Anda di halaman 1dari 17

3.

1 Permasalahan Pelayanan Promkes

Data Program Promosi Kesehatan (PHBS) Puskesmas Sukarame Kota Bandar


Lampung 2016

No Indikator PHBS Rumah Rumah Rumah Rumah %Rumah

Tangga dikunjungi dengan dengan dengan

indikator indikator indikator

memenuhi memenuhi

1 Persalinan Nakes 960 391 391 100%

2 ASI Ekslusif 960 391 289 73.9%

3 Bayi/Balita Di Timbang 960 391 322 82.3%

4 Menggunakan Air Bersih 960 960 960 100%

5 Mencuci Tangan dengan 960 960 957 99.7%

Sabun Dan Air Mengalir

6 Menggunakan jamban 960 960 960 100%

sehat

7 Memberantas Jentik 960 960 960 100%

Nyamuk

8 Makan Buah Dan Sayur 960 960 951 99%

setiap hari
9 Melakukan Aktivitas 960 960 924 96.3%

Fisik setiap hari

10 Tidak Merokok Dalam 960 960 422 43.9%

Rumah

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 960 rumah di kelurahan

Sukarame, terdapat 4 indikator PHBS yang memenuhi target UKM Promosi

Kesehatan di Puskesmas Sukarame, yaitu Persalinan Nakes, Menggunakan air

bersih, Menggunakan jamban sehat, dan Memberantas jentik nyamuk.

Sedangkan yang belum mencapai target, berturut-turut dari yang tertinggi

sampai terendah yaitu, tidak merokok di dalam rumah sebanyak 422 (43,9%), ASI

eksklusif sebanyak 289 (73,9%), bayi atau balita ditimbang sebanyak 322

(82,3%), melakukan aktifitas fisik setiap hari sebanyak 924 (96,3%), makan buah

dan sayur setiap hari sebanyak 951 (99%), mencuci tangan dengan sabun dan air

mengalir sebanyak 957 (99,7%).

Dari data di atas dapat dilihat bahwa masih banyaknya penduduk di

kelurahan sukarame yang masih merokok di dalam rumah. Pada tahun 2008,

badan kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan Indonesia sebagai Negara

terbesar ketiga sebagai pengguna rokok. Lebih dari 60 juta penduduk Indonesia

mengalami ketidakberdayaan akibat dari adiksi nikotin rokok, dan kematian

akibat mengkonsumsi rokok tercatat lebih dari 400 ribu orang per tahun.
Kebiasaan merokok telah terbukti merupakan penyebab terhadap kurang lebih 25

jenis penyakit yang menyerang beragai organ tubuh manusia. Penyakit-penyakit

tersebut antara lain adalah kanker mulut, esophagus, faring, laring, kanker paru,

pancreas dan kandung kemih. Juga ditemukan penyakit paru obstruktif kronis dan

berbagai penyakit paru lainnya.

WHO memprediksi bahwa pada tahun 2020 angka kejadian PPOK akan

menempati peringkat 5 sebagai penyakit terbanyak di dunia dan saat ini PPOK

menempati penyebab kematian terbanyak peringkat 5 di Indonesia. PPOK juga

merupakan urutan pertama penyumbang angka kesakitan (35%) di Indonesia,

diikuti asma bronkial (33%), kanker paru (30%) dan penyakit paru lainnya (2%).

Dikatakan 80-90% kematian pada penderita PPOK berhubungan dengan

merokok. Pada perokok berat kemungkinan untuk mendapatkan PPOK menjadi

lebih tinggi.WHO menyatakan hampir 75% kasus brokitis kronik dan emfisema

diakibatkan oleh rokok. Dilaporkan perokok adalah 45% lebih berisiko untuk

terkena PPOK dibanding yang bukan perokok.

PPOK juga berkaitan dengan banyak jumlah rokok yang dihisap setiap hari

dan kebiasaan merokok yang lama dapat beresiko menderita PPOK akan lebih

besar. Resiko terkena PPOK akibat merokok dapat diketahui melalui penilaian

derajat berat merokok seseorang berdasar Indeks Brinkman (IB), yakni perkalian

antara jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap sehari dikalikan lama merokok

dalam tahun. Dibawah ini kategori perokok:


