara jumlah panas yang
hilang dengan jumlah panas yang diproduksi. Proses pengaturan suhu
terletak pada hypothalamus dalam sistem saraf pusat. Bagian depan
hypothalamus dapat mengatur pembuangan panas dan bagian
hypothalamus belakang mengatur upaya penyimpanan panas.
Perubahan suhu tubuh diluar kisaran normal akan mempengaruhi
titik pengaturan hypothalamus. Perubahan ini berhubungan dengan
produksi panas berlebihan, kehilangan panas minimal, atau kombinasi hal
di atas. Sifat perubahan akan mempengaruhi jenis masalah klinis yang
dialami pasien. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh:
a) Usia : pengaturan suhu tubuh tidak stabil sampai pubertas, lansia
sangat sensitif terhadap suhu yang ekstrem.
b) Olahraga: meningkatkan produksi panas.
46
c) Kadar hormon: perempuan mengalami frekuensi suhu tubuh yang
lebih besar dari laki – laki.
d) Lingkungan
Usia
Suhu (Derajat Celcius)
3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
13 tahun 36,6
1. Thermometer aksila
2. Larutan desinfektan (air sabun)
3. Tissue
4. Buku catatan
5. Jam tangan
6. Kapas alcohol
Pelaksanaan:
47
5. Thermometer diperiksa apakah air raksa sudah turun jika belum
ayun – ayun dengan hati – hati sampai air raksa penuh pada titik
angka terendah (dibawah 35˚c).
6. Bersihkan area pengukuran (ketiak) dengan tissue
7. Letakkan termometer di ketiak pasien, minta klien untuk
menurunkan lengan atas dan meletakkan lengan bawah diatas dada.
1. Thermometer oral
2. Larutan desinfektan (air sabun)
3. Tissue
4. Buku catatan
5. Jam tangan
6. Kapas alcohol
Pelaksanaan:
48
5. Thermometer diperiksa apakah air raksa sudah turun jika belum
ayun – ayun dengan hati – hati sampai air raksa penuh pada titik
angka terendah (dibawah 35˚c).
6. Anjurkan pasien untuk membuka mulut, letakkan reservoin
thermometer dibawah lidah kemudian anjurkan pasien untuk
menutup mulut.
7. Tunggu 5-10 menit, keluarkan thermometer dan keringkan dengan
kapas alkohol 1 kali dengan tekanan dari atas ke reservoin dengan
putaran.
8. Baca hasilnya dengan meletakkan thermometer horizontal setinggi
mata putar – putar diantaranya jari sampai batas air raksa jelas.
9. Kemudian masukkan kedalam larutan desinfektan (air sabun),
kemudian cuci dan keringkan.
10. Menurunkan tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer
digital ke skala awal
11. Mengembalikan thermometer pada tempatnya
12. Catat hasil pengukuran suhu
1. Thermometer rectal
2. Larutan desinfektan (air sabun)
3. Tissue
4. Jelly
5. Sarung tangan (handscoon)
6. Buku catatan
7. Jam tangan
8. Kapas alkohol
Pelaksanaan:
1. Menjelaskan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat ke samping pasien
3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4. Memasang tirai
5. Membuka pakaian bawah
6. Mengatur posisis klien
a. Dewasa : SIM atau miring dan kaki sebelah atas tekuk ke arah
perut
49
b. Bayi atau anak : tengkurap atau terlentang
7. Melumasi ujung thermometer dengan Vaseline
8. Membuka anus dengan menaikkan bokong atas dengan tangan kiri
(untuk orang dewasa)
9. Minta klien menarik nafas dalam dan memasukkan thermometer
secara perlahan ke dalam anus sekitar 3,5 cm pada orang dewasa.
Dan pada bayi 1,2 – 2,5 cm
10. Pegang thermometer di tempatnya selama 2 – 3 menit (orang
dewasa) dan 5 menit (untuk orang laki – laki)
11. Keluarkan thermometer dengan hati – hati
12. Bersihkan thermometer memakai kapas alkohol dengan gerakan
memutar
13. Baca air raksa dan digitalnya
14. Merapikan pasien
15. Membersihkan thermometer air raksa
16. Menurunakn tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer
digital ke skala awal.
17. Mengembalikan thermometer pada tempatnya.
18. Melepas sarung tangan
19. Mencuci tangan
20. Mencatat hasil
50
fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada
usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang
dapat dipercaya Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan
usia antara bayi sampaidengan usia dewasa. Denyut nadi paling
tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi menurun
seiring dengan pertambahan usia.
b. Jenis Kelamin: Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum
pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan
kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per
menit, pada wanita 138 denyut per menit. Pada kerja maksimal pria
rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita
164 denyut per menit.
c. Rokok dan Kafein : Rokok dan kafein juga dapat meningkatkan
denyut nadi. Pada suatu studi yang merokok sebelum bekerja denyut
nadinya meningkat 10 sampai 20 denyut permenit dibanding dengan
orang yang dalam bekerja tidak didahului merokok. Pada kafein
secara statistik tidak ada perubahan yang signifikan pada variable
metabolic kardiovaskuler kerja maksimal dan sub maksimal.
d. Intensitas dan Lama Kerja : Berat atau ringannya intensitas kerja
berpengaruh terhadap denyut nadi. Lama kerja, waktu istirahat, dan
irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal manusia akan ikut
mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas
maksimal. Batas kesanggupan kerja sudah tercapai bila bilangan nadi
kerja (rata-rata 24 nadi selama kerja) mencapai angka 30 denyut per
menit dan di atas bilangan nadi istirahat. Sedang nadi kerja tersebut
tidak terus menerus menanjak dan sehabis kerja pulih kembali pada
nadi istirahat sesudah ± 15 menit.
e. Kondisi Psikis: Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi
jantung. Kemarahan dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi
nadi seseorang. Ketakutan, kecemasan, dankesedihan juga dapat
memperlambat frekuensi nadi seseorang.
51
Balita 120-160
Anak 90 – 140
Sekolah 75 – 100
Remaja 60 – 90
Dewasa 60-100
1. Pada aspek ventral dari pergelangan tangan pada sisi ibu (radial arteri),
dan kurang umum ulnar arteri kemerah-merahan pada sisi yang lebih
mendalam dan sulit untuk meraba.
