Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

EMISI GAS BUANG KENDARAAN


BERMOTOR

Oleh

Dovian Iswanda 4201417016 TME/MKE


Achmad Putra Irfan 4201417014 TME/MKE
Azano Desfianto 4201417017 TME/MKE
Doddy Setiawan 4201417018 TME/MKE
Indra Adi Saputra 4201417021 TME/MKE
Ahmad Faisal 4201417020 TME/MKE
Jiki Hikmatullah 4201417015 TME/MKE

Politeknik Negeri Pontianak


2016
Jj

Emisi Gas Buang Page


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Emisi Gas Buang Pada Kendaraan Bermotor.

Makalah Emisi Gas Buang Pada Kendaraan Bermotor ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga Emisi Gas Buang Pada Kendaraan
Bermotor ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Pontianak, 10 November 2016

Penyusun

Emisi Gas Buang Page i


DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................................... i

Daftar isi ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar belakang ...................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 4

A. Komposisi dan perilaku gas buang kendaraan bermotor .............. 4


B. Dampak terhadap Kesehatan .......................................................... 6
C. Dampak terhadap Lingkungan ...................................................... 14
D. Mengontrol Emisi Gas Buang Kendaraan ..................................... 16
E. Data Hasil Pengamatan .................................................................. 18
F. Analisa ........................................................................................... 20

BAB III PENUTUP ................................................................................... 22

A. Kesimpulan ......................................................................................... 22

Daftar Pustaka ............................................................................................. 23

Emisi Gas Buang Page ii


BAB I
PENDAHULUAN
p
A. LATAR BELAKANG

Polusi udara kota di beberapa kota besar di Indonesia telah sangat


memprihatinkan. Beberapa hasil penelitian tentang polusi udara dengan
segala resikonya telah dipublikasikan, termasuk resiko kanker darah.
Namun, jarang disadari entah berapa ribu warga kota yang meninggal
setiap tahunnya karena infeksi saluran pernapasan, asma, maupun
kanker paru-paru akibat polusi udara kota. Meskipun sesekali telah
turun hujan langit di kota-kota besar di Indonesia tidak biru lagi. Udara
kota telah dipenuhi oleh jelaga dan gas-gas yang berbahaya bagi
kesehatan manusia. Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang
terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit paru-paru dan saluran
pernapasan. Bukan hanya infeksi saluran pernapasan akut yang kini
menempati urutan pertama dalam pola penyakit diberbagai wilayah di
Indonesia, tetapi juga meningkatnya jumlah penderita penyakit asma
dan kanker paru-paru.
Resiko kesehatan yang dikaitkan dengan pencemaran udara di
perkotaan secara umum, banyak menarik perhatian dalam beberapa
dekade belakangan ini. Di banyakkota besar, gas buang kendaraan
bermotor menyebabkan ketidaknyamanan padaorang yang berada di tepi
jalan dan menyebabkan masalah pencemaran udara pula.Beberapa studi
epidemiologi dapat menyimpulkan adanya hubungan yang erat
antaratingkat pencemaran udara perkotaan dengan angka kejadian
(prevalensi) penyakitpernapasan. Pengaruh dari pencemaran khususnya
akibat kendaraan bermotor tidaksepenuhnya dapat dibuktikan karena
sulit dipahami dan bersifat kumulatif. Kendaraanbermotor akan
mengeluarkan berbagai gas jenis maupun partikulat yang terdiri
dariberbagai senyawa anorganik dan organik dengan berat molekul yang

Emisi Gas Buang Page 1


besar yang dapatlangsung terhirup melalui hidung dan mempengaruhi
masyarakat di jalan raya dansekitarnya.

Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai


sumber polusi udara mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas
buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya
berasal dari sumber pembakaran lain,misalnya dari rumah tangga,
pembakaran sampah, kebakaran hutan, dll. Semuanya diemisikan oleh
kendaraan bermotor. WHO memperkirakan bahwa 70% penduduk kota
di dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan
bermotor, sedagkan 10% sisanya menghirup udara yang bersifat
marginal. Akibatnya fatal bagi bayi dan anak-anak. Orang dewasa yang
beresiko tinggi, misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang yang
telah memiliki riwayat penyakit paru dan saluran pernapasan menahun.
Celakanya, para penderita maupun keluarganya tidak menyadari bahwa
berbagai akibat negatif tersebut berasal dari polusi udara akibat emisi
kendaraan bermotor yang semakin memprihatinkan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang menjadi penyebab terjadinya polusi udara di


lingkungan?
2. Apa sajakah dampak emisi gas buang bagi kelangsungan hidup
makhluk hidup di bumi?
3. Dampak apa saja yang di timbulkan oleh asap kendaraan bermotor
terhadap lingkungan?