1. Perokok ringan : antara 0-200 batang

2. Perokok sedang : antara 200-600 batang

3. Perokok berat : 600 batang atau lebih.

Selain berdampak buruk untuk perokok aktif, merokok juga dapat

memberikan dampak pada perokok pasif. Pada hakikatnya, asap dari tembakau

yang dibakar mempunyai konsentrasi karsinogen yang lebih tinggi dibandingkan

dengan asap yang dieskhalasi oleh perokok. Ia juga mengandung partikel-partikel

yang lebih kecil, yang memudahkannya masuk ke dalam sel-sel tubuh. Anak-anak

khusunya mempunyai efek yang lebih besar apabila terpapar asap rokok pasif

antara lain asma pada anak-anak yang sebelumnya tidak pernah menunjukkan

symptom, meningkatkan resiko bagi anak-anak berusia di bawah 6 tahun. Salah

satu resikonya yaitu infeksi saluran pernafasan bawah seperti pneumonia dan

bronchitis, serta resiko infeksi telinga tengah.

Pada orang dewasa yang tidak pernah merokok, asap rokok pasif bisa

menyebabkan penyakit jantung dan kanker paru. Perokok pasif mempunyai resiko

sekitas 25-30% menderita penyakit jantung, dan resiko menderita penyakit kanker

paru adalah 20-30%.

Dikarenakan nilai pencapaian target yang diperoleh dari indikator tidak

merokok di dalam rumah merupakan nilai yang terendah serta bahaya dari

merokok yang berdampak pada perokok aktif dan pasif, maka dari itu kami

tertarik untuk mengangkat indikator tidak merokok di dalam rumah sebagai

pokok bahasan.
3.2 Permasalahan Pelayanan Kesehatan Lingkungan

Masalah di Pelayanan Kesehatan Lingkungan

Data Kesehatan Lingkungan dapat dilihat sebagai berikut :

No Data Konseling Diperiksa Memenuhi Syarat


1 Rumah Sehat 4676 3039
2 Tempat pengolahan makanan 6 4
3 Tempat-tempat umum 13 10
4 Keluarga memiliki tempat sampah 4676 3338
5 Keluarga memiliki SAB 4676 4676
6 Keluarga memakai jaga 4676 3507
7 Rumah dengan SPAL 4676 1402
Data Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Sukarame 2016

1. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah rumah yang dapat memenuhi kebutuhan rohani
dan jasmani secara layak sebagai suatu tempat tinggal atau perlindungan dari
pengaruh alam luar. Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang
sehat ditentukian oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah
adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan
terhadap struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat tinggal
berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Rumah juga
merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi criteria
kenyamanan, keamanan, dan kesehatan guna mendukung penghuninya agar
dapat bekerja dengan produktif.

Kriteria rumah sehat :


1. Memenuhi kebutuhan fisiologis
Secara fisik kebutuhan fisiologis meliputi kebutuhan suhu dalam rumah
yang optimal, pencahayaan yang optimal, perlindungan terhadap
kebisingan, ventilasi memenuhi persyaratan, dan tersedianya ruang yang
optimal untuk bermain anak.
Suhu ruangan dalam rumah yang ideal adalah berkisar antara 18-20o C.
Pencahayaan harus cukup waktu siang maupun malam hari. Pada malam
hari pencahayaan yang ideal adalah penerangan listrik. Pada waktu pagi
hari diharapkan semua ruangan mendapatkan sinar matahari. Pertukaran
hawa (ventilasi) yaitu proses penyediaan udara segar dan pengeluaran
udara kotor secara alamiah atau mekanis harus cukup.
2. Memenuhi kebutuhan Psikologis
Kebutuhan psikologis berfungsi untuk menjamin “privacy” bagi penghuni
rumah. Adanya kebebasan untuk kehidupan keluarga yang tinggal di rumah
tersebut secara normal.
3. Perlindungan terhadap penularan penyakit
Untuk mencegah penularan penyakit diperlukan sarana air bersih, fasilitas
pembuangan air kotor, fasilitas penyimpanan makanan, menghindari
intervensi dari serangga dan hama atau hewan lain yang dapat menularkan
penyakit.
4. Perlindungan / pencegahan terhadap bahaya kecelakaan dalam rumah
Agar terhindar dari kecelakaan maka konstruksi rumah harus kuat dan
memenuhi syarat bangunan, desain pencegahan terjadinya kebakaran dan
tersedianya alat pemadam kebakaran, pencegahan kecelakaan jatuh, dan
kecelakaan mekanis lainnya.