2. Leher (pembuluh nadi kepala),
3. Bagian dalam siku, atau di bawah otot bisep (arteri brachial)
4. Kunci paha,
5. Dibalik malleolus di tengah-tengah kaki (belakang tibial arteri) 6. Tengah
dorsum dari kaki (dorsalis pedis).
6. Di belakang lutut (popliteal arteri)
7. Diatas Perut (Abdominal aorta)
8. Dada (aorta).
Pelaksanaan:
Arteri Radialis
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
2. Minta pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi lengan bawah
52
3. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada
posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.
4. Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk
dan jari tengah, lakukan palpasi sepanjang lekuk radial pada pergelangan
tangan
3. Pemeriksaan Pernafasan
Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas antara mahkluk hidup
(organisme) dengan ligkungannya. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari
udara di lingkungan sekitar. Pengertian menghitung pernafasan adalah
menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu
menit. Pemeriksaan pernapasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi, irama kedalaman dan tipe
atau pola pernapasan. Respirasi normal untuk orang dewasa di kisaran sisa 12-
20 kali per menit. Pola pernapasan/ tingkat respirasi atau respirasi rate adalah
jumlah seseorang mengambil napas per menit. Tingkat respirasi biasanya
diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan hanya melibatkan menghitung
jumlah napas selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada
meningkat. Seseorang dikatakan bernapas bila menghirup oksigen (O2) dan
mengeluarkan karbon dioksida (CO2) melalui sistim pernapasan. Bernapas
dapat dalam dan dapat pula dangkal. Pernapasan yang dalam akan mempunyai
volume udara yang besar, baik pada waktu tarik napas/ inspirasi/ inhalasi atau
pada waktu mengeluarkan napas/ ekspirasi/ekshalasi. Sedangkan pada
pernapasan dangkal maka volume udara akan mengecil.
53
Batas Normal Pernapasan:
Balita 30 – 60
Anak 30 – 50
Pra sekolah 25 – 32
Sekolah 20 – 30
Remaja 16 – 19
Dewasa 12 – 20
Pelaksanaan:
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2. Membawa alat kesamping klien
3. Mencuci tangan
4. Hitunglah naik turunnya dada klien (pernafasan) sambil memegang arteri
radialis dan menekukkan ke dada klien seperti pura – pura menghitung
denyut nadi (mengupayakan agar pasien tidak merasa di observasi).
5. Jika irama respirasi teratur hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya
dengan dua. Jika irama respirasi tidak teratur hitung selama 1 menit penuh
6. Membereskan alat
7. Mencuci tangan
8. Mencatat hasil
4. Pemeriksaan Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan dari darah terhadap dinding pembuluh
darah yang merujuk kepada tekanan darah pada arteri secara sistemik. Dimana,
tekanan darah di vena lebih rendah daripada tekanan di arteri. Nilai tekanan
darah secara umum dinyatakan dalam mmHg (milimeter air raksa). Tekanan
sistolik didefinisikan sebagai tekanan puncak pada arteri selama siklus jantung;
tekanan diastolik merupakan tekanan terendah (pada fase istirahat siklus
jantung).
54
Selama gerakan jantung dapat terdengar dua macam suara yang
disebabkan oleh katup-katup yang menutup secara pasif. Bunyi pertama
disebabkan menutupnya katup atrio-ventrikuler dan kontraksi ventrikel. Bunyi
kedua karena menutupnya katup aortik dan pulmoner sesudah kontraksi
ventrikel. Yang pertama adalah panjang dan rata (terdengar seperti “lup”), yang
kedua pendek dan tajam (terdengar seperti “dup”).
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.
Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung.
Istilah ini secara khusus digunakan untuk merujuk pada tekanan arterial
maksimum saat terjadi kontraksi pada lobus ventrikular kiri dari jantung.
Rentang waktu terjadinya kontraksi disebut systole. Tekanan diastolik adalah
tekanan darah pada saat jantung tidak sedang berkonstraksi atau beristirahat.
Pada kurva denyut jantung, tekanan diastolik adalah tekanan darah yang
digambarkan pada rentang di antara grafik denyut jantung.
Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap
tekanan diastolik. Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80
menunjukkan tekanan sistolik pada nilai 120 mmHg, dan tekanan diastolic
pada nilai 80 mmHg. Nilai tekanan darah pada orang dewasa normalnya
berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya
120/80.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi
dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah
daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana
akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika
beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di
waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari. Bila tekanan
darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu
dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi mesti
sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat.
55
3. Buku catatan
Pelaksanaan:
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat kesamping klien
3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4. Mengatur posisi klien
5. Membuka pakaian yang menutupi lengan atas
6. Membalutkan kantong tensi meter pada lengan atas kira-kira 3 cm di atas
fosa cubiti, dengan tinta karet di sebelah luar lengan, balutkan tapi jangan
terlalu kencang.
7. Memakai stetoskop
8. Meraba detik arteri brakialis dengan ujung tengah dan jari telunjuk.
Pastikan tidak diperkenankan menggenggamkan tangan atau menempelkan
tangannya.
9. Meletakkan piringan stetoskop diatas arteri brakialis.
10. Mengunci skrup balon karet
11. Memompakan udara kedalam kantong dengan cara memijat balon berulang
-ulang, air raksa didalam pipa naik, dipompa terus sampai denyut arteri
tidak terdengar lagi.
56
18. Membereskan alat
19. Mencuci tangan
20. Mencatat hasil
57
MATERI II
A. Personal Hygiene
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan
diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya. Tujuan dari personal hygiene adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan, memelihara kebersihan diri, memperbaiki
personal hygiene yang kurang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan,
dan meningkatkan rasa percaya diri.
1. Kebersihan rambut
Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat bersih dan
indah sehingga akan menimbulkan kesan bersih dan tidak berbau. Dengan
selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu
memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-
kurangnya 2 kali seminggu, mencuci rambut memakai sampo/bahan
pencuci rambut lainnya, dan sebaiknya menggunakan alat-alat
pemeliharaan rambut sendiri.
2. Kebersihan tangan, kaki, dan kuku
Seperti halnya kulit, tangan kaki, dan kuku harus dipelihara dan ini
tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup
sehari-hari. Tangan, kaki, dan kuku yang bersih menghindarkan kita dari
berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan
bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu. Untuk
menghindari bahaya kontaminasi maka harus membersihkan tangan
sebelum makan, memotong kuku secara teratur, membersihkan
lingkungan, dan mencuci kaki sebelum tidur.