Emisi Gas Buang Page 2


C. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini antara lain :
a. Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat akan dampak
yang ditimbulkan oleh asap kendaraan bermotor.
b. Menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi emisi gas buang

c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh asap kendaraan


bermotor terhadap lingkungan.

Emisi Gas Buang Page 3


BAB II

PEMBAHASAN

A. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor

Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia.


Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung dari kondisi
mengemudi, jenis mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi
dan faktor lain yang semuanya ini membuat pola emisi menjadi
rumit.Jenis bahan bakar pencemar yang dikeluarkan oleh mesin dengan
bahan bakar bensin maupun bahan bakar solar sebenarnya sama saja,
hanya berbeda proporsinya karenaperbedaan cara operasi mesin. Secara
visual selalu terlihat asap dari knalpot kendaraan bermotor dengan bahan
bakar solar, yang umumnya tidak terlihat padakendaraan bermotor
dengan bahan bakar bensin.

Gambar 1. Gas buang kendaraan

Walaupun gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri dari


senyawa yang tidak berbahaya seperti nitrogen, karbon dioksida dan upa
air, tetapi didalamnya terkandung juga senyawa lain dengan jumlah yang
cukup be sar yang dapat membahayakan gas buang membahayakan
kesehatan maupun lingkungan. Bahan pencemar yang terutama terdapat
didalam gas buang buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida

Emisi Gas Buang Page 4


(CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx)
dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk timbel (PB). Bahan bakar
tertentu seperti hidrokarbon dan timbel organik, dilepaskan keudara
karena adanya penguapan dari sistem bahan bakar. Lalu lintas kendaraan
bermotor, juga dapat meningkatkan kadar partikular debu yang berasal
dari permukaan jalan, komponen ban dan rem.

Gambar 2. Kemacetan jalan raya

Setelah berada di udara, beberapa senyawa yang terkandung dalam


gas buang kendaraan bermotor dapat berubah karena terjadinya suatu
reaksi, misalnya dengan sinar matahari dan uap air, atau juga antara
senyawa-senyawa tersebut satu sama lain. Proses reaksi tersebut ada
yang berlangsung cepat dan terjadi saat itu juga di lingkungan jalan raya,
dan adapula yang berlangsung dengan lambat. Reaksi kimia diatmosfer
kadangkala berlangsung dalam sua tu rantai reaksi yang panjang dan
rumit,dan menghasilkan produk akhir yang dapat lebih aktif atau lebih
lemah dibandingkan senyawa aslinya. Sebagai contoh, adanya reaksi di
udara yang mengubah nitrogen monoksida (NO) yang terkandung di
dalam gas buang kendaraan bermotor menjadi nitrogen dioksida (NO2 )
yang lebih reaktif, dan reaksi kimia antara berbagai oksida nitrogen
dengan senyawa hidrokarbon yang menghasilkan ozon dan oksida lain,

Emisi Gas Buang Page 5


yang dapat menyebabkan asap awan fotokimi (photochemical smog).
Pembentukan smog ini kadang tidak terjadi di tempat asal sumber (kota),
tetapi dapat terbentuk di pinggiran kota. Jarak pembentukan smog ini
tergantung pada kondisi reaksi dan kecepatan angin.

Untuk bahan pencemar yang sifatnya lebih stabil seperti limbah (Pb),
beberapa hidrokarbon-halogen dan hidrokarbon poliaromatik, dapat jatuh
ke tanah bersama air hujan atau mengendap bersama debu, dan
mengkontaminasi tanah dan air. Senyawa tersebut selanjutnya juga dapat
masuk ke dalam rantai makanan yang pada akhirnya masuk ke dalam
tubuh manusia melalui sayuran, susu ternak, dan produk lainnya dari
ternak hewan. Karena banyak industri makanan saat ini akan dapat
memberikan dampak yang tidak diinginkan pada masyarakat kota
maupun desa.

Emisi gas buang kendaraan bermotor juga cenderung membuat


kondisi tanah dan air menjadi asam. Pengalaman di negara maju
membuktikan bahwa kondisi seperti ini dapat menyebabkan terlepasnya
ikatan tanah atau sedimen dengan beberapa mineral/logam, sehingga
logam tersebut dapat mencemari lingkungan.