2. Rumah Dengan SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah)


SPAL adalah saluran yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan
air buangan kamar mandi tempat cuci, dapur ( bukan dari jamban) untuk
pedesaan, sehingga air limbah tersebut dapat meresap ke dalam tanah dan tidak
menjadi penyebab penyebaran penyakit serta tidak mengotori lingkungan
permukiman.

Sumber air limbah:


a. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga yaitu air limbah yang
berasal dari pemukiman penduduk.
b. Air buangan industri yang berasal dari berbagai jenis industri akibat
proses produksi.
c. Air buangan yang berasal dari tempat-tempat umum
d. Air limbah dari bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan
berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-
kuman penyebab penyakit diare, tifus, penyakit kolera, dll.

Pengaruh air limbah:

a. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit terutama


diare dan kolera.
b. Menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk atau hidup larva nyamuk.
c. Merupakan sumber pencemaran permukaan air, tanah dan lingkungan
hidup lainnya.

3.3 Permasalahan KIA

Masalah di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak atau KIA dan Keluarga Berencana

Tabel Sasaran Pasangan Usia Subur (PUS) di Puskesmas Sukarame 2016

No Kelurahan Sasaran PUS Jumlah PUS Target


1 Waydadi 1.505 274 80%
2 Sukarame 1.776 211 80%
Jumlah 3.281 485 -

Kelurahan Target KB aktif Pencapaian


Sasaran Absolut %
PUS
Way dadi 1.505 1429 80% 1.103 73.28%
Sukarame 1.776 1687 80% 1.117 62.8%
Jumlah 3281 - - 2.220 67.6%

Dari data yang kami dapatkan pada UKM program KIA di wilayah puskesmas

kelurahan Sukarame diketahui bahwa sasaran PUS Desember 2016 belum mencapai

target yang sudah ditetapkan karena rendahnya pemakaian kontrasepsi dalam bentuk

MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang) dibandingkan dengan Non MKJP

(metode kontrasepsi jangka panjang). Faktor yang menyebabkan rendahnya

pemakaain kontrasepsi MKJP yaitu :

 nyeri saat pemasangan

 rasa cemas yang tinggi terhadap kegagalan maupun efek samping dari

pemakaian

 rasa tidak nyaman saat bersenggama

 kurangnya pengetahuan tentang alat kontrasepsi

 prosedur pemasangan yang rumit


Identifikasi masalah dilakukan dengan mencari adanya kesenjangan antara

pencapaian program pelayanan kesehatan ibu dan anak di puskesmas

sukarame dengan tolak ukur yang ditetapkan. Masalah yang ditemukan pada

pelaksanaan program pelayanan kesehatan ibu dan anak di puskesmas

sukarame adalah kurangnya pengetahuan tentang alat kontasepsi MKJP dan

non MKJP sebanyak 67.6% dari yang seharusnya target cakupan sebesar 80

%. Dari masalah yang kami temukan ada beberapa penyebab. Berdasarkan

analisis data pada kontrasepsi MKJP penyebabnya adalah, nyeri saat

pemasangan, rasa cemas, prosedur yang rumit, rendahnya angka pencapaian

pegetahuan tentang alat kontrasepsi di kelurahan way dadi dan sukarame.

3.4 Permasalahan P2M

P2M yaitu satu program untuk mengurangi atau memberantas penyakit

menular yang diadakan pada tingkat nasional dan mengikut sertakan bukan saja

semua petugas puskesmas tetapi juga seluruh anggota masyarakat. Berdasarkan data

dari Puskesmas Sukarame tahun 2016 yang di data dari bulan Januari – Desember di

P2M , antara lain yaitu :

Januari- April- Juli- Oktober-


Penyakit
maret juni september Desember

Campak 2 6 17 12
Malaria 23 11 13 20

Pada tahun 2016 angka kesakitan pederita malaria dan campak di wilayah

kerja puskesmas Sukarame dari bulan Januari – Desember dengan jumlah penderita

104 pasien diantaranya campak 37 pasien, malaria sebanyak 67 pasien, terjadi

peningkatan yang signifikan pada triwulan ke 3 dari 6 pasien menjadi 17 pasien dan

menggalami penurunan pada triwulan ke 4 sebanyak 12 pasien. Sedangkan pada

kasus malaria mengalami penurunan pada triwulan ke 2 dari 23 pasien menjadi 11

pasien

Terjadinya peningkatan kasus malaria dan campak karena kurangnya

pengetahuan masyarakat mengenai kebersihan lingkungan. Tingkat pendidikan

masyarakat juga berpengaruh terhadap prilaku masyarakat mengenai prilaku hidup

bersih sehat (PHBS).