3. Mencuci tangan
a) Definisi Cuci Tangan
Menurut DEPKES (2007), mencuci tangan adalah proses yang
secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan
dengan menggunakan sabun biasa dan air. Mencuci tangan adalah
membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari penyakit,
agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar hilang.
58
b) Waktu Pelaksanaan Mencuci Tangan
Menurut Handayani, dkk (2000) waktu pelaksanaan cuci tangan adalah
sebagai berikut :
1) Sebelum dan setelah makan.
2) Setelah ganti pembalut.
3) Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum
dan setelah memegang bahan mentah, seperti produk ternak dan
ikan.
4) Setelah memegang hewan atau kotoran hewan.
5) Setelah mengusap hidung, atau bersin di tangan.
6) Sebelum dan setelah mengiris sesuatu.
7) Sebelum dan setelah memegang orang sakit atau orang yang
terluka.
8) Setelah menangani sampah.
9) Sebelum memasukkan atau mencopot lensa kontak.
10) Setelah menggunakan fasilitas umum (misalnya toilet, warnet,
wartel, dan lain – lain).
11) Pulang bepergian dan setelah bermain.
12) Sesudah buang air besar dan buang air kecil.
59
2) Telapak kanan di atas punggung tangan kiri dengan jari-jari saling
menjalin dan sebaliknya
3) Telapak pada telapak dengan jari-jari saling menjalin
4) Punggung jari-jari pada telapak tangan berlawanan dengan jari-jari
saling mengunci
5) Gosok memutar dengan ibu jari tangan kanan mengunci pada
telapak kiri dan sebaliknya
6) Gosok memutar, kearah belakang dan kearah depan dengan jari-jari
tangan kanan mengunci pada telapak tangan kiri dan sebaliknya.
B. Kebersihan Lingkungan
1. Kebersihan Lingkungan
Menjaga kebersihan menjadi tanggungjawab bersama. Kebersihan
merupakan salah satu hal yang sangat penting. Kesehatan sangat
bergantung pada kebersihan. Seorang yang selalu menjaga kebersihan,
maka dia akan menjaga dari berbagai penyakit. Begitu juga sebaliknya,
orang yang dalam hidupnya tidak menjaga kebersihan maka orang tersebut
akan mudah terkena penyakit.
Demikian banyaknya manfaat sebuah kebersihan dalam berbagai
aspek kehidupan ini. Di antara sekian banyak manfaat kebersihan ternyata
Islampun sangat memperhatikan tersebut.Terlihat jelas pada ajaran-ajaran
tersebut, Islam memerintahkan umatnya untuk selalu bersih dan suci.
Makna bersih sangat luas penerapannya.
Lingkungan sendiri yang merupakan segala sesuatu yang ada di
sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia
baik langsung maupun tidak langsung juga sangat perlu dijaga
kebersihannya. Karna lingkungan yang kotor dampat menimbulkan
dampak yang sangat merugikan mahluk hidup yang hidup di lingkungan
tersebut.
60
Kurang dijaganya kebersihan lingkungan abiotik dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif seperti polusi udara yang dapat
menyebabkan berbagai gangguan pernafasan, polusi air yang dapat
menyebabkan organism dan mahluk hidup yang ada di dalamnya menjadi
terganggu kehidupannya, dan polusi tanah yang dapat mnyebabkan
menurunnya kualitas dari tanah tersebut. Selain itu kurangnya kesadaran
manusia akan pentingnya menjaga lingkungan juga dapat menyebabkan
terjadinya bencana alam seperti banjir yang diakibatkan oleh
menumpuknya sampah di sungai akibat perilaku manusia yang membuang
sampah sembarangan di sungai.
Oleh sebab itu pendidikan lingkungan hidup sejak dini sangat
diperlukan untuk menanamkan sikap peduli akan lingkungan sejak dini.
Agar di masa yang akan datang anak- anak tidak menerapkan perilaku
yang tidak baik dan tidak patut ditiru tersebut. Dan diharapkan dengan
diberikannya mereka pendidikan mengenai betapa pentingnya menjaga
lingkungan sekitar mereka dapat mengamalkan dan mempraktekkan
perilaku- perilaku yang dapat menjaga kebersihan dan kelestarian
lingkungan sekitar.
61
MATERI III
62
MATERI IV
A. Pengertian
Scabies atau kudis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau
sarcoptesscabiei yang mudah menular dari satu manusia kemanusia, dari
hewan kemanusia atau sebaliknya.
B. Penyebab
Penyebab dari penyakit scabies atau kudis ini adalah kuman sarcoptes
scabiei. Kuman ini berbentuk oval punggungnya cembung dan bagian
perutnya rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata.
63
D. Cara Penularan
1. Kontak langsung dengan kulit yang sudah terdapat penyakit scabies
2. Berbagi handuk dan baju dengan penderita scabies
3. Berbagi atau memakai tempat tidur yang sama dengan penderita scabies
E. Pencegahan
1. Mandi dengan memakai sabun dan shampo hingga bersih dan keringkan
dengan handuk
2. Cuci semua handuk, pakaian,dan seprai yang digunakan dalam 3 hari
3. Berjemur dibawah terik matahari langsung dapat mengurangi risiko (pukul
09.00-11.00)
4. Menjaga kebersihan ruangan dan sekitarya
5. Menjaga pola hidup bersih dan sehat
Cara Kerja/Prosedur :
1. Cuci tangan 6 langkah
2. Gunakan handscone bersih
3. Bersihkan luka dengan alkohol, kemudian semprot luka dengan menggunakan
cairan desinfektan
4. Setelah di semprot dengan cairan desinfektan, luka akan berbusa kemdian
64
bilas dengan Nacl
5. Jika luka terdapat nanah, pecahkan nanah menggunakan jarum suntik, pencet-
pencet hingga nanah keluar
6. Bersihkan nanah dengan kassa sampai bersih
7. Bilas kembali dengan cairan NaCl
8. Kompres luka dengan betadine selama 5 menit
9. Oleskan salep scabies pada luka scabies, jauhkan luka dengan air agar luka
cepat kering dan sembuh
10. Jika luka terbuka maka tutup dengan kassa dan plester
11. Bersihkan alat dan bahan
12. Lepas handscone
13. Cuci tangan 6 langkah
14. Dokumentasi/catat tindakan yang telah dilakukan
Penanganan mandiri :
1. Bersihkan luka dengan menggunakan air hangat yang telah dicampur dengan
antiseptik/detol
65
MATERI V
A. Pengertian
Diare atau mencret adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar 3
kali atau lebih dalam satu hari dan tinja atau feses yang keluar berupa cairan
encer atau sedikit berampas, kadang juga bisa disertai darah atau lendir
tergantung pada penyebabnya. Menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak
Indonesia), anak dinyatakan menderita diare bila buang air besarnya “lebih
encer” dan “lebih sering” dari biasanya. Gejala ikutan lainnya adalah demam
dan muntah. Kadangkala gejala muntah dan demam mendahului gejala
mencretnya.
B. Jenis Diare
Berdasarkan jangka waktu terjadinya, diare dibagi menjadi dua, yaitu diare
akut dan kronis. Diare akut terjadi sampai dengan 7 hari, sedangkan diare
kronis terjadi lebih dari 2 minggu. Di Indonesia, lebih banyak kasus diare
akut dibandingkan yang kronis.
D. Penyebab Diare
66
Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi rotavirus (sekitar 90%).
Sebagian kecil diare dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit, jamur.
Diare dapat dipicu pemakaiaan antibiotik (antibiotic induced diarhea).
Sebagian kecil lagi disebabkan oleh keracunan makanan, alergi, dan lain-
lain.
E. Penanganan Pertama Diare
1. Beri banyak minum
2. Cairan rumah tangga seperti : kuah sayur, sayur sop, air tajin, air teh, LGG
3. Beri oralit
4. Teruskan makan
F. Cara Pemberian Oralit
1. Alat dan bahan :
a. Garam dapur (halus)
b. Gula pasir (halus)
c. Air putih yang biasa diminum (yang sudah dimasak)
d. Gelas
e. Sendok
f. Teko
2. Cara pembuatan
a. Cuci tangan
b. Siapkan wadah bersih (seukuran teko)
c. Masukkan setengah sendok teh garam dapur dan 8 sendok teh gula
pasir kedalam wadah
d. Tambahkan 1L air matang (jika tidak punya takaran Liter, bisa
menggunakan 5 gelas air)
e. Aduk sampai rata, gunakan sendok atau kocokkan untuk melarutkan
bahan-bahan
f. Setelah 1 menit atau lebih dari pengadukan yang kuat, biasanya
sudah benar-benar terlarut
g. Oralit sudah siap diminum
H. Pencegahan Diare
1. Gunakan air bersih
2. Cucilah tangan sesudah berak dan sebelum
makan
3. Beraklah di jamban yang sehat
4. Dapatkan imunisasi campak
67
I. Diet untuk penderita diare
1. Hindari makanan berlemak
2. Hindari susu, mentega, es krim dan keju
3. Hindari alcohol dan kafein
4. Hindari pemanis buatan
J. Makanan yang dianjurkan
1. Pisang
2. Beras
3. Sereal
4. Apel
5. Teh
6. Roti dan jelly
7. Yogurt
8. Kentang rebus
MATERI VI
A. Pengertian
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik
saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodic berulang berupa
mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam dan
atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa
pengobatan.
68
Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa
gejala tidak mengganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala
ringan sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian.
B. Penyebab
Asap rokok, tekanan jiwa, alergen pada orang normal tidak
menimbulkan asma, tetapi pada penderita asma rangsangan tadi dapat
menimbulkan serangan. Lebih kurang seperempat penderita asma,
keluarga dekatnya juga menderita asma, meskipun kadang-kadang
asmanya sudah tidak aktif lagi, dan seperempatnya lagi mempunyai
penyakit alergi lain. Diantara keluarga penderita asma, dua per tiganya
memperlihatkan tes alergi yang positif. Keterangan di atas menunjukkan
adanya hubungan antara asma, alergi dan keturunan.
D. Pencegahan asma
Menurut Sundaru (2007), usaha-usaha pencegahan asma antara
lain: menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindarkan
faktor pencetus serangan asma dan menggunakan obat-obat antiasma.
69
3. Cek respon korban dengan menekan kuku pada ibu jari kaki korban
untuk merangsang nyeri
4. Bantu korban setengah duduk atau semi fowler (setengah duduk)
maupun duduk tegak, lalu menganjurkan bersandar pada sandaran
kursi (posisi duduk dengan melawan arah kursi, bagian kursi yang
biasanya untuk tempat bersandarnya punggung diubah menjadi
tempat untuk tumpuan lengan) sehingga dada menjadi lebih ekspansi
5. Usahakan korban jangan dalam keadaan tidur karena membuat buruk
keadaannya
6. Jika menggunakan pakaian ketat segera longgarkan
7. Hirup inhaler atau alat bantu nafas 2x dalam 2 menit sampai merasa
lebih baik, bila tidak berhasil segera rujuk ke rumah sakit
8. Berikan air hangat jika tidak ada inhaler, karena air hangat dapat
membantu menghangatkan dada dan membantu pernapasan
9. Jika tetap tidak berespon dan tidak sadarkan diri segera rujuk ke
rumah sakit
MATERI VII
A. Pengertian
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh benda tajam
atau tumpul, benda panas, bahan kimia dan lain-lain
70
kulit - Balutdenganpembaluttekan
3. Luka Lecet Tergesekbendakerasdan - Bersihkanlukadengan air
kasarsehinggakulitterkel - Taburkan antiseptic danbalut
upas
4. Luka Tertusukbendatajamdanr - Tutuplukadengankasasteril
Tusuk uncing - Taburkan antiseptic danbalut
- Kirim kerumah sakit
5. Luka Tergesek benda tidak - Tutup luka dengan kasa steril
Robek terlalu tajam (mulut luka - Taburkan anti septic dan balut
tidak rapi) - Kirim kerumah sakit
6. Luka Diterjang peluru - Tutup luka dengan kasa steril
Tembak - Taburkan antiseptic dan balut
- Kirim kerumah sakit
7. Luka Digigit hewan atau - Tutup luka dengan kasa steril
Gigitan manusia - Taburkan antiseptic dan balut
- Kirim kerumah sakit
71
MATERI VIII
A. Penanganan Demam
Pada umumnya bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh yang terlalu
tinggi kedalam batas suhu normal dan bukan untuk menghilangkan demam.