B. Dampak Terhadap Kesehatan

Senyawa-senyawa di dalam gas buang terbentuk selama energi


diproduksi untuk mejalankan kendaraan bermotor. Beberapa senyawa
yang dinyatakan dapat membahayakan kesehatan adalah berbagai oksida
sulfur, oksida nitrogen, dan oksida karbon, hidrokarbon, logam berat
tertentu dan partikulat. Pembentukan gas buang tersebut terjadi selama
pembakaran bahan bakar fosil-bensin dan solar didalam mesin.

Dibandingkan dengan sumber stasioner seperti industri dan pusat


tenaga listrik, jenisproses pembakaran yang terjadi pada mesin kendaraan
bermotor tidak sesempurna didalam industri dan menghasilkan bahan
pencemar pada kadar yang lebih tinggi, terutama berbagai senyawa

Emisi Gas Buang Page 6


organik dan oksida nitrogen, sulfur dan karbon. Selain itu gas buang
kendaraa n bermotor juga langsung masuk ke dalam lingkungan jalan
raya yang sering dekat dengan masyarakat, dibandingkan dengan gas
buang dari cerobong industri yang tinggi. Dengan demikian maka
masyarakat yang tinggal atau melakukan kegiatan lainnya di sekitar jalan
yang padat lalu lintas kendaraan bermotor dan mereka yang berada di
jalan raya seperti para pengendara bermotor, pejalan kaki, dan polisi lalu
lintas, penjaja makanan sering kali terpajan oleh bahan pencemar yang
kadarnya cukup tinggi. Estimasi dosis pemajanan sangat tergantung
kepada tinggi rendahnya pencemar yang dikaitkan dengan kondisi lalu
lintas pada saat tertentu.

Keterkaitan antara pencemaran udara di perkotaan dan kemungkinan


adanya resiko terhadap kesehatan. Pengaruh yang merugikan mulai dari
meningkatnya kematian akibat adanya episod smog sampai pada
gangguan estetika dan kenyamanan. Gangguan kesehatan lain diantara
kedua pengaruh yang ekstrim ini, misalnya kanker pada paru-paru atau
organ tubuh lainnya, penyakit pada saluran tenggorokan yang bersifat
akut maupun khronis, dan kondisi yang diakibatkan karena pengaruh
bahan pencemar terhadap organ lain seperti paru, misalnya sistem syaraf.
Karena setiap individu akan terpajan oleh banyak senyawa secara
bersamaan, sering kali sangat sulit untuk menentukan senyawa mana atau
kombinasi senyawa yang mana yang paling berperan memberikan
pengaruh membahayakan terhadap kesehatan.

Berdasarkan sifat kimia dan perilakunya di lingkungan, dampak


bahan pencemar yang terkandung di dalam gas buang kendaraan
bermotor digolongkan sebagai berikut :

1. Bahan-bahan pencemar yang terutama mengganggu saluran


pernafasan.

Emisi Gas Buang Page 7


Organ pernafasan merupakan bagian yang diperkirakan paling
banyak mendapatkan pengaruh karena yang pertama berhubungan
dengan bahan pencemar udara. Sejumlahsenyawa spesifik yang berasal
dari gas buang kendaraan bermotor seperti oksida -oksida sulfur dan
nitrogen, partikulat dan senyawa-senyawa oksidan, dapat menyebabkan
iritasi dan radang pada saluran pernafasan.

Gambar3. Penyempitan pada


bronkiolus

Walaupun kadar oksida sulfur di dalam gas buang kendaraan


bermotor dengan bahan bakar bensin relatif kecil, tetapi tetap berperan
karena jumlah kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar makin
meningkat. Selain itu menurut studi epidemniologi, oksida sulfur
bersama dengan partikulat bersifat sinergetik sehingga dapat lebih
meningkatkan bahaya terhadap kesehatan.

a. Oksida sulfur dan partikulat

Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas buang yang larut dalam air
yang langsung dapat terabsorbsi di dalam hidung dan sebagian besar
saluran ke paru-paru. Karena partikulat di dalam gas buang kendaraan
bermotor berukuran kecil, partikulat tersebut dapat masuk sampai ke
dalam alveoli paru-paru dan bagian lain yang sempit. Partikulat gas
buang kendaraan bermotor terutama terdiri jelaga (hidrokarbon yang

Emisi Gas Buang Page 8


tidak terbakar) dan senyawa anorganik (senyawa-senyawa logam, nitrat
dan sulfat).