Mencari akar penyebab masalah kesehatan yang terjadi di Puskesmas

Sukarame tentang Campak dengan Metode Diagram FishBone (diagram tulang ikan).

Diagram Cause and Effect atau Diagram Sebab akibat adalah alat yang membantu

mengidentifikasi, memilah, dan menampilkan berbagai penyebab yang mungkin dari

suatu masalah atau karakteristik kualitas tertentu. Diagram ini menggambarkan

hubungan antara masalah dengan semua faktor penyebab yang mempengaruhi

masalah tersebut. Jenis diagram ini kadang-kadang disebut diagram “Ishikawa"


karena ditemukan oleh Kaoru Ishikawa, atau diagram “fishbone” atau “tulang ikan"

karena tampak mirip dengan tulang ikan. Dimana akar penyebab masalah dapat

berasal dari, sebagai berikut:

1. Man : Faktor Manusia

2. Money : Faktor Biaya

3. Material : Faktor Sarana Prasarana

4. Metode

5. Lingkungan

Upaya yang harus dilakukan oleh program Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit adalah dengan melakukan penyuluhan dalam Puskesmas maupun di

lingkungan masyarakat dan disekolah serta adanya pembagian pamflet mengenai

imunisasi campak dan pemberantasan jentik nyamuk malaria kepada pasien yang

berkunjung dipuskesmas.

Upaya Pencegahan dan Pengendalian penyakit juga melibatkan pemegang

program Promkes untuk memberika penyuluhan kepada masyarakat mengenai prilaku

hidup bersih sehat (PHBS). Kemudian dilakukan follow up kembali pada bulan

berikutnya untuk melihat apakah masih ada peningkatan cakupan penemuan kasus

campak dan malaria di wilayah tersebut setelah di lakukan upaya pencegahan.

Penurunan atau peningkatan kasus bisa dilihat dari data cakupan penemuan

kasus yang dibuat setiap bulannya oleh pelaksana program. Apabila kasus campak
mengalami penurunan artinya masyarakat mulai mengerti pentingnya kebersihan

lingkungan dan diri sendiri, namun bila kasus Malaria dan Campak tidak mengalami

penurunan artinya kegiatan penyuluhan lebih ditingkatkan lagi frekuensinya.

Pencegahan dan Pengendalian penyakit menular juga melibatkan Kader disetiap

kelurahan dimana tempat terjadinya kasus. Kader di bina oleh petugas puskesmas

sehingga bisa membantu petugas puskesmas dalam memberikan penyuluhan

mengenai kebersihan lingkungan dan PHBS. Dimana semua pelaksana program

memberikan pembinaan mengenai masing-masing programnya sehingga kader tidak

hanya aktif bekerja pada program tertentu tapi juga membantu pelaksanaan program-

program lainnya.

Dipuskesmas terdapat pojok kesling atau klinik kesling, dalam hal ini

pelaksana program kesling melakukan koordinasi dengan semua unit pelayanan

pasien di puskesmas untuk melakukan rujukan internal terhadap pasien-pasien yang

peyakitnya berhubung dengan kebersihan lingkungan dan merupakan penyakit

menular, seperti malaria dan campak untuk dilakukan KIE ( Konseling Informasi dan

Edukasi). Dengan demikan diharapkan pengetahuan pasien bertambah dan bisa

membantu menurunkan terjadinya kasus malaria dan campak.