Penatalaksanaannya terdiri dari dua prinsip yaitu pemberian terapi
farmakologi dan non farmakologi. Adapun prinsip pemberian terapi non
farmakologi meliputi:
1. Pemberian cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi
2. Memakai pakaian yang mudah menyerap keringat
3. Memberikan kompres hangat agar terjadi vasodilatasi pembuluh darah
sehingga set point akan tercapai dan kembali ke batas suhu tubuh inti yang
normal.
B. Pengobatan farmakologi pada umumnya :
1. Pemberian antipiretik
2. Obat anti inflamasi dan analgesic yang terdiri dari golongan berbeda serta
memiliki susunan kimia. Tujuan pemberian obat tersebut yaitu untuk
menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan
prostaglandin dengan cara menghambat enzim cyclooxygenase.
3. Parasetamol atau asetaminofen
72
2. Leaflet
73
3. Hasil Skringin
A. Hasil Persentase Penyakit Diare Pada Santriwati
74
D. Hasil Persentase Penyakit Kutu Rambut Pada Santriwan
4. Nama Kader
A. Nama-nama Kader Putri
1. Elviana Nindy
2. Meisya Putri
3. Reva Vinda
4. Wafa Amelia Q
5. Novi Amanda
6. Qurrota Akyun
7. Kurnia Yurika P
8. Nafis Laili C.N
9. Ilfi Ayu L
10. Lubba Fatimah
11. Risya Puri
12. Salsabila Putri
13. Ayu Nur Haliya
14. Dinda Gamasista
B. Nama-nama Kader Putra
1. Fawaid NA
2. Okta Mahendra
3. M. Yusron Jauhari
4. M. Fahmi Syahrul
5. Ahmad Irham W.F
6. Filmi Akmal
75
7. Alif Ramadhana Suwari
8. M. Fahmi Munawar
9. Reynanda Nuke Ikfany
10. Fahmi R
11. Lukman
12. Rifky Azmi M
13. Dani Ofan Dafa
Lampiran 2
Quisoner
SKRINING KESEHATAN
A. Kuesioner Skrining Penyakit Diare
Nama :
Kelas/program :
Quesioner
Berilah tanda centang √ pada salah satu jawaban yang sesuai .
No Pernyataan Ya Tidak
76
9. Saya merasa cemas saat diare
No Pernyataan Ya Tidak
Lampiran 3
77
Sap
Waktu : 20.00-21.00
C. Sasaran
Siswa-siswi Madrasah Aliyah Amanatul Ummah Pacet
D. Setting tempat
78
Keterangan :
mahasiswa/pemateri :
siswa/siswi :
E. Materi
1. Penanganan Demam
Pada umumnya bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh yang
terlalu tinggi kedalam batas suhu normal dan bukan untuk
menghilangkan demam. Penatalaksanaannya terdiri dari dua prinsip
yaitu pemberian terapi farmakologi dan non farmakologi. Adapun
prinsip pemberian terapi non farmakologi meliputi:
1. Pemberian cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi
2. Memakai pakaian yang mudah menyerap keringat
3. Memberikan kompres hangat agar terjadi vasodilatasi pembuluh
darah sehingga set point akan tercapai dan kembali ke batas suhu
tubuh inti yang normal.
2. Pengobatan farmakologi pada umumnya :
a. Pemberian antipiretik
Obat anti inflamasi dan analgesic yang terdiri dari golongan
berbeda serta memiliki susunan kimia. Tujuan pemberian obat
tersebut yaitu untuk menurunkan set point hipotalamus melalui
pencegahan pembentukan prostaglandin dengan cara menghambat
enzim cyclooxygenase.
b. Parasetamol atau asetaminofen
F. Media
Leaflet, powerpoint, dan vidio
79
G. Metode
Ceramah, tanya jawab dan demonstrasi
H. Kegiatan Penyuluhan
I. Kriteria Hasil
1. Kehadiran 100%
2. Sasaran dapat memahami materi penanganan pertama demam
3. Sasaran dapat mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal hingga akhir
80
SAP (Satuan Acara Penyuluhan)
Waktu : 20.00-21.00
C. Sasaran
Siswa-siswi Madrasah Aliyah Amanatul Ummah Pacet
81
D. Setting tempat
Keterangan :
mahasiswa/pemateri :
siswa/siswi :
E. Materi
1. Pengertian
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan yang disebabkan
oleh benda tajam atau tumpul, benda panas, bahan kimia dan lain-lain
2. Beberapa jenis luka, penyebab dan penanganannya
82
2. Luka Terbentur benda keras - Bersihkan luka dengan air
- Taburkan antiseptic luka
Memar
Sehingga jaringan
- Balut dengan pembalut tekan
bawah kulit
3. Luka Lecet Tergesek benda keras - Bersihkan luka dengan air
dan kasar sehingga kulit
- Taburkan antiseptic dan balut
terkelupas
2. Media
Leaflet, powerpoint, dan vidio
3. Metode
Ceramah, tanya jawab dan demonstrasi
4. Kegiatan Penyuluhan
83
3. Menjelaskan topik dan tujuan
dari penyuluhan
2. 35 menit Pelaksanaan : 1. Mendengarkan
2. Bertanya
Penyampaian materi Penanganan
Pertama Luka Trauma
Waktu : 20.00-21.00
84
4. Mengetahui cara pembuatan oralit
C. Sasaran
Siswa-siswi Madrasah Aliyah Amanatul Ummah Pacet
D. Setting tempat
Keterangan :
mahasiswa/pemateri :
siswa/siswi :
E. Materi
1. Pengertian
Diare atau mencret adalah suatu kondisi dimana seseorang buang
air besar 3 kali atau lebih dalam satu hari dan tinja atau feses yang
keluar berupa cairan encer atau sedikit berampas, kadang juga bisa
disertai darah atau lendir tergantung pada penyebabnya. Menurut IDAI
(Ikatan Dokter Anak Indonesia), anak dinyatakan menderita diare bila
buang air besarnya “lebih encer” dan “lebih sering” dari biasanya.