Sulfur dioksida di atmosfer dapat berubah menjadi kabut asam sulfat


(H2SO4) dan partikulat sulfat. Sifat iritasi terhadap saluran pernafasan,
menyebabkan SO2 dan partikulat dapat membengkaknya membran
mukosa dan pembentukan mukosa dapat meningkatnya hambatan aliran
udara pada saluran pernafasan. Kondisi ini akan menjadi lebih parah bagi
kelompok yang peka, seperti penderita penyakit jantung atau paru-paru
dan para lanjut usia.

b. Oksida Nitrogen

Diantara berbagai jenis oksida nitrogen yang ada di udara, nitrogen


dioksida (NO2) merupakan gas yang paling beracun. Karena larutan NO2
dalam air yang lebih rendah dibandingkan dengan SO2, maka NO2 akan
dapat menembus ke dalam saluran pernafasan lebih dalam. Bagian dari
saluran yang pertama kali dipengaruhi adalah membran mukosa dan
jaringan paru. Organ lain yang dapat dicapai oleh NO2 dari paru adalah
melalui aliran darah.

Karena data epidemilogi tentang resiko pengaruh NO2 terhadap


kesehatan manusiasampai saat ini belum lengkap, maka evaluasinya
banyak didasarkan pada hasil studi eksprimental. Berdasarkan studi
menggunakan binatang percobaan, pengaruh yang membahayakan seperti
misalnya meningkatnya kepekaan terhadap radang saluran pernafasan,
dapat terjadi setelah mendapat pajanan sebesar 100 μg/m3 . Percobaan
pada manusia menyatakan bahwa kadar NO2 sebsar 250 μg/m3 dan 500
μg/m3 dapat mengganggu fungsi saluran pernafasan pada penderita asma
dan orang sehat.

c. Ozon dan oksida lainnya

Emisi Gas Buang Page 9


Karena ozon lebih rendah lagi larutannya dibandingkan SO2
maupun NO2, makahampir semua ozon dapat menembus sampai
alveoli. Ozon merupakan senyawa oksidan yang paling kuat
dibandingkan NO2 dan bereaksi kuat dengan jaringan tubuh. Evaluasi
tentang dampak ozon dan oksidan lainnya terhadap kesehatan yang
dilakukan oleh WHO task group menyatakan pemajanan oksidan
fotokimia pada kadar 200-500 ìg/m³ dalam waktu singkat dapat merusak
fungsi paru-paru anak, meningkat frekwensi serangan asma dan iritasi
mata, serta menurunkan kinerja para olaragawan.

2. Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik.

Banyak senyawa kimia dalam gas buang kendaraan bermotor


yang dapat menimbulkan pengaruh sistemik karena setelah
diabsorbsi oleh paru, bahan pencemar tersebut dibawa oleh aliran
darah atau cairan getah bening ke bagian tubuh lainnya, sehingga
dapat membahayakan setiap organ di dalam tubuh. Senyawa-
senyawa yang masuk ke dalam hidung dan ada dalam mukosa
bronkial juga dapat terbawa oleh darah atau tertelan masuk
tenggorokan dan diabsorbsi masuk ke saluran pencernaan.

Selain itu ada pula pemaja nan yang tidak langsung, misalnya
melalui makanan, seperti timah hitam. Diantara senyawa-senyawa
yang terkandung di dalam gas kendaraan bermotor yang dapat
menimbulakan pengaruh sistemik, yang paling penting adalah
karbon monoksida dan timbel.

 Karbon Monoksida

Karbon monoksida dapat terikat dengan haemoglobin darah


lebih kuat dibandingkan dari oksigen membentuk
karboksihaemoglobin (COHb), sehingga menyebabkan
terhambatnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Pajanan CO
diketahui dapat mempengaruhi kerja jantung (sistem

Emisi Gas Buang Page 10


kardiovaskuler), sistem syaraf pusat, juga janin, dan semua organ
tubuh yang peka terhadap kekurangan oksigen.

Pengaruh CO terhadap sistem kardiovaskuler cukup nyata


teramati walaupun dalam kadar rendah. Penderita penyakit jantung
dan penyakit paru merupakan kelompok yang paling peka terhadap
pajanan CO. Studi eksperimen terhadap pasien jantung dan penyakit
pasien paru, menemukan adanya hambatan pasokan oksigen ke
jantung selama melakukan latihan gerak badan pada kadar COHb
yang cukup rendah 2,7 %. Pengaruh pajanan CO kadar rendah pada
sistem syaraf dipelajari dengan suatu uji psikologi. Walaupun diakui
interpretasi dari hasil uji seperti ini sulit ditemukan bahwa kadar
COHb 16 % dianggap membahayakan kesehatan. Pengaruh bahaya
ini tidak ditemukan pada kadar COHb sebesar 5%.

Pengaruh terhadap janin pada prinsipnya adalah karena


pajanan CO pada kadar tinggidapat menyebabkan kurangnya
pasokan oksigen pada ibu hamil yang konsekuennya akan
menurunkan tekanan oksigen di dalam plasenta dan juga pada janin
dan darah. Hal ini dapat menyebabkan kelahiran prematur atau bayi
lahir dengan berat badan rendah dibandingkan normal.

Menurut evaluasi WHO, kelompok penduduk yang peka


(penderita penyakit jantung atau paru-paru) tidak boleh terpajan oleh
CO dengan ka dar yang dapat membentuk COHb di atas 2,5%.
Kondisi ini ekivalen dengan pajanan oleh CO dengan kadar sebesar
35 mg/m3 selama 1 jam, dan 20 mg/mg selama 8 jam. Oleh karena
itu, untuk menghindari tercapainya kadar COHb 2,5-3,0 % WHO
menyarankan pajanan CO tidak boleh melampaui 25 ppm (29
mg/m3) untuk waktu 1 jam dan 10 ppm (11,5 mg/mg3) untuk waktu
8 jam.

 Timbel

Emisi Gas Buang Page 11


Timbel ditambahkan sebagai bahan aditif pada bensin dalam
bentuk timbelorganik (tetraetil-Pb atau tetrametil-Pb). Pada
pembakaran bensin, timbel organik iniberubah bentuk menjadi
timbel anorganik. Timbel yang dikeluarkan sebagai gas buang
kendaraan bermotor merupakan partikel-partikel yang berukuran
sekitar 0,01 μm. Partikel-partikel timbel ini akan bergabung satu
sama lain membentuk ukuran yang lebih besar, dan keluar sebagai
gas buang atau mengendap pada kenalpot.

Pengaruh Pb pada kesehatan yang terutama adalah pada


sintesa haemoglobin dan sistem pada syaraf pusat maupun syaraf
tepi. Pengaruh pada sistem pembentukkan Hb darah yang dapat
menyebabkan anemia, ditemukan pada kadar Pb-darah kelompok
dewasa 60-80μg/100 ml dan kelompok anak > 40 μg/100 ml. Pada
kadar Pb-darah kelompok dewasa sekitar 40 μg/100 ml diamati telah
ada gangguan terhadap sintesa Hb, seperti meningkatnya ekskresi
asam aminolevulinat (ALA). Pengaruh pada enzim §-ALAD dapat
diamati pada kadar Pb-darah sekitar 10μg/100 ml. Akumulasi
protoporfirin dalam eritrosit (FEP) yang merupakan akibat dari
terhambatnya aktivitas enzim ferrochelatase , dapat terlihat pada
wanita edngan kadar Pb-darah 20- 30 μg/100 ml, pada pria dengan
kadar 25-35 μg/100 ml, dan pada anak dengan kadar > 15 μg/100 ml.
Pengaruh Pb terhadap hambatan aktivitas enzim ALAD tidak
menyatakan adanya keracunan yang membahayakan, tetapi dapat
menunjukkan adanya pajanan Pb terha dap tubuh. Meningkatnya
ekskresi ALA dan akumulasi FEP dalam urin mencerminkan adanya
kerusakan fungsi fisiologi yang pada akhirnya dapat merusak fungsi
metokhondrial.

Pengaruh pada syaraf otak anak diamati pada kadar 60μg/100


ml, yang dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan mental
anak. Penelitian pada pengaruh Pb yang dikaitkan IQ anak telah

Emisi Gas Buang Page 12


banyak dilakukan tetapi hasilnya belum konsisten. Sistem syaraf
pusat anak lebih peka dibandingkan dengan orang dewasa.
Gangguan terhadap fungsi syaraf orang dewasa berdasarkan uji
psikologi diamati pada kadar Pbdarah 50 μg/100 ml. Sedangkan
gangguan sistem syaraf tepi diamati pada kadar Pbdarah 30 μg/100
ml.

Timbel dapat menembus plasenta, dan karena perkembangan


otak yang khususnya peka terhadap logam ini, maka janinlah yang
terutama mendapat resiko.

3. Bahan-bahan pencemar yang dicurigai menimbulkan kanker.

Pembakaran didalam mesin menghasilkan berbagai bahan


pencemar dalam bentuk gas dan partikulat yang umumnya berukuran
lebih kecil dari 2μm. Beberapa dari bahan-bahan pencemar ini
merupakan senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik dan
mutagenik, seperti etilen, formaldehid, benzena, metil nitrit dan
hidrokarbon poliaromatik (PAH). Mesin solar akan menghasilkan
partikulat dan senyawa-senyawa yang dapat terikat dalam partikulat
seperti PAH, 10 kali lebih besar dibandingkan dengan mesin bensin
yang mengandung timbel. Untuk beberapa senyawa lain
sepertibenzena, etilen, formaldehid, benzo(a)pyrene dan metil nitrit,
kadar di dalam emisi mesin bensin akan sama bes arnya dengan
mesin solar.

Emisi kendaraan bermotor yang mengandung senyawa


karsinogenik diperkirakan dapat menimbulkan tumor pada organ lain
selain paru. Akan tetapi untuk membuktikan apakah pembentukan
tumor tersebut hanya diakibatkan karena asap solar atau gas lain
yang bersifat sebagai iritan.

Dalam banyak kasus, analisis risiko dibuat berdasarkan hasil


studi epidemiologi. Apabila analisis-analisis tersebut cukup lengkap

Emisi Gas Buang Page 13


dan dapat mengendalikan berbagai faktor pengganggu (confounding)
seperti misalnya ke biasaan merokok, maka kesimpulan yang ditarik
dapat sangat berharga, tanpa peduli apakah hasil studi pada
umumnya hasil studi seperti itu jarang didapatkan.

Mengesampingkan pengaruh yang langka akibat


pencemaran, seperti penyakit tumor dan kangker semata-mata
berdasarkan hasil studi epidemiologi yang negatif, sebenarnya
kurang tepat. Pada studi yang melibatkan populasi kecil (misalnya
1000 orang) terasa wajar apabila hasil studi tentang sejenis tumor
yang hanya terjadi pada beberapa kasus per 100.000 orang, menjadi
negatif. Kesulitan menjadi lebih besar apabila pengaruh yang dicari
tersebut dapat timbul karena hal lain, dapat diperkirakan bahwa
persentase peningkatan dalam prevalensi akan sangat kecil.

Karena itu maka evaluasi secara ilmiah tentang da mpak dari


suatu pencemaran terhadap kesehatan, apabila mungkin, harus
didasarkan pada sifat kimiawi dari tiap senyawa, metabolismenya
dan sifat umum lainnya, di samping yang juga ditemukan dalam
studi epidemiologi dan eksperimental.

C. Dampak Terhadap Lingkungan

Tidak semua senyawa yang terkandung di dalam gas buang


kendaraan bermotor diketahui dampaknya terhadap lingkungan
selain manusia. Beberapa senyawa yang dihasilkan dari pembakaran
sempurna seperti CO2 yang tidak beracun, belakangan ini menjadi
perhatia n orang. Senyawa CO2 sebenarnya merupakan komponen
yang secara alamiah banyak terdapat di udara. Oleh karena itu CO2
dahulunya tidak menepati urutan pencemaran udara yang menjadi
perhatian lebih dari normalnya akibat penggunaan bahan bakar yang
berlebihan setiap tahunnya. Pengaruh CO2 disebut efek rumah kaca

Emisi Gas Buang Page 14


dimana CO2 diatmosfer dapat menyerap energi panas
danmenghalangijalanya energi panas tersebut dari atmosfer ke
permukaan yang lebih tinggi. Keadaan ini menyebabkan
meningkatnya suhu rata-rata di permukaan bumi dan dapat
mengakibatkan meningginya permukaan air laut akibat melelehnya
gunung-gunung es, yang pada akhirnya akan mengubah berbagai
sirklus alamiah.

P
e
n
g
a
r
u
h

Gambar 7. Rontoknya dedaunan

pencemaran SO2 terhadap lingkungan telah banyak diketahui. Pada


tumbuhan, daun adalah bagian yang paling peka terhadap
pencemaran SO2, dimana akan terdapat bercak atau noda putih atau
coklat merah pada permukaan daun. Dalam beberapa hal, kerusakan
pada tumbuhan dan bangunan disebabkan karena SO 2 dan SO3 di
udara, yang masing-masing membentuk asam sulfit dan asam sulfat.
Suspensi asam di udara ini dapat terbawa turun ke tanah bersama air
hujan dan mengakibatkan air hujan bersifat asam. Sifat asam dari air
hujan ini dapat menyebabkan korosif pada logam-logam dan rangka
-rangka bangunan, merusak bahan pakian dan tumbuhan. Oksida
nitrogen, NO dan NO2 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.
Pengaruh NO yang utama terhadap lingkungan adalah dalam

Emisi Gas Buang Page 15


pembentukan smog. NO dan NO2 dapat memudarkan warna dari
serat-serat rayon dan menyebabkan warna bahan putih menjadi
kekuning-kuningan.

Kadar NO2 sebesar 25 ppm yang pada umumnya dihasilkan


adari emisi industri kimia, dapat menyebabkan kerusakan pada
banayakjenis tanaman. Kerusakan daun sebanyak 5 % dari luasnya
dapat terjadi padapemajanan dengan kadar 4-8 ppm untuk 1 jam
pemajanan. Tergantung dari jenis tanaman, umur tanaman dan
lamanya pemajanan, kerusakan terjadi dapat bervariasi. Kadar NO2
sebesar 0,22 ppm dengan jangka waktu pemajanan 8 bulan terus
menerus, dapat menyebabkan rontoknya daun berbagai jenis
tanaman.

D. Mengontrol Emisi Gas Buang Kendaraan

Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon


monoksida, dan hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui
beberapa metode. Gas sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara
hasil pembakaran bahan bakar dengan cara desulfurisasi
menggunakan filter basah (wet scrubber).

Emisi Gas Buang Page 16


Gambar 8. Catalytic Converter

Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut


pada pembahasan berikutnya, yaitu mengenai metode
menghilangkan materi partikulat, karena filter basah juga digunakan
untuk menghilangkan materi partikulat.

Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran


kendaraan bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran.
Produksi gas karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil
pembakaran kendaraan bermotor dapat dikurangi dengan cara
memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter) untuk
menyempurnakan pembakaran.

Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang juga


dapat dikurangi kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai
menggunakan sumber bahan bakar alternatif yang lebih sedikit
menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.

Cara mengontrol Emisi gas buang melalui beberapa metode :

a. Adsorpsi merupakan cara penanggulangan untuk gas buang


berupa karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen oksida, dan
amonia. dalam metode adsorbsi dipergunakan bahan padat yang
dapat menyerap polutan. Ada berbagai tipe adsorben yang di
pergunakan antara lain karbon aktif dan silikat. Adsorben

Emisi Gas Buang Page 17


mempunyai daya kejenuhan sehingga selalu di perlukan untuk
pergantian, yang bersifat disposal (sekali pakai buang) atau di
berhasilkan kemudian di pakai kembali.

b. Insinerasi (pembakaran), mempergunakan proses oksida panas


untuk menghancurkan gas hidrokarbon yang terdapat didalam
polutan. Hasil pembakaran berupa (CO2) dan (H2O).

c. Kondensasi, gas hidrokarbn mengalami kondensasi menjadi


cairan.

d. Absorpsi, gas buang mengalami reaksi dengan cairan sehingga


hidrokarbon akan larut.

Reaksi kimia, banyak di pergunakan pada emisi golongan


nitrogen dan belerang. Biasanya cara kerja ini merupakan kombinasi
dengan cara-cara lain, hanya dalam pembersihan polutan udara
dengan reaksi kimia yang dominan. Membersihkan gas golongan
nitrogen, caranya dengan menginjeksikan amonia (NH3) yang akan
bereaksi kimia dengan NOx dan membentuk bahan padat yang
mengendap. Untuk menjernikan glongan belerang di pergunakan
copper oksid kapur dicampur arang.

E. DATA DAN HASIL PENGAMATAN


Tabel 1. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang
Pencemar Sumber Keterangan
Karbon monoksida Buangan kendaraan Standar kesehatan: 10
(CO) bermotor; beberapa mg/m3 (9 ppm)
proses industri
Sulfur dioksida (S02) Panas dan fasilitas Standar kesehatan: 80
pembangkit listrik ug/m3 (0.03 ppm)

Emisi Gas Buang Page 18


Partikulat Matter Buangan kendaraan Standar kesehatan: 50
bermotor; beberapa ug/m3 selama 1 tahun;
proses industri 150 ug/m3