3.5 Permasalahan Gizi

3.3 Masalah di Pelayanan Gizi

Tabel 3.2 Indikator UKM Gizi di Puskesmas Sukarame


NO Indikator Target 2016 Pencapaian Kesenjangan
(%) (%) (%)
1 Persentase kasus 100 100 0
balita GIZI buruk
yang mendapat
perawatan
2 Persentase balita yang 76,18 64 12,18
di timbang berat
badannya. D/S
3 Persentase bayi usia 70 72,3 0
kurang dari 6 bulan
mendapat ASI
Eksklusif
4 Persentase rumah 98,42 90 8,42
tangga mengkonsumsi
garam beriodium
5 Persentase balita 6-59 85,86 97,9 0
bulan mendapat
kapsul Vit A
6 Persentase ibu hamil 87 40 37
yang mendapatkan
tablet tambah darah
(TTD) minimal 90
tablet masa kehamilan
7 Persentase ibu hamil 50 0 0
kurang energi protein
(KEP) yang mendapat
makanan tambahan
8 Presentase balita 40 0 0
kurus yang mendapat
makanan tambahan
9 Presentase remaja 15 5 10
putri mendapat TTD
10 Presentase ibu nifas 81 70 11
mendapat kapsul vit A
11 Presentase bayi baru 36 49,4 0
lahir mendapat IMD
12 Presentase bayi 9,4 4,4 5
dengan berat badan
lahir rendah < 2500 gr
13 Presentase balita 100 100 0
mempunyai buku KIA
atau KMS
14 Presentase balita di 82 66,1 15,9
timbang yang naik
berat badannya
15 Presentse balita di 3,2 0,9 2,3
timbang yang turun
berat badannya (T)
16 Presentse balita di 3,63 1,9 1,73
timbang yang turun
berat badannya 2 kali
berturut-turut (2T)
17 Presentase balita 0,7 0,4 0,3
dibawah garis merah
(BGM)
18 Presentase ibu hamil 33,5 17,6 16,1
anemia

Berdasrkan tabel diatas didapatkan bahwa ada beberapa indikator yang tidak

mencapai target yaitu:

a. Presentase balita yang di timbang berat badannya D/S, dengan

pencapaian sebesar 64 % sementara sasaran yang harus di capai adalah

sebesar 76 ,18 %.

b. Persentase rumah tangga mengkonsumsi garam beriodium, dengan

pencapaian sebesar 98,42 % sementara sasaran yang harus di capai

adalah sebesar 90 %.

c. Persentase ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah (TTD)

minimal 90 tablet masa kehamilan, dengan pencapaian sebesar 80 %

sementara sasaran yang harus di capai adalah sebesar 47 %.

d. Presentase remaja putri mendapat TTD, dengan pencapaian sebesar 15

% sementara sasaran yang harus dicapai adalah sebesar 5 %.

e. Presentase ibu nifas mendapat kapsul vit A, dengan pencapaian sebesar

80 % sementara sasaran yang harus dicapai adalah sebesar 71 %

f. Presentase bayi dengan berat badan lahir rendah < 2500 gr, dengan

pencapaian sebesar 9,4 % sementara sasaran yang harus dicapai adalah

sebesar 4,4 %
g. Presentase balita di timbang yang naik berat badannya, dengan

pencapaian sebesar 82 % sementara sasaran yang harus dicapai adalah

sebesar 66,1 %

h. Presentse balita di timbang yang turun berat badannya (T), dengan

pencapaian sebesar 3,2 % sementara sasaran yang harus dicapai adalah

sebesar 0,9 %

i. Presentse balita di timbang yang turun berat badannya 2 kali berturut-

turut (2T), dengan pencapaian sebesar 3,63 % sementara sasaran yang

harus dicapai adalah sebesar 1.9 %

j. Presentase balita dibawah garis merah (BGM), dengan pencapaian

sebesar 0,7 % sementara sasaran yang harus dicapai adalah sebesar 0,4

k. Presentase ibu hamil anemia, dengan pencapaian sebesar 33, 5 %

sementara sasaran yang harus dicapai adalah sebesar 17,6 %

Dari beberapa indikator diatas terdapat persentase yang tidak mencapai target

pencapaian paling besar adalah Persentase ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah

darah (TTD) minimal 90 tablet masa kehamilan dikarenakan permasalahan tersebut

telah diangkat pada makalah kelompok sebelumnya, maka dari itu kami mengangkat

masalah dengan pencapaian yang tidak sesuai target yaitu balita yang di timbang

berat badannya (D/S).


Pemantauan status gizi dilakukan dengan memanfaatkan data hasil

penimbangan bulanan posyandu yang didasarkan pada indikator SKDN.

SKDN adalah data untuk memantau pertumbuhan balita SKDN sendiri mempunyai

singkatan sebagai berikut:

a. S : adalah jumlah balita yang ada di wilayah posyandu

b. K : jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS

c. D : jumlah balita yang ditimbang bulan ini

d. N : jumlah balita yang naik berat badannya

Pematauan status gizi dilaporkan setiap bulan dengan mempergunakan format

laporan yang telah ada. Di wilayah kerja Puskesmas Sukarame balita yang di

timbang berat badannya (D/S) merupakan salah satu permasalahan yang memiliki

kesenjangan yang cukup tinggi. Kurangnya partisipan masyarakat yang memiliki

balita untuk menimbang ke posyandu yserta kurangnya sarana dan fasilitas kesehatan

yaitu posyandu di desa sukarame menjadi penyebab dari permasalahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai