Siapa yang ingin dunia (hidup di dunia dengan baik), hendaklah ia berilmu, siapa yang ingin
akhirat (hidup di akhirat nanti dengan senang) hendaklah ia berilmu, siapa yang ingin keduanya,
hendaklah berilmu
Dalam setiap kesempatan kita akan dituntut untuk memiliki pengetahuan. Baik pengetahuan
secara sederhana hingga pengetahuan paling sulit di dunia.
Contoh saja untuk kehidupan sehari-hari. Kita hidup butuh makan, kalau kita tidak tahu
bagaimana ilmunya memasak apa kita bisa makan? Lalu dari mana kita bisa mendapat bahannya.
Kita perlu uang.
Sedang uang bagaimana kita mendapatkannya? Tentu kita harus kerja. Ketika kita ingin bekerja
maka otomatis kita perlu ilmu untuk pilihan kerja yang kita tempati. Kesimpulannya di manapun
dan apapun yang kita lakukan kita harus tahu ilmunya dulu.
Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-
gesa membaca Alquran sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan
katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”. (Q.S. Thaha: 114)
Menuntut Ilmu dalam Hadist
“Carilah ilmu sejak bayi hingga ke liang kubur.”
“Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia
memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di
akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan
kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula”. (HR. Bukhari dan Muslim)
”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia
pulang”. (HR. Turmudzi)
Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam” (Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi,
Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)
Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga (HR Muslim)
3. Kehidupan pemuda – demi Allah – adalah dengan mencari ilmu dan bertaqwa, bila
keduanya tak mewujud, maka tak ada yg menandai keberadaannya.
Salah satu yang menjadikan dirinya mulia dibanding yang lain adalah keilmuan yang
dimiliki. Orang yang berilmu akan diakui keberadaannya, bahkan dia hidup lebih
lama dari usianya didunia. Walaupun ia telah tiada, namun keberadaannya tetap ada
melalui wasilah ilmu yang dimilikinya.
Hukumِّ Suamiِّ Menghinaِّ Istriِّ Dalamِّ Islam
Tidak ada manusia yang sempurna. Setiap orang pasti pernah berbuat salah, termasuk istri
Anda. Untuk menghadapinya tentunya Anda harus mempraktekan cara mengatasi masalah
rumah tangga secara islami.(1) Yakni dengan menasehatinya secara baik-baik dan bertutur
kata lembut. Sebab pada dasarnya wanita itu lemah. Ia tercipta dari tulang rusuk yang bengkok
maka seorang suami harus bisa melindunginya. Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam bersabda:
“Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk,
dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Maka sikapilah
para wanita dengan baik.” (HR al-Bukhari)
Meskipun islam telah menjelaskan secara lengkap tata cara berperilaku terhadap istri yang
baik, namun tetap saja sebagian orang mengabaikannya. Seorang pria yang terbawa emosi
terkadang khilaf lalu menghina istrinya bahkan bermain tangan. Nah, kira-kira bagaimana sih
hukum suami menghina istri dalam islam? Berikut ulasan lengkapnya!
Islam tidak pernah mengajarkan manusia untuk berkisap saling menghina. Sebaliknya, manusia
dianjurkan untuk bisa bertutur kata yang baik. Apabila tidak sanggup maka harusnya diam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau
hendaklah ia diam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Begitupun dengan sikap suami terhadap istrinya. Tidak boleh suami mengina atau berkata keji
kepada istri-istri mereka. Terlebih lagi memukul maka hukumnya haram. Rasulullah
mencontohkan untuk berbuat baik terhadap istri. Sebab istri adalah pententram hati.
Dialah ibu rumah tangga dalam Islam yang bekerja membersihkan rumah, memasak, mengurusi
anak, dan menyiapkan segala kebutuhan rumah tangga. Kalaupun istri punya sedikit
kekurangan maka kewajiban suami terhadap istri dalam Islam harus menerimanya. Atau paling
tidak menasehatinya dengan cara lembut. Ingatlah perjuangan istri saat mengandung dan
melahirkan bayi. Dia bertaruh antara hidup dan mati. Maka sudah tentu suami menghargai
semua itu.
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu bahwasahnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Tidak boleh seorang mukmin menjelekkan seorang mukminah. Jika ia membenci satu akhlak
darinya maka ia ridha darinya (dari sisi) yang lain.” (HR. Muslim)
Dalil-Dalilِّ yangِّ Memerintahkanِّ Suamiِّ Berbuatِّ Baikِّ Kepadaِّ Istri
Terdapat banyak dalil yang memaparkan tentang perintah agar suami berbuat baik kepada istri.