Nitrogen dioksida Buangan kendaraan Standar kesehatan: 100


(N02) bermotor; panas dan pg/m3 (0.05 ppm)
fasilitas selama 1 jam

Ozon (03) Terbentuk di atmosfir Standar kesehatan: 235


ug/m3 (0.12 ppm)
selama 1 jam

Tabel 1 memperlihatkan sumber emisi dan standar kesehatan


yang ditetapkan oleh pemerintah melalui keputusan Bapedal.
BPLHD Propinsi DKI Jakarta pun mencatat bahwa adanya
penurunan yang signifikan jumlah hari dalam kategori baik untuk
dihirup dari tahun ke tahun sangat mengkhawatirkan. Dimana pada
tahun 2000 kategori udara yang baik sekitar 32% (117 hari dalam
satu tahun) dan di tahun 2003 turun menjadi hanya 6.85% (25 hari
dalam satu tahun). Hal ini menandakan Indonesia sudah seharusnya
memperketat peraturan tentang pengurangan emisi baik sektor
industri maupun sektor transportasi darat/laut. Selain itu tentunya
penemuan-penemuan teknologi baru pengurangan emisi dilanjutkan
dengan pengaplikasiannya di masyarakat menjadi suatu prioritas
utama bagi pengendalian polusi udara di Indonesia.

Emisi Gas Buang Page 19


Tabel 2. Data Pengujian Pada Kendaraan
Nomor CO HC CO2 O2
LAMBDA AFR FUEL H/C O/C
Kendaraan % PPM % %
3738 2,76 8264 3,6 23,08 1,889 27,7 GASOLINE 1,85 0
5077 0,14 111 3,7 22,29 2 0 GASOLINE 1,85 0
3890 0,52 646 2,9 22,06 2 0 GASOLINE 1,05 0

F. ANALISIS
Dapat kita lihat pada tabel 2 bahwa perbedaan hasil emisi
yang dihasilkan oleh kendaraan sudah berbasis EFI dan kendaraan
berbasis konvensional dapat dilihat emisi yang dihasilkan lebih
besar. Karena perbandingan bahan bakar udara yang tidak terkontrol
juga permbakaran yang tidak sempurna. Sehingga menimbulkan
emisi yang tinggi dan bisa mencemari udara pada lingkungan
sekitar.
Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon
monoksida di berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60%
pencemaran udara di Jakarta disebabkan karena benda bergerak atau
transportasi umum yang berbahan bakar solar terutama berasal dari
Metromini. Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan
udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang
bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan
bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan
Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan
emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan
dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah
kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan
kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi
seperti pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon
monoksida menjadi karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar
terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor.

Emisi Gas Buang Page 20


Pada saat proses pembakaran tidak sempurna maka tidak
seluruh hidrokarbon teroksidasi, sehingga masih menyisakan
hidrokarbon (HC) dan gas karbonmonoksida (CO) dengan proporsi
lebih besar.Pada kasus mobil Esemka, tingginya emisi gas
hidrokarbon (HC) dan karbonmonoksida (CO) kemungkinan
disebabkan sistem pada mesin belum mampu melakukan
pembakaran secara sempurna, sehingga menghasil gas CO dan HC
melebihi baku mutu. Karbonmonoksida (CO) memberikan dampak
lebih dominan dibandingkan dengan hidrokarbon (HC) maupun
NOx.

Emisi Gas Buang Page 21


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

 Emisi gas buang sangat berdampak bagi kesehatan manusia dan


lingkungan.
 Pencemaran udarah adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur
berbahaya kedalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatam manusia secara
umum menurunkan kualitas lingkungan.
 Ada lima dasar dalam mencegah atau memperbaiki pencemaran udara
berbentuk gas yaitu: absorbsi, adsorbsi, kondensasi, pembakaran, dan
reaksi kimia.
 Perlu kontrol dari pemerintah maupun kesadaran oleh masyarakat akan
dampak berbahaya dari emisi gas buang.
 Dengan penggunaan sistem permbakaran berbasis elektronik akan
menghasilkan emisi lebih rendah di bandingkan dengan sistem
pembahakaran konvensional.
 Penggunaan bahan bakar tanpa timbal lebih dianjurkan karena
menghasilkan emisi yang lebih sedikit.

Emisi Gas Buang Page 22


DAFTAR PUSTAKA

1. Pryde LT (1973) Environmental Chemistry ; An Introduction.pp 155-


164
2. Kupchella CE & Hyland MC (1993) Environmental Science,Living
within the systemof nature. Pp 270-307
3. World Health Organization (1977) Environmental Health Criteria
No. 3, Lead.Geneva.

4. http://www.saft.com
5. https://www.scribd.com

Emisi Gas Buang Page 23

Anda mungkin juga menyukai