Gejala ikutan lainnya adalah demam dan muntah. Kadangkala gejala
muntah dan demam mendahului gejala mencretnya.
2. Jenis Diare
Berdasarkan jangka waktu terjadinya, diare dibagi menjadi dua,
yaitu diare akut dan kronis. Diare akut terjadi sampai dengan 7 hari,
sedangkan diare kronis terjadi lebih dari 2 minggu. Di Indonesia, lebih
banyak kasus diare akut dibandingkan yang kronis.
3. Warna Tinja Nomal
85
Warna tinja yang normal adalah kuning kehijauan, tetapi dapat
bervariasi tergantung makanan yang dikonsumsi anak. Yang perlu
diperhatikan adalah bila tinja berwarna merah (mungkin darah) atau
putih seperti dempul (pada penyakit hati).
4. Penyebab Diare
Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi rotavirus (sekitar
90%). Sebagian kecil diare dapat disebabkan oleh infeksi bakteri,
parasit, jamur. Diare dapat dipicu pemakaiaan antibiotik (antibiotic
induced diarhea). Sebagian kecil lagi disebabkan oleh keracunan
makanan, alergi, dan lain-lain.
5. Penanganan Pertama Diare
a. Beri banyak minum
b. Cairan rumah tangga seperti : kuah sayur, sayur sop, air tajin, air
teh, LGG
c. Beri oralit
d. Teruskan makan
6. Cara Pemberian Oralit
a. Alat dan bahan :
1.) Garam dapur (halus)
2.) Gula pasir (halus)
3.) Air putih yang biasa diminum (yang sudah dimasak)
4.) Gelas
5.) Sendok
6.) Teko
7. Cara pembuatan
a. Cuci tangan
b. Siapkan wadah bersih (seukuran teko)
c. Masukkan setengah sendok teh garam dapur dan 8 sendok teh gula
pasir kedalam wadah
d. Tambahkan 1L air matang (jika tidak punya takaran Liter, bisa
menggunakan 5 gelas air)
e. Aduk sampai rata, gunakan sendok atau kocokkan untuk
melarutkan bahan-bahan
f. Setelah 1 menit atau lebih dari pengadukan yang kuat, biasanya
sudah benar-benar terlarut
g. Oralit sudah siap diminum
8. Rincian oralit yang diminum setelah buang air besar encer :
a. Anak <1tahun : 50-100ml
b. Anak 1-4 tahun : 100-200 ml
c. Anak >5tahun : 200-300ml
d. Dewasa : 300-400ml
9. Pencegahan Diare
86
a. Gunakan air bersih
b. Cucilah tangan sesudah berak dan sebelum makan
c. Beraklah di jamban yang sehat
d. Dapatkan imunisasi campak
10. Diet untuk penderita diare
a. Hindari makanan berlemak
b. Hindari susu, mentega, es krim dan keju
c. Hindari alcohol dan kafein
d. Hindari pemanis buatan
11. Makanan yang dianjurkan
a. Pisang
b. Kentang rebus
c. Beras
d. Sereal
e. Apel
f. The
g. Roti dan jelly
h. Yogurt
F. Media
Leaflet, powerpoint, dan vidio
G. Metode
Ceramah, tanya jawab dan demonstrasi
H. Kegiatan Penyuluhan
I. Kriteria Hasil
87
1. Kehadiran 100%
2. Sasaran dapat memahami materi penanganan dan pencegahan diare
3. Sasaran dapat mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal hingga akhir
Waktu : 20.00-21.00
88
Keterangan :
mahasiswa/pemateri :
siswa/siswi :
E. Materi
1. Personal Hygiene
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Tujuan dari personal
hygiene adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan, memelihara
kebersihan diri, memperbaiki personal hygiene yang kurang, mencegah
penyakit, menciptakan keindahan, dan meningkatkan rasa percaya diri.
2. Kebersihan rambut
Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat bersih dan
indah sehingga akan menimbulkan kesan bersih dan tidak berbau. Dengan
selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu
memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-
89
kurangnya 2 kali seminggu, mencuci rambut memakai sampo/bahan
pencuci rambut lainnya, dan sebaiknya menggunakan alat-alat
pemeliharaan rambut sendiri.
3. Kebersihan tangan, kaki, dan kuku
Seperti halnya kulit, tangan kaki, dan kuku harus dipelihara dan ini
tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup
sehari-hari. Tangan, kaki, dan kuku yang bersih menghindarkan kita dari
berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan
bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu. Untuk
menghindari bahaya kontaminasi maka harus membersihkan tangan
sebelum makan, memotong kuku secara teratur, membersihkan
lingkungan, dan mencuci kaki sebelum tidur.
4. Mencuci tangan
a) Definisi Cuci Tangan
Menurut DEPKES (2007),mencuci tangan adalah proses yang
secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan
dengan menggunakan sabun biasa dan air. Mencuci tangan adalah
membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari penyakit,
agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar hilang.
b) Waktu Pelaksanaan Mencuci Tangan
Menurut Handayani , dkk (2000) waktu pelaksanaan cuci tangan
adalah sebagai berikut :
1. Sebelum dan setelah makan.
2. Setelah ganti pembalut.
3. Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum
dan setelah memegang bahan mentah, seperti produk ternak dan
ikan.
4. Setelah memegang hewan atau kotoran hewan.
5. Setelah mengusap hidung, atau bersin di tangan.
6. Sebelum dan setelah mengiris sesuatu.
7. Sebelum dan setelah memegang orang sakit atau orang yang
terluka.
8. Setelah menangani sampah.
9. Sebelum memasukkan atau mencopot lensa kontak.
90
10. Setelah menggunakan fasilitas umum (misalnya toilet, warnet,
wartel, dan lain – lain).
11. Pulang bepergian dan setelah bermain.
12. Sesudah buang air besar dan buang air kecil.
C. Kebersihan Lingkungan
1. Kebersihan Lingkungan
91
Menjaga kebersihan menjadi tanggungjawab bersama. Kebersihan
merupakan salah satu hal yang sangat penting. Kesehatan sangat
bergantung pada kebersihan. Seorang yang selalu menjaga kebersihan,
maka dia akan menjaga dari berbagai penyakit. Begitu juga sebaliknya,
orang yang dalam hidupnya tidak menjaga kebersihan maka orang tersebut
akan mudah terkena penyakit.