Diantaranya yakni:
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah orang yang
paling baik terhadap istriku” (HR. At-Tirmidzi)
“Barang siapa menggembirakan hati istrinya, maka seakan-akan ia menangis takut kepada
Allah. Barang siapa menangis karena takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya
masuk neraka. Sesungguhnya ketika suami istri saling memperhatikan, maka Allah akan
memperhatikan mereka berdua dengan penuh rahmat. Saat suami memegang telapak tangan
istri, maka bergugurlah dosa-dosa suami istri itu lewat sela-sela jari mereka.” (Diriwayatkan
dari Maisarah bin Ali)
“Dan pergaulilah istrimu-istrimu dengan baik. Lalu, jika kamu tidak menyukai mereka, maka
bersabarlah karena mungkin engkau tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan
padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa’: 19)
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (isteri), karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki)
telah memberikan nafkah dan hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shalih adalah
mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suami-nya) tidak ada, karena Allah
telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz[1] ,
hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah
ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka mentaatimu, maka janganlah
kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar .”
(QS. An-Nisaa’ : 34)
“Orang-orang yang menyakiti mu’min laki-laki dan mu’min perempuan tanpa perbuatan yang
mereka lakukan, Maka sesungguhnya mereka telah menanggung kebohongan dan dosa yang
nyata.”(QS. Al-Ahzab: 84)
“Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka,
sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu.” (Qs. Ali Imran: 159)
Apabila istri berbuat salah, maka islam mengajarkan terdapat 3 hal yang harus dilakukan. Yakni
pertama dinasehati, pisah ranjang dan dipukul dengan pukulan yang lembut. Sebagaimana
firman Allah Ta’ala dalam Al-Quran:
“Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya maka nasehatilah maka nasehatilah mereka
dan pisahkanlah mereka di termpat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka
mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya
Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. Dan jika kamu khawatir ada persengketaan antara
keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dan
seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan
perbaikan niscaya Allah memberi taufik kepada suami isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.An Nisa’: 34-35).
1. Didoakan
Saat istri marah maka sebaiknya jangan dibalas dengan amarah. Sebaliknya, cobalah
berlaku lemah lembut. Peluklah dia. Lalu pegang ubun-ubunnya dan berdoalah:
“Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabiatnya yang ia bawa. Dan aku
berlindung dari kejelekannya dan kejelekan tabiat yang dibawanya.” (HR. Abu Dawud, Ibnu
Majah, Al-Hakim dan Al-Baihaqi)
2. Menasehati
Tindakan berikutnya yang harus dilakukan saat istri berbuat salah maka suami wajib
menasehatinya. Menasehati bukan berarti menggurui. Namun berbagi ilmu tentang agama
dengan cara yang baik. Anda bisa mengajak istri duduk berdua. Lalu ceritakan tentang
hadist atau ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan akhlak atau lainnya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa menahan amarah padahal ia
mampu melakukannya, pada hari Kiamat Allah k akan memanggilnya di hadapan seluruh
makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai.” (HR.Ahmad,
Dawud, Tirmidzi, dan Ibu Majah)
“Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga.” (HR. At-Thabrani)
3. Memboikot (Hajr) dengan Cara Pisah Ranjang
Apabila nasehat masih tidak membuahkan hasil, maka suami bisa melakukan pisah ranjang
selama beberapa hari. Misalnya saja Anda tidur di ruangan lain. Namun jangan perlakukan
istri Anda dengan buruk. Menurut ulama, untuk perbuatan hajr tidak boleh dari 3 hari.
Sebagaimana hadist Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak halal bagi seorang muslim melakukan hajr (boikot dengan tidak mengajak bicara)
lebih dari tiga hari” (HR. Bukhari).
4. Memukul Tanpa Melukai
Apabila cara-cara diatas tidak bisa mengubah sikap istri, maka suami diperbolehkan
memukul istri. Dengan syarat pukulan tersebut tidak boleh meninggalkan bekas luka.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Kewajiban istri bagi kalian adalah tidak boleh permadani kalian ditempati oleh seorang pun
yang kalian tidak sukai. Jika mereka melakukan demikian, pukullah mereka dengan pukulan
yang tidak membekas” (HR. Muslim).
Para fuqaha berpendapat bahwa dalam memukul istri tentunya ada batasan-batasan yang
wajib diikuti. Diantaranya:
Tidak boleh memukul dengan tongkat, tapi cukup dengan tangan, kayu siwak atau sapu
tangan yang digulung
Pukulan tidak boleh mengakibatkan luka atau cedera
Pukulan tidak boleh dilakukan secara membabi buta ataupun menyiksa
Pukulan hanya dimaksudkan untuk sekedar memberi pelajaran, bukan menuruti hawa
nafsu dan amarah
Pukulan tidak boleh membekas : “Kewajiban istri bagi kalian adalah tidak boleh
permadani kalian ditempati oleh seorang pun yang kalian tidak sukai. Jika mereka
melakukan demikian, pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membekas ” (HR. Muslim).
Tidak boleh lebih dari 10 kali pukulan: “Janganlah mencabuk lebih dari sepuluh
cambukan kecuali dalam had dari aturan Allah” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak boleh memukul di wajah: “Dan janganlah engkau memukul istrimu di wajahnya”
(HR. Abu Daud)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku tidaklah pernah sama sekali
melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memukul pembantu, begitu pula memukul
istrinya. Beliau tidaklah pernah memukul sesuatu dengan tangannya kecuali dalam jihad
(berperang) di jalan Allah”. (HR. Ahmad)
5. Sebaiknya Hindari Memukul
Meskipun perbuatan memukul istri diperbolehkan, namun tetap saja sebaiknya
dihindari.Terlebih lagi jika istri telah bertaubat maka hendaknya suami memaafkannya.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-
cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar ” (QS.
An Nisa’: 34).
Dari Abdullah bin Jam’ah bahwasanya ia telah mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “ Bagaimana mungkin seseorang di antara kalian sengaja mencambuk isterinya
sebagaimana ia mencambuk budaknya, lalu ia menyetubuhinya di sore harinya?” (HR.
Muslim, Bukhari dan Tirmidzi)
“Sesungguhnya mereka itu (yang suka memukul isterinya) bukan orang yang baik di antara
kamu.” (HR.Abu Dawud)
Dari penjelasan diatas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa hukum suami menghina istri
dalam islam adalah tidak diperbolehkan. Seseorang yang baik adalah mereka yang mampu
memaafkan dan menjaga ucapannya. Dengan demikian rumah tangga bisa menjadi keluarga
sakinah dalam Islam, keluarga harmonis menurut Islam, keluarga sakinah, mawaddah,
warahmah. Demikian info mengenai hukum suami menghina istri dalam islam. Semoga
bermanfaat.
1) Setiap manusia pasti mengharapkan pernikahan dalam hidupnya. Ingin memiliki pasangan
dan anak-anak yang lucu. Hal ini sangat wajar, sebab sudah fitrah manusia untuk diciptakan
saling berpasangan. Selain itu menikah juga merupakan ibadah yang dianjurkan oleh Allah
Ta’ala dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam Al-Quran
dijelaskan:
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu Yang menciptakan kamu dari satu jiwa dan
darinya Dia menciptakan jodohnya, dan mengembang-biakan dari keduanya banyak laki-laki
dan perempuan; dan bertakwalah kepada Allah swt. yang dengan nama-Nya kamu saling
bertanya, terutama mengenai hubungan tali kekerabatan. Sesungguhnya Allah swt. adalah
pengawas atas kamu”. (An Nisa: 1)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
“Menikah adalah sunnahku, barangsiapa tidak mengamalkan sunnahku berarti bukan dari
golonganku. Hendaklah kalian menikah, sungguh dengan jumlah kalian aku akan berbanyak-
banyakkan umat. Siapa memiliki kemampuan harta hendaklah menikah, dan siapa yang
tidak hendaknya berpuasa, karena puasa itu merupakan tameng.”
Walaupun menikah itu menyenangkan, namun bukan berarti menjalani pernikahan itu
mudah. Menikah berarti menyatukan dua pikiran yang berbeda. Seseorang yang awalnya
tidak pernah hidup dengan Anda tiba-tiba harus tinggal bersama setiap hari. Pastinya semua
hal itu bisa memunculkan konflik. Dan konflik dalam rumah tangga adalah sesuatu yang
sangat wajar. Namun demikian, setiap konflik yang datang harus segera diatasi. Apabila ada
masalah kecil dan dibiarkan saja, maka lama-kelamaan itu bisa menjadi pemicu keretakan
rumah tangga.
Nah, berikut ini cara-cara mengatasi masalah rumah tangga secara islam:
1. Berpedoman pada Al-Quran dan As-Sunnah
Cara mengatasi masalah rumah tangga yang pertama pastinya Anda harus berpedoman
pada Al-Quran dan As-Sunnah. Apapun masalahnya, kembalikan pada syariat agama. Ini
akan membantu Anda menyelesaikan segala perkara dengan cara terbaik.
2. Diselesaikan Lewat Kasih Sayang
Setiap masalah yang terjadi dalam rumah tangga tidak harus diselesaikan lewat
pertengkaran. Anda bisa mencoba menyelesaikannya lewat kasih sayang. Misalnya
mengajak pasangan bercanda, memasakkan makanan lezat, atau jalan-jalan ke taman
dan sebagainya. Layaknya api yang dipadamkan dengan air, cara ini terbilang sangat
efektif loh. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga selalu bersikap lembut dan
penuh kasih sayang terhadap keluarganya. Jadi Anda pun juga harus meneladaninya.
Allah ta’ala berfirman: “Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (Qs. Ali Imran: 159)
3. Saling Memberikan Nasehat
Ketika ada masalah di rumah tangga, misalnya istri Anda marah karena sebab tertentu
maka janganlah Anda ikutan marah. Tindakan tersebut akan membuat masalah semakin
membuncah. Sebaliknya, kewajiban suami terhadap istri dalam Islam adalah
memberikan nasehat yang baik kepada istri tentang peran wanita dalam Islam,
fungsi ibu rumah tangga dalam Islam dan kewajiban wanita setelah menikah. Mintalah ia
duduk di samping Anda, lalu peluk dia. Kemudian ucapkanlah perkataan yang lembut,
sebuah nasehat yang bisa membimbingnya ke jalan yang benar.
Allah Ta’ala Berfirman:
“Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya maka nasehatilah maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di termpat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. Dan jika kamu
khawatir ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari
keluarga laki-laki dan seorang hakam dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika
kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan niscaya Allah memberi taufik
kepada suami isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal .” (An
Nisa’ :34-35).
4. Fokus Pada Penyebab Masalah
Untuk menyelesaikan suatu masalah tentunya Anda harus mencari tahu penyebabnya
terlebih dahulu. Setelah tahu sebabnya, maka fokuslah pada inti masalah. Kemudian
Anda bisa saling bermusyawarah untuk menemukan jalan keluar yang adil.
5. Menghindari Sikap Egois
Sikap egois pastinya ada dalam diri setiap manusia. Yakni perasaan tidak mau mengakui
kesalahan dan merasa paling benar. Namun sebagai seseorang yang beriman dan
bertakwa, hendaknya Anda menjauhi sikap egois. Terlebih lagi jika sudah berumah
tangga. Sikap egois bisa menjadi pemicu pertengkaran secara terus-menerus. Istri tidak
mau mengalah, suami tidak mau mengalah. Dua-duanya sama-sama keras kepala. Lalu
bagaimana masalah tersebut bisa diselesaikan?
6. Saling Terbuka
Setelah menikah sebaiknya jangan ada rahasia diantara pasangan. Cobalah Anda
bersikap terbuka. Segala masalah dan unek-unek di hati Anda akan lebih untuk
diceritakan. Jangan memendam masalah sendirian ataupun menyembunyikan sesuatu.
Itu akan menjadi pemicu kesalahpahaman dan yang berimbas pada hancurnya rumah
tangga.
7. Bersikap Dewasa
Masalah tidak akan terselesaikan bila diatasi dengan cara kekanak-kanakan. Misalnya
diam selama berhari-hari, saling ngambek, mogok makan dan sejenisnya. Sebagai orang
tua sudah seharusnya Anda bersikap dewasa. Setiap ada masalah maka selesaikan
dengan pikiran tenang dan dingin. Berdiskusi secara baik-baik, tidak perlu saling
membentak. Selain itu Anda juga harus menanamkan sikap tanggung jawab dalam diri
sendiri.
8. Saling Memaafkan
Masalah tidak akan selesai jika Anda dan pasangan sama-sama keras kepala dan tidak
mau meminta maaf duluan. Cobalah bersikap saling memaafkan. Toh, manusia tidak ada
yang lepas dari kesalahan. Memaafkan tidak berarti menjatuhkan harga diri. Memaafkan
itu lebih disenangi oleh Allah Ta’ala. Dan orang-orang yang mau memaafkan kesalahan
orang lain maka baginya balasan yang indah di sisi Allah Ta’ala.
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan
sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha
Penyantun.” (QS. Al-Baqarah : 263)
9. Bermusyawarah
Daripada menguatkan pendapat pribadi, lebih baik Anda mencoba bermusyawarah untuk
mendapatkan keputusan yang adil dan mufakat. Bermusyawarah ini sangat penting.
Sebab dengan saling menukar pikiran maka proses pemecahan masalah akan jadi lebih
mudah.
Perintah musyawarah juga dijelaskan dalam Al-Quran:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Q.S. Ali Imran: 159)
10. Mengendalikan Emosi
Menghadapi masalah juga tidak boleh selalu menuruti emosi. Seseorang yang bisa
mengontrol amarahnya lebih disukai oleh Allah Ta’ala. Orang-orang yang sabar biasanya
lebih banyak teman, bawaanya berwibawa dan orang yang tidak suka marah juga
dijanjikan surga oleh Allah Ta’ala.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari Kiamat
Allah k akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya
untuk memilih bidadari yang ia sukai.” (HR.Ahmad, Dawud, Tirmidzi, dan Ibu Majah)
“Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga.” (HR. At-Thabrani)
11. Menjaga Komunikasi
Komunikasi yang lancar perlu dijaga untuk menghindari ataupun mengatasi masalah
rumah tangga. Dengan berkomunikasi maka salah paham bisa dihindari. Perkara apapun
itu, besar kecil sebaiknya selalu dikomunikasikan dengan pasangan.
12. Saling Percaya
Untuk mengatasi masalah rumah tangga juga diperlukan sikap saling percaya. Apabila
kepercayaan sudah hilang maka apapun yang dilakukan pasangan pasti dianggap salah.
Sebisa mungkin hindari sikap suudzon atau prasangka buruk karena itu bisa
menyesatkan hati.
Allah Ta’ala berfirman “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan
janganlah kamu mencari-car kesalahan orang lain.” (Al-Hujurat: 12)
13. Belajar dari Pengalaman
Masalah yang datang di kehidupan keluarga wajib diselesaikan. Setelah itu, Anda harus
bisa mengambil pelajaran dari masalah tersebut. Sehingga bisa dihindari agar tidak
terulang kembali.
14. Menerima Perpedaan Pendapat
Perbedaan pendapat dalam rumah tangga adalah sesuatu yang biasa. Tidak mungkin
juga Anda menyamakan pendapat Anda dengan pasangan. Cara terbaik untuk
mengatasinya adalah mencari jalan tengah dan berusaha menerima perbedaan tersebut.
15. Menyadari Bahwa Hidup Sementara
Masalah yang datang di kehidupan, entah itu masalah rumah tangga ataupun lainnya
hendaknya tidak dipandang terlalu serius. Yang ada malah Anda jadi stress. Pahamilah
bahwa hidup cuma sementara. Apabila ditimpa musibah maka kembalikan pada Allah
ta’ala. Anda juga tidak perlu membeci orang lain (sekalipun dia memang salah) secara
berlebihan.
16. Sabar dan Ikhlas
Kunci untuk mengatasi masalah rumah tangga secara islam berikutnya adalah
menerapkan sabar dan ikhlas. Kedua sikap ini memang tidak mudah. Tapi jika Anda
mampu bersabar atas perkara yang menimpa maka kelak Allah akan mendatangkan
kebahagiaan dan pahala.
17. Bersikap Jujur
Cara terakhir adalah bersikap jujur. Ketika ada masalah jangan malah berbohong hanya
demi menghindari amarah pasangan. Lebih baik berkata jujur. Jujur itu adalah sifat yang
disukai oleh Allah Ta’ala dan bisa mempermudah penyelesaian masalah.
Demikianlah beberapa cara mengatasi masalah rumah tangga dalam islam. Semoga info
ini bisa bermanfaat bagi Anda dan kita semua. Sehingga bisa menjadikan pernikahan jadi
lebih damai, bahagia dalam Islam, keluarga sakinah dalam Islam, keluarga harmonis
menurut Islam, keluarga sakinah, mawaddah, warahmah.