Demikian banyaknya manfaat sebuah kebersihan dalam berbagai
aspek kehidupan ini. Di antara sekian banyak manfaat kebersihan ternyata
Islampun sangat memperhatikan tersebut.Terlihat jelas pada ajaran-ajaran
tersebut, Islam memerintahkan umatnya untuk selalu bersih dan suci.
Makna bersih sangat luas penerapannya.
Lingkungan sendiri yang merupakan segala sesuatu yang ada di
sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia
baik langsung maupun tidak langsung juga sangat perlu dijaga
kebersihannya. Karna lingkungan yang kotor dampat menimbulkan
dampak yang sangat merugikan mahluk hidup yang hidup di lingkungan
tersebut.
92
Oleh sebab itu pendidikan lingkungan hidup sejak dini sangat
diperlukan untuk menanamkan sikap peduli akan lingkungan sejak dini.
Agar di masa yang akan datang anak- anak tidak menerapkan perilaku
yang tidak baik dan tidak patut ditiru tersebut. Dan diharapkan dengan
diberikannya mereka pendidikan mengenai betapa pentingnya menjaga
lingkungan sekitar mereka dapat mengamalkan dan mempraktekkan
perilaku- perilaku yang dapat menjaga kebersihan dan kelestarian
lingkungan sekitar.
93
Menanyakan kembali hal-halyang
sudah dijelaskan mengenai PHBS
4. 5 menit Penutup: 1. Mendengarkan
Menyimpulkan materi, 2. Menjawab salam
memberikan salam penutup
9. kriteria Hasil
1. kehadiran 100%
2. sasaran dapat memahami dan mampu menerapkan PHBS
3. sasaran dapat mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal hingga akhir
Lampiran 4
TOR MMP (Term Of Reference Musyawarah Masyarakat Pesantren)
1. Bentuk dan Judul Sesi 1
Diskusi “Scabies”
A. Nama Pembicara
Yuliantika
B. Waktu
Hari, tanggal : 17 Desember 2017
94
Secara umum : Agar seluruh masyarakat pesantren dapat
mengetahui tingkat kejadian scabies di Ponpes Amanatul Ummah
Pacet. Selain itu untuk terciptanya kesadaran untuk meningkatkan
perilaku bersih dan merubah pemikiran bahwa santri diidentikkan
dengan scabies.
Melalui edukasi formal dan dengan harapan dapat selaras dengan
konsepsi pembangunan,Visi dan Misi serta seluruh santri dapat
berkontribusi dalam meningkatkan kebersihan dan pencegahan scabies
di Ponpes Amanatul Ummah Pacet.
D. Tujuan Khusus Kegiatan
Masyarakat pesantren dapat memahami dan ikut andil dalam
mengurangi tingkat kejadian scabies di Pesantren.
E. Bentuk Kegiatan
Pemaparan oleh narasumber yang mencakup materi-materi :
1. Pengertian Scabies
2. Penyebab Scabies
3. Tingkat Kejadian Scabies di Pesantren
4. Pencegahan Scabies
F. Durasi
Waktu yang tersedia untuk narasumber adalah 60 menit ( pukul
10.00 – 11.00 WIB), meliputi 30 menit presentasi 30 menit
musyawarah.
G. Sesi Musyawarah
Sesi musyawarah akan diadakan pada akhir sesi selama 30 menit
dengan memberikan kesempatan kepada 3 orang peserta untuk
mengajukan pertanyaan maupun saran. Setelah terkumpul tiga
pertanyaan, narasumber dipersilakan memberi jawaban. Bila masih
tersedia waktu, kesempatan akan diberikan kepada 3 penanya
berikutnya.
B. Waktu
Hari, tanggal : 17 Desember 2017
95
Waktu : Pukul 10.00 – 12.00 WIB
Tempat : Masjid Raya Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet
C. Tujuan Umum Kegiatan
Secara umum : Agar seluruh masyarakat pesantren dapat
mengetahui tingkat kejadian diare dan pediculosis di Ponpes Amanatul
Ummah Pacet. Selain itu untuk terciptanya kesadaran untuk
meningkatkan perilaku bersih dan merubah pemikiran bahwa kutu
(pediculosis) merupakan bentuk kebarokahan bagi santri.
a. Diare
1. Pengertian diare
2. Faktor resiko diare
3. Tingkat kejadian diare di pesantren
4. Pencegahan diare
5. Penanganan diare
b. Pediculosis
1. Pengertian pediculosis
2. Penyebab terjadinya pediculosis
3. Tingkat kejadian pediculosis di pesantren
4. Pencegahan pediculosis
5. Penanganan pediculosis
F. Durasi
Waktu yang tersedia untuk narasumber adalah 60 menit ( pukul
11.00 – 12.00 WIB), meliputi 30 menit presentasi 30 menit
musyawarah.
G. Sesi Musyawarah
Sesi musyawarah akan diadakan pada akhir sesi selama 30
menit dengan memberikan kesempatan kepada 3 orang peserta
96
untuk mengajukan pertanyaan maupun saran. Setelah terkumpul
tiga pertanyaan, narasumber dipersilakan memberi jawaban. Bila
masih tersedia waktu, kesempatan akan diberikan kepada 3
penanya berikutnya.
PENUTUP
Surabaya, 28 Desember
2017
97
TOR KaPonPes (Term Of Reference Kader Kesehatan Pondok Pesantren)
1. Bentuk dan Judul Sesi 1
Diskusi dan Praktek “PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan
Diare”
A. Nama Pembicara
a. Santri Putri
1. Della Putri Sahrul (Pembicara)
2. Ramadhani Nur Fadila (Demonstran)
b. Santri Putra
1. Ahmad Faisol (Pembicara)
2. Yeni Durotul Mufida (Demonstran)
B. Waktu
Hari, tanggal : 18 Desember 2017
Waktu : Pukul 20.00 – 21.00 WIB
Tempat : Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet
C. Tujuan Umum Kegiatan
Secara umum : Agar seluruh santri Ponpes Amanatul Ummah Pacet
dapat meningkatkan kebersihan baik kebersihan diri maupun
kebersihan lingkungan. Dan mengurangi tingkat kejadian diare yang
terjadi di Ponpes Amanatul Ummah Pacet.
Melalui edukasi formal dan dengan harapan dapat selaras dengan
konsepsi pembangunan,Visi dan Misi serta seluruh santri dapat
berkontribusi dalam meningkatkan kebersihan di Ponpes Amanatul
Ummah Pacet.
D. Tujuan Khusus Kegiatan
Peserta dapat memahami dan mengaplikasikan PHBS dan
Penanganan Diare di Pesantren
E. Bentuk Kegiatan
Pemaparan oleh narasumber yang mencakup materi-materi :
a. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
1. Pengertian PHBS
2. Macam-macam PHBS
3. Manfaat PHBS
4. Cara mencuci tangan
b. Diare
1. Pengertian diare
2. Tanda dan gejala diare
3. Penanganan diare
4. Faktor resiko diare
5. Pencegahan diare
F. Durasi
98
Waktu yang tersedia untuk narasumber adalah 60 menit ( pukul
20.00 – 21.00 WIB), meliputi 20 menit kuliah, 20 menit praktek dan
20 menit tanya jawab.
G. Sesi Tanya- Jawab
Sesi tanya jawab akan diadakan pada akhir sesi selama 20 menit
dengan memberikan kesempatan kepada 3 orang peserta untuk
mengajukan pertanyaan. Setelah terkumpul tiga pertanyaan,
narasumber dipersilakan memberi jawaban. Bila masih tersedia waktu,
kesempatan akan diberikan kepada 3 penanya berikutnya.
H. Sesi Praktek
Sesi praktek akan diadakan setelah sesi materi diberikan. Pada saat
praktek akan diputarkan video cara mencuci tangan yang benar diikuti
oleh calon kader, dipandu oleh narasumber dan dibantu oleh
mahasiswa unusa yang bertugas saat itu.
2. Bentuk dan Judul Sesi 2
Diskusi dan Praktek “TTV (Tanda-Tanda Vital) dan Asma”
A. Nama Pembicara
a. Santri Putri
1. Intan Munawaroh Firdaus (Pembicara)
2. Ita (Demonstran)
b. Santri Putra
1. Jazzem Binawe Abdul (Pembicara)
2. Ani Safitri (Demonstran)
B. Waktu
Hari, tanggal : 19 Desember 2017
Waktu : Pukul 20.00 – 21.00 WIB
Tempat : Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet
C. Tujuan Umum Kegiatan
Secara umum : agar para calon kader dapat memahami bagaimana
melakukan penilaian TTV (Tanda-Tanda Vital) dan penanganan asma.
Melalui edukasi formal dan dengan harapan dapat selaras dengan
konsepsi pembangunan,Visi dan Misi serta santri dapat berkontribusi
nyata dan santri mampu mandiri dalam meningkatkan kesehatan di
Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet.
D. Tujuan Khusus Kegiatan
Peserta dapat mengaplikasikan penilaian TTV dan Penanganan asma
E. Bentuk Kegiatan
Pemaparan oleh narasumber yang mencakup materi-materi :
a. TTV (Tandda-Tanda Vital)
1. Pengertian TTV
2. Rentan Normal TTV
3. Macam-macam gangguan pada TTV
99
b. Asma
1. Pengertian asma
2. Tanda gejala asma
3. Penanganan Asma
F. Durasi
Waktu yang tersedia untuk narasumber adalah 60 menit (pukul
20.00 – 21.00 WIB), meliputi 20 menit kuliah, 20 praktek dan 20
menit tanya jawab.
G. Sesi Tanya- Jawab
Sesi tanya jawab akan diadakan pada akhir sesi selama 30 menit
dengan memberikan kesempatan kepada 3 orang peserta untuk
mengajukan pertanyaan. Setelah terkumpul tiga pertanyaan,
narasumber dipersilakan memberi jawaban. Bila masih tersedia waktu,
kesempatan akan diberikan kepada 3 penanya berikutnya.
H. Sesi Praktek
Sesi praktek akan diadakan setelah sesi materi diberikan. Pada saat
praktek akan di demostrasikan terlebih dahulu oleh narasumber lalu
diikuti oleh calon kader, dan dibantu oleh mahasiswa unusa yang
bertugas saat itu.
4. Bentuk dan Judul Sesi 3
A. Nama Pembicara
1. Zuhratul Laili (Santri Putri)
2. Anas Erwa Putra (Santri Putra)
B. Waktu
Hari, tanggal : 20 Desember 2017
Waktu : Pukul 20.00 – 21.00 WIB
Tempat : Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet
C. Tujuan Umum Kegiatan
Secara umum : agar para calon kader dapat mengetahui
pertolongan pertama pada penanganan demam dan perawatan luka
trauma guna mengurangi infeksi.
Melalui edukasi formal dan dengan harapan dapat selaras dengan
konsepsi pembangunan,Visi dan Misi serta santri dapat berkontribusi
nyata dan mandiri dalam penanganan demam dan perawatan luka di
Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet.
D. Tujuan Khusus Kegiatan
100
Peserta dapat memahami dan mengaplikasikan penanganan demam
dan perawatan luka trauma
E. Bentuk Kegiatan
Pemaparan oleh narasumber yang mencakup materi-materi :
a. Penanganan Demam
1. Pengertian demam
2. Suhu normal dan abnormal
3. Macam-macam demam
4. Penanganan demam
b. Penanganan Luka Trauma
1. Pengertian luka dan luka trauma
2. Macam-macam luka
3. Penanganan luka
F. Durasi
Waktu yang tersedia untuk narasumber adalah 60 menit (pukul
20.00 – 21.00 WIB), meliputi 20 menit kuliah dan 20 menit tanya
jawab.
G. Sesi Tanya- Jawab
Sesi tanya jawab akan diadakan pada akhir sesi dengan
memberikan kesempatan kepada 3 orang peserta untuk mengajukan
pertanyaan. Setelah terkumpul tiga pertanyaan, narasumber dipersilakan
memberi jawaban. Bila masih tersedia waktu, kesempatan akan
diberikan kepada 3 penanya berikutnya.Sesi tanya-jawab berlangsung
selama 30 menit
101
PENUTUP
Lampiran 5
Foto dokumentasi
102
A. Pengkajian dan Skrinning Kesehatan
103
104
C. Pengkaderan
105
D. Penyuluhan bersama kader
106
107
E. Closing Ceremony
108